Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
NESVITA ZIKRA
( 1420532044)
OFNI WATI
(1420532045)
RAHMAT TASNIM
(1420532046)
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang
ada. Pengawasan untuk memastikan pelaksanaan kerja organisasi sektor publik
membutuhkan audit eksternal yang komprehensif dan kompeten yang didukung
oleh standar internasional tentang audit.
Lingkungan Supreme Audit institution (SAI) memerlukan pendekatan yang
komprehensif untuk manajemen keuangan publik. Hal ini juga rnensyaratkan
penyerahan laporan audit publik untuk memastikan dukungan publik untuk
tindakan yang efektif. Semua persyaratan ini dipenuhi oleh INTOSAI dan standar
audit IFAC.
Dalam praktik di Indonesia, standar audit publik yang dikenal adalah
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar audit terdiri dari 10 yang
dikelompokkan ke dalam 3 bagian, di antaranya standar umum, standar pckerjaan
lapangan dan standar pelaporan. Dalam banyak hal, standar-standar tersebut saling
herhubungan dan saling bergantung satu dengan lainnya. Materialitas dan
risiko audit melandasi penerapan semua standar audit, terutama standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Standar
Pemeriksaan
Keuangan
Negara
adalah
sebuah
standar
pemeriksa,
independensi
organisasi
pemeriksa
dan
penyusunan
laporan
hasil
pemeriksaan,
pemeriksa
wajib
(c) Bukti audit yang kompeten harus diperoleh rnelalui inspeksi, pengamatan
pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
Standar Pemeriksaan menetapkan standar pelaksanaan tambahan berikut.
a. Komunikasi pemeriksa.
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan pertama adalah:
Pemeriksa harus mengomunikasikan informasi yang berkaitan
dengan sifat, saat, lingkup pengujian, pelaporan yang direncanakan,
dan tingkat keyakinan kepada manajemen entitas yang diperiksa dan
atau pihak yang meminta pemeriksaan.
Standar Pemeriksaan rnensyaratkan pemeriksa untuk memperoleh
pemahaman mengenai entitas yang diperiksa dan melakukan
komunikasi dengan entitas yang diperiksa. Standar Pemeriksaan
memberi kesempatan untuk memperluas pihak yang akan diajak
berkomunikasi tentang hal yang berkaitan dengan informasi tertentu
selama perencanaan pemeriksaan, termasuk kemungkinan adanya
pembatasan dalam pelaporan, untuk mengurangi risiko salah
interpretasi atas laporan hasil pemeriksaan. Oleh karena itu, Pemeriksa
diharapkan rnampu rnenggunakan pertimbangan profesionalnya untuk
menentukan bentuk, isi, dan intensitas kornunikasi. Di dalam standar
rnenyarankan agar melakukan komunikasi dalam bentuk tertulis.
Pemeriksa dapat mengomunikasikan informasi yang dipandang perlu
dengan rnemuatnya dalarn program perneriksaan dan komunikasi yang
dilakukan pemeriksa harus didokurnentasikan.
b. Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya.
Pernyataan standar pelaksanaan tambahan kedua adalah:
Pemeriksa harus mernpertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya
serta tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan
dengan tujuan pemeriksaan yang sedang dilaksanakan.
Di dalam melakukan pemeriksaan (audit) Pemeriksa harus
memperoleh
informasi
mengidentifikasi
dan
perneriksaan
entitas
yang
keuangan,
diperiksa
pemeriksaan
untuk
kinerja,
Perneriksa
profesionalnya
untuk
harus
mempergunakan
menentukan
(1)
periode
pertimbangan
yang
harus
terhadap ketentuan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
tambahan
untuk memastikan
10
akuntansi
yang
dipilih
tepat
untuk
keadaan
yang
bersangkutan.
c. Laporan
keuangan
beserta
catatan
atas
laporan
keuangan
keuangan
mencerminkan
peristiwa
dan
transaksi
yang
mendasarinya dalam suatu cara penyajian posisi keuangan, hasil usaha, dan
arus kas dalam batas-batas yang rasional dan praktis untuk dicapai dalarn
laporan keuangan.
(2) Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidak konsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode
berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalarn
periode sebelumnya.
Konsistensi merupakan konsep didalam akuntansi yang menuntut penerapan
standar secara terus menerus, dan tidak diubah-ubah, kecuali dengan alasan
yang dapat dibenarkan. Perubahan kadang dirnungkinkan dan dibenarkan
agar laporan keuangan dapat menyajikan posisi keuangan organisasi yang
sebenarnya dan untuk menghindari informasi yang menyesatkan. Tujuan
standar konsistensi adalah memberikan jaminan bahwa jika daya banding
laporan keuangan diantara dua periode dipengaruhi secara material oleh
perubahan prinsip akuntansi, auditor akan mengungkapkan perubahan
tersehut dalam laporan. audit. Konsistensi sangat diperlukan untuk
mendukung komparabilitas laporan keuangan dan suatu periode ke periode
berikutnya. Apabila laporan keuangan telah rnenerapkan konsistensi
sebagaimana mestinya, maka laporan keuangan audit tidak perlu
rncnyebutkan frase konsistensi ini.
11
antara
konsistensi
dengan
daya
banding
laporan
keuangan.
Prinsip akuntansi.
Estimasi akuntansi.
12
digunakan untuk
mempertimbangkan
kecukupan
pengungkapan,
auditor
13
14
Standar
pemeriksaan
merupakan
tambahan
Apabila
suatu
15
b. Pelaporan
tentang
Kepatuhan
terhadap
Ketentuan
Peraturan
Perundang-Undangan.
Pernyataan standar pelaporan tambahan kedua adalah:
Laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan harus mengungkapkan
bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan
material terhadap penyajian laporan keuangan.
Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang
ditemukan dalam pemeriksaan keuangan, dimuat dalam laporan atas
kepatuhan. Apabila pemeriksa tidak menernukan ketidakpatuhan dalam
pengujian kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
pemeriksa tidak menerbitkan laporan atas kepatuhan. Apabila pemeriksa
menerbitkan laporan atas kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan, laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan
harus memuat suatu paragraf yang merujuk kepada laporan tersebut.
Laporan atas kepatuhan mengungkapkan: (1) ketidakpatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundangundangan termasuk pengungkapan atas
penyimpangan administrasi, pelanggaran atas perikatan perdata, maupun
penyimpangan
yang
mengandung
unsur
tindak
pidana,
dan
(2)
16
(a) Tidak ada pemisahan tugas yang memadai sesuai dengan tujuan
pengendalian yang layak.
(b) Tidak ada review dan persetujuan yang memadai untuk transaksi,
pencatatan akuntansi atau output dan suatu sistem.
(c) Tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan aktiva.
(d) Bukti kelalaian yang menakibatkan kerugian, kerusakan atau
penggelapan aktiva.
(e) Bukti bahwa suatu sistem gagal menghasilkan output yang lengkap
dan cermat sesuai dengan tujuan pengendalian yang ditentukan oleh
entitas
yang diperiksa, karena kesalahan penerapan prosedur pengendalian.
(f) Bukti adanya kesengajaan mengabaikan pengendalian internal oleh
orang-orang yang mempunyai wewenang, sehingga menyebabkan
kegagalan tujuan menyeluruh sistem tersebut.
(g) Bukti kegagalan untuk menjalankan tugas yang menjadi bagian dan
pengendalian internal, seperti tidak dibuatnya rekonsiliasi atau
pembuatan rekonsiliasi tidak tepat waktu.
(h) Kelemahan dalam lingkungan pengendalian seperti tidak adanya
tingkat kesadaran yang mernadai tentang pengendalian dalam
organisasi tersebut.
(i) Kelemahan yang signifikan dalam desain atau pelaksanaan
pengendalian internal yang dapat rnengakibatkan pelanggaran
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berdampak langsung
dan material atas laporan keuangan.
(j) Kegagalan untuk melakukan tindak lanjut dan membentuk sistem
informasi pernantauan tindak lanjut untuk secara sistematis dan tepat
waktu memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pengendalian
internal yang sebelumnya telah diketahui.
Dalam melaporkan kelemahan pengendalian internal atas pelaporan
keuangan. pemeriksa harus mengidentifikasi kondisi yang dapat
dilaporkan yang secara sendiri-sendiri atau secara kumulatif merupakan
17
kondisi
tersebut,
hal-hal
yang
diidentifikasi
harus
dalam
menyajikan
temuan
mengenai
kelemahan
18
pemeriksa
harus
mengomunikasikan
secara
tertulis
19
internal, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan, atau ketidakpatutan yang dilaporkan oIeh perneriksa, tetapi juga
tindakan perbaikan yang direncanakan. Pemeriksa harus memuat komentar
pejabat tersebut dalam laporan hasil pemeriksaannya. Pemeriksa harus
meminta pejabat yang bertanggung jawab untuk membenikan tanggapan
tertulis terhadap temuan, simpulan dan rekornendasi, termasuk tindakan
perbaikan yang direncanakan oleh manajemen entitas yang diperiksa.
Tanggapan yang diperoleh harus dievaluasi secara seimbang dan objektif.
Tanggapan yang berupa suatu janji atau rencana untuk tindakan perbaikan
tidak boleh diterirna sebagai alasan untuk menghilangkan temuan yang
signifikan atau rekomendasi yang berkaitan. Apabila tanggapan dan entitas
yang diperiksa bertentangan dengan temuan, simpulan atau rekomendasi
dalarn laporan hasil pemeriksaan dan menurut pemeriksa, tanggapan tersebut
tidak benar atau apabila rencana tindakan perbaikannya tidak sesuai dengan
rekomendasi, maka pemeriksa harus menyampaikan ketidaksetujuannya atas
tanggapan dan rencana tindakan perbaikan tersebut beserta alasannya.
Ketidaksetujuan tersebut harus disampaikan secara seimbang dan objektif.
Sebaliknya, pemeriksa harus memperbaiki laporannya apabila perneriksa
berpendapat bahwa tanggapan tersebut benar.
e. Pelaporan Informasi Rahasia.
Pernyataan standar pelaporan tambahan kelirna adalah;
Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundangundangan untuk diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam
laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan hasil pemeriksaan harus
mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya
informasi tersebut.
Informasi tertentu dapat dilarang untuk diungkapkan kepada urnum oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan. Informasi tersebut mungkin
hanya dapat diberikan kepada pihak yang berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan rnempunyai kewenangan untuk mengetahuinya. Situasi
lain yang berkaitan dengan keamanan publik dapat juga rnengakibatkan
informasi tersebut dilarang untuk diungkapkan dalam laporan hasil
20
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku.
Apabila
perrnintaan
atau
keadaan
yang
menyebabkan
tidak
penghilangan
informasi
tertentu,
pemeriksa
harus
21
22
ketidakpatutan (abuse)
Mengidentifikasikan kriteria yang diperlukan untuk mengevaluasi hal-
telah ditetapkan.
Menyediakan pegawai atau staf yang cukup dan sumber daya lain
23
b. Supervisi
Pernyataan standar pelaksanaan kedua adalah Staf harus disupervisi
dengan baik. Supervisi mencakup engarahan kegiatan pemeriksa dan
pihak lain (seperti tenaga ahli yang terlibat dalam pemeriksaan) agar
tujuan pemeriksaan dapat dicapai. Unsur supervisi meliputi pemberian
intruksi kepada staf, pemberian informasi mutakhir tentang masalah
signifikan yang dihadapi, pelaksanaan review atas pekerjaan yang
dilakukan, dan pemberian pelatihan kerja lapangan (on the job training)
yang efektif.
c. Bukti
Pernyataan standar pelaksanaan ketiga adalah Bukti yang cukup,
kompeten dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai
bagi temuan dan rekomendasi pemeriksa. Dalam mengidentifikasi
sumber-sumber data potensial yang dapat digunakan sebagai bukti
pemeriksaan, pemeriksa harus mempertimbangkan validitas dan keandalan
data tersebut, termasuk data yang dikumpulkan oleh entitas yang diperiksa,
data yang disusun oleh pemeriksa atau data yang diberikan oleh pihak
ketiga. Demikian juga halnya dengan kecukupan dan relevansi bukti-bukti
tersebut.
d. Dokumentasi Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaksanaan keempat adalah Pemeriksa harus
mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk
kertas kerja pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pemeriksaan harus berisi
informasi
yang
cukup
untuk
memungkinkan
pemeriksa
yang
pemeriksaan.
Memungkinkan orang lain untuk me-review kualitas pemeriksaan.
24
25
entitas
yang
diperiksa.
Tanggapan
pejabat
yang
tersebut.
diungkapakan
Beberapa
kepada
umum
informasi
berdasarkan
tertentu
tidak
ketentuan
dapat
peraturan
26
27
7. Ringkas
Laporan yang ringkas adalah laporan yang tidak lebih panjang dari
yang diperlukan untuk menyampaikan dan mendukung pesan. Laporan
yang terlalu rinci dapat mengurangi kualitas laporan, bahkan dapat
menyembunyikan pesan yang sesungguhnya sehingga membingungkan
dan mengurangi minat pembaca.
d. Penerbitan dan Pendistribusian Laporan Hasil Pemeriksaan
Pernyataan standar pelaporan keempat adalah Laporan
Hasil
tambahan
28
1) Komunikasi Pemeriksa
Pernyataan standar pelaksanaan
tambahan
pertama
adalah
29
pemeriksa
harus
memperoleh
pemahaman
yang
diuji
yang
bersifat
keuangan
maupun
non
keuangan.
pelaporan
keuangan,
termasuk
laporan
kecurangan
dan
penyimpangan
dari
ketentuan
30
tersebut
dapat
menjadi
bukti
yang
mendukung
yang
menggambarkan
dimasukkan
catatan
dalam
penting
dokumentasi
mengenai
pemeriksaan
pemeriksaan
yang
31
Standar
pemeriksaan
menetapkan
standar
pelaporan
tambahan
tertentu
harus
mengungkapkan :
Kelemahan Pengendalian internal yang berkaitan dengan hal yang
diperiksa,
Kepatuhan
terhadap
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
kecurangan,
penyimpangan
dari
ketentuan
peraturan
32
33
34
Jenis
pemeriksaan
standar
audit
adalah
pemeriksaan
keuangan,
sebagai
pengendali
secara
preventif
terhadap
kecurangan,
35
ketidakjujuran dan kelalaian. Standar audit juga dapat mendorong akuntan publik
menggunakan kemahiran jabatannya dan menjaga kerahasiaan informasi/data
yang diperoleh, melakukan pengendalian mutu dan bersikap profesional.
KERANGKA PIKIR AUDIT SEKTOR PUBLIK
Pengawasan yang efektif oleh legislatif secara komprehensif, audit
eksternal yang kompeten dan didukung oleh standar internasional tentang audit
memungkinkan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kebijakan fiskal dan
pengeluaran. Secara kelembagaan, kerangka pikir audit sektor pubik terbagi
menjadi :
1.
Kerangka Kelembagaan
Pengangkatan dan kekuasaan auditor harus tercakup dalam Undang-undang
audit. Konstitusi dan undang-undang yang relevan menyediakan bagi
presiden untuk menunjuk auditor umum dengan mandat untuk mengaudit
2.
3.
36
para auditor. Lembaga audit agung telah mengadopsi kode etik IFAC yang
4.
5.
dan
prestasi
dan
memberikan
transparasi
dalam
proses
akuntabilitas.
Kemandirian
Undang-undang audit harus memberikan kemerdekaan yang efektif kepada
auditor umum sebagaimana prinsip inti dari kemandirian SAI yang
ditetapkan oleh INTOSAI, kemandirian tersebut antara lain :
Independensi kepala SAI termasuk keamanana kepemilikan dan
6.
7.
8.
9.
37
38
39
saat
melaksanakan
pengujian
auditor
pada
umumnya
40
melakukan
pengumpulan
bukti,
mengembangkan
temuan
dan
membuat
41
karena
ada
tuntutan
yang
tinggi
dari
masyarakat
atas
Hatherly and
Parker (1988)
AICPA (Ponder,
1984)
GAO (1974)
ANAO (2003)
1.
Tujuan audit
Pendahuluan
Laporan ringkas, Lingkup
dan
(meliputi
tujuan, jelas dan lengkap tujuan audit
lingkup, pendekatan
dan prosedur)
2.
Lingkup audit
Ringkasan
temuan
3.
Prosedur audit
Rekomendasi
daftar Masalah
Temuan
kesimpulan
Temuan
dan
kesimpulan
dan Bukti
yang
mendukung
temuan
dan
42
kesimpulan
4.
Masalah
Rincian dan
pendukung
data Pendapat
dan Rekomendasi
rekomendasi
auditor
5.
Penyebab
masalah
6.
Rekomendasi
7.
Pencapaian dan
kemajuan klien
Pandangan
pejabat klien
8.
Pandangan
pejabat klien
Lingkup
tujuan audit
9.
Penggunaan
bahasa
10.
Penyajian laporan
dari -
Penekanan
Komentar kritis
adanya kemajuan
daripada kritik
Kemajuan klien
dan Pandangan
organisasi yang
diaudit
maksud
pengujian,
luas
dan
jenis
pengujian
dan
kriteria
Kriteria
yang
digunakan
dalam
penelitian
mereka
untuk
43
No.
SAP (1995)
SPKN ( 2007 )
1.
2.
Hasil audit
3.
Rekomendasi
4.
5.
6.
Ketidakpatuhan
penyalahgunaan wewenang
7.
Pelaporan
hukum
8.
Pengendalian manajemen
9.
10.
Hasil/prestasi kerja
11.
12.
perbuatan
dan
melanggar
44
45
berdiri banyak kantor akuntan Indonesia dan masuknya kantor akuntan asing yang
bekerja sama dengan kantor akuntan Indonesia. 30 tahun setelah berdirinya IAI
atas gagasan Drs. Theodorus M Tuanakotta pada tanggal 7 April 1977 IAI
membentuk seksi akuntan publik sebagai wadah para akuntan publik di Indonesia
untuk melaksanakan program-program pengembangan akuntan publik.
IKATAN
AKUNTAN
INDONESIA
KOMPARTEMEN
AKUNTAN
PUBLIK (IAI-KAP)
Dalamkurun waktu 17 tahun sejak dibentuknya Seksi Akuntan Publik,
profesi akuntan publik berkembang dengan pesat. Seiring dengan perkembangan
pasar modal dan perbankan di Indonesia, diperlukan perubahan standar akuntansi
keuangan dan standar profesional akuntan publik yang setara dengan standar
internasional. Dalam kongres IAI ke-VII tahun 1994, anggota IAI sepakat untuk
memberikan hak otonomi kepada akuntan publik dengan mengubah Seksi
Akuntan Publik menjadi Kompartemen Akuntan Publik
INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA (IAPI)
Setelah hampir 50 tahun sejak berdirinya perkumpulan akuntan Indonesia,
tepatnya pada tanggal 24 Mei 2007 berdirilah Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) sebagai organisasi akuntan publik yang independen dan mandiri dengan
berbadan hukum yang diputuskan melalui Rapat Umum Anggota Luar Biasa IAIKompartemen Akuntan Publik. Berdirinya Institut Akuntan Publik adalah respon
terhadap dampak globalisasi, dimana Drs. Ahmadi Hadibroto sebagai ketua dewan
pengurus nasional IAI mengusulkan perluasan keanggotaan IAI selain individu.
Hal ini telah diputuskan dalam kongres IAI X pada tanggal 23 November 2006.
Keputusan inilah yang menjadi dasar untuk mengubah IAI-Kompartemen
Akuntan Publik menjadi asosiasi yang independen yang mampu secara mandiri
mengembangkan profesi akuntan publik.
IAPI diharapkan dapat memenuhi seluruh persyaratan International
Federation of Accountants (IFAC) yang berhubungan dengan profesi dan etika
akuntan publik, sekaligus untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh IFAC
sebagaimana tercantum dalam Statement of Member Obligation (SMO).
46
Pada tanggal 4 Juni 2007 secara resmi IAPI diterima sebagai asosiasi yang
pertama oleh IAI. Pada tanggal 5 Februari 2008 Pemerintah Republik Indonesia
melalui Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 mengakui IAPI
sebagai organisasi profesi akuntan publik yang berwenang melaksanakan ujian
sertifikasi akuntan publik, penyusunan dan penerbitan standar profesional dn etika
akuntan publik serta menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi
seluruh akuntan publik di Indonesia.
47