Você está na página 1de 14

Aliran dan Paham dalam Filsafat

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Filsafat Komunikasi


Dosen: Dr. Suwandi Sumartias, M.Si
Oleh

Nama : Fisda Karina Ghanita


NPM : 21011013082
Kelas : Humas A 2013

Program Studi Hubungan Masyarakat


Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Padjadjaran
2016

ALIRAN ALIRAN FILSAFAT BESERTA TOKOHNYA


1. IDEALISME
Di dalam filsafat, idealisme adalah doktrin yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik
hanya dapat dipahami dalam kebergantungannya pada jiwa (mind) dan roh (spirit). Istilah ini
diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.Kata idealisme dalam filsafat
mempunyai arti yang sangat berbeda dari arti yang biasa dipakai dalam bahasa sehari-hari.
Kata idealis itu dapat mengandung beberapa pengertian, antara lain:Seorang yang menerima
ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya;Orang yang dapat
melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada.
Arti falsafi dari kata idealisme ditentukan lebih banyak oleh arti dari kata ide daripada kata
ideal. W.E. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata idea-ism lebih tepat digunakan
daripada idealism. Secara ringkas idealisme mengatakan bahwa realitas terdiri dari ide-ide,
pikiran-pikiran, akal (mind) atau jiwa (self) dan bukan benda material dan kekuatan.
Idealisme menekankan mind sebagai hal yang lebih dahulu (primer) daripada materi.
Alam, bagi orang idealis, mempunyai arti dan maksud, yang diantara aspek-aspeknya adalah
perkembangan manusia. Oleh karena itulah seorang idealis akan berpendapat bahwa, terdapat
suatu harmoni yang dalam arti manusia dengan alam. Apa yang tertinggi dalam jiwa juga
merupakan yang terdalam dalam alam. Manusia merasa ada rumahnya dengan alam; ia
bukanlah orang atau makhluk ciptaan nasib, oleh karena alam ini suatu sistem yang logis dan
spiritual; dan hal ini tercermin dalam usaha manusia untuk mencari kehidupan yang lebih
baik. Jiwa (self) bukannya satuan yang terasing atau tidak rill, jiwa adalah bagian yang
sebenarnya dari proses alam. Proses ini dalam tingkat yang tinggi menunjukkan dirinya
sebagai aktivis, akal, jiwa, atau perorangan. Manusia sebagai satuan bagian dari alam
menunjukkan struktur alam dalam kehidupan sendiri.
Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai kedudukan yang utama
dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak mengingkari materi. Namun, materi adalah
suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab, seseorangakanmemikirkan materi
dalam hakikatnya yang terdalam, dia harus memikirkan roh atau akal. Jika seseorang ingin
mengetahui apakah sesungguhnya materi itu, dia harus meneliti apakah pikiran itu, apakah
nilai itu, dan apakah akal budi itu, bukannya apakah materi itu.
Paham ini beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya. Manusia ada karena
ada unsur yang tidak terlihat yang mengandung sikap dan tindakan manusia. Manusia lebih
dipandang sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian. Untuk menjadi manusia maka peralatan

yang digunakannya bukan semata-mata peralatan jasmaniah yang mencakup hanya peralatan
panca indera, tetapi juga peralatan rohaniah yang mencakup akal dan budi. Justru akal dan
budilah yang menentukan kualitas manusia.
a.Jenis-Jenis Idealisme
Sejarah idealisme cukup berliku-liku dan meluas karena mencakup berbagai teori yang
berlainan walaupun berkaitan. Ada beberapa jenis idealisme: yaitu idealisme subjektif,
idealisme objektif, dan idealisme personal.
1.

Idealisme Subjektif
Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide

manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu
yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide
manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah
ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.
Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah seorang dari inggris yang bernama George
Berkeley (1684-1753 M). Menurut Berkeley, segala sesuatu yang tertangkap oleh
sensasi/perasaan kita itu bukanlah materi yang real dan ada secara objektif.
2. Idealisme Objektif
Idealisme Objektif adalah idealisme yang bertitik tolak pada ide di luar ide manusia.
Idealisme objektif ini dikatakan bahwa akal menemukan apa yang sudah terdapat dalam
susunan alam.
Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari
ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang
bukan materi, yang ada secara abadi di luar manusia, sesuatu yang bukan materi itu ada
sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya.
Filsuf idealis yang pertama kali dikenal adalah Plato. Ia membagi dunia dalam dua bagian.
Pertama, dunia persepsi, dunia yang konkret ini adalah temporal dan rusak; bukan dunia
yang sesungguhnya, melainkan bayangan alias penampakan saja. Kedua, terdapat alam di
atas alam benda, yakni alam konsep, idea, universal atau esensi yang abadi.
3.

Idealisme Personal (personalisme)


Idealisme personal yaitu nilai-nilai perjuangannya untuk menyempurnakan dirinya.

Personalisme muncul sebagai protes terhadap materialisme mekanik dan idealisme monistik.

Bagi seorang personalis, realitas dasar itu bukanlah pemikiran yang abstrak atau proses
pemikiran yang khusus, akan tetapi seseorang, suatu jiwa atau seorang pemikir.
b. Tokoh-Tokoh Idealisme
1. J.G. Fichte (1762-1814 M)
Johan Gottlieb Fichte adalah filosof Jerman. Ia belajar teologi di Jena pada tahun 17801788. Filsafat menurut Fichte haruslah dideduksi dari satu prinsip. Ini sudah mencukupi
untuk memenuhi tuntutan pemikiran, moral, bahkan seluruh kebutuhan manusia. Prinsip yang
dimaksud ada di dalam etika. Bukan teori, melainkan prakteklah yang menjadi pusat yang
disekitarnya kehidupan diatur. Unsur esensial dalam pengalaman adalah tindakan, bukan
fakta.
Menurut pendapatnya subjek menciptakan objek. Kenyataan pertama ialah saya yang
sedang berpikir, subjek menempatkan diri sebagai tesis. Tetapi subjek memerlukan objek,
seperti tangan kanan mengandaikan tangan kiri, dan ini merupakan antitesis. Subjek dan
objek yang dilihat dalam kesatuan disebut sintesis. Segala sesuatu yang ada berasal dari
tindak perbuatan sang Aku.
2.

G.W.F Hegel (1798-1857 M)


Hegel lahir di Stuttgart, Jerman pada tanggal 17 Agustus 1770. Ayahnya adalah seorang

pegawai rendah bernama George Ludwig Hegel dan ibunya yang tidak terkenal itu bernama
Maria Magdalena. Pada usia 7 tahun ia memasuki sekolah latin, kemudian gymnasium. Hegel
muda ini tergolong anak telmi alias telat mikir! Pada usia 18 tahun ia memasuki Universitas
Tubingen. Setelah menyelesaikan kuliah, ia menjadi seorang tutor, selain mengajar di Yena.
Pada usia 41 tahun ia menikah dengan Marie Von Tucher. Karirnya selain menjadi direktur
sekolah menengah, juga pernah menjadi redaktur surat kabar. Ia diangkat menjadi guru besar
di Heidelberg dan kemudian pindah ke Berlin hingga ia menjadi Rektor Universitas Berlin
(1830).
2. MATERIALISME
Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau hakikat dari
segala sesuatu ialah materi. Karena itu materialisme mempersoalkan metafisika, namun
metafisikanya adalah metafisika materialisme.
Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology yang menekankan keunggulan
faktor-faktor material atas spiritual dalam metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau

penjelasan historis. Maksudnya, suatu keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu selain
materi yang sedang bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain, materialisme adalah sebuah
pernyataan yang menyatakan bahwa pikiran ( roh, kesadaran, dan jiwa ) hanyalah materi
yang sedang bergerak.
Materi dan alam semesta sama sekali tidak memiliki karakteristik-karakteristik pikiran dan
tidak ada entitas-entitas nonmaterial. Realitas satu-satunya adalah materi. Setiap perubahan
bersebab materi atau natura dan dunia fisik. Beberapa tokoh pemikir materialisme, antara
lain:
a. Karl Marx (1818-1883)
Marx lahir di Trier Jerman pada tahun 1818.ayahnya merupakan seorang Yahudi dan
pengacara yang cukup berada, dan ia masuk Protestan ketika Marx berusia enam tahun.
Setelah dewasa Marx melanjutkan studinya ke universitas di Bonn, kemudian Berlin. Ia
memperoleh gelar doktor dengan desertasinya tentang filsafat Epicurus dan Demoktirus.
Kemudian, ia pun menjadi pengikut Hegelian sayap kiri dan pengikut Feurbach. Dalam usia
dua puluh empat tahun, Marx menjadi redaktur Koran Rheinich Zeitung yang dibrendel
pemerintahannya karena dianggap revolusioner.
Setelah ia menikah dengan Jenny Von Westphalen (1843) ia pergi ke Paris dan disinilah ia
bertemu dengan F.Engels dan bersahabat dengannya. Tahun 1847, Marx dan Engels
bergabung dengan Liga Komunis, dan atas permintaan liga komunis inilah, mereka
mencetuskan Manifesto Komunis (1848).
Dasar filsafat Marx adalah bahwa setiap zaman, system produksi merupakan hal yang
fundamental. Yang menjadi persoalan bukan cita-xita politik atau teologi yang berlebihan,
melainkan suatu system produksi. Sejarah merupakan suatu perjuangan kelas, perjuangan
kelas yang tertindas melawan kelas yang berkuasa. Pada waktu itu Eropa disebut kelas
borjuis. Pada puncaknya dari sejarah ialah suatu masyarakat yang tidak berkelas, yang
menurut Marx adalah masyarakat komunis.
b. Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Menurut Thomas Hobbes materialisme menyangkal adanya jiwa atau roh karena keduanya
hanyalah pancaran dari materi. Dapat dikatakan juga bahwa materialisme menyangkal adanya
ruang mutlak lepas dari barang-barang material.
c. Hornby (1974)
Menurut Hornby materialisme adalah theory, belief, that only material thing exist (teori atau

kepercayaan bahwa yang ada hanyalah benda-benda material saja).


Sebagian ahli lain mengatakan bahwa materialisme adalah kepercayaan bahwa yang ada
hanyalah materi dalam gerak. Juga dikatakan kepercayaan bahwa pikiran memang ada, tetapi
adanya pikiran disebabkan perubahan-perubahan materi. Materialisme juga berarti bahwa
materi dan alam semesta tidak memiliki karakteristik pikiran, seperti tujuan, kesadaran, niat,
tujuan, makna, arah, kecerdasan, kemauan atau upaya. Jadi, materialisme tidak mengakui
adanya entitas nonmaterial, seperti roh, hantu, malaikat. Materialisme juga tidak
mempercayai adanya Tuhan atau alam supranatural. Oleh sebab itu, penganut aturan ini
menganggap bahwa satu-satunya realitas yang ada hanyalah materi. Segala perubahan yang
tercipta pada dasarnya berkausa material. Pada ekselasi material menjadi suatu keniscayaan
pada being of phenomena. Pada akhirnya dinyatakan bahwa materi dan segala perubahannya
bersifat abadi.
d. Van Der Welj (2000)
Van Der Welj mengatakan bahwa materialisme dengan menyatakan bahwa materialisme ini
terdiri atas suatu aglomerasi atom-atom yang dikuasai aleh hukum-hukum fisika-kimiawi.
Bahkan, terbentuknya manusia sangat dimungkinkan berasal dari himpunan atom-atom
tertinggi. Apa yang dikatakan kesadaran, jiwa, atau roh sebenarnya hanya setumpuk fungsi
kegiatan dari otakyang bersifat sangat organik-materialistis.
3. HUMANISME
Filsafat humanisme berasal dari masa klasik barat dan klasik timur yang dasar pemikiran
filsafat ini ditemukan dalam pemikiran filsafat klasik cina konfusius dan pemikiran klasik
yunani. Perkembangan aliran humanisme terjadi selama 3 tahap yaitu (1) pada masa tahun
1950-an dan 1960-an selama Renaissance di Eropa pada abad ke-16, gerakan ini muncul
karena reaksi terhadap dehumanis yang telah terjadi berabad-abad, sebagai akibat langsung
dari kekuasaan pemimpin agama yang merasa menjadi satu-satunya otoritas dalam
memberikan intepretasi terhadap dogma-dogma agama yang kemudian diterjemahkan dalam
segenap bidang kehidupan di Eropa. Sehingga pelopor humanis mengatakan bahwa manusia
itu bebas dan memiliki potensi sendiri untuk menjalankan kehidupannya secara mendiri
untuk berhasil di dunia, di mana setiap individu mampu untuk mengontrol nasib mereka
sendiri melalui aplikasi kecerdasan dan pembelajaran mereka. Orang-orang membentuk diri
mereka sendiri. Istilah erat di mana kondisi-kondisi keberadaan manusia berhubungan
dengan hakekat manusia dan tindakan manusia bukannya pada takdir atau intervensi tuhan;

(2) perkembangan selajutnya terjadi pada abad ke-18 pada masa pencerahan (aufklarung), di
mana tokohnya adalah J.J Rousseu yang mengutamakan pandangan tentang perkembangan
alamiah manusia sebagai metode untuk mencoba keparipurnaan tujuan-tujuan pendidikan; (3)
berkembang lagi pada abad ke-20 yang disebut humanisme kontemporer, merupakan reaksi
protes terhadap dominisi kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi nilai-nilai
kemanusiaan yang ada dalam diri manusia di era modern.
Perkembangan selajutnya adalah adanya peran

dan

konstribusi

dari

filsafat

eksistensialisme yang cukup memberi konstribusi dalam filsafat pendidikan humatistic yakni
sebagai berikut :
1. Manusia memiliki keberadaan yang unik dalam dirinya berbeda antara manusia satu
dengan yang lain.
2. Memperhatikan makna dan tujuan hidup manusia.
3. Adanya kebebasan individu yang paling utama dan uni karena mereka mempunyai
sikap hidup, tujuan hidup dan cara hidup sendiri.
Hal di atas ini ditujukan melalui pengembangan konsep perkembangan psikologi perserta
didik dan metode pengajaran yang sesuai dengan perkembangan humanistic setiap individu,
di mana aliran ini memiliki pandangan tentang manusia yang memiliki keunikan tersendiri,
memiliki potensi yang perlu diaktualisasikan dan memiliki dorongan-dorongan yang murni
berasal dari dirinya.
Tokoh-tokoh dari filsafat humanisme ini adalah sebagai berikut :
Jean Jacques Roussea
Abraham Maslow
Carl Roger
4. RASIONALISME
Rasionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa sumber pengetahuan satu satunya
yang benar adalah rasio ( akal budi ), dengan demikian rasionalisme adalah paham filsafat
yang mengatakan bahwa akal ( resen ) adalah alat yang terpenting dalam memperoleh
pengetahuan dan mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan di
peroleh dengan mengalami atau melalui objek emperis ( penelitian/ilmiah ), maka
rasionalisme di sini mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan di peroleh dengan cara berpikir
dengan kaidah kaidah yang logis ( logika ).Di mana jauh sebelumnya manusia sudah
berusaha untuk memberi kemandirian pada akal sebagai mana yang telah di rintis oleh para
pemikir renaisans sampai di abad 17 dan pada abad tersebut di mulainya era pemikiran
pemikiran tentang filsafat dalam artian yang sebenarnya. Seiring dengan perkembangan
zaman manusia mulai menaruh kepercayaan yang besar terhadap kemampuam akal, bahkan
di yakini bahwa dengan kemampuan akal semua persoalan dapat di jelaskan dan semua

permasalahan dapat di pahami dan di pecahkan termasuk seluruh permasalahan tentang


kemanusiaan di samping itu keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuan akal dapat
membawa kita ke dalam perang dengan mereka yang malas menggunakan akal ( logika ).
Dengan kekuasaan atau kemampuan akal tersebut manusia menginginkan suatu
kehidupan ( dunia ) baru yang di kendalikan oleh akal sehat manusia. Kepercayaan akan akal
sehat sangat jelas dalam bidang filsafat, yaitu dalam bentuk suatu keiginan untuk menyusun
secara apriori suatu sisitem keputusan akal pada tingkat yang tinggi dan luas. Dalam hal ini
bisa di pahamai bahwa dalam filsafat aliran yang mengedapankan akal adalah aliran
Rasionalisme.
Tokoh-tokoh dalam aliran ini adalah:
1. Blaise Pascal ( 1623 - 1662 )
2. Nicolas Malebranchhe ( 1638 1775 )
3. B De Spinoza ( 1632 1677 )
4. G.W Leibniz ( 1946 1716 )
5. EKSISTENSIALISME
Definisi eksistensialisme tidak mudah dirumuskan, bahkan kaum eksistensialis sendiri
tidak sepakat mengenai rumusan apa sebenarnya eksistensialisme itu. Sekalipun demikian,
ada sesuatu yang disepakati, baik filsafat eksistensi maupun filsafat eksistensialisme samasama menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral Namun tidak ada salahnya,
untuk memberikan sedikit gambaran tentang eksistensialisme ini, berikut akan dipaparkan
pengertiannya.
Kata dasar eksistensi (existency) adalah exist yang berasal dari bahasa Latin ex yang
berarti keluar dan sistere yang berarti berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan keluar
dari diri sendiri. Artinya dengan keluar dari dirinya sendiri, manusia sadar tentang dirinya
sendiri; ia berdiri sebagai aku atau pribadi. Pikiran semacam ini dalam bahasa Jerman disebut
dasein (da artinya di sana, sein artinya berada).
Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa cara berada manusia itu menunjukkan
bahwa ia merupakan kesatuan dengan alam jasmani, ia satu susunan dengan alam jasmani,
manusia selalu mengkonstruksi dirinya, jadi ia tidak pernah selesai. Dengan demikian,
manusia selalu dalam keadaan membelum; ia selalu sedang ini atau sedang itu.
Untuk lebih memberikan kejelasan tentang filsafat eksistensialisme ini, perlu kiranya
dibedakan dengan filsafat eksistensi. Yang dimaksud dengan filsafat eksistensi adalah benarbenar seperti arti katanya, yaitu filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema
sentral. Sedangkan filsafat eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa

cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Manusia berada di dunia; sapi dan pohon
juga. Akan tetapi cara beradanya tidak sama. Manusia berada di dalam dunia; ia mengalami
beradanya di dunia itu; manusia menyadari dirinya berada di dunia. Manusia menghadapi
dunia, menghadapi dengan mengerti yang dihadapinya itu. Manusia mengerti guna pohon,
batu dan salah satu di antaranya ialah ia mengerti bahwa hidupnya mempunyai arti. Artinya
bahwa manusia sebagai subyek. Subyek artinya yang menyadari, yang sadar. Barang-barang
yang disadarinya disebut obyek.
Tokoh-tokoh Eksistensialisme dan Ajarannya:
Tokoh-tokoh eksistensialisme ini cukup banyak, di antaranya: Kierkegaard, Friedrich
Nietzsche, Karl Jaspers, Martin Heidegger, Gabriel Marcel, dan Sartre. Namun dalam
makalah ini penulis membatasi pada dua tokoh ini yang dipandang mewakili tokoh-tokoh
lainnya, yaitu Soren Aabye Kierkegaard dan Jean Paul Sartre.
1. Soren Aabye Kierkegaard
Soren Aabye Kierkegaard (1813-1855) lahir di Kopenhagen, Denmark. Ia lahir ketika
ayahnya berumur 56 tahun dan ibunya 44 tahun. Ia mulai belajar teologi di Universitas
Kopenhagen. Ia menentang keras pemikiran Hegel yang mendominasi di Universitas tersebut.
Dalam kurun waktu ini ia apatis terhadap agama, ingin hidup bebas dari lingkungan aturan
agama. Setelah mengalami masa krisis religius, ia kembali menekuni ilmu pengetahuan dan
menjadi Pastor Lutheran.
Pada tahun 1841 ia mempublikasikan buku pertamanya (disertasi MA) Om Begrebet Ironi
(The Concept of Irony). Karya ini sangat orisinal dan memperlihatkan kecemerlangan
pemikirannya. Ia mengecam keras asumsi-asumsi pemikiran Hegel yang bersifat umum.
Karya agungnya terjelma dalam Afsluttende Uvidenskabelig Efterskriff (Consluding
Unscientific Postcript) tahun 1846, mengungkapkan ajaran-ajarannya yang bermuara pada
kebenaran subyek. Karya-karya lainnya adalah Enten Eller (1843) dan Philosophiske Smuler
(1844). Sedangkan buku-buku yang bernada kristiani adalah Kjerlighedens Gjerninger (Work
of Love) 1847, Christelige Taler (Christian Discourses) 1948, dan Sygdomen Til Doden (The
Sickness into Death) tahun 1948).
2. Jean Paul Sartre

Jean Paul Sartre (1905-1980) lahir tanggal 21 Juni 1905 di Paris. Ia berasal dari
keluarga Cendikiawan. Ayahnya seorang Perwira Besar Angkatan Laut Prancis dan ibunya
anak seorang guru besar yang mengajar bahasa modern di Universitas Sorbone. Ketika ia
masih kecil ayahnya meninggal, terpaksa ia diasuh oleh ibunya dan dibesarkan oleh
kakeknya. Di bawah pengaruh kakeknya ini, Sartre dididik secara mendalam untuk menekuni
dunia ilmu pengetahuan dan bakat-bakatnya dikembangkan secara maksimal. Pengalaman
masa kecil ini memberi ia banyak inspirasi. Diantaranya buku Les Most (kata-kata) berisi
nada negatif terhadap hidup masa kanak-kanaknya.
Meski Sartre berasal dari keluarga Kristen protestan dan ia sendiri dibaptiskan
menjadi katolik, namun dalam perkembangan pemikirannya ia justru tidak menganut agama
apapun. Ia atheis. Ia memngaku sama sekali tidak percaya lagi akan adanya Tuhan dan sikap
ini muncul semenjak ia berusia 12 tahun. Bagi dia, dunia sastra adalah agama baru, karena itu
ia menginginkan untuk menghabiskan hidupnya sebagai pengarang.
Sartre tidak pernah kawin secara resmi, ia hidup bersama Simone de Beauvoir tanpa
nikah. Mereka menolak menikah karena bagi mereka pernikahan itu dianggap suatu lembaga
borjuis saja. Dalam perkembangan pemikirannya, ia berhaluan kiri. Sasaran kritiknya adalah
kaum kapitalis dan tradisi masyarakat pada masa itu. Ia juga mengeritik idealisme dan para
pemikir yang memuja idealisme.
Pada tahun 1931 ia mengajar sebagai guru filsafat di Laon dan Paris. Pada periode ini
ia bertemu dengan Husserl. Semenjak pertemuan itu ia mendalami fenomenologi dalam
mengungkapkan filsafat eksistensialisme-nya. Ia menjadi mashur melalui karya-karya novel
dan tulisan dramanya. Dalam bidang filsafat, karyanya yang sangat terkenal adalah Being and
notthingness, buku ini membicarakan tentang alam dan bentuk eksistensinya.

6.PLURALISME
Tokoh-tokoh dalam aliran ini diantaranya : Empedakles dan Anaxogoras
Pluralisme (Pluralism) berasal dari kata Pluralis (jamak). Aliran ini menyatakan bahwa
realitas tidak terdiri dari satu substansi atau dua substansi tetapi banyak substansi yang

bersifat independen satu sama lain. Sebagai konsekuensinya alam semesta pada dasarnya
tidak memiliki kesatuan, kontinuitas, harmonis dan tatanan yang koheren, rasional,
fundamental.
Didalamnya hanya terdapat pelbagi jenis tingkatan dan dimensi yang tidak dapat
diredusir. Pandangan demikian mencangkup puluhan teori, beberapa diantaranya teori para
filosuf yunani kuno yang menganggap kenyataan terdiri dari udara, tanah, api dan air. Dari
pemahaman di atas dapat dikemukakan bahwa aliran ini tidak mengakui adanya satu
substansi atau dua substansi melainkan banyak substansi, karena menurutnya manusia tidak
hanya terdiri dari jasmani dan rohani tetapi juga tersusun dari api, tanah dan udara yang
merupakan unsur substansial dari segala wujud.
Para filsuf yang termasuk dalam aliran ini antara lain: Empedakles (490-430 SM), yang
menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari empat unsur, yaitu api, udara, air dan tanah.
Anaxogoras (500-428 SM), yang menyatakan hakikat kenyataan terdiri dari unsur-unsur yang
tidak terhitung banyaknya, sebab jumlah sifat benda dan semuanya dikuasai oleh suatu tenaga
yang dinamakannodus yaitu suatu zat yang paling halus yang memiliki sifat pandai bergerak
dan mengatur.
7.EMPIRISME
Empirisme merupakan suatu aliran atau paham dalam filsafat yang membahas tentang
sumber ilmu pengetahuan. Dalam empirisme ini, suatu ilmu pengetahuan didapat melalui
sebuah pengalaman atau indera seseorang. Istilah empirisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu
Empiria yang memiliki arti pengalaman. Aliran empirisme ini merupakan lawan dari aliran
rasionalisme. Dalam aliran rasionalisme dikatakan bahwa suatu ilmu pengetahuan dihasilkan
melalui suatu akal atau rasio. Sedangkan empirisme mengatakan bahwa suatu ilmu
pengetahuan dihasilkan melalui suatu pengalaman atau indera. Empirisme beranggapan
bahwa ilmu pengetahuan dapat dikatakan benar dan pasti apabila telah dialami oleh seseorang
mengenai ilmu tersebut.
Tokoh-tokoh Empirisme:
1. Francis Bacon (1210-1292 M)
Menurut Francis Bacon, pengetahuan yang sesungguhnya adalah pengetahuan yang
telah diterima orang terhadap kebenarannya melalui persentuhan indera dengan dunia nyata.
2. Thomas Hobbles (1588-1679 M)
Menurut Thomas Hobbles, pengalaman inderawi dianggap sebagai awal dari sebuah
perkenalan. Suatu hal dapat dikatakan benar ketika telah disentuh oleh suatu indera.
Pengetahuan yang

berasio hanya merupakan gabungan-gabungan dari data-data inderawi

saja.
3. John Locke (1632-1704 M)

Dalam melakukan penelitiannya, ia menggunakan istilah sensation dan reflection.


Sensation adalah sesuatu yang memiliki hubungan dengan dunia luar namun manusia tidak
dapat memahaminya. Sedangkan reflection adalah suatu pengenalan yang mampu
memberikan sebuah pengetahuan kepada manusia. Setiap pengetahuan yang didapat oleh
manusia mengandung sensation dan reflection. Namun manusia harus mendahulukan peranan
sensation karena jiwa manusia sangatlah bersih, belum ternodai sedikitpun pada saat
dilahirkan. Tidak ada sesuatu dalam jiwa manusia yang telah dibawa sejak lahir, namun peran
pengalamanlah yang mampu membentuk jiwa manusia.
4. David Hume (1711-1776 M)
David Hume merupakan tokoh yang menganut aliran empirisme radikal, yang
mengatakan bahwa ide-ide dapat dikembalikan pada ransangan indera. Filsafat Empirisme
mencapai puncaknya pada masa David Hume ini.
5. Herbert Spencer (1820-1903)
Empirisme Herbert Spencer terlihat jelas dalam filsafatnya tentang the great unknowable.
Menurut Herbert Spencer, kita hanya dapat mengetahui gejala-gejela saja. Dibalik gejala
tersebut tersimpan sesuatu yang absolut yang kemudian disebut oleh Herbert Spencer ini
sebagai yang tidak diketahui (the unknowable).

8.DUALISME
Tokoh Aliran Filsafat Dualisme:
1.Thomas Hyde (1700)
2. Plato (427-347 SM)
Dualisme (dualism) berasal dari kata Latin yaitu duo (dua). Dualisme adalah ajaran yang
menyatakan realitas itu terdiri dari dua substansi yang berlainan dan bertolak belakang.
Masing-masing substansi bersifat unik dan tidak dapat direduksi, misalnya substansi adi
kodrati dengan kodrati, Tuhan dengan alam semesta, roh dengan materi, jiwa dengan badan
dll. Ada pula yang mengatakan bahwa dualisme adalah ajaran yang menggabungkan antara
idealisme dan materialisme, dengan mengatakan bahwa alam wujud ini terdiri dari dua
hakikat sebagai sumber yaitu hakikat materi dan ruhani.
Dapat dikatakan pula bahwa dualisme adalah paham yang memiliki ajaran bahwa segala
sesuatu yang ada, bersumber dari dua hakikat atau substansi yang berdiri sendiri-sendiri.
Orang yang pertama kali menggunakan konsep dualisme adalah Thomas Hyde (1700), yang

mengungkapkan bahwa antara zat dan kesadaran (pikiran) yang berbeda secara subtantif. Jadi
adanya segala sesuatu terdiri dari dua hal yaitu zat dan pikiran. Yang termasuk dalam aliran
ini adalah Plato (427-347 SM), yang mengatakan bahwa dunia lahir adalah dunia pengalaman
yang selalu berubah-ubah dan berwarna-warni. Semua itu adalah bayangan dari dunia idea.
Sebagai bayangan, hakikatnya hanya tiruan dari yang asli yaitu idea. Karenanya maka dunia
ini berubah-ubah dan bermacam-macam sebab hanyalah merupakan tiruan yang tidak
sempurna dari idea yang sifatnya bagi dunia pengalaman. Barang-barang yang ada di dunia
ini semua ada contohnya yang ideal di dunia idea sana (dunia idea).
Lebih lanjut Plato mengakui adanya dua substansi yang masing-masing mandiri dan tidak
saling bergantung yakni dunia yang dapat diindera dan dunia yang dapat dimengerti, dunia
tipe kedua adalah dunia idea yang bersifat kekal dan hanya ada satu. Sedang dunia tipe
pertama adalah dunia nyata yang selalu berubah dan tak sempurna. Apa yang dikatakan Plato
dapat dimengerti seperti yang dibahasakan oleh Surajiyo (2005), bahwa dia membedakan
antara dunia indera (dunia bayang-bayang) dan dunia ide (dunia yang terbuka bagi rasio
manusia). Rene Descartes (1596-1650 M) seorang filsuf Prancis, mengatakan bahwa
pembeda antara dua substansi yaitu substansi pikiran dan substansi luasan (badan). Jiwa dan
badan merupakan dua sebstansi terpisah meskipun didalam diri manusia mereka berhubungan
sangat erat.
Dapat dimengerti bahwa dia membedakan antara substansi pikiran dan substansi keluasan
(badan). Maka menurutnya yang bersifat nyata adalah pikiran. Sebab dengan berpikirlah
maka sesuatu lantas ada, cogito ergo sum! (saya berpikir maka saya ada). Leibniz (16461716) yang membedakan antara dunia yang sesungguhnya dan dunia yang mungkin.
Immanuel Kant (1724-1804) yang membedakan antara dunia gejala (fenomena) dan dunia
hakiki (noumena).

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rozak, Isep Zainal Arifin, Filsafat Umum, Bandung: Gema Media Pusakatama,

2002.
http://mawtaublogaddres.blogspot.co.id/2015/06/aliran-aliran-utamaGMGM-dalam-

filsafat.html
http://berliana-saputri-fib13.web.unair.ac.id/artikel_detail-96920-Filsafat-

Empirisme.html
http://recha-history.blogspot.co.id/2013/01/filsafat-humanisme.html

Você também pode gostar