Você está na página 1de 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.

R
DENGAN MASALAH PENINGKATAN SUHU TUBUH
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DHF
DIRUANG LANTAI IV A RSU HAJI
SURABAYA

Disusun Oleh :
Tantie Nurindah Prasetyorini
NIM P278220304072

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURABAYA
PRODI KESEHATAN SUTOPO
SURABAYA
2005 / 2006

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktek klinik dengan judul Asuhan keperawatan pada klien Nn. R dengan diagnosa
medis DHF.
Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, tak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada :
1. Kepala Prodi Keperawatan Sutopo Surabaya.
2. Bapak / Ibu pembimbing ruangan yang telah tulus, ikhlas dan sabar
membimbing kami.
3. Bapak / Ibu Direktur RSAD Surabaya.
4. Kakak-kakak DM praktek di RSAD Surabaya.
5. Semua tekan, pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan
laporan ini.
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai masyarakat
Praktek Keperawatan Klinik II.
Dalam penyusunan makalah ini pasti dapat kekurangan, untuk itu segala saran
dan kritik yang membangun, akan penulis terima dengan senang hati. Dan penulis
berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surabaya,

Desember 2005
Penyusun

DHF
A. Pengertian
Dengue Haemorhage Faver (DHF) suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Virus Dengue tipe I-IV disertai demam 5-7 hari dan gejala-gejala perdarahan,
dan bila timbul renjatan, angka kematiannya cukup tinggi. DHF dibagi menjadi
beberapa derajat antara lain :
a. Derajat ringan (derajat I)
Demam disertai dengan gejala tidak hanya terdapat manifestasi
pendarahan.
b. Derajat sedang (derajat II)
Seperti derajat 1 disertai pendarahan spontan di kulit dan perdarahan
lain yaitu : epitotesis, perdarahan gusi, hematenisis dan atau melena.
c. Derajat berat (derajat III)
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun (kurang dari 20 mmHg atau hypotensi disertai
kulit yang dingin dan lembab serta pasien gelisah).
d. Derajat shock (derajat IV)
B. Etiologi
Infeksi dengue disebabkan oleh virus dari kelompok agravirus B yang
memiliki tempat sensitif (1-4) yang sampai saat ini hanya dikenal satu host yaitu
manusia, meskipun pernah terdengar pula terdapat pada kera. Penyebab adalah
nyamuk dari family Aedes Aeghpty vektor yang klasik adalah yang terbiak di
tempat-tempat penampungan air bersih di dalam rumah atau sekitar tempat
tinggal. Nyamuk lebih dari seratus meter, karena itu penyebabnya terbatas pada
daerah yang mempunyai kepadatan penduduk tinggi. Masa tuntas berkisar 3-15
hari, pada umumnya 5-8 hari.

C. Patofisiologi
Virus Dengue
Invasi ke dalam tubuh

Kongesti pembesaran
daerah di bawah kulit

- Demam
- Sakit Kepala

Ruam
Sistem Retikuloendotelial

Pembesaran getah
bening

+
Pembesaran
hati

Pembesaran
limpa

Mual gang. pemenuhan


kebutuhan nutrisi
Pelep-zat anafilaktosin
histamin dan serotinin

Ekstravarasi cairan intravaskuler

Trombosito gang fungsi


trombosit kelainan fungsi
trombosit

Aktivasi system
kalikrein

Resiko devisit cairan b/d pindahnya cairan


intravaskuler ke ekstravaskuler

Volume plasma
Hipotensi
Haemokonsentrasi
Hipoproteinemia
Efusi

Renjatan Hipovolemik

Anoxia
jaringan

Resiko syokhypovolemik b/d


perdarahan yang berlebihan
Perdarahan hebat
Resiko perdarahan b/d
trombositopenia
D. Gejala Klinis

kecemasan b/d perdarahan

Menurut derajat berat ringan penyakit dibagi 4 yaitu :


- Derajat I

: Panas 5-7 hari, gejala umum tak khas

Asidosis
metabolik

- Derajat II

: Sama dengan derajat pertama ditambah dengan gejala perdarahan


spontan

seperti

peteteia,

ekimasa,

epitaksis,

gematansis,

perdarahan gusi.
- Derajat III

: Ditandai dengan gejala kegagalan perdarahan darah seperti nadi


lemah dan cepat (kurang dari 20/menit) (lebih dari 20 mmHg.
Tekanan darah menurun (120/80-120/100-120/110-90-80)

- Derajat IV

: Nadi tidak teraba, tekanan darah tak terukur (denyut jantung


kurang dari 140/menit) anggota gerak teraba dingin, berkeringat,
dan kulit tampak biru.

Gejala-gejala lain :
- Hati membesar, nyeri spontan pada perabaan
- Asites
- Cairan dalam rongga pleura (kanan)
- Ensefalopati = kejang, gelisah, sapor, teoma

Pemeriksaaan dan Diagnosis

Trombositopenia ( 100.000 / mm3)

HB dan PCV meningkat ( 20%)

Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)

Isolasi virus (lihat Bab DDK)

Serologis (uji HT) : respon antibodi sekunder

Pada rejatan yang berat, periksa :

HB, PCV berulang kali

PH, gas darah, elektrolit serum

Faal hemostasis, FDP

X-foto dada

EKG

BUN, kreatinin serum

Diagnosa Banding

- Belum / tanpa renjatan


Campak
Infeksi bakteri/virus lain
- Dengan renjatan
Demam tifoid

Renjatan septik oleh kuman gram negatif lain


- Dengan perdarahan
ITP-STP (virus lain)
Leukemia
Anemia aplastik
- Dengan kejang
Meningitis
Ensefalitis

Penatalaksanaan

Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :


-

Panas 1-2 hari disertai dehidrasi (karena panas, muntah, masukan kurang) atau
kejang-kejang

Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet
positif/negatif, kesan sakit keras, HB dan PCV meningkat

Panas disertai perdarahan-perdarahan

Panas disertai renjatan

Belum / tanpa renjatan


-

Lihat BAB DDK

Dengan Renjatan :
-

Timbang berat badan anak, ambil contoh darah, isi formulir PMI (darah 20
ml/kg, plasma 40 ml/kg)

Beri zat asam 2l/menit dengan nose-prong

Segera pasang infus :

Larutan laktat ringer 20-40 ml/kg dalam 1-2 jam

Bila nadi masih cepat, kecil atau tidak teraba, tekanan darah rendah atau
tidak terukur, beri plasma 20-40 ml/kg dalam 1-2 jam
Bila terpaksa, pakai plasma golongan AB/donor universal

Setelah renjatan teratasi, beri dekstrosa 5% dalam 0,9% NaCl 100-150


ml/kg/hari. Bila nadi telah mencapai 80/menit, ganti dengan dektrosa 5%0,45% NaCl atau dektrosa 5%-0,22% NaCl disesuaikan dengan umur
penderita

Observasi ketat selama 24-48 jam. Bila timbul renjatan lagi, ulangi
prosedur di atas

Bila dengan tindakan-tindakan di atas renjatan belum dapat teratasi, perlu


dipertimbangkan pemasangan kateter untuk mengukur tekanan vena
sentral, dan pemberian obat-obatan vasoaktif

Kadang-kadang diperlukan pemberian transfusi trombosit setiap unit akan


meningkatkan trombosit 10.000/mm3

Pada

renjatan

yang

berat,

dapat

dipertimbangkan

pemberian

kortikosteroid:
Hidrokortison : 3-4 x 50-100 mg/hari IV, selama 24-48 jam, atau
Deksametason : 3-4 x 4-8 mg/hari IV, selama 24-48 jam

Hepanin dipakai pada keadaan koagulasi intravaskuler menyeluruh (DIC)


yang disertai gejala trombosis

Antibiotika diberikan bila ada infeksi sekunder


Ampisilin : 50-100 mg/kg/24 jam IV
Gentamisin : 5 mg/kg/24 jam IM

E. Komplikasi
-

Perdarahan otak

Sindroma Distres napas Dewasa (ARDS)

Infeksi Nosokomial seperti pneumonia, tromboflebitis, sepsis, renajtan septik

DAFTAR PUSTAKA
-

Halstead SB, Dengue Hemorrhagic Fever In : Behrman RE, Vaughan VC, eds.
Nelson S Textbook of Pediatrics 12 th ed. Tokyo : Igaku Shoin / WB Saunders,
1983 : 813.

Halstead SB, Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever In : Feigin RD,


Cherry JD, eds. Textbook of Pediathic Infectious Diseases Volume II,
Philadelphia : WB Sauders Co. 1981 : 1140.

Partana L, Partana JS. Diagnosis Klinik, Patofisiologi dan Pengobatan DHF.


Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak IV. Surabaya : FK UNAIR / RSUD
Drs. Soetomo 1981 : 5.

Pengkajian
Dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2005 jam 06.30 di ruang IV A RSU

Haji Surabaya.
A. BIODATA
Nama

: Nn. R

Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 20 tahun

Agama

: Islam

Suku/bangsa

: Jawa, Indonesia

Pekerjaan

:-

Pendidikan

: Mahasiswi

Alamat

: Gading Indah Utara VI/29

Tgl. MRS

: 03-12-2005

No. Register

: 370411

Diagnosa Medis : DHF


Keluarga yang mudah dihubungi :
Nama

: Ny. T

Pekerjaan

: Bidan

Alamat

: Gading Indah Utara VI/29

Hub. Keluarga : Ibu px


i. KELUHAN
2. Alasan masuk Rumah Sakit
Kx mengeluh badannya panas dingin 3 hari yang disertai mual.
3. Keluhan utama saat pengkajian
Kx mengeluh badannya panas dingin.
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Px mengatakan badannya panas dingin selama 3 hari sejak tanggal
30 November 2005, px lalu berobat ke dokter praktek. Saat berobat pertama
diberi obat penurun panas dan antibiotik tapi tidak ada reaksi. Berobat kedua
px melakukan pemeriksaan darah. Dokter praktek px menganjurkan untuk
rawat inap sejak tanggal 03-12-2005 yang lalu.
C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Px pernah menderita / badannya panas, tapi tidak menjalani raawt


inap, hanya rawat jalan. Hanya panas biasa.
D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Saudara px pernah MRS dengan diagnosa yang sama (DHF), ayah px
pernah menderita hipertensi.
E. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL SPIRITUAL
Psikologis

: px selalu mengatakan dia sudah merasa sembuh dan cepat ingin


pulang

Sosial

: selama di RS hubungan px dengan keluarga baik, dengan


perawat, serta px lainnya juga baik

Spiritual

: px beragama islam, selama di rumah px taat menjalankan shalat


tapi selama di RS px tidak menjalankan shalat, px hanya
berdoa minta kesembuhan

F. PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI


-

Makan
Di rumah : 3x sehari dengan komposis : nasi, sayur, lauk dan buah
Di RS

: 3x sehari hanya porsi dengan diet TKTP

Kelainan yang ada : px makannya sedikit dan merasa mual


-

Minum
Di rumah : Minum air putih 8 gelas sehari
Di RS

: Kx banyak minum air putih 5-6 gelas sehari

Kelainan yang ada : px bila minum dibantu oleh keluarga


-

Eliminasi BAB
Di rumah : 1-2 x sehari dengan konsistensi lunak warna kuning
Di RS

: selama pengkajian 1x, konsisten lunak

Kelainan yang ada : px mengatakan jarang BAB di RS


-

Eliminasi BAK
Di rumah : Pola frekuensi 3-4 x sehari dengan warna kuning, jernih
dengan bau khas
Di RS

: Pola frekuensi 5 kali sehari dengan warna kuning, keruh dan


bau khas

Kelainan yang ada : px lebih sering BAK waktu di RS


-

Istirahat tidur
Di rumah : Px sering tidur siang pkl. 13.30-15.00
Tidur malam pkl. 22.00-05.00

Di RS

: Selama di RS px juga banyak tidur

Kelainan yang ada : px tidak ada kelainan (normal)


-

Aktifitas
Di rumah : Kx di rumah jarang olah raga
Cuma duduk-duduk dan nonton TV saja
Di RS

: Selama di RS px hanya tiduran, hanya ke kamar kecil untuk


BAK dan BAB px berjalan

Kelainan yang ada : tidak ada kelainan


G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesadaran umum : lemah
Kesadaran

: compos mentis, dengan GCS 4-5-6

TB / BB

: 162 / 49

2. Tanda-tanda vital
TD : 130/90 mmHg

N : 86 x/menit

S : 38oC

RR : 20 x/menit

3. Pengkajian persistem
A. a. Sistem integumen

Turgor baik dan warna kulit putih

Rambut panjang, warna hitam bersih dan rapi

Kuku pendek dan bersih

b.

Sistem muskuloskeletal

Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat


ekstermitas simetris, kekuatan otot baik

B. Penginderaan
1. Mata

: Tidak ada gangguan gerak bola mata

2. Hidung : Simetris dan tidak ada gangguan pernapasan


3. Telinga : Tidak ada gangguan pendengaran
4. Mulut

: Mukosa bibir kering, perasa normal

5. Leher

: Normal, tidak ada gangguan, seperti pembesaran


kelenjaran tyroid

C. Pernafasan
- Inspeksi

: Bentuk dada simetris, tidak ada gangguan nafas

- Palpasi

: Tidak ada benjolan

- Perkusi

: Terdengar bunyi resonan

- Auskultasi : Tidak ada ronchi dan wheziing

D. Kardiovaskuler
- Pola nadi reguler N = 86 x/menit
- Tekanan darah = 130/90 mmHg
- Detak jantung terasa jelas, irama teratur
E. Sistem Pencernaan
- Inspeksi

: Bentuk simetris

- Palpasi

: Tidak ada nyeri tekan pada perut

- Perkusi

: Perut tidak kembung

- Auskultasi : Terdengar suara bising usus 18x/menit


F. Sistem Reproduksi
- Px berjenis kelamin perempuan
- Px belum menikah
- Px tidak menderita penyakit kelamin
G. Sistem Persyarafan
- GCS

: 4-5-6

- Reflek : normal
- Tingkat kesadaran : compos mentis
H. Sistem Pegerakkan tubuh
Extermitas atas dan bawah tidak ada masalah, nyeri sendi tidak ada,
tangan kiri terpasang infus

I. Sistem Perkemihan
Selama di RS px tidak ada masalah BAK
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 4 Desember 2005
Darah lengkap

Normal

HB

10,1

11,4-15,1

Lekosit

2,500

4,30-11,300

Hematokrit (PCV)

30,2

38-42%

Trombosit

66,000

150,000-400,000

S. Typhi O

- Negatif

( - Negatif)

S. Typhi H

- Negatif

( - Negatif)

S. para typhi A-H

- Negatif

( - Negatif)

S. para typhi B-H

- Negatif

( - Negatif)

Luidal :

2. Terapi Medis
4 Desember 2005
-

Inf. RL 24 tetes/menit

Inj. Amoxilin 3 x 1 gram

Inj. Vit. K 3 x 1 ampul

ANALISA DATA
Nama : Nn. R
Dx
: DHF
No
Pengelompokan Data
1. Ds = Klien
mengatakan
badannya panas
Do = - k/u lemah
- Mukosa bibir kering
- Px dikompres hangat
- TD = 130/90 mmHg
S = 38oC
N = 86 x/mnt
RR = 20 x/mnt
- Wajah pucat
2.

No. Reg : 370411


Etiologi
Proses Infeksi
Virus Dengue

Masalah
Peningkatan suhu
tubuh

Viremia
Thermoregulasi

Nafsu makan
Ds = Klien mengatakan tidak
Gangguan pemenuhan
menurun
mau makan, karena
kebutuhan nutrisi
mual
Do = - k/u lemah
Intake nutrisi tidak
- Wajah pucat
adekuat
- Mukosa bibir kering
- Menu makan hanya
dihabiskan porsi
Nutrisi kurang dari
- BB sebelum masuk
kebutuhan tubuh
RS = + 49
BB setelah masuk
RS = + 47
- inf. RL 24 tetes/mnt
- Obat oral =
paracetamol

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Nama : Nn. R
Dx
: DHF

No. Reg = 370411

No

Diagnosa Keperawatan

1.

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan


proses infeksi virus dengue yang ditandai
dengan :
- k/u lemah
- Mukosa bibir kering
- Px dikompres dingin
- TD = 130/90 mmHg
S = 380C
N = 86 x/mnt
- RR = 20 x/mnt
- Wajah pucat

Tujuan
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan 3 x
24 jam diharapkan suhu
tubuh normal dengan
kriteria :
- suhu = 36-36,50C
- k/u membaik
- Mukosa bibir lembab

1.
2.
3.
4.

5.
6.

Rencana
Intervensi
Observasi TTV setiap 1
jam
Berikan kompres air
biasa atau air hangat
Anjurkan klien untuk
banyak minum 15002000 ml
Anjurkan untuk
memakai pakaian yang
tipis dan menyerap
keringat
Observasi Intake dan
Output
Kolaborasi untuk
pemberian antipiretik
dan pemberian terapi

1.
2.
3.

4.
5.
6.

Rasional
Menentukan Intervensi lanjutan
bila terjadi perubahan
Kompres akan memberikan
pengeluaran panas secara
induksi
Mengganti cairan tubuh yang
keluar karena panas dan
memacu pengeluaran urine
guna pembuangan panas lewat
urine
Memberikan rasa nyaman dan
memperbesar penguapan panas
Deteksi terjadinya kekurangan
volume cairan tubuh
Antiseptik berguna bagi
penurunan panas.
- Obat oral seperti
paracetamol
- Inj. Amoxilin 3 x 1 gram
- Inj. Vit K 3 x 1 ampul
- Inf. RL 24 tetes/mnt

TTD

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inveksi virus dengue
yang ditandai dengan :
-

Px mengatakan badannya panas

k/u lemah

Mukosa bibir kering

TD = 130/90 mmHg
S = 380C
N = 86 x/mnt

RR = 20 x/mnt

Wajah pucat

2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi b/d nafsu makan menurun :


-

K/u lemah

Wajah pucat

Mukosa bibir kering

Menu makan hanya dihabiskan porsi

BB sebelum masuk RS = + 49
BB setelah masuk RS = + 47

inf. RL 24 tetes/mnt

Obat oral = paracetamol

CATATAN PERAWATAN
Nama : Nn. R
Dx
: DHF
No
1.

Tgl / Jam
7 Desember 2005
09.00

10.00
11.30
13.00
14.00
2.

8 Desember 2005
08.30
09.00
11.30

3.

9 Desember 2005
08.00
09.00
11.30

No. Reg = 370411


Tindakan Perawatan
- Melakukan pendekatan kepada Px dengan cara
memperkenalkan diri
- TTV: TD = 130/90 mmHg N = 86 x/mnt
S = 380C
RR = 20 x/mnt
- K/u lemah, Gcs = 4-5-6
- Infus lancar, ateral hangat
- Menyajikan ekstrak snack+bubur dan
memberikan minum px sedikit-sedikit tapi
sering. Dan memberi kompres dingin
- Observasi TTV :
TD = 120/90 mmHg
N = 86 x/mnt
0
S = 37,4 C
RR = 20 x/mnt
- Menyajikan makan siang 3-4 sendok
- Melakukan pendekatan pada px
Gcs = 4-5-6
K/u = lemah
- Melakukan pendekatan pada px dan keluarga
- Memberikan Injection
- Inj. Amoxilin
1 gram
- Inj. Vit K
1 ampul
- Observsi TTV :
TD = 120/90 mmHg
N = 84 x/mnt
S = 36,20C
RR = 20 x/mnt
- Melakukan pendekatan pada px dan keluarga
- Memberikan Injection
- Inj. Amoxilin
1 gram
- Inj. Vit K
1 ampul
- Observsi TTV :
TD = 120/90 mmHg
N = 84 x/mnt
0
S = 36 C
RR = 20 x/mnt

TTD

CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Nn. R
Dx
: DHF
No
1.

Tgl / Jam
7 Desember 2005
09.00

11.30

2.

8 Desember 2005
09.00

11.30

3.

9 Desember 2005
09.00

11.30

No. Reg = 370411


Tindakan Perawatan
S = px merasa badannya panas
O = k/u lemah
GCS = 4-5-6
TD = 130/90 mmHg
N = 86 x/mnt
0
S = 38 C
RR = 20 x/mnt
A = masalah belum teratasi/masih ada
P = Askep dilanjutkan ke nomer 1-6
S = px mengatakan badannya mash lemas tetapi
panasnya sudah agak berkurang
TD = 120/90 mmHg
N = 86 x/mnt
S = 37,40C
RR = 20 x/mnt
O = k/u lemah. Lidah terasa pahit
A = masalah teratasi sebagian
P = Askep dilanjutkan ke nomer 1-6
S = px mengatakan badannya panas lagi
O = k/u lemah
GCS = 4-5-6
TD = 120/90 mmHg
N = 84 x/mnt
S = 380C
RR = 20 x/mnt
A = masalah masih ada
P = Askep dilanjutkan ke nomer 1-6
S = px mengatakan masih panas badannya
O = k/u lemah
GCS = 4-5-6
TD = 120/90 mmHg
N = 84 x/mnt
S = 37,80C
RR = 20 x/mnt
P = Askep dilanjutkan ke nomer 1-6
S = px mengatakan panasnya sudah agak
berkurang lagi
O = k/u lemah
TD = 120/90 mmHg
N = 84 x/mnt
S = 36,20C
RR = 20 x/mnt
A = masalah masih belum teratasi
P = Askep dilanjutkan kenomer 1-6
S = px mengatakan panasnya sudah
turun/berkurang
O = k/u baik
A = masalah teratasi
P = Askep dihentikan

TTD

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marliyn, 1993. Rencana Asuhan Keperawatan 3 EGC Jakarta.

Carpenito, Linda ual, 1989. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan


EGC Jakarta.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
a.

Identitas Penderita :
-

Nama

Umur

Jenis Kelamin

Alamat

Agama

Pndidikan

Suku Bangsa

Pekerjaan

Dll.

b.

Keluhan Utama :
Biasanya penderita mengeluh sakit kepala, panas dan tidak nafsu makan.

c.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Riwayat mulai timbulnya gejala seperti panas, muntah-muntah air, makan tidak
mau, pusing.

d.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat kesehatan ynag berhubungan dengan faktor resiko, tanyakan :
-

Apakah px pernah menderita pendarahan.

Apakah px pernah mempunyai riwayat penyakit DHF.

Apakah px pernah menderita panas yang tinggi.

e.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin
ada hubungannya dengan penyakit px sekarang.

f.

Riwayat Psikososial Spiritual :


-

Psikologi

Apakah

dideritanya atau menarik


-

px

menerima

penyakit

yang

diri ?

Sosial

lingkungan sektar terutama

Bagaimana

interaksi

px

dengan

antara px dengan px lain, keluarga dan

tim medis sebelum

dan selama sakit. Apakah px beradaptasi di

Rumah Sakit ?
-

Spiritual
ibadahnya saat sakit ?

II. Pemeriksaan Fisik


a.

Observasi TTV :

Apakah dan bagaimana px mengerjakan

TD =

N =

RR =

(biasanya pada px suhunya meningkat)


b.

Observasi Tingkat Kesadaran :


-

Compos mentis
semua pertanyaan

: sadar sepenuhnya dapat menjawab


tentang keadaan sekelilingnya.

Apatis
berhubungan

: Keadaan kesadaran yang segan untuk


dengan kehidupan sekitarnya, sikap

acuh tak acuh.


-

Samnolen

: Keadaan kesadaran yang mau tidur

Delinium

: Keadaan kacau motorik yang sangat

saja.
-

memberontak,

berteriak dan tidak sabar terhadap

orang lain, tempat


-

dan waktu.

Sopor / Semi koma: Keadaan kesadaran yang menyerupai


koma, reaksi

hanya dapat ditimbulkan dengan

rangsangan nyeri.
-

Koma
sekali dan tidak

: Keadaan kesadaran yang hilang sama


dapat dibangunkan dengan rangsang

apapun.
III. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a.

Makan :
-

Pola teratur dengan frekuensi 3 x sehari, komposisi


nasi, lauk pauk, sayuran, dan buah-buahan.

b.

Biasanya nafsu makan menurun.


Minum :

Pola teratur 7 8 gelas / hari dengan jumlah 1750 2000 cc / hari.


c.

BAB :
Pola teratur 1 x sehari dengan konsistensi lunak dan warna kuning

d.

BAK :
Pola teratur biasanya dengan frekuensi 5-6 x / hari dengan warna kuning
jernih atau bau khas amoniak.

e.

Istirahat Tidur :
Selama indikasi px merasa tidak dapat tidur nyenyak.

f.

Aktivitas :
Biasanya px merasa terganggu berhubungan dengan saluran pencernaan.

g.

Kebersihan Diri
Kaji kebiasaan mandi, frekuensi menggosok gigi, ganti baj, mencuci rambut,
dll.

IV. Pengkajian Persistem


a.

Sistem Intergumen
-

Biasanya turgor kulit menurun.

Membran mukosa kering.

b.

Sistem Muskuloskeletal :
Pergerakan sendi dan tulang dapat digerakkan secara normal.

c.

Sistem Penglihatan :
-

Inspeksi

: Kaji ada / tidaknya sekret.

Bentuk mata simetris atau tidak.


-

Palpasi

d.

: Adanya nyeri tekan pada maksila (pipi atas bawah mata)


Sistem Pernafasan :

Inspeksi

Palpasi : Adanya nyeri tekan pada dada.

e.

: Perhatikan bentuk dada.

Sistem Pencernaan :
Marasa mual, adanya nyeri tekan.

V. Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Resiko defisi volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan menurun.
4. Resiko syok Hypo volemik berhubungan dengan pendarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstra vaskuler.
5. Resiko terjadi pendarahan yang berhubungan dengan penurunan faktor-faktor
pembekuan darah.
VI. Perencanaan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
Tujuan : Suhu tubh kembali normal
Kriteria : TTV khususnya suhu dalam batas normal (36o 37o)
Membran mukosa basah

tidak ada nyeri.

Rencana Intervensi :
1. Observasi TV setiap 1 jam
Rasional : Menentukan intervensi lanjutan bila terjadi perubahan.
2. Berikan kompres air biasa / kran
Rasional : Kompres akan memberikan pengeluaran panas secara induksi.
3. Anjurkan klien untuk banyak minum 1500 2000 ml.
Rasional : Mengganti cairan tubuh yang keluar karena panas dan memacu
pengeluaran urine guna pembuangan panas lewat urine di
kamar mandi.
4. Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan menyengat keringat.
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan memperbesar penguapan panas.
5. Observasi intake dan out put.
Rasional : Deteksi terjadinya kekuarangan volume cairan tubuh.
6. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik.
Rasional : Antipretik berguna bagi berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : TD 100/70 mmHg, N : 80-120x/mnt
Pusasi kuat
Akral hangat
Rencana Intervensi :
1. Oservasi vital sign setiap jam atau lebih.
Rasional : Mengetahui kondisi dan mengidentifikasi fluktuasi cairan intra
vaskuler.
2. Observasi capillary refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.
3. Observasi intake dan output, catat jumlah, warna / konsentrasi urine.
Rasional : Penurunan haluaran urine / urine yang pekat dengan
peningkatan BJ diduga dehidrasi.
4. Anjurkan anak untuk banyak minum 1500 2000 ml.
Rasional : Untuk pemenuhan kebutuhan cairan tubuh.
5. Kolaborasi pemberian cairan intra vena atau plasma atau darah.
Rasional : Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah terjadinya
hipovolemik syok.

3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang


menurun.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi
Kriteria : Nafsu makan menigkat
Porsi makan dihabiskan.

Rencana Intervensi :
1. Kaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan.
Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya.
2. Berikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna
Rasional : Mengurangi kelelahan klien dan mencegah perdarahan
gastrointestinal.
3. Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Menghindari mual dan muntah.
4. Hindari makanan yang merangsang pedas, asam.
Rasional : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat
menstimulasi muntah.
5. Beri makanan kesukaan klien.
Rasional : Menungkinkan pemasukan yang lebih banyak.
6. Kolaborasi pemberian cairan parental ada
Rasional : Nutrisi parenteral sangat diperlukan jika intake peroral sangat
kurang.
4. Resiko syok hypovolemik behubungan dengan perdarahan yang berlebihan,
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal
Rencana Intervensi :
1. Monitor keadaan umum pasien
Rasional : Untuk memonitor kondisi selama perawatan terutama saat
terjadi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda
presyok / syok.
2. Observasi vital sign setiap 3 jam atua lebih.
Rasional : Perawat perlu terus mengobservasi vital sign untuk memastikan
tidak terjadi presyok / syok.
3. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan
jika terjadi perdarahan.

Rasional : Dengan melibatkan pasien dan keluarga maka tanda-tanda


perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat
dan tepat dapat segera diberikan.
4. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan
tubuh secara hebat.
5. Kolaborasi : Pemeriksaan : HB, PCV, Trombo
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang
dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih
lanjut.
5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor
pembekuan darah (trombositopeni).
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan selama dalam masa perawatan.
Kriteria : TD 100/60 mmHg, N : 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat, tidak
ada perdarahan spontan (gusi, hidung, hematemesis dan melena),
trombosit dalam batas normal (150.000/uL).
Rencana Intervensi :
1. Anjurkan pada klien untuk banyak istirahat tirah baring (bedrest)
Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan.
2. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang bahaya yang dapat
timbul akibat dari adanya perdarahan, dan anjurkan untuk segera
melaporkan jika ada tanda perdarahan seperti di gusi, hidung (epistaksis),
berak darah (melena), atau muntah darah (hematemesis).
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk
penanganan dini bila terjadi perdarahan.
3. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat yang lunak, pelihara
kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah
dan observasi tanda-tanda perdarahan serata tanda vital (tekanan darah,
nadi, suhu dan pernafasan).
Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
4. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium secara berkala (darah
lengkap).
5. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.

Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran


pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan
tanda-tanda klinis sepeerti epistaksis, ptike.
6. Monitor trombosit setiap hari.
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui
tingkat

kebocoran

pembuluh

darah

dan

kemungkinan

perdarahan yang dialami pasien.


7. Kolaborasi dalam pemberian transfusi (trombosit cocentrate)
VII. Implementasi
Merupakan pelaksanaan dan intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi
diagnosa keperawatan yang ada.
VIII. Evaluasi
1. Apakah suhu tubuh px sudah menurun ?.
2. Apakah volume cairan tubuh px sudah terpenuhi ?
3. Apakah kebuthan nutrisi px sudah terpenuhi ?
4. Apakah perdarahan pada px sudah mulai berkurang ?
5. Apakah proses pembekuan darah sudah teratasi ?

Você também pode gostar