Você está na página 1de 4

Nama : Jihan Fadhilah Lailafitriana

Absen : 21

Analisis mengenai permasalahan yang terjadi di Timor-Timur sehingga Indonesia


menjadi sorotan di dunia internasional

Timor Leste yang dulunya dikenal dengan Timor Portugis semasa penjajahan Portugal tidak
diperhatikan dengan baik oleh Portugal yang memegang kendali setelah terjadinya Revolusi
Bunga yang melanda Portugal sebagai negara penjajah dan kemudian terjadi penelantaran.
Kemudian terbentuk tiga partai utama yaitu Partai Fretelin, Uni Demokrat Timor (UDT), dan
APODT. Tiga partai ini tentunya memiliki tujuan/kepentingan berbeda. Partai Fretelin
menghendaki agar Timor Portugis merdeka secara mutlak dan berdaulat secara penuh, UDT
menghendaki kemerdekaan bertahap 15 tahun, sebaliknya APODT justru ingin agar Timor
Portugis berintegrasi dengan Indonesia yang secara geografis dan budaya memiliki kedekatan.
Partai-partai tersebut berperan sebagai aktor penting di masa awal konflik yang terjadi di Timor
Portugis.
Berikut ini adalah analisis saya tentang beberapa permasalahan di Timor-Timur yang
membuat Indonesia menjadi sorotan di dunia Internasional :

1. Terjadinya operasi militer oleh Indonesia


Pada saat itu terjadi invasi atau operasi militer oleh Indonesia yang tergolong ke
dalam pelanggaran HAM. Hal yang dilakukan militer Indonesia saat itu adalah
pembantaian massal terhadap penduduk yang diasumsikan sebagai pejuang prokemerdekaan. Invasi ini dilakukan Indonesia guna meredam gerakan separatis yang
dilakukan oleh masyarakat asli Timor Timur yang melakukan penolakan terhadap invasi
Indonesia. Peristiwa tersebut menjadikan suasana makin memanas dan menyebabkan
masalah lain terjadi.
2. Adanya konflik bersenjata dengan Indonesia
Konflik bersenjata ini terjadi antara gerilyawan Timor Portugis (Partai Fretelin
bersama rakyat pro-kemerdekaan) dengan militer Indonesia. Hal ini menyebabkan
kebencian masyarakat Timor Timur atas Indonesia karena keluarga mereka banyak yang
tewas dalam konflik militer ini. Sehingga suasana pun semakin menjadi-jadi karena
konflik yang berkepanjangan dan juga rasa ketidaknyamanan masyarakat terhadap
Indonesia. Sumber potensi konflik lain adalah tidak diberikannya otonomi daerah di
Timor Timur, sehingga masyarakat disana tidak boleh mengelola SDA untuk kebutuhan
daerahnya.
3. Terjadinya Tragedi Santa Cruz (1992)

Konflik demi konflik semakin memanas karena pengaruh Fretelin semakin kuat
setelah berhasil mendapat dukungan masyarakat pro-kemerdekaan, APODT yang
semakin memberi perlawanan terhadap Fretelin karena APODT pro-Indonesia dan
mendapat dukungan militer bersenjata, dan pendekatan militer Indonesia yang dianggap
sebagai penindasan terhadap masyarakat Timor Timur kala itu. Kemudian, aksi protes
pun dilakukan oleh masyarakat Timor Timur terhadap pemerintah Indonesia. Buntutnya,
tahun 1992, terjadi tragedi Santa Cruz. Terjadi penembakan para pemrotes Timor Timur
di pemakaman Santa Cruz oleh militer Indonesia. Saat itu para pemrotes yang
kebanyakan mahasiswa sedang melaksanakan pemakaman rekan mereka, Sebastiao
Gomes, di pemakaman Santa Cruz. Gerakan pemrotes mengiringi jenazah untuk
dimakamkan. Di saat yang sama, militer Indonesia mengepung pemakaman itu dan
menembaki para pemrotes. Pemerintah Indonesia kemudian berusaha menyembunyikan
bukti atau pun menghilangkan jejak yang ada. Namun, wartawan luar negeri sempat
mengabadikan tragedi tersebut dan menayangkannya di media seluruh dunia. Wajah
Indonesia pun tercoreng akibat tragedi tersebut.
4. Adanya perang saudara

Perang saudara ini dilakukan antara pihak pro-kemerdekaan dan pro-integrasi di


Timor Timur. Selama perang saudara di Timor Timur selama September-November 1975
dan selama pendudukan Indonesia tahun 1975-1999, korban lebih dari 200.000 orang
meninggal dan 183.000 diantaranya disebabkan tentara Indonesia yaitu karena keracunan
bahan kimia dari bom. Karena hal tersebut PBB tidak setuju dengan integrasi Timor
Timur ke Indonesia. Ketidaksetujuan PBB juga dikarenakan ada kaum anti-kemerdekaan
yang didukung Indonesia melakukan pembantaian balasan secara besar-besaran dimana
sekitar 1.400 jiwa tewas dan 300.000 jiwa dipaksa mengungsi ke Timor Barat.
Kebencian masyarakat Timor Timur terhadap Indonesia semakin menjadi-jadi. Di
sisi lain, masyarakat pro-Indonesia juga berjuang untuk tetap mendukung pemerintahan
Indonesia sebagai pemegang daulat. Konflik-konflik yang terjadi di Timor Timur entah
itu perang saudara atau pun kontak senjata dengan militer Indonesia mendapat desakan
dari masyarakat dunia internasional tentang tanggapan dan sikap Indonesia dalam
penyelesaian konflik yang ada. Pada tahun 1998, jatuhnya rezim Suharto juga
memberikan celah bagi rakyat Timor Timur yang pro-kemerdekaan untuk segera
merdeka. Munculnya tekanan-tekanan dari masyarakat internasional menanggapi kasuskasus yang terjadi di Timor Timur memaksa Indonesia untuk mengeluarkan kebijakan
guna mengakomodasi aspirasi masyarakat Timor Timur. Tekanan tersebut juga
mendorong pemerintah Indonesia untuk membahas masalah ini ke tingkat internasional.
Akhinya, Juni 1998, pemerintah Indonesia memutuskan untuk memberikan otonomi luas
kepada Timor Timur. Usulan Indonesia itu disampaikan kepada Sekjen PBB dan
kemudian mengadakan pembicaraan segitiga antara Indonesia, Portugal, dan PBB.

5. Lepasnya Timor-Timur dari Indonesia

Pada tahun 1999, muncul propaganda Fretelin yang menimbulkan reaksi


penolakan dari rakyat. Rakyat tidak bisa hidup dari makan batu sebagaimana
dipropagandakan Fretelin selama kampanye Jajak Pendapat tahun 1999. Lebih baik
makan batu tapi merdeka, dari pada makan nasi tapi dengan todongan senjata.
Konflik yang berkepanjangan di Timor Timur pada saat itu mulai diupayakan
penyelesaiannya. Banyaknya pengaruh dari luar Indonesia membuat pemerintah kian
terdesak karena banyaknya korban jiwa yang ditimbulkan, kerugian material serta segala
desakan dari dunia Internasional. Upaya penanganan konflik di Timor Timur adalah
usaha cepat dari presiden Habibie yang kala itu menggantikan Suharto. Tuntutan rakyat
Timor Timur adalah diberikannya otonomi luas saja, tetapi rakyat Timor Timur malah
mendapat sebuah pilihan luar biasa, yaitu sebuah Kemerdekaan. Tanggal 29 Januari
1999 merupakan hari yang menentukan bagi rakyat Timor Timur.
Secara politik, keputusan Habibie itu adalah salah, karena tugas utama seorang
Presiden adalah mejaga keutuhan suatu negara. Terlepas dari tindakan kontroversial
tersebut, sebenarnya keputusan penyelesaian konflik dari Habibie tersebut tidaklah salah.
Selama 32 tahun pemerintahan Indonesia telah berada di bawah rezim Soeharto,
perpindahan rezim ini membuat Habibie terdesak terlebih atas kebijakannya dalam
membuat referendum.
Akhirnya jajak pendapat pun dilakukan untuk memberi kebebasan kepada rakyat
Timor Timur untuk menerima ataupun menolak tawaran otonomi khusus. Ternyata hasil
jajak pendapat tersebut menunjukkan 78,5% menolak (ingin merdeka) dan 21,5%
menerima (masih ingin bergabung dengan Indonesia). Dengan kata lain lebih banyak
rakyat Timor Timur yang memutuskan untuk merdeka dan berpisah dari Indonesia.
Kenyataan pahit tersebut harus diterima Indonesia karena itu pilihan rakyat Timor Timur
sendiri.
Dalam keadaan tertekanan, Habibie harus bijak dalam meberikan respon dari
rakyat Timor Timur. Akhirnya referendum dengan opsi merdeka tersebut diambil oleh
Habibie. Keputusan Habibie atas tuntutan rakyat Timor Timur tersebut memang ekstrim.
Atas keputusan Habibie tersebut, banyak pihak yang merasa kecewa karena pengorbanan
yang telah diberikan atas persatuan NKRI. Bahkan pihak TNI mengemukakan
kekecewaannya secara terbuka atas keputusan itu karena TNI selama ini telah berusaha
meredam gerakan-gerakan separatis yang ada secara langsung dan bahkan berkorban jiwa
demi meredam separatisme di Timor Timur.
Keputusan

Habibie

memang

ingin

menghilangkan

tekanan

dari

dunia

internasional. PBB mendesak pemerintah Indonesia untuk segera memberikan solusi


terbaik bagi masalah Timor Timur, sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan
yang paling tepat dalam menyelesaikan konflik di Timor Timur. Timor Timur pun
terlepas dari kedaulatan Indonesia di tahun 1999 dan merdeka secara resmi diakui oleh

dunia pada 20 Mei 2002 sebagai negara merdeka dengan nama Timor Leste/ Republica
Democratica de Timor Leste dan mendapat sokongan dana yang luar biasa dari PBB..
Daftar Pustaka :
Pinem, Walter. Konflik Timor Timur yang Berkepanjangan . 17 Februari 2016.
http://www.seniberpikir.com/konflik-timor-timur-yang-berkepanjangan/ .
Setiawan, Dina Indah. Mengenang Kasus Lepasnya Timor Timur dari Indonesia . 17

Februari 2016. http://kumsej.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-lepasnya-timor-timur.html .

Você também pode gostar