Você está na página 1de 16

Kata Pengantar

Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat, petunjuk dan bimbingan-Nya, serta memberikan kekuatan,
ketekunan, kemampuan, kesempatan, dan pemikiran kepada
penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Akuntansi Forensik dan Kecurangan.
Dalam rangka penyusunan makalah ini, penyusun
mengakui karena adanya kemampuan yang sangat terbatas,
untuk itu penyusun banyak menemui kesulitan dan hambatan
dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu sudah sepantasnyalah
pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, arahan dan bimbingan.
Penyusun

menyadari

sebagai

manusia

biasa

bahwa

penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh


karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh
penyusun demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan penyusun.

Makassar, 12 Oktober 2015

Penyusun

Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1.....................................................................................Latar
Belakang.......................................................................1
1.2.....................................................................................Rumu
san Masalah..................................................................2
1.3.....................................................................................Tujua
n...................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

2.1.....................................................................................Peng
ertian Akuntansi Forensik dan Fraud............................3
2.2 Sejarah Perkembangan Akuntansi Forensik dan Fraud
.......................................................................................................
5
2.3 Tugas dan Jenis-jenis Pelayanan Akuntansi Forensik dan Fraud
.......................................................................................................
7
2.4 Ruang
Lingkup
Akuntansi
Forensik
.......................................................................................................
9
2.5 Keahlian
Akuntansi
Forensik
.......................................................................................................
10
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................13
Daftar Pustaka.......................................................................14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntan sebagai orang yang dipercaya para stakeholder untuk
memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan tentu harus tanggap akan
kondisi dan keadaan ekonomi yang sedang terjadi. Akuntan juga harus tahu cara
berpikir orang-orang yang mungkin dengan sengaja ingin menyesatkan para
pengguna laporan keuangan. Sehingga usaha-usaha licik mereka dapat terbaca dan
memberikan opini atas laporan keuangan dengan tepat pula. Akuntan harus
menjadi garda terdepan dalam pemberantasan korupsi di negeri ini, sejajar dengan
Kepolisian, Kejaksaan, maupun KPK.
Untuk dapat mengimbangi kepandaian para koruptor dalam memainkan
muslihat mereka, kemampuan audit untuk menilai kewajaran keuangan saja tidak
cukup. Diperlukan suatu keahlian khusus yang dapat membaca atau
menginvestigasi adanya praktik-praktik kotor tersebut. Akuntansi Forensik atau
beberapa ada yang menyebutnya Audit Investigatif dapat menjadi alat untuk
mendeteksi korupsi atau bahkan sebagai pendukung pemberantasan korupsi di
Indonesia.
Akuntan Forensik di Indonesia masih relatif baru, bahkan di Amerika pun
baru menjadi perhatian setelah kasus-kasus yang menimpa keuangan publik yang
mendorong disahkannya Sarbanes Oxley Act atau SOX sejak tahun 2002. Kasus
yang serupa, yaitu penipuan dan penggelapan uang para investor banyak terjadi di
Indonesia, tetapi peran Akuntan Forensik masih belum terlalu dikenal oleh
masyarakat. Oleh karena itu, diyakini profesi ini akan mengalami pertumbuhan
yang cepat di masa mendatang dan dalam waktu dekat ini, karena kepercayaan
semakin menjadi sesuatu yang langka di dunia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan beberapa hal yang diuraikan dalam latar belakang
sebelumnya, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Apa yang dimaksud dengan Akuntansi Forensik dan Fraud?


Bagaimana sejarah perkembangan akuntansi forensik dan fraud?
Apa tugas dan jenis-jenis pelayanan akuntansi forensik dan fraud?
Bagaimana ruang lingkup akuntansi forensik?
Apa saja keahlian akuntansi forensik?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya maka dirumusakan tujuan
sebagai berikut:
1. Memahami pengertian akuntansi forensik dan fraud.
2. Mengetahui sejarah perkembangan akuntansi forensik dan fraud.
3. Memahami tugas dan jenis-jenis pelayanan akuntnsi forensik dan
fraud.
4. Memahami ruang lingkup akuntansi forensik.
5. Memahami keahlian akuntansi forensik.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akuntansi Forensik dan Fraud
2.1.1 Pengetian Akuntansi Forensik
Forensik, menurut Merriam Websters Collegiate Dictionary (edisi ke 10)
dapat diartikan berkenaan dengan pengadialan atau berkenaan dengan
penerapan pengetahuan ilmiah pada masalah hukum. Oleh karena itu akuntasi
forensik dapat diartikan penggunaaan ilmu akuntansi untuk kepentingan hukum.
Menurut D. Larry Crumbley, editor-in-chief dari Journal of Forensic
Accounting (JFA), mengatakan secara sederhana, akuntansi forensik adalah
akuntansi yang akurat (cocok) untuk tujuan hukum. Artinya, akuntansi yang dapat
bertahan dalam kancah perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses
peninjauan judicial atau administratif.
Bologna dan Liquist (1995) mendefinisikan akuntansi forensik sebagai
aplikasi kecakapan finansial dan sebuah mentalitas penyelidikan terhadap isu-isu
yang tak terpecahkan, yang dijalankan di dalam konteks rules of evidence.
Sedangkan Hopwood, Leiner, & Young (2008) mendefinisikan Akuntansi
Forensik adalah aplikasi keterampilan investigasi dan analitik yang bertujuan
untuk memecahkan masalah-masalah keuangan melalui cara-cara yang sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh pengadilan atau hukum. Dengan demikian
investigasi dan analisis yang dilakukan harus sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh pengadilan atau hukum yang memiliki yurisdiksi yang kuat.
Hopwood, Leiner, & Young (2008), menyatakan bahwa Akuntan Forensik
adalah Akuntan yang menjalankan kegiatan evaluasi dan penyelidikan, dari hasil
tersebut dapat digunakan di dalam pengadilan hukum. Meskipun demikian
Akuntan forensik juga mempraktekkan keahlian khusus dalam bidang akuntansi,
auditing, keuangan, metode-metode kuantitatif, bidang-bidang tertentu dalam

hukum, penelitian, dan keterampilan investigatif dalam mengumpulkan bukti,


menganalisis, dan mengevaluasi materi bukti dan menginterpretasi serta
mengkomunikasikan hasil dari temuan tersebut.
Jadi jelas bahwa akuntansi forensik adalah penggunaan keahlian di bidang
audit dan akuntansi yang dipadu dengan kemampuan investigatif untuk
memecahkan suatu masalah/sengketa keuangan atau dugaan fraud yang pada
akhirnya akan diputuskan oleh pengadilan/ arbitrase/ tempat penyelesaian perkara
lainnya. Kasus korupsi, sebagai contoh, pada dasarnya adalah sengketa keuangan
antara Negara melawan warganya yang secara resmi telah ditunjuk untuk
mengelola pemerintahan. Persengketaan itu harus diselidiki kebenarannya oleh
Lembaga Negara (misalnya oleh KPK) dan diputuskan oleh hakim di pengadilan.
Jadi investigasi yang dilakukan oleh para Akuntan di BPKP, BPK, KPK dan
instansi penegak hukum lainnya pada hakikatnya adalah sebagian tugas-tugas
akuntan forensik.
2.1.2

Pengertian Fraud
Fraud atau yang sering dikenal dengan istilah kecurangan merupakan hal

yang sekarang banyak dibicarakan di Indonesia. Pengertian fraud itu sendiri


merupakan penipuan yang sengaja dilakukan, yang menimbulkan kerugian pihak
lain dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan dan atau kelompoknya.
Sementara Albrecht (2003) mendefinisikan fraud sebagai representasi tentang
fakta material yang palsu dan sengaja atau ceroboh sehingga diyakini dan
ditindaklanjuti oleh korban dan kerusakan korban. Dalam bahasa aslinya fraud
meliputi berbagai tindakan melawan hukum.
Bologna (1993) dalam Amrizal (2004) mendefinisikan kecurangan Fraud
is criminal deception intended to financially benefit the deceiver yaitu
kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat
keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap tindakan kesalahan
serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Ia memperoleh manfaat dan
merugikan korbannya secara financial dari tindakannya tersebut. Biasanya
4

kecurangan

mencakup

tiga

langkah

yaitu

(1)

tindakan/the

act.,

(2)

penyembunyian/the concealment dan (3) konversi/the conversion.


Adapun menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE),
fraud adalah: Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan
sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru
terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk
mendapatkan keuntungan pibadi ataupun kelompok secara langsung atau tidak
langsung merugikan pihak lain. Jadi, berdasarkan pengertian fraud yang telah
dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa fraud adalah mencangkup
segala macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh
seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain, dengan saran yang
salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencangkup semua cara yang tidak terduga,
penuh siasat atau tersembunyi, dan setiap cara yang tidak wajar yang
menyebabkan orang lain tertipu atau menderita kerugian.
2.2 Sejarah Perkembangan Akuntansi Forensik dan Fraud
Akuntansi forensik menjadi perbincangan hangat di Indonesia beberapa
tahun belakang ini. Awal mulanya adalah pada bulan Oktober 1997, Indonesia
telah menjajagi kemungkinan untuk meminjam dana dari IMF dan World Bank
untuk menangani krisis keuangan yang semakin parah. Sebagai prasayarat
pemberian bantuan, IMF dan World Bank mengharuskan adanya proses Agreed
Upon Due Dilligence (ADDP) yang dikerjakan oleh akuntan asing dibantu
beberapa akuntan Indonesia. Temuan ADDP ini sangat mengejutkan karena dari
sampel Bank Besar di Indonesia menunjukkan perbankan kita melakuan
overstatement asset sebesar 28%-75% dan understatement kewajiban sebesar 3%33%. Temuan ini segera membuat panik pasar dan pemerintah yang berujung pada
likuidasi 16 bank swasta. Likuidasi tersebut kemudian diingat menjadi langkah
yang buruk karena menyebabkan adanya penarikan besar-besaran dana (Rush)
tabungan dan deposito di bank-bank swasta karena hancurnya kepercayaan publik

pada pembukuan perbankan. ADPP tersebut tidak lain dari penerapan akuntansi
forensik atau audit investigatif.
Istilah

akuntansi

forensic

kembali

mencuat

setelah

keberhasilan

Pricewaterhouse Coopers (PwC) sebuah kantor Akuntan Besar dunia (The Big
Four) dalam membongkar kasus Bank Bali pada tahun 1999. PwC dengan
software khususnya mampu menunjukkan arus dana yang rumit berbentuk seperi
diagram cahaya yang mencuat dari matahari (sunburst). Kemudian PwC
meringkasnya menjadi arus dana dari orang-orang tertentu.. 5 Metode yang
digunakan dalam audit tersebut adalah follow the money atau mengikuti aliran
uang hasil korupsi Bank Bali dan in depth interview yang kemudian mengarahkan
kepada para pejabat dan pengusaha yang terlibat dalam kasus ini. Pada tahun
2009, kasus PT Bank Century, Tbk menemukan kejelasan dari Laporan Hasil
Pemeriksaan Investigasi Bank Century oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ,
hasil kinerja para akuntan forensic dan audit investigasi badan tersebut.
Akuntansi forensik mulai digunakan di Indonesia setelah terjadi krisis
keuangan pada tahun 1997, hingga saat ini pendekatan akuntansi forensik banyak
digunakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi,
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan, Bank Dunia, dan Kantor-kantor Akuntan Publik di Indonesia.
Perkembangan akuntansi forensik di Indonesia cukup maju, namun jika
dibandingkan dengan beberapa Negara lain maka Indonesia masih dibilang
tertinggal. Australia saat ini sedang menyusun Standar Akuntansi Forensik,
sementara Kanada dan Amerika Serikat sudah memiliki standar yang baku,
sedangkan Indonesia sama sekali belum memiliki standar yang memadai. Sejauh
ini belum banyak kasus-kasus korupsi yang terkuak berkat kemampuan akuntan
forensik, namun akuntansi forensik merupakan suatu pengembangan disiplin ilmu
akuntansi yang masih tergolong muda dan memiliki prospek yang sangat bagus
dalam pemecahan tindak pidana korupsi di Indonesia.

Dari segi peminat, menurut Ketua Umum Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
Ahmadi (dalam wawancara 5 maret 2013 untuk hukumonline.com), masih jarang
akuntan Indonesia yang mendalami bidang yang satu ini. Tak semua kantor
akuntan publik membidangi forensik. Yang perlu disayangkan, asosiasi profesi
akuntan ini belum melirik forensic sebagai bagian penting dari akuntansi. Dia
belum melihat ini sebagai isu yang mendesak untuk diberi perhatian khusus.
Bahkan, Ahmadi sendiri kurang berminat mengambil spesialisasi ini. Alasannya,
apa lagi kalau bukan ceruk pasar yang masih minim. Saya sendiri tak punya
kemampuan di situ. Dan saat ini saya tidak punya keinginan untuk mempelajari
bidang ini. Belum banyak pasarnya, celetuknya terus terang. Ahmadi sehari-hari
buka praktek di Kantor Akuntan Publik KPMG Hadibroto. Sebenarnya bidang
yang masih minim diminati di kalangan akuntan itu sendiri dapat menerbitkan
peluang tersendiri. Setidaknya hal itulah yang dibidik oleh KAP Pricewaterhouse
Cooper Indonesia (PwC). Kami saat ini punya 15 akuntan forensik serta 50
akuntan lainnya yang sedang kami bekali berbagai keahlian, termasuk akuntansi
forensik, tutur Direktur PwC Widiana Winawati. Widiana juga mengakui bahwa
belum banyak akuntan yang melirik profesi unik ini. Hal itu lantaran spesialisas
akuntansi forensic di Indonesia tergolong baru, masih banyak akuntan yang belum
sadar akan adanya profesi ini.
2.3 Tugas dan Jenis-jenis Pelayanan Akuntansi Forensik dan Fraud
Tugas akuntan forensik untuk memberikan pendapat hukum dalam
pengadilan (litigation) ada juga peran akuntan forensik dalam bidang hukum
diluar pengadilan (non litigation) misalnya dalam membantu merumuskan
alternatif penyelesaian perkara dalam sengekta, perumusan perhitungan ganti rugi
dan upaya menghitung dampak pemutusan/pelanggaran kontrak.
Akuntan forensik berfungsi mengamati dan memahami gejala fraud secara
makro pada tingkat perekonomian negara. Fraud jika dikaitkan dengan lemahnya
corporate governance, bisa terjadi baik di sektor publik maupun di sektor privat.
Dampaknya jika fraud terjadi disektor korporasi yaitu harga saham dari korporasi

yang bersangkutan lebih rendah dari harga pasar. Hal tersebut akan
mempengaruhi penilaian investor pada saat menentukan keputusan. Tidak jarang
para investor mau membayar saham dengan harga premium jika perusahaan
diindikasikan mau memperbaiki kelemahan corporate governance-nya. Sedangkan
dampak yang terjadi di sector pemerintahan apabila terdapat fraud adalah
terganggunya pelaksanaan penyelanggaraan negara. Apalagi bila tidak ditunjang
dengan penegakan bidang hukum yang kuat, standar akuntansi maupun lain-lain
maka tingkat korupsi dan kelemahan dalam penyelanggaraan negara akan
meningkat.
Akuntansi forensik dibagi ke dalam dua bagian: jasa penyelidikan
(investigative services) dan jasa litigasi (litigation services). Jenis layanan pertama
mengarahkan pemeriksa penipuan atau auditor penipuan, yang mana mereka
menguasai

pengetahuan

mengendalikan

penipuan,

tentang
dan

akuntansi

mendeteksi,

misinterpretasi.

Jenis

mencegah,
layanan

dan
kedua

merepresentasikan kesaksian dari seorang pemeriksa penipuan dan jasa-jasa


akuntansi forensik yang ditawarkan untuk memecahkan isu-isu valuasi, seperti
yang dialami dalam kasus perceraian. Sehingga, tim audit harus menjalani
pelatihan dan diberitahu tentang pentingnya prosedur akuntansi forensik di dalam
praktek audit dan kebutuhan akan adanya spesialis forensik untuk membantu
memecahkan masalah.
Jenis-jenis Pelayanan Akuntansi Forensik
1) Jasa saksi ahli. Para ahli akan menghasilkan laporan yang akan diajukan di
pengadilan dan di mana mereka akan memberikan bukti dan diperiksa
silang. Para ahli juga dapat memberikan bimbingan kepada penasehat
hukum dalam aspek keuangan atau akuntansi dari kasus-kasus tertentu,
termasuk penyusunan pertanyaan untuk pemeriksaan, dan mengevaluasi
dan menganalisa kasus pihak lain.
2) Menilai kerugian ekonomi. Akuntan forensik biasanya dipanggi untuk
menghitung kerugian ekonomi dalam perselisihan yang timbul dari
bidang-bidang seperti gangguan bisnis, kecelakaan pribadi, atau kelalaian
8

profesi. Tujuan menilai kerugian ekonomi adalah untuk menentukan


jumlah yang diperlukan untuk menempatkan penggugat di dalam posisi
keuangan di mana dia akan mengalami kejadian tersebut, dan membuat
penggugat tidak lebih buruk sebagai akibat dari kejadian tersebut.
3) Menilai pekerjaan profesional. Saksi ahli forensik mungkin diminta untuk
memberikan laporan ahli menilai pekerjaan profesional terhadap standar
yang diharapkan. Dalam beberapa kasus, ahli forensik juga dapat
mengukur potensi kerugiaan ekonomi yang timbul dari dugaan
pelanggaran.
4) Investigasi dalam hal penipuan. Investigasi penipuan melibatkan
penemuan fakta tentang kegiatan penipuan yang dicurigai di dalam
maupun di luar organisasi.
5) Penelusuran aset. Akuntan forensik sering menggunakan metode yang
disebut visual inteligent analysis (VIA) untuk menentukan alokasi dan
aliran aset. VIA adalah suatu proses pemetaan entitas, hubungan, dan
komoditas untuk memungkinkan sebuah gambaran dan data yang
dinyatakan secara kompleks, membingungkan, atau rancu menjadi mudah
dimengerti.
2.4 Ruang Lingkup Akuntansi Forensik
Tuanakotta (2010: 84-94) dalam Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif
mengemukakan bahwa akuntansi forensik mempunyai ruang lingkup yang
spesifik untuk lembaga yang menerapkannya atau untuk tujuan melakukan audit
investigatif.
1) Praktik di Sektor Swasta
Bologna dan Lindquist perintis mengenai akuntansi forensik dalam
Tuanakotta

(2010:

84)

menekankan

beberapa

istilah

dalam

perbendaraan akuntansi, yaitu: fraud auditing, forensik accounting


investigative support, dan valuation analysis. Litigation support
merupakan istilah dalam akuntansi forensik bersifat dukungan untuk
kegiatan ligitasi. Akuntansi forensik dimulai sesudah ditemukan
indikasi awal adanya fraud. Audit investigasi merupakan bagian awal
9

dari akuntasi forensik. Adapun valuation analysis berhubungan dengan


akuntansi atau unsur perhitungan. Misalnya dalam menghitung
kerugian negara karena tindakan korupsi.
2) Praktik di Sektor Pemerintahan
Akuntansi forensik pada sektor publik di Indonesia lebih menonjol
daripada akuntansi forensik pada sektor swasta. Secara umum
akuntansi forensik pada kedua sektor tidak berbeda, hanya terdapat
perbedaan pada tahap-tahap dari seluruh rangkaian akuntansi forensik
terbagi-bagi pada berbagai lembaga seperti lembaga pemeriksaan
keuangan negara, lembaga pengawasan internal pemerintahan,
lembaga pengadilan, dan berbagai lembaga LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) yang berfungsi sebagai pressure group.
Akuntan forensik bekerja dalam suatu lingkungan di mana ia membantu
dan bekerja bersama regulator, sistem peradilan dan badan-badan sektor publik.
Sifat perikatan menentukan mana dari badan-badan ini memiliki relevansi yang
paling bekerja sebagai akuntan forensik. Namun, akuntan forensik harus memiliki
pemahaman yang melekat atau perannya dalam konteks lingkungan ini dan
implikasi dari ini untuk pekerjaan yang dilakukan.
2.5 Keahlian Akuntansi Forensik
James (2008) menggunakan 9 (sembilan) item kompentensi keahlian
akuntansi forensic yang digunakan dalam penilaian perbedaan persepsi dari pihak
Akademisi akuntansi, Praktisi akuntansi, dan pengguna jasa Akuntan forensik
yaitu:
1. Analisis

deduktif:

kemampuan

untuk

menganalisis

kejanggalan

yang terjadi dalam laporan keuangan, yakni kejadian yang tidak sesuai
dengan kondisi yang wajar.
2. Pemikiran yang kritis : kemampuan untuk membedakan antara opini dan
fakta

10

3. Pemecahan masalah yang tidak terstruktur: kemampuan untuk melakukan


pendekatan terhadap masing-masing situasi (khususnya situasi yang tidak
wajar) melalui pendekatan yang tidak terstruktur.
4. Fleksibilitas penyidikan: kemampuan untuk melakukan audit di luar
ketentuan/prosedur yang berlaku.
5. Keahlian analitik: kemampuan untuk memeriksa apa yang seharusnya ada
(yang seharusnya tersedia) bukan apa yang telah ada (yang telah tersedia).
6. Komunikasi lisan: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif secara
lisan melalui kesaksian ahli dan penjelasan umum tentang dasar-dasar
opini.
7. Komunikasi tertulis: kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif
dengan tulisan melalui laporan, bagan, gambar, dan jadwal tentang dasardasar opini.
8. Pengetahuan tentang hukum: kemampuan untuk memahami proses-proses
hokum dasar dan isu-isu hukum termasuk ketentuan bukti (rules of
evidence).
9. Composure: kemampuan untuk menjaga sikap untuk tetap tenang
meskipun dalam situasi tertekan.
Menurut Widiana Winawati, direktur PwC, seorang akuntan forensik harus
memiliki

multitalenta.

Seorang

pemeriksa

kecurangan

(fraud)

dapat

diumpamakan sebagai gabungan antara pengacara, akuntan, kriminolog, dan


detektif, tandasnya. Selain itu, seorang akuntan forensik harus memiliki sejumlah
sifat dasar. Antara lain, hati-hati, mampu menjaga rahasia pekerjaannya, kreatif,
pantang menyerah, punya rasa ingin tahu yang besar, percaya diri, serta yang
paling penting adalah jujur. Dibanding akuntan lainnya, seorang akuntan forensik
memiliki tugas yang paling berat. Kalau akuntan internal adalah polisi, auditor
adalah petugas patroli, dan akuntan forensik adalah seorang detektif. Tugas utama
dari akuntan di perusahaan adalah mencatat dan menjaga kelancaran arus
keuangan perusahaannya. Sedangkan auditor lebih seperti petugas patroli yang
melakukan inspeksi dan pengecekan rutin atas area berdasarkan pengalaman
mereka sebelumnya. Akuntan forensik melakukan inspeksi dan pengecekan yang
lebih terperinci dan seksama dibandingkan dengan petugas patroli.

11

12

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akuntan Forensik adalah Akuntan yang menjalankan kegiatan evaluasi
dan penyelidikan, dari hasil tersebut dapat digunakan di dalam pengadilan hukum.
Meskipun demikian Akuntan forensik juga mempraktekkan keahlian khusus
dalam bidang akuntansi, auditing, keuangan, metode-metode kuantitatif, bidangbidang tertentu dalam hukum, penelitian, dan keterampilan investigatif dalam
mengumpulkan bukti, menganalisis, dan mengevaluasi materi bukti dan
menginterpretasi

serta

mengkomunikasikan

hasil

dari

temuan

tersebut.

Akuntan forensik bertugas memberikan pendapat hukum dalam pengadilan


(litigation), dan juga bisa berperan dalam bidang hukum diluar pengadilan (non
litigation). Misalnya dalam membantu merumuskan alternatif penyelesaian
perkara dalam sengketa, perumusan perhitungan ganti rugi dan upaya menghitung
dampak pemutusan / pelanggaran kontrak.
Jenis-jenis pelayanan akuntansi forensik dan fraud yaitu jasa saksi ahli,
menilai kerugian ekonomi, menilai pekerjaan profesional, investigasi dalam hal
penipuan, dan penelusuran asset. Serta keahlian yang dimiliki akuntansi forensik
yaitu analisis deduktif , pemikiran yang kritis, pemecahan masalah yang tidak
terstruktur, fleksibilitas penyidikan, keahlian analitik, komunikasi lisan,
komunikasi tertulis, pengetahuan tentang hukum, dan composure.

13

Daftar Pustaka
http://buluksangadh.blogspot.com/2011_11_01_archive.html
http://dokumen.tips/documents/forensic-accounting-55b079c047b6c.html
http://imagama.feb.ugm.ac.id/home/akuntansi-forensik/

14

Você também pode gostar