Você está na página 1de 67

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR

Perkotaan Jombang

ANALISA SKENARIO PENGATURAN


Analisa skenario pengaturan pada Peraturan Zonasi Perkotaan Jombang

menjelaskan mengenai skenario pengembangan, aturan pokok dan penyelesaian masalah


ruang dan zona.
3.1.1

Skenario Pengembangan
Skenario pengembangan diperlukan untuk mencapai tujuan penataan ruang agar

perkembangan kawasan Perkotaan Jombang dapat berjalan secara maksimal. Tujuan


penataan ruang kawasan Perkotaan Jombang adalah mewujudkan Perkotaan Jombang
sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan umum Kabupaten Jombang yang serasi
dengan perdagangan dan permukiman perkotaan sehingga dapat mencerminkan pusat ibu
kota kabupaten yang tertata, teratur, indah, berkarakter dan lingkungan hidup yang
berkelanjutan. Adapun skenario pengembangan kawasan Perkotaan Jombang adalah :
1. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru yang belum melayani tingkat
pertumbuhan Perkotaan Jombang.
2. Pengembangan sarana dan prasarana jaringan jalan dan transportasi.
3. Optimalisasi pengembangan pelayanan jaringan listrik, air, telekomunikasi dan
prasarana lingkungan di Perkotaan Jombang.
4. Mengoptimalkan dan mengembalikan fungsi kawasan konservasi sungai dan
pengembangan sempadan rel kereta api sebagai kawasan lindung setempat.
5. Pengembangan dan pemeliharaan RTH Perkotaan Jombang untuk peningkatan
kualitas lingkungan.
6. Pengembangan kegiatan perumahan sebagai dampak perkembangan Perkotaan
Jombang khususnya pada wilayah bagian utara dan barat Perkotaan Jombang.
7. Pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa untuk mengoptimalkan
peningkatan pelayanan di seluruh kawasan Perkotaan Jombang.
8. Mempertahankn kawasan pertanian sebagai lahan abadi Perkotaan Jombang.
9. Peningkatan nilai tambah dan produktivitas melalui pengembangan industri kecil
dan menengah serta menumbuhkan potensi pariwisata.
10. Pengembangan upaya mitigasi bencana terkait dengan bencana genangan maupun
kebakaran.
3.1.2

Aturan Pokok
Berikut beberapa aturan yang berpengaruh dalam penyusunan Peraturan Zonasi

Perkotaan Jombang meliputi aturan mengenai sempadan sungai, sempadan jalan,


LAPORAN ANTARA

III-1

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
sempadan rel kereta api, sempadan SUTT, jaringan irigasi, pengembangan kawasan
perdagangan dan jasa, jenis kegiatan yang diwajibkan melakukan AMDAL.
A. Aturan mengenai Sempadan Sungai
Aturan pokok yang digunakan dalam pengaturan sempadan sungai di Perkotaan
Jombang adalah Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai dan
Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 21 Tahun 2009 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Jombang.
1. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai
a. Kriteria garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan
yaitu:
1) paling sedikit berjarak 10 m dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalam sungai kurang dari atau sama
dengan 3 m.
2) paling sedikit berjarak 15 m dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 m sampai
dengan 20 m.
3) paling sedikur berjarak 30 m dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 m.
b. Kriteria garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan
ditentukan paling sedikit berjarak 3 m dari tepi luar kaki tanggul sepanjang
alur sungai.
2. Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 21 Tahun 2009 tentang Rencana
Tata Ruang
Arahan peraturan zonasi sempadan sungai meliputi :
a. Pemanfaatan ruang yang diperbolehkan untuk ruang terbuka hijau, termasuk
dalam pemanfaatan untuk ruang terbuka hijau untuk taman rekreasi;
b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan

yang

dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan atau pemanfaatan air.


Bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air antara lain jalan
inspeksi dan bangunan pengendali banjir. Bangunan yang dimaksudkan untuk
pemanfaatan air antara lain water intake untuk produksi air bersih;
c. Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi.
Pendirian bangunan dibatasi pada bangunan permanen;
d. Penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan, dalam hal ini mengacu pada Permen PU Nomor 5/PRT/M/2008
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan Perkotaan;
e. Pencegahan kegiatan budidaya disepanjang sungai yang dapat mengganggu
f.

kualitas air, kondisi fisik, dasar sungai serta aliran air;


Arahan kegiatan yang diperbolehkan pada daerah sepanjang aliran sungai,
antara lain pengembangan irigasi, pengembangan navigasi dan transportasi air,
pengembangan

LAPORAN ANTARA

drainase

dan

pembangunan

sarana

dan

prasarana
III-2

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
pengembangan sumberdaya air (pengendalian banjir, pengendalian sedimen,
pengembangan suplai air bersih perkotaan, pencegahan pencemaran dan
B.

peningkatan kualitas air baku).


Aturan mengenai Sempadan Jalan
Aturan pokok yang digunakan dalam pengaturan sempadan jalan di Perkotaan

Jombang adalah Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan
Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan dapat dilihat pada Tabel 3.3
C.
Aturan mengenai Sempadan Rel Kereta Api
Aturan pokok yang digunakan dalam pengaturan sempadan rel kereta api di
Perkotaan Jombang adalah Peraturan Menteri PU Nomor 5/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
Berdasarkan pedoman tersebut, garis sempadan jalan rel kereta api yaitu dapat dilihat
pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Lebar Garis Sempadan Rel Kereta Api
JALAN REL KERETA API
TERLETAK DI
Jalan rel kereta api lurus
Jalan rel kereta api belokan/lengkungan
- lengkung dalam
- lengkung luar

OBJEK
TANAMAN
> 11 m

>20 m

BANGUNAN

>23 m
>11 m

>23m
>11m

Sumber : Permen PU No.5/PRT/M/2008

D.

Aturan mengenai Sempadan SUTT


Aturan pokok yang digunakan dalam pengaturan sempadan SUTT di perkotaan

Jombang adalah Peraturan Menteri PU Nomor 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman


Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Ketentuan
lebar sempadan SUTT yang dapat digunakan sebagai RTH adalah :
1. Garis sempadan SUTT adalah 64 m yang ditetapkan dari titik tengah SUTT
2. Ketentuan jarak bebas minimum antara penghantar SUTT dan SUTET dengan
tanah dan benda lain ditetapkan sebagai berikut pada Tabel 3.4
E.

Aturan Mengenai Jaringan Irigasi


Aturan pokok yang digunakan dalam pengaturan sempadan jaringan irigasi di

Perkotaan Jombang adalah Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 6 Tahun 2009
tentang Irigasi. Aturan tersebut menjelaskan bahwa :
1.

Dalam rangka pengamanan jaringan irigasi beserta bangunan-bangunannya


ditetapkan garis sempadan pada jaringan irigasi untuk pendirian bangunan dan

2.

untuk pembuatan pagar.


Garis sempadan pada irigasi untuk mendirikan bangunan, diukur dari tepi atas
saluran untuk yang tidak bertanggul atau kaki tangki saluran/bangunan/jalan
inspeksi bagian luar dengan jarak:
a. 5 meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 4 m/detik
atau lebih;

LAPORAN ANTARA

III-3

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
b. 3 meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 1-4
m/detik atau lebih;
c. 2 meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan kurang
3.

dari 1 m/detik atau lebih;


Garis sempadan pada irigasi untuk membuat pagar, diukur dari tepi atas saluran
untuk yang tidak bertanggul atau kaki tangkis saluran/saluran/bangunan/jalan
inspeksi bagian luar dengan jarak:
a. 3 meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 4 m/detik
atau lebih;
b. 2 meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan 1- 4
m/detik atau lebih;
c. 1 meter untuk saluran irigasi dan pembuangan dengan kemampuan kurang

4.

dari 1 m/detik atau lebih;


Untuk keperluan pengamanan jaringan irigasi, dilarang mengubah dan atau
membongkar bangunan irigasi serta bangunan lain yang ada, mendirikan
bangunan lain di dalam, di atas, atau yang melintasi saluran irigasi, kecuali atas
izin pemerintah.

F.

Aturan Mengenai Pipa Gas


Aturan pokok yang digunakan dalam pengaturan jalur pipa gas yaitu Keputusan

Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997 tentang Keselamatan


Kerja Pipa Penyalur Minyak dan Gas Bumi. Jalur pipa gas adalah suatu jalur pengaman
di permukaan tanah yang di dalamnya

dipasang/tertanam pipa gas beserta

kelengkapannya. Garis sempadan sumbu pipa minyak dan pipa gas bumi ditetapkan dari
dinding luar pipa yang terdekat ke dinding luar bangunan, dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Garis Sempadan Pipa Gas
Konstruksi/diameter
Sempadan Minimal (Meter)
Tekanan 4 s/d 16 bar
Tekanan 16s/d 50 bar
Tekanan 50 s/d 100 bar
pipa (Inci)
2
2
4
2
6
2
8
2
3
3
10
2
3
3,5
12
3,5
4
14
4
4,5
16
4
4,5
18
4,5
5
20
4,5
5
22
4,5
5
24
4,5
5
28
5
6
30
5
6
36
6
7
42
7
7,5
48
7
7,4
Sumber : Kepmen Pertambangan dan Energi Nomor 300.K/38/M.PE/1997

LAPORAN ANTARA

III-4

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
Tabel 3.3 Matrik Ruang Jalan dan Garis Sempadan
RUANG MINIMAL JALAN
DIUKUR
DARI
TEPI BADAN
JALAN(M)

DIUKUR DARI AS
JALAN (M)

FUNGSI JALAN

GARIS SEMPADAN

RUMAJA
RUMIJA
RUWASJA
A ARTERI PRIMER DAN SEKUNDER
1 Perumahan (Rumah
5,5
12,5
15
tinggal)
2 Pemanfaatan lalu
5,5
5,5
15
lintas diluar pusat
kegiatan
B KOLEKTOR PRIMER DAN SEKUNDER
1 Perumahan (rumah
4,5
12,5
10 (P), 5 (S)
tinggal)
2 Kegiatan Usaha
4,5
12,5
10 (P), 5 (S)
3 Pendidikan
4,5
12,5
10 (P), 5 (S)
B LOKAL PRIMER DAN SEKUNDER
1 Perumahan (rumah
3,75
7,5
7 (P), 3 (S)
tinggal)
2 Kegiatan Usaha
3,75
7,5
7 (P), 3 (S)
3 Pendidikan
3,75
7,5
7 (P), 3 (S)
C LINGKUNGAN
1 Perumahan (rumah
2,75
5,5
5 (P), 2 (S)
tinggal)
2 Kegiatan Usaha
2,75
5,5
5 (P), 2 (S)
3 Pendidikan
2,75
5,5
5 (P), 2 (S)
Sumber :Undang-Undang No.38 Tahun 2004 dan PP No. 34 Tahun 2006

PAGAR
(dari as
jalan) (M)

Bangunan
(dari Pagar
ke teritis)
(M)

RUMAJA

RUMIJA

12,5

12,5

12,5

12,5
12,5

7
7

7,5

3,25

7,5
7,5

3,25
3,25

5,5

2,25

5,5
5,5

2,25
2,25

Tabel 3.4 Tabel Jarak Bebas Minimum SUTT dan SUTET


SUTT

SUTET
SUTM

SUTR

500 KV
20 m
20 m
50 m
3m
15 m
15 m
8,5m
8,5 m
15 m
8,5 m

2,5 m
2,5 m
2,5 m
2,5 m
2,5 m
2,5 m
2,5 n
20 m
20 m
20 m

1,5 m
1,5 m
1,5 m
1,5 m
1,5
1,5
1,5 m
20 m
20 m
20 m

SALURAN
KABEL
SKTM
SKTR
0,5 m
0,3 m
0,5 m
0,3 m
0,5 m
0,3 m
0,5 m
0,3 m
0,5 m
0,3 m
0,5 m
0,3 m
0,5 m
0,3 m
20 m
20 m
20 m
20 m
20 m
20 m

8,5 m

20 m

20 m

20 m

20 m

14 m
8,5 m

20 m
20 m

20 m
20 m

20 m
20 m

20 m
20 m

LOKASI
66 KV
150 KV
Bangunan beton
20 m
20 m
Pompa bensin
20 m
20 m
Penimbunan bahan bakar
50 m
20 m
Pagar
3m
20 m
Lapangan terbuka
6,5 m
20 m
Jalan raya
8m
20 m
Pepohonan
3,5 m
20 m
Bangunan tahan api
3,5 m
20 m
Rel kereta api
8m
20 m
Jembatan
besi/
tangga 3 m
20 m
besi/kereta listrik
Dari titik tertinggi tiang 3 m
20 m
kapal
Lapangan olahraga
2,5 m
20 m
SUTT lainnya penghantar 3 m
20 m
udara tegangan rendah,
jaringan
telekomunikasi,
televisi dan kereta gantung
Sumber : Permen PU No.5/PRT/M/2008

LAPORAN ANTARA

III-5

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
G.

Aturan mengenai Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa


Aturan pokok yang digunakan dalam pengaturan pengembangan kawasan

perdagangan dan jasa di Perkotaan Jombang yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Jombang
Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisonal, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern. Adapun aturan tersebut adalah :
1.

Perkulakan hanya boleh berlokasi pada atau pada akses sistem jaringan jalan arteri atau
kolektor primer atau arteri sekunder.

2.

Pusat perbelanjaan:
a. Hanya boleh berlokasi pada atau pada akses sitem jaringan jalan arteri atau
kolektor; dan
b. Tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan di dalam
kota/perkotaan.
3. Supermarket dan department store:
a. Tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan;
b. Tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan di dalam
kota/perkotaan.
4. Minimarket boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem
jaringan jalan lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di
dalam kota/perkotaan.
5. Pendirian minimarket baik yang berdiri sendiri maupun yang terintegrasi dengan
pusat perbelanjaan atau bangunan lain wajib memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a. memperhatikan kepadatan penduduk;
b. memperhatikan perkembangan permukiman baru;
c. memperhatikan aksesibilitas wilayah (arus lalu lintas);
d. memperhatikan dukungan/ketersediaan infrastruktur; dan
e. memperhatikan jarak pasar tradisional dan warung toko di wilayah sekitar
yang lebih kecil daripada minimarket tersebut paling dekat adalah 500 meter.

6.

Minimarket dengan jaringan waralaba, dalam 1 (satu) kecamatan hanya dapat diizinkan 2
(dua) minimarket.

7.

Izin Usaha minimarket diutamakan untuk diberikan kepada pelaku usaha yang
domisilinya sesuai dengan lokasi minimarket dimaksud.

8.

Pelaku usaha yang akan melakukan kegiatan usaha di bidang pasar tradisional, pusat
perbelanjaan dan toko modern, wajib memiliki:
a. IUP2T untuk pasar tradisional;
b. IUPP untuk pertokoan, dan pusat perdagangan;
c. IUTM untuk minimarket, supermarket, departmen store dan perkulakan.
LAPORAN ANTARA

III-6

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
9.

Izin Usaha sebagaimana dimaksud diterbitkan oleh Bupati. Bupati melimpahkan


kewenangan penerbitan Izin Usaha kepada Badan Pelayanan Perizinan atas rekomendasi
dari Dinas Peridustrian Perdagangan dan Pasar.
10. Persyaratan untuk memperoleh IUP2T bagi pasar tradisional yang berdiri sendiri
atau IUTM bagi toko modern yang berdiri sendiri atau IUPP bagi pusat
perbelanjaan.
H.

Aturan Mengenai Jenis Kegiatan yang Diwajibkan Melakukan AMDAL


Aturan pokok yang digunakan dalam pengembangan kegiatan wajib AMDAL di

Perkotaan Jombang adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik


Idonesia Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang
Wajib Memiliki AMDAL. Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL yaitu aspek fisikkimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai
pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Apabila disesuaikan
dengan daftar kegiatan yang terdapat pada Perkotaan Jombang, maka kegiatan-kegiatan
yang wajib memiliki AMDAL dapat dilihat pada Tabel 3.5
Tabel 3.5 Jenis Kegiatan AMDAL
NO

JENIS KEGIATAN

Pembangunan pusat perkantoran,


pendidikan, olahraga, kesenian,
tempat
ibadah,
pusat
perdagangan/perbelanjaan relatif
terkonsentrasi
a) Luas lahan
b) Bangunan

2.

Pembangunan
dan
atau
peningkatan
jalan
dengan
pelebaran yang membutuhkan
pengadaan lahan (di luar rumija)
1) di kota metropolitan / besar
a) panjang jalan dengan
luas pengadaan lahan

LAPORAN ANTARA

SKALA /
BESARAN
5 ha
10.000 m2

ALASAN ILMIAH KHUSUS


Besaran diperhitungkan berdasarkan :
a. Pembebasan lahan
b. Daya dukung lahan
c. Tingkat kebutuhan air sehari-hari
d. Limbah yang dihasilkan
e. Efek
pembangunan
terhadap
lingkungan
sekitar
(getaran,
kebisingan, polusi udara dan lain-lain)
f. KDB dan KLB
g. Jumlah dan jenis pohon yang mungkin
hilang
h. Konflik sosial akibat pembebasan
lahan (umumnya berlokasi dekat pusat
kota yang memiliki kepadatan tinggi
i. Struktur bangunan bertingkat tinggi
dan basement menyebabkan masalah
dewatering dan gangguan tiang-tiang
pancang terhadap akuifer sumber air
sekitar
j. Bangkitan pergerakan (traffic) dan
kebutuhan permukiman dari tenaga
kerja yang besar.
k. Bangkitan pergerakan dan kebutuhan
parkir pengunjung
l. Produksi sampah, limbah domestik
m. Genangan/banjir lokal
Bangkitan lalu lintas, dampak kebisingan,
getaran, emisi yang tinggi, gangguan visual
dan dampak sosial

5 km dengan
pengadaan
lahan 30 Ha
30 Ha

III-7

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
NO

JENIS KEGIATAN
b)

2)

3.

4.

3.2

SKALA /
BESARAN

ALASAN ILMIAH KHUSUS

luas pengadaan lahan

di kota sedang
a) panjang jalan dengan
luas pengadaan lahan
b) luas pengadaan lahan

5 km dengan
pengadaan
lahan 30 Ha
50 Ha

Persampahan
1) Pembuangan dengan sistem
control
landfill/sanitary
landfill (diluar B3)
a) Luas
b) Kapasitas total
2) TPA di daerah pasang surut
a) Luas landfill
b) Kapasitas total
3) Pembangunan transfer station
a) Kapasitas

Dampak potensial berupa pencemaran dari


leachate (lindi), udara, bau, gas beracun
dan gangguan kesehatan

4)

Dampak potensial berupa pencemaran dari


leachate (lindi), udara, bau, gas beracun
dan gangguan kesehatan
Besaran diperhitungkan berdasarkan
a. Tingkat pembebasan lahan
b. Daya dukung lahan
Umumnya dampak yang ditimbulkan
berupa :
a. Bangkitan lalu lintas
b. Konflik sosial
c. Penurunan kualitas lingkungan

Dampak potensial adalah bahaya banjir dan


perubahan pola air
Dampak potensial berupa bau, gas beracun
dan gangguan kesehatan

TPA dengan sistem open


dumping

Kegiatan industri

15 Ha

PENYELESAIAN MASALAH RUANG


Berikut akan dijelaskan mengenai beberapa permasalahan pemanfaatan ruang di

kawasan Perkotaan Jombang dan solusi penyelesaian masalah pada Tabel 3.6
Tabel 3.6 Penyelesaian Masalah Ruang Perkotaan Jombang
NO
1.

2.

PERMASALAHAN
PEMANFAATAN
RUANG
Belum meratanya perkembangan kota sehingga
terdapat ketimpangan perkembangan dalam
wilayah Perkotaan Jombang

Kemacetan lalu lintas dan banyaknya kendaraan


parkir di badan jalan termasuk tidak tertibnya
angkutan umum yang turun dan menaikkan
penumpang khususnya pada jam-jam puncak
(Jalan Ahmad Yani, Jalan Merdeka dan Jalan
Wahid Hasyim)

LAPORAN ANTARA

PENYELESAIAN MASALAH
Pembentukan pusat pertumbuhan baru secara
berjenjang dan terstruktur yang dapat
mendorong pertumbuhan wilayah sekitar
sehingga tercipta pemerataan pembangunan di
kawasan Perkotaan Jombang
Pengembangan jalan lingkar Jalan Gatot
Subroto-Jalan Basuki Rahmat hingga
menuju Jalan Yos Sudarso yang digunakan
untuk kendaraan dari Surabaya-JombangKertosono-Madiun.
Pengembangan
jalan
lingkar
Jalan
Abdurrahman Saleh-Jalan Brigjen KertartoJalan Mastrip menuju Jalan Brawijaya yang
digunakan untuk kendaraan dari arah
Madiun-Nganjuk-Jombang-Surabaya
Pelebaran dimensi jaringan jalan agar dapat
menampung arus lalu lintas dengan tingkat

III-8

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
NO

PERMASALAHAN
RUANG

PEMANFAATAN

3.

Keberadaan PKL yang cenderung menggunakan


Ruang Milik Jalan (RUMIJA)

4.

Semakin bertambahnya penduduk, kebutuhan air


semakin meningkat sedangkan jumlah sumber
air terbatas

5.

Topografi Perkotaan Jombang relatif datar


sehingga menimbulkan potensi banjir dan
genangan di sekitar sungai

6.

Permukiman penduduk di daerah sempadan


sungai perkotaan Jombang

PENYELESAIAN MASALAH
pelayanan lebih baik
Penerapan sistem parkir bersudut 45c atau 900
dengan pemberlakuan tarif parkir progesif
sebagai pembatas waktu parkir
Penataan PKL dengan pengembangan sentrasentra PKL (pujasera) untuk dapat menampung
PKL yang terdapat di sekitar pusat kegiatan
Pemasangan jaringan transmisi dan distribusi
primer mencakup perpipaan sepanjang jalan
arteri primer dan jalan kolektor primer dengan
variasi diameter antara 750-1000 mm

Perbaikan daerah tangkapan air melalui


upaya penghijauan

Pendalaman volume drainase

Membuat sumur resapan di tiap lingkungan


RT/RW

Mencari alternatif sudetan air ke tempat


pembuangan akhir

Pengembangan pompa-pompa air yang


dapat mencegah terjadinya genangan di
beberapa kawasan

Untuk mengantisipasi segala kemungkinan


bencana banjir dan genangan, perlu
diprioritaskan alternatif evakuasi pada
jalan yang mengarah ke bagian barat (Jalan
Yos Sudarso, Jalan Wahid Hasyim, Jalan
PB Sudirman, Jalan Wahab Hasbulloh,
Jalan Brigjen Kertarto, Jalan Ahmad Yani
dan Jalan Basuki Rahmat).
Pengendalian secara ketat permukiman liar
sempadan sungai dapat dilakukan melalui
mekanisme ijin mendirikan bangunan dan
penetapan sanksi yang tegas terhadap pelanggar

Sumber : RDTR Perkotaan Jombang Tahun 2012-2032

3.3

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN


Analisis pola perubahan penggunaan lahan bertujuan untuk mengetahui

perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada kurun waktu tertentu. Analisis perubahan
penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 3.7-3.13
3.3.1

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sub BWP I


Tabel 3.7 Perubahan Penggunaan Lahan Sub BWP I Perkotaan Jombang

SUB
BW
P
I

BLO
K
A

GUNA LAHAN
EKSISTING
Perumahan

LAPORAN ANTARA

ARAHAN FUNGSI
ZONA
Rumah kepadatan
tinggi (R-2)
Rumah kepadatan
sedang (R-3)

ANALISIS
Guna Lahan eksisting saat ini adalah
perumahan dan telah sesuai dengan
arahan zonasi, yaitu diarahkan
sebagai sub zona rumah kepadatan
tinggi dan sub zona rumah
kepadatan
sedang.
perumahan
kepadatan tinggi dan perumahan
kepadatan sedang di pusat kota
diperlukan pengendalian ketat yang

III-9

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

Perkantoran

Perkantoran
Pemerintah (KT-1)
Perkantoran swasta
(KT-2)

Perdagangan dan jasa


(Toko, mebel, bengkel,
apotik, salon, wartel,
warung, kios, rumah
makan)

Perdagangan dan jasa


tunggal (K-1)
Perdagangan dan jasa
kopel (K-2)
Perdagangan dan jasa
deret (K-3)

Perumahan

Perdagangan dan jasa


tunggal (K-1)
Perdagangan dan jasa
kopel (K-2)

Pendidikan (SDN
Jombatan III, SDN
Jombatan V/27,
Perpustakaan Masjid
Baitul Mukmin,
SDLBN Jombatan VII,
SDN Kepanjen II, TK
Al Iman, SMKN I,
SMU PGRI, Lembaga
Medika Wiyata,
SMPN Sunan Ampel,
TK Trisula,
Primagama,
Perpustakaan Umum,
SDK Santamaria, SMP
Katolik Widjaja)

Sarana pelayanan
umum pendidikan
(SPU-1)

LAPORAN ANTARA

ANALISIS
meliputi
penataan
intensitas
bangunan, penataan jarak bangunan
(jarak antar bangunan dan jarak
bangunan terhadap batas persil) agar
tercipta perumahan yang baik dan
teratur.
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai zona perkantoran yang
meliputi sub zona perkantoran
pemerintah dan perkantoran swasta.
Perkantoran pemeritah di pusat kota
dipertahankan
sebagai
zona
perkantoran
yang
difungsikan
sebagai pusat pelayanan publik di
perkotaan Jombang dengan skala
pelayanan regional. Selain itu perlu
diperhatikan
penataan
zona
perkantoran pada blok I A yang
meliputi penataan intensitas dan
jarak bangunan agar pembangunan
tetap terkendali.
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai zona perdagangan dan jasa
tunggal dan perdagangan dan jasa
deret (K-3). Perdagangan dan jasa
yang telah ada tetap dipertahankan
sebagai zona perdagangan dan jasa
yang difungsikan sebagai pusat
perdagangan dan jasa untuk
melayani kebutuhan masyarakat
Perkotaan Jombang
Guna
lahan
eksisting
yaitu
perumahan berubah fungsi menjadi
perdagangan dan jasa disebabkan
karena perkembangan perdagangan
dan jasa pada sepanjang jalan arteri
di Perkotaan Jombang.
Guna lahan eksisting saat ini adalah
pendidikan dan sesuai dengan
arahan fungsi zona yang ada. Zona
ini tetap dipertahankan dengan
penataan intensitas dan jarak
bangunan yang memenuhi ketentuan

III-10

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

Transportasi (Stasiun)

Sarana
umum
(SPU-2)

pelayanan
transportasi

Kesehatan

Sarana
umum
(SPU-3)

pelayanan
kesehatan

Peribadatan (Gereja &


Masjid)

Sarana pelayanan
umum peribadatan

Industri/Pergudangan
(Pabrik Boneka
PT.Galia Indonesia &
Gudang)

Aneka Industri (I-4)

RTH (Alun-alun,
Taman Kebonrojo)

RTH-1

Perdagangan dan jasa,


pendidikan, rumah

Perlindungan
Setempat (PS-1)

Sempadan Rel Kereta


Api
(Perumahan,
perdagangan & jasa,
SD
Santa
Maria,
SMPK Wijaya, Kantor
Metafisika,
kantor
Rutan,
kantor

Perlindungan
Setempat (PS-3)

LAPORAN ANTARA

ANALISIS
Kondisi eksisting saat ini berupa
stasiun. Ini sesuai dengan arahan
zonasi yang mengarahkan sebagai
sarana
pelayanan
umum
transportasi.
Zona
yang
ada
dipertahankan
dengan
memperhatikan penataan intensitas
bangunan dan sarana pendukung
lainnya.
Kondisi eksisting saat ini telah
sesuai dengan arahan fungsi zona
yaitu sebagai zona sarana pelayanan
umum kesehatan
Guna lahan saat ini adalah sarana
pelayanan umum peribadatan dan
telah sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ada.
Guna lahan yang ada telah sesuai
dengan arahan peraturan zonasi,
yaitu sebagai zona. Zona industri
pada blok I A tetap dipertahankan
dan diperlukan pengendalian ketat
agar
kegiatan
industri
tidak
berkembang lagi. Kegiatan industri
harus memperhatikan aspek ekologis
yaitu dilengkapi dengan unit
pengolahan
limbah
dan
memperhatikan suplai air bersih
agar bisa menjamin keselamatan
lingkungan sekitar. Untuk kegiatan
industri harus mengembangkan
sabuk
hijau
yang
berfungsi
mengendalikan
perkembangan
kawasan industri
Kondisi eksisting saat ini sudah
sesuai dengan rencana.. RTH di
kawasan perkotaan harus tetap
dilindungi sesuai dengan fungsi
RTH masing-masing, dan tidak
boleh dilakukan alih fungsi demi
memenuhi ketentuan 30% RTH pada
kawasan perkotaan.
Kawasan sempadan sungai yang
sudah terbangun membutuhkan
peningkatan
fungsi
konservasi
(dengan cara membangun sumur
resapan
untuk
kawasan
permukiman)
Terdapat beberapa fasilitas yang
melanggar
ketentuan
garis
sempadan.
Oleh
karena
itu
diperlukan
penataan
kawasan
sempadan rel kereta api dengan cara
membatasi
perkembangan
bangunan di sempadan rel kereta api

III-11

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

ANALISIS

Kesbanglinmas, kantor
Depnaker,
kantor
Gubernur,
kantor
Polisi, kantor PLN,
kantor
Kejaksaan
Negeri dan BKIA
B

Perumahan

Rumah
Kepadatan
Tinggi (R-2)
Rumah
Kepadatan
Sedang (R-3)

Pendidikan (TK, SD
Islam Terpadu, SMP
1, MTS Darussalam,
SMU 2, SMU PGRI 1,
SMU Muhammadyah,
SMK 3 Jombang,
STIE Dewantara,
STIKIP)
Kesehatan (Rumah
Bersalin, Posyandu)

Pendidikan (SPU-1)

Peribadatan (Masjid
Al-Huda, Masjid An
Nur, Masjid Darul
Falah, Masjid AtThoyib)
Perdagangan dan Jasa

Peribadatan (SPU-6)

Industri/ pergudangan

Industri/ pergudangan
(I-4)

LAPORAN ANTARA

Kesehatan (SPU-3)

Perdagangan dan Jasa


Tunggal (K-1), Kopel
(K-2), Deret (K-3)

Guna Lahan eksisting saat ini


adalah perumahan dan telah
sesuai dengan arahan zonasi,
yaitu diarahkan sebagai sub
zona rumah kepadatan tinggi
dan sub zona rumah kepadatan
sedang.

Untuk sub zona perumahan


kepadatan tinggi dan perumahan
kepadatan sedang diperlukan
penataan intensitas bangunan
yang meliputi KDB, KLB, KDH
dan KTB. Penataan ini perlu
dikendalikan
agar
massa
bangunan
tidak
membuat
kawasan menjadi tak terkendali.
Selain itu diperlukan penataan
jarak bangunan, baik jarak antar
bangunan dan jarak bangunan
terhadap batas persil.
Guna lahan eksisting saat ini adalah
pendidikan dan sesuai dengan
arahan fungsi zona yang ada. Zona
ini tetap dipertahankan dengan
penataan intensitas dan jarak
bangunan
yang
memenuhi
ketentuan.
Saat ini guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan rencana yaitu sarana
pelayanan umum kesehatan. Perlu
mengakomodasi
pengembangan
kawasan kesehatan dengan tetap
memperhatikan penataan intensitas
bangunan.
Guna lahan saat ini adalah sarana
pelayanan umum peribadatan dan
telah sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ada.
Saat ini kondisi eksisting sudah
sesuai dengan rencana
Perijinan
untuk
pembangunan
bangunan
komersial
akan
dipermudah dengan mengendalikan
secara ketat intensitas bangunannya.
Kegiatan industri harus tetap
memperhatikan
kelestarian

III-12

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

Perkantoran (Kantor
kepala desa (BPD),
kantor PSBR, Kantor
Desa Sengon,)

Perkantoran
Pemerintah
Perkantoran
(KT-2)

RTH

RTH

Sawah

Perumahan (R-3)
Perdagangan dan jasa
deret (R-3)

Perumahan

Perdagangan dan jasa


kopel (K-2)
Perdagangan dan jasa
deret (K-3)

Sempadan Sungai
(perdagangan & jasa,

Sempadan
(PS-1)

LAPORAN ANTARA

(KT-1),
Swasta

Sungai

ANALISIS
lingkungan. Dalam kawasan ini
dapat dibangun bangunan hunian,
sarana lingkungan secara terbatas
sesuai kebutuhan untuk menunjang
kegiatan industri. Sub zona ini harus
dilengkapi dengan sarana pengolah
limbah dan sabuk hijau sebagai
penyangga antar fungsi kawasan.
Saat ini guna lahan eksisting telah
sesuai dengan arahan fungsi zona
yaitu zona perkantoran pemerintah.
Zona perkantoran yang telah ada ini
tetap dipertahankan, serta diperlukan
penataan
intensitas
&
jarak
bangunan agar kawasan zona tetap
terkendali.
Kondisi eksisting saat ini sudah
sesuai dengan rencana.. RTH di
kawasan perkotaan harus tetap
dilindungi sesuai dengan fungsi
RTH masing-masing, dan tidak
boleh dilakukan alih fungsi demi
memenuhi ketentuan 30% RTH pada
kawasan perkotaan.
Pembangunan fisik dengan fungsi
yang tidak mendukung kegiatan
pertanian dilarang pelaksanaannya,
kecuali kawasan tersebut berada di
kawasan perkotaan dimana kawasan
lainnya tidak dapat menampung
kegiatan
pembangunan
yang
dibutuhkan kawasan perkotaan.
Bertambahnya
penduduk
di
Perkotaan Jombang menyebabkan
perubahan penggunaan lahan dari
pertanian
menjadi
perumahan/perdagangan dan jasa.
Perubahan penggunaan lahan dari
pertanian ke non pertanian wajib
mempunyai izin lokasi dan izin
perubahan penggunaan tanah
Guna
lahan
eksisting
yaitu
perumahan berubah fungsi menjadi
perdagangan dan jasa disebabkan
karena perkembangan perdagangan
dan jasa pada sepanjang jalan arteri
di Perkotaan Jombang. Hal ini
memerlukan pengendalian intensitas
bangunan maupun tata masa
bangunan agar terhindar dari
pembangunan perkotaan yang tak
terkendali.
Kawasan sempadan sungai yang
sudah terbangun membutuhkan

III-13

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING
peribadatan, rumah,
kesehatan)

Pendidikan
(Univ.Darul Ulum,
Tarigot, G Sos
Asrama, Asrama Putra
Undar I & II)

Olahraga (GOR
Merdeka)

Peribadatan (Masjid
As-Shiddiq , Masjid
AL Karomah)
Perumahan

Perdagangan (Pasar
Pon, Kios, toko,
bengkel, dealer, wartel,
optic, indomaret)

Perkantoran
(Pegadaian, rumah
dinas, kantor kepala
desa, balai desa, KPRI
Karya Sehat)

LAPORAN ANTARA

ARAHAN FUNGSI
ZONA

ANALISIS

peningkatan
fungsi
konservasi
(dengan cara membangun sumur
resapan
untuk
kawasan
permukiman)
Pendidikan (SPU-1)
Guna lahan eksisting saat ini adalah
pendidikan dan sesuai dengan
arahan fungsi zona yang ada. Zona
ini tetap dipertahankan dengan
penataan intensitas dan jarak
bangunan
yang
memenuhi
ketentuan.
Olahraga (SPU-4)
Kondisi guna lahan sudah sesui
dengan arahan zonasi yaitu sebagai
sarana pelayanan umum olahraga.
Zona yang ada tetap dipertahankan
dengan
tetap
memperhatikan
intensitas bangunan.
Peribadatan (SPU-6)
Guna lahan saat ini adalah sarana
pelayanan umum peribadatan dan
telah sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ada.
Perumahan (R-2 dan
Guna Lahan eksisting saat ini
R-3)
adalah perumahan dan telah
sesuai dengan arahan zonasi,
yaitu diarahkan sebagai sub
zona rumah kepadatan tinggi
dan sub zona rumah kepaatan
sedang.

Untuk sub zona perumahan


kepadatan tinggi dan perumahan
kepadatan sedang diperlukan
penataan intensitas bangunan
yang meliputi KDB, KLB, KDH
dan KTB. Penataan ini perlu
dikendalikan
agar
massa
bangunan
tidak
membuat
kawasan menjadi tak terkendali.
Selain itu diperlukan penataan
jarak bangunan, baik jarak antar
bangunan dan jarak bangunan
terhadap batas per sil.
Perdagangan
Saat ini kondisi eksisting sudah
( K-1 & K-3)
sesuai dengan rencana
Perijinan
untuk
pembangunan
bangunan
komersial
akan
dipermudah dengan mengendalikan
secara ketat intensitas bangunannya.
Perkantoran (KT-1)
Saat ini guna lahan eksisting telah
sesuai dengan arahan fungsi zona
yaitu zona perkantoran pemerintah.
Zona perkantoran yang telah ada ini
tetap dipertahankan, serta diperlukan
penataan
intensitas
&
jarak
bangunan agar kawasan zona tetap
terkendali.

III-14

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

RTH

RTH

Sempadan Sungai
(rumah, peribadatan,
perdagangan dan jasa,
kantor, industri)

Sempadan
(PS-1)

Perumahan

Perdagangan dan jasa


kopel (K-2)
Perdagangan dan jasa
deret (K-3)

Industri/ Pergudangan
(Gudang beras &
gabah, pabrik
konveksi, pabrik
boneka gips)

Industri/ Pergudangan
(I-4)

Perdagangan & Jasa


(Bengkel, meubel,
rumah penginapan,
apotik, toko, warung)

Perdagangan & Jasa


(K-1)

Peribadatan (Masjid)

Peribadatan (SPU-6)

Perkantoran (BLKI,
koperasi BKKBN,
dinas perkoperasian &
P. Wilayah,
DEPARINDAGKOP,
pendapatan daerah,
darma wanita

Perkantoran (KT-1)

LAPORAN ANTARA

Sungai

ANALISIS
Kondisi eksisting saat ini sudah
sesuai dengan rencana.. RTH di
kawasan perkotaan harus tetap
dilindungi sesuai dengan fungsi
RTH masing-masing, dan tidak
boleh dilakukan alih fungsi demi
memenuhi ketentuan 30% RTH pada
kawasan perkotaan.
Kawasan sempadan sungai yang
sudah terbangun membutuhkan
peningkatan
fungsi
konservasi
(dengan cara membangun sumur
resapan untuk kawasan permukiman
dan pengelolaan limbah untuk
kawasan industri)
Fungsi guna lahan tekah berubah
dari guna lahan eksisting. Perubahan
guna lahan dari perumahan menjadi
perdagangan dan jasa diperbolehkan
dengan tetap memperhatikan tata
maa bangunan dan intensitas
bangunan.
Fungsi guna lahan yang ada telah
sesuai dengan arahan peraturan
zonasi, yaitu sebagi kawasan
Industri/pergudangan. Zona industry
yang ada tetap dipertahankan dan
diperlukan pengendalian ketat agar
kegiatan industry tidak berkembang
lagi. Kegiatan industry harus
dilengkapi dengan unit pengolahan
limbah dan memperhatikan suplai
air bersih agar bisa menjamin
keselamatan lingkungan sekitar.
Untuk kegiatan industry harus
mengembangkan sabuk hijau yang
berfungsi
mengendalikan
perkembangan kawasan industry.
Saat ini kondisi eksisting sudah
sesuai dengan rencana
Perijinan untuk pembangunan
bangunan komersial akan
dipermudah dengan mengendalikan
secara ketat intensitas bangunannya.
Guna lahan saat ini adalah sarana
pelayanan umum peribadatan dan
telah sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ada.
Saat ini guna lahan eksisting telah
sesuai dengan arahan fungsi zona
yaitu zona perkantoran pemerintah.
Zona perkantoran yang telah ada ini
tetap dipertahankan, serta diperlukan
penataan
intensitas
&
jarak
bangunan agar kawasan zona tetap

III-15

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING
kabapenda, koperasi
Disperindag)
Perumahan

ARAHAN FUNGSI
ZONA

ANALISIS
terkendali.

Perumahan (R-3 & R-


4)

RTH

RTH

Rumah

Sempadan
(PS-1)

Sawah

Perumahan

Perumahan

Perdagangan dan jasa

LAPORAN ANTARA

Sungai

Guna lahan eksisting saat ini adalah


perumahan dan telah sesuai dengan
arahan zonasi, yaitu diarahkan
sebagai sub zona rumah kepadatan
sedang dan sub zona rumah
kepaatan rendah.
Untuk
sub
zona
perumahan
kepadatan
sedang
diperlukan
penataan intensitas bangunan yang
meliputi KDB, KLB, KDH dan
KTB.
Penataan
ini
perlu
dikendalikan agar massa bangunan
tidak membuat kawasan menjadi
tak terkendali.
Selain itu
diperlukan
penataan
jarak
bangunan, baik jarak antar
bangunan dan jarak bangunan
terhadap batas per sil.
Pada sub zona perumahan kepadatan
rendah, perlu pengendalian agar
pembangunan tidak terlalu padat.
Penataan
intensitas
bangunan
sangat diperlukan agar kawasan
tetap terkendali.
Kondisi eksisting saat ini sudah
sesuai dengan rencana.. RTH di
kawasan perkotaan harus tetap
dilindungi sesuai dengan fungsi
RTH masing-masing, dan tidak
boleh dilakukan alih fungsi demi
memenuhi ketentuan 30% RTH pada
kawasan perkotaan.
Kawasan sempadan sungai yang
sudah terbangun membutuhkan
peningkatan
fungsi
konservasi
(dengan cara membangun sumur
resapan
untuk
kawasan
permukiman)
Perkembangan kawasan perkotaan
yang begitu cepat berdampak pada
tingginya kebutuhan akan tempat
tinggal. Hal ini bisa ditanggulangi
dengan memanfaatkan lahan-lahan
tidak terbangun yang ada untuk
mewadahi
kebutuhan
pengembangan fisik kawasan. Maka
pemanfaatan lahan-lahan belum
terbangun terutama lahan pertanian
diprioritaskan pada lahan pertanian
yang mempunyai tingkat kesuburan
rendah.
Pertambahan jumlah penduduk dan

III-16

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

ANALISIS
kegiatan
sosial
ekonomi
menyebabkan perubahan guna lahan
perumahan menjadi perdagangan
dan jasa. Hal ini terjadi karena
terbatasnya lahan di Perkotaan
Jombang. Oleh karena itu diperlukan
penataan KDB, KLB, KDH maupun
tata masa bangunan pada arahan
fungsi zona yang baru.

Industri/ Pergudangan

Perdagangan & Jasa


(Toko, bengkel sepeda,
rumah makan, optik,
photo copy)

Peribadatan (Mushola ,
masjid Nurul Iman)

Perkantoran

Perumahan

LAPORAN ANTARA

Industri/ Pergudangan
(I-4)

Fungsi guna lahan yang ada telah


sesuai dengan arahan peraturan
zonasi, yaitu sebagi kawasan
Industri/pergudangan. Zona industry
yang ada tetap dipertahankan dan
diperlukan pengendalian ketat agar
kegiatan industry tidak berkembang
lagi. Kegiatan industry harus
dilengkapi dengan unit pengolahan
limbah dan memperhatikan suplai
air bersih agar bisa menjamin
keselamatan lingkungan sekitar.
Untuk kegiatan industry harus
mengembangkan sabuk hijau yang
berfungsi
mengendalikan
perkembangan kawasan industry.
Perdagangan & Jasa Saat ini kondisi eksisting sudah
(K-1)
sesuai dengan rencana. Perijinan
untuk
pembangunan
bangunan
komersial akan dipermudah dengan
mengendalikan
secara
ketat
intensitas bangunannya.
Peribadatan (SPU-6)
Guna lahan saat ini adalah sarana
pelayanan umum peribadatan dan
telah sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ada.
Perkantoran (KT-1)
Saat ini guna lahan eksisting telah
sesuai dengan arahan fungsi zona
yaitu zona perkantoran pemerintah.
Zona perkantoran yang telah ada ini
tetap dipertahankan, serta diperlukan
penataan
intensitas
&
jarak
bangunan agar kawasan zona tetap
terkendali.
Perumahan (R-3)

Guna Lahan eksisting saat ini


adalah perumahan dan telah
sesuai dengan arahan zonasi,
yaitu diarahkan sebagai zona
rumah kepadatan sedang.

Untuk sub zona perumahan


kepadatan sedang diperlukan
penataan intensitas bangunan
yang meliputi KDB, KLB, KDH
dan KTB. Penataan ini perlu
dikendalikan
agar
massa

III-17

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

Perumahan

Perdagangan dan jasa


deret (K-3)

RTH (Taman)

RTH (RTH)

Makam

Makam (RTH-4)

Sempadan Sungai
(perdagangan & jasa,
rumah, peribadatan,
industri)

Sempadan
(PS-1)

Sempadan jalur pipa


gas (Rumah,
perdagangan & jasa,
pendidikan.

Sempadan
jaringan
pipa gas (PS-4)

Sempadan Rel Kereta


Api (Kantor PLN,
SDN Jombang IV)

Perlindungan
Setempat (PS-3)

Industri/ Pergudangan
(Pabrik Gula Jombang
Baru (kantor, unit
produksi, mess
karyawan)

Industri/ Pergudangan
(I-4)

LAPORAN ANTARA

Sungai

ANALISIS
bangunan
tidak
membuat
kawasan menjadi tak terkendali.
Selain itu diperlukan penataan
jarak bangunan, baik jarak antar
bangunan dan jarak bangunan
terhadap batas persil.
Guna
lahan
eksisting
yaitu
perumahan telah berubah fungsi
menjadi perdagangan dan jasa deret
seiring
dengan
perkembangan
kegiatan ekonomi di Perkotaan
Jombang.
Kondisi eksisting saat ini sudah
sesuai dengan rencana.. RTH di
kawasan perkotaan harus tetap
dilindungi sesuai dengan fungsi
RTH masing-masing, dan tidak
boleh dilakukan alih fungsi demi
memenuhi ketentuan 30% RTH pada
kawasan perkotaan
Guna lahan eksisting yang ada sudah
sesuai dengan arahan zonasi maka
zona yang ada tetap dipertahankan.
Kawasan sempadan sungai yang
sudah terbangun membutuhkan
peningkatan
fungsi
konservasi
(dengan cara membangun sumur
resapan untuk kawasan permukiman
pengelolaan limbah untuk kawasan
industri )
Guna lahan eksisting saat ini masih
berada pada kawasan sekitar
jaringan pipa gas yang seharusnya
tidak
diperbolehkan
adanya
kegiatan.
Kondisi sempadan rel kereta api saat
ini terbangun oleh beberapa fasilitas
yang melanggar ketentuan. Dimana
sempadan rel kereta api pada daerah
permukiman adalah 11,5 meter.
Diperlukan
penataan
kawasan
dengan cara merelokasi para
penduduk yang berada di sempadan
rel kereta api. Untuk sempadan rel
kereta api dapat difungsikan sebagai
RTH yaitu antara sempadan garis
tepi rel kereta api hingga batas
pinggir kereta api.
Fungsi guna lahan yang ada telah
sesuai dengan arahan peraturan
zonasi, yaitu sebagi kawasan
Industri/pergudangan. Zona industry
yang ada tetap dipertahankan dan
diperlukan pengendalian ketat agar
kegiatan industry tidak berkembang

III-18

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

Perdagangan & Jasa


(Toko, mebel, salon,
warung, rumah makan,
kios )

Pendidikan

Kesehatan

Perumahan

Perumahan

Makam

LAPORAN ANTARA

ARAHAN FUNGSI
ZONA

ANALISIS

lagi. Kegiatan industry harus


dilengkapi dengan unit pengolahan
limbah dan memperhatikan suplai
air bersih agar bisa menjamin
keselamatan lingkungan sekitar.
Untuk kegiatan industry harus
mengembangkan sabuk hijau yang
berfungsi
mengendalikan
perkembangan kawasan industry.
Perdagangan & jasa Saat ini kondisi eksisting sudah
(K-1 & K-3)
sesuai dengan rencana. Perijinan
untuk
pembangunan
bangunan
komersial akan dipermudah dengan
mengendalikan
secara
ketat
intensitas bangunannya.
Pendidikan (SPU-1)
Guna lahan eksisting saat ini adalah
pendidikan dan sesuai dengan
arahan fungsi zona yang ada. Zona
ini tetap dipertahankan dengan
penataan intensitas dan jarak
bangunan
yang
memenuhi
ketentuan.
Kesehatan (SPU-3)
Saat ini guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan rencana yaitu sarana
pelayanan umum kesehatan. Perlu
mengakomodasi
pengembangan
kawasan kesehatan dengan tetap
memperhatikan penataan intensitas
bangunan.
Perumahan (R-2 & R-
Guna Lahan eksisting saat ini
3)
adalah perumahan dan telah
sesuai dengan arahan zonasi,
yaitu diarahkan sebagai sub
zona rumah kepadatan tinggi
dan sub zona rumah kepaatan
sedang.

Untuk sub zona perumahan


kepadatan tinggi dan perumahan
kepadatan sedang diperlukan
penataan intensitas bangunan
yang meliputi KDB, KLB, KDH
dan KTB. Penataan ini perlu
dikendalikan
agar
massa
bangunan
tidak
membuat
kawasan menjadi tak terkendali.
Selain itu diperlukan penataan
jarak bangunan, baik jarak antar
bangunan dan jarak bangunan
terhadap batas persil.
Perdagangan dan jasa Terdapat perubahan pemanfaatan
deret (K-3)
lahan
perumahan
menjadi
perdagangan
dan
jasa
yang
disebabkan oleh perkembangan
perkotaan Jombang.
Makam (RTH-4)
Penggunaan lahan eksisting yang

III-19

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

Sempadan Sungai
(Rumah, Perdagangan
& Jasa, Industri)

Sempadan
(PS-1)

Sempadan Rel Kereta


Api (Apotik ABC
FArma, TPA
Tanahwia, Bank Pasar
Wijaya Prima)

Perlindungan
Setempat (PS-3)

Industri, rumah,
peribadatan,
Perdagangan & Jasa

Sempadan
jaringan
pipa gas bumi (PS-4)

Perumahan
(perumahan Sambong
Permai,
perumahan
Griya Jombang Indah,
perumahan
Griya
Indah)

Perumahan (R-3)

Perdagangan dan jasa


(toko,
bengkel,
warung, sanggar, kios,
rental, komputer, salon

LAPORAN ANTARA

Sungai

ANALISIS
ada berupa makam dan telah sesuai
dengan arahan zona yang ada.
Fungsi zona yang ada tetap
dipertahankan.
Kawasan sempadan sungai yang
sudah terbangun membutuhkan
peningkatan
fungsi
konservasi
(dengan cara membangun sumur
resapan untuk kawasan permukiman
dan pengelolaan limbah untuk
kawasan industri)
Kondisi sempadan rel kereta api saat
ini terbangun oleh beberapa fasilitas
yang melanggar ketentuan. Dimana
sempadan rel kereta api pada daerah
permukiman adalah 11,5 meter.
Diperlukan
penataan
kawasan
dengan cara merelokasi para
penduduk yang berada di sempadan
rel kereta api. Untuk sempadan rel
kereta api dapat difungsikan sebagai
RTH yaitu antara sempadan garis
tepi rel kereta api hingga batas
pinggir kereta api.
Masih terdapat bangunan yang
berada pada sempadan jalur pipa
gas. Perlu adanya pengaturan
kemunduran bangunan

Guna Lahan eksisting saat ini


adalah perumahan dan telah
sesuai dengan arahan zonasi,
yaitu diarahkan sebagai sub
zona rumah kepadatan tinggi
dan sub zona rumah kepaatan
sedang.

Untuk sub zona perumahan


kepadatan tinggi dan perumahan
kepadatan sedang diperlukan
penataan intensitas bangunan
yang meliputi KDB, KLB, KDH
dan KTB. Penataan ini perlu
dikendalikan
agar
massa
bangunan
tidak
membuat
kawasan menjadi tak terkendali.
Selain itu diperlukan penataan
jarak bangunan, baik jarak antar
bangunan dan jarak bangunan
terhadap batas persil.
Perdagangan dan jasa Saat ini kondisi eksisting sudah
tunggal
(K-1), sesuai dengan rencana. Perijinan
perdagangan dan jasa untuk
pembangunan
bangunan
deret (K-3)
komersial akan dipermudah dengan
mengendalikan
secara
ketat
intensitas bangunannya.

III-20

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING
Perkantoran
bea cukai,
YP3YP)

(kantor
kantor

Pendidikan
(playgroup, TK)

3.3.2

ARAHAN FUNGSI
ZONA
Perkantoran
pemerintahn(KT-1),
perkantoran
swasta
(KT-2)
Pendidikan

Peribadatan (masjid
Al-Ikhlas, masjid AlHidayah, mushola)
RTH

Peribadatan

Sawah

Perumahan,
perdagangan dan jasa

Perumahan

Perdagangan dan jasa

RTH taman dan hutan


kota, RTH jalur hijau

ANALISIS
Guna lahan eksisting sudah sesuai
dengan arahan fungsi zona yang
ditetapkan
Guna lahan eksisting sudah sesuai
dengan arahan fungsi zona yang
ditetapkan
Guna lahan eksisting sudah sesuai
dengan arahan fungsi zona yang
ditetapkan
Kondisi eksisting saat ini sudah
sesuai dengan rencana.. RTH di
kawasan perkotaan harus tetap
dilindungi sesuai dengan fungsi
RTH masing-masing, dan tidak
boleh dilakukan alih fungsi demi
memenuhi ketentuan 30% RTH pada
kawasan perkotaan.
Perkembangan kawasan perkotaan
yang begitu cepat berdampak pada
tingginya kebutuhan akan tempat
tinggal. Hal ini bisa ditanggulangi
dengan memanfaatkan lahan-lahan
tidak terbangun yang ada untuk
mewadahi
kebutuhan
pengembangan fisik kawasan. Maka
pemanfaatan lahan-lahan belum
terbangun terutama lahan pertanian
diprioritaskan pada lahan pertanian
yang mempunyai tingkat kesuburan
rendah.
Guna
lahan
eksisting
yaitu
perumahan telah berubah fungsi
menjadi perdagangan dan jasa deret
seiring
dengan
perkembangan
kegiatan ekonomi di Perkotaan
Jombang.

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sub BWP II


Tabel 3.8 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sub BWP II

SUB
BW
P
II

BLO
K
A

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

Perumahan

Rumah kepadatan
sedang (R-3)

Sawah

Rumah kepadatan
rendah (R-4)

LAPORAN ANTARA

ANALISIS
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ditetapkan yaitu
sebagai
zona
perumahan
kepadatan sedang.
Pembangunan fisik dengan
fungsi yang tidak mendukung
kegiatan pertanian dilarang
pelaksanaannya,
kecuali
kawasan tersebut berada di
kawasan perkotaan dimana
kawasan lainnya tidak dapat

III-21

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

Sawah

LP2B

Perdagangan dan jasa


(warung makan, wartel,
toko, rumah makan,
kios, salon)

Perdagangan dan jasa


tunggal (K-1)

Kantor polisi

Perkantoran
pemerintah (KT-1)

Ponpes
Putra
AlHikmah, Ponpes Putri
Al-Fatimah, Ponpes Ar
Roudoh, Ponpes Ribath
Al-Maliki, MI Bahrul
Ulum, Pondok Latisia,
Ponpes Al- Ghozali
B.U, TK Muslimah,
MAN,
Ponpes
Syaidiyah,
Sekolah
Persiapan,
SPPT
Bahrul
Ulum,
SMP/SMA/SMK Rahul
Ulum,
Ponpes
Roudotun
Nadirin,
Ponpes
Al-Fatah,
MTSN Tambak Beras,
Pondok Induk Bahrul
Ulum, SDN Tambak
Rejo
II,
Asrama
AKPER Putra, Ponpes
Ribath Al-Hambali, SD
Sambong Dukuh, TPA

Sarana Pelayanan
Umum Pendidikan
(SPU-1)

LAPORAN ANTARA

ANALISIS
menampung
kegiatan
pembangunan yang dibutuhkan
kawasan
perkotaan.
Bertambahnya penduduk di
Perkotaan
Jombang
menyebabkan
perubahan
penggunaan
lahan
dari
pertanian menjadi perumahan.
Perubahan penggunaan lahan
dari pertanian ke non pertanian
wajib mempunyai izin lokasi
dan izin penggunaan tanah
Penetapan lahan sawah menjadi
LP2B perlu dilakukan untuk
mempertahankan
ketahanan
pangan di Perkotaan Jombang
dan sebagai salah satu cara
untuk menghindari maraknya
perubahan lahan pertannian ke
non pertanian.
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ditetapkan yaitu
sebagai perdagangan dan jasa
tunggal
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ditetapkan yaitu
sebagai perkantoran pemerintah
lokal. Guna lahan eksisting
tetap dipertahankan unrtuk
mendukung pusat kota
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ditetapkan yaitu
sebagai zona sarana pelayanan
umum pendidikan

III-22

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING
Al Fatiyah, TK Arif
Rahman,
Ponpes
Assahifiyah
Kesehatan (Posyandu)

ARAHAN FUNGSI
ZONA

Sarana Pelayanan
Umum Kesehatan
(SPU-3)

Peribadatan (Mushola)

Sarana Pelayanan
Umum Peribadatan
(SPU-6)

Rumah

Perlindungan
Setempat Sempadan
Sungai (PS-1)

Perdagangan dan jasa ,


sarana pelayanan
umum (Sekolah
persiapan)

Perlindungan setempat
sempadan rel kereta
api (PS-2)

Perdagangan dan jasa,


rumah, sarana
pelayanan umum
(pendidikan)

Perlindungan setempat
sempadan jaringan gas
bumi (PS-4)

Ruang terbuka hijau

Taman (RTH-2)

Jalur hijau jalan

Jalur hijau jalan


(RTH-3)

Makam

Makam (RTH-4)

LAPORAN ANTARA

ANALISIS

Guna lahan eksisting sudah


sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ditetapkan yaitu
sebagai sona sarana pelayanan
umum kesehatan
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ditetapkan yaitu
sebagai zona sarana pelayanan
umum peribadatan
Diperlukan
kemunduran
bangunan 3 m dari tepi luar
sungai yang berfungsi sebagai
sempadan sungai
Pada
zona
perlindungan
setempat rel kereta api tidak
diperkenankan
adanya
kegiatan/bangunan-bangunan
yang
dapat
mengganggu
pandangan
bebas
dan
membahayakan
keselamatan
perjalanan kereta api. Pada
kawasan Perkotaan Jombang
terdapat jalur rel kereta api yang
direncanakan akan difungsikan
kembali, sehingga guna lahan
eksisting yang terdapat pada
jalur rel kereta api tersebut
masih melanggar ketentuan
garis sempadan rel kereta api.
Masih terdapat bangunan yang
berada pada garis sempadan
jaringan gas bumi. Oleh karena
itu perlu adanya pengaturan
jarak bangunan.
Taman yang ditetapkan sebagai
RTH perkotaan harus tetap
dilindungi dan tidak boleh
dialihfungsikan
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ditetapkan yaitu
sebagai RTH jalur hijau jalan.
Penyediaan RTH jalur hijau
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yaitu sebagai RTH
makam. Tempat pemakaman
selain berfungsi sebagai makam
juga dapat berfungsi sebagai
daerah resapan air, pelindung
dan
pendukung
ekosistem
sehingga keberadaan RTH

III-23

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

Perumahan,
perdagangan dan jasa
dan sarana pelayanan
umum pendidikan
Rumah

Perlindungan setempat
(PS-1)

Perumahan

Rumah kepadatan
sedang (R-3)
Rumah kepadatan
rendah (R-4)

Perdagangan dan jasa


(bengkel, kios, wartel,

Perdagangan dan jasa


tunggal (K-1)

Kantor polisi

Perkantoran
pemerintah (KT-1)

Ponpes

Pendidikan (SPU-1)

Kesehatan (Prakter
dokter)

Kesehatan (SPU-3)

Peribadatan (Mushola,
masjid)

Peribadatan (SPU-6)

LAPORAN ANTARA

Perdagangan dan jasa


deret (K-3)

ANALISIS
pemakaman
tidak
boleh
dialihfungsikan
Guna lahan eksisting masih
melanggar sempadan sungai
yang seharusnya difungsikan
sebagai perlindungan setempat.
Guna lahan eksisting yaitu
perumahan telah berubah fungsi
menjadi perdagangan dan jasa
deret
seiring
dengan
perkembangan
kegiatan
ekonomi di Perkotaan Jombang
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ditetapkan yaitu
sebagai zona rumah kepadatan
sedang. Jenis rumah kepadatan
sedang dan rendah dapat berupa
rumah tunggal, rumah tunggal
gandeng
Zona
rumah
kepadatan sedang mempunyai
kecenderungan
berkembang
menjadi rumah kepadatan tinggi
apabila
perkembangan
Perkotaan
Jombang
tidak
dikendalikan.
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yaitu sebagai perdagangan
dan jasa tunggal.
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ditetapkan yaitu
sebagai
zona
perkantoran
pemerintah
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ditetapkan yaitu
sebagai zona pendidikan.
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ditetapkan yaitu
sebagai zona kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan fasilitas
kesehatan masyarakat Perkotaan
Jombang.
Pengembangan
fasilitas kesehatan skala kota
misalnya
apotek,
klinik,
laboratorium
diarahkan
di
sekitar jalan utama
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yaitu ditetapkan sebagai
zona
peribadatan
untuk
mengakomodasi pengembangan

III-24

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

Industri gudang dan


pabrik

Aneka Industri (I-4)

Industri, perdagangan
dan jasa, perumahan

Perlindungan setempat
sempadan sungai dan
(PS-1)

Perumahan (Perumahan
Denanyar
Indah,
Perumahan di Desa
Plosogeneng,
Perumahan di Dusun
Ploso Wedi, Perumahan
di Dusun Ploso Kendal,
Perumahan di Dusun
Ploso
Gerang
Perumahan di Dusun
Ploso Wedi), sawah
Perdagangan dan jasa
(Toko, warung, wartel)

Rumah kepadatan
sedang (R-3)
Rumah kepadatan
rendah (R-4)

Kantor desa

Perkantoran
pemerintah (KT-1)

Pendidikan (SD Negeri


Plosogeneng I, SD
Negeri Plosogeneng II)

Pendidikan (SPU-1)

Peribadatan (Mushol )

Peribadatan (SPU-6)

Taman

Taman dan
Kota (RTH-2)

Jalur hijau jalan

Jalur dan Median


Jalan (RTH-3)

LAPORAN ANTARA

Perdagangan dan jasa


tunggal (K-1)

Hutan

ANALISIS
fasilitas peribadatan
Kegiatan industri yang telah ada
harus dilengkapi dengan unit
pengolahan
limbah
dan
memberikan pembatas sabuk
hijau sekitar industri yang
berfungsi untuk mengendalikan
perkembangan kegiatan industri
Kawasan sekitar sungai yang
diukur 10 meter dari tepi sungai
ditetapkan sebagai sempadan
sungai, akan tetapi masih
terdapat
bangunan
yang
melanggar. Oleh karena itu
diperlukan pengendalian ketat
terhadap bangunan di sempadan
sungai melalui mekanisme ijin
mendirikan
bangunan
dan
penerapan sanksi
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yaitu sebagai zona rumah
kepadatan sedang dan rumah
kepadatan rendah.
Tingkat
kebutuhan rumah yang semakin
meningkat
tidak
menutup
kemungkinan
adanya
pengembangan perumahan pada
blok II C dengan adanya alih
fungsi lahan pertanian
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yaitu sebagai zona
perdagangan dan jasa untuk
mendukung pusat kota
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yaitu sebagai zona
perkantoran pemerintah lokal
untuk mendukung pusat kota
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yaitu sebagai zona
pendidikan.
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yaitu sebagai zona
peribadatan
Guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan arahan fungsi
zona yaitu sebagai zona ruang
terbuka hijau taman dan hutan
kota
Jalur tanaman pada jalur taman
tepi sebaiknya diletakkan di tepi

III-25

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

3.3.3

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

Perumahan, sarana
pelayanan umum
(pendidikan)

Perlindungan
Setempat Sempadan
Sungai (PS-1)

Rumah kepadatan
tinggi

Rawan bencana

ANALISIS
jalur lalu lintas, yaitu diantara
jalur lalu lintas kendaraan dan
jalur pejalan kaki
Terdapat
bangunan
yang
melanggar garis sempadan
sungai yang seharusnya tidak
boleh didirikannya bangunan
sekitar 10 meter dari tepi
sungai. Oleh karena itu perlu
adanya
pengendalian
dan
pembatasan
perumahan
di
sekitar sungai
Untuk zona rumah kepadatan
tinggi yang termasuk ke dalam
potensi rawan bencana, maka
konstruksi bangunan perlu
memperhatikan
standar
pembangunan rumah tahan
gempa dan tahan banjir.

Analisis Perubahan Penggunaaan Lahan Sub BWP III


Tabel 3.9 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sub BWP III

SUB
BW
P
III

BLO
K
A

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

Rumah

Rumah kepadatan
sedang (R-3)

Rumah

Perdagangan dan jasa


(K-3)

Sawah

Rumah kepadatan
sedang (R-3)

Sawah

LL

Perdagangan dan jasa


(Pasar, warung, SPBU,
pertokoan

Perdagangan dan jasa


tunggal (K-1),
perdagangan dan jasa
deret (K-3)

LAPORAN ANTARA

ANALISIS
Diperlukan
penataan
jarak
bangunan, baik jarak antar bangunan
dan jarak bangunan terhadap batas
persil.
Terdapat perubahan fungsi guna
lahan dari perumahan menjadi
perdagangan
dan
jasa
yang
disebabkan oleh perkembangan
kegiatan ekonomi masyarakat di
Perkotaan Jombang sedangkan lahan
yang ada terbatas
Bertambahnya
penduduk
di
Perkotaan Jombang menyebabkan
perubahan penggunaan lahan dari
pertanian
menjadi
perumahan.
Perubahan penggunaan lahan dari
pertanian ke non pertanian wajib
mempunyai izin lokasi dan izin
perubahan penggunaan tanah
Pada zona ini peruntukan ruang
dikembangkan untuk menampung
kegiatan
pertanian
yang
menghasilkan
bahan
pangan
sehingga ditetapkan sebagai lahan
pertanian abadi
Guna lahan eksisting sudah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai zona perdagangan dan jasa
untuk mendukung pusat kota. Oleh
karena
ittu
pembangunan
difokuskan
pada
pengaturan

III-26

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

ANALISIS
terhadap intensitas bangunan

Kantor PLN, Dinas


Kebersihan, Kantor
Desa

Perkantoran
pemerintah (KT-1)

Kantor YAP BI,


Yayasan Nurwahid

Perkantoran
(KT-2)

Gudang, PT.JCI, PT.


Sumber Anyar

Aneka industri (I-4)

SDN Demangan I/II,


MAN Denanyar,
Ponpes Al Arifin,
Ponpes Nur Kodijah,
Asrama Putri AlKhodijah, TK Kartika
V, Ponpes Al-Aziziyah,
TK Remaja Islam,
Ponpes Mambaul
Ma'arif Al Hikmah

Pendidikan (SPU-1)

swasta

Kesehatan (SPU-3)

Bidan

Sosial budaya (SPU5)


Balai Pertemuan

Mushola, Masjid
Baitul Mukmin

Peribadatan (SPU-6)

Taman

Taman dan hutan kota


(RTH-2)

Makam

RTH fungsi tertentu


(RTH-4)

LAPORAN ANTARA

Guna lahan eksisting sudah sesuai


dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai
zona
perkantoran
pemerintah lokal untuk mendukung
pusat kota
Diperlukan penataan intensitas
bangunan yang meliputi penataan
KDB, KLB, KDH dan KTB.
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai zona industri. Pada zona ini
diperlukan
pembatasan
perkembangan industri besar
Diperlukan
penataan
jarak
bangunan, baik jarak antar bangunan
dan jarak bangunan terhadap batas
persil serta radius jangkauan
pelayanan

Guna lahan eksisting telah sesuai


dengan arahan zona yaitu sebagai
zona sarana pelayanan umum
kesehatan. Arahan zona pelayanan
umum kesehatan pada blok III A
berfungsi sebagai pendukung pusat
kota yang berada di bagian barat
Kota Jombang sehingga sarana
kesehatan
yang
telah
ada
dipertahankan
Guna lahan eksistimg telah sesuai
dengan arahan zona dan dapat
mengakomodasi
pengembangan
fasilitas
sosial
budaya
yang
dikonsentrasikan
pada
sekitar
kawasan pendidikan eksisting.
Guna lahan eksisting sudah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai zona peribadatan
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai ruang terbuka hijau taman
kota. Pada zona ini pada prinsipnya
tidak diperbolehkan untuk semua
kegiatan budidaya.
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu

III-27

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

Industri, perumahan,
perdagangan dan jasa,
pendidikan

Perlindungan
setempat
sempadan
sungai (PS-1)

Perdagangan dan jasa,


industri, perumahan

Perlindungan
setempat
sempadan
jaringan gas bumi
(PS-4)

Asrama militer

Peruntukan
khusus
pertahanan keamanan
(KH-1)

Perumahan (Rumah di
Dusun Ploso Kendal)

Rumah
kepadatan
sedang (R-3)

sawah

Rumah
kepadatan
rendah (R-4)

Toko

Perdagangan dan jasa


tunggal (K-1)

Pertokoan

Perdagangan dan jasa


deret (K-3)

Kantor Desa, Kantor


PSBR

Perkantoran
Pemerintah (KT-1)

MI Darussalam, RA
Nurul Hikmah

Pendidikan (SPU-1)

LAPORAN ANTARA

ANALISIS
sebagai RTH fungsi tertentu. Pada
zona RTH fungsi tertentu tidak
diperbolehkan untuk semua kegiatan
yang bersifat alih fungsi RTH dan
pendirian bangunan permanen selain
untuk pengembangan penghijauan
yang mengarah pada pemenuhan
luas RTH sebesar 30% dari luas
kawasan perkotaan.
Terdapat bangunan yang melanggar
sempadan sungai. Pada kawasan
sekitar sungai tidak diperbolehkan
adanya bangunan kecuali karena
pertimbangan
teknis
harus
diletakkan di kawasan ini, misalnya
prasarana penunjang pengendali
banjir
Guna lahan eksisting masih terdapat
bangunan yang berada pada
sempadan jaringan gas bumi yang
seharusnya pada zona ini bebas dari
aktivitas manusia.
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai zona peruntukan khusus
pertahanan dan keamanan (KH-1).
Keberadaan kantor militer perlu
dipertahankan agar dapat menjamin
kondisi Perkotaan Jombang yang
kondusif. Selain itu perlu didukung
sarana prasarana penunjangnya
Diperlukan
penataan
jarak
bangunan, baik jarak antar bangunan
dan jarak bangunan terhadap batas
persil.
Bertambahnya
penduduk
di
Perkotaan Jombang menyebabkan
perubahan penggunaan lahan dari
pertanian
menjadi
perumahan.
Perubahan penggunaan lahan dari
pertanian ke non pertanian wajib
mempunyai izin lokasi dan izin
perubahan penggunaan tanah
Pada zona eksisting, difokuskan
pada pengaturan terhadap intensitas
bangunan
Pada zona eksisting, difokuskan
pada pengaturan terhadap intensitas
bangunan
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai
zona
perkantoran
pemerintah
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu

III-28

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA
Kesehatan (SPU-3)

Praktek Dokter
Masjid Baitul Hikmah,
Masjid Darussalam,
Masjid Darulmuttaqin,
Masjid Al-Hikmah,
Mushola Al-Ilyas
Pabrik kerupuk, pabrik
dan gudang

Peribadatan (SPU-6)

Taman

RTH taman dan hutan


kota (RTH-2)

Jalur hijau jalan

RTH jalur hijau dan


median jalan (RTH-3)

Makam
Umum
Karangkletak
Desa
Tunggorono
Industri, perumahan,
pendidikan

Makam (RTH-4)

Industri,
rumah,
perdagangan dan jasa

Perlindungan
setempat
sempadan
jaringan gas bumi
(PS-4)

Perumahan

Rawan bencana

SDN Plosogeneng II

C
Masjid Nurul Huda
Taman,
TPA

sabuk

LAPORAN ANTARA

hijau

Aneka
industri/pergudangan
(I-4)

Perlindungan
setempat
sempadan
sungai (PS-1)

Sarana
umum
(SPU-1)

pelayanan
pendidikan

Sarana
umum
(SPU-6)

pelayanan
peribadatan

Taman dan hutan kota

ANALISIS
sebagai zona pendidikan
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai zona kesehatan
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai zona peribadatan

Guna lahan eksisting telah sesuai


dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai zona industri. Keberadaan
industri kecil dan rumah tangga
perlu didorong perkembangannya
untuk mendukung perekonomian
kerakyatan.
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai RTH taman. Keberadaan
taman perlu dipertahankan dan tidak
boleh dialihfungsikan
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai RTH jalur hijau
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai RTH makam
Pada zona perlindungan setempat
sempadan
sungai
tidak
diperbolehkan untuk pengembangan
permukiman
Pada zona perlindungan setempat
jaringan gas bumi harus disediakan
fungsi penyangga dalam bentuk
ruang terbuka hijau sehingga
jaringan gas bumi tidak berbatasan
langsung dengan permukiman atau
kegiatan budidaya lainnya.
Pada zona ini diperuntukkan untuk
daerah yang berpotensi rawan
bencana
sehngga
dapat
terlaksananya
pencegahan
dan
penanganan secara serius
Penyediaan sarana pelayanan umum
pendidikan pada zona ini perlu
memperhatikan jumlah eksisting
fasilitas
pendidikan
dan
penempatannya harus disesuaikan
dengan ketentuan jarak jangkau
Kondisi eksisting saat ini telah
sesuai dengan arahan fungsi zona
yaitu sebagai zona sarana pelayanan
umum kesehatan
Arahan fungsi zona diarahkan untuk
ruang terbuka hijau sebagai penahan

III-29

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

3.3.4

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

ANALISIS

Makam

Makam (RTH-4)

Rumah

Perlindungan
setempat
sempadan
sungai (PS-1)

TPA Banjardowo

Kawasan khusus TPA


(KH-2)

Sawah

Peruntukan
(PL-1)

Lainnya

(barrier) dampak negatif TPA


terhadap lingkungan sekitar
Arahan fungsi zona yaitu sebagai
ruang terbuka hijau fungsi tertentu
(makam)
tidak
diperbolehkan
dialihfungsikan
Diperuntukkan
untuk
fungsi
perlindungan setempat dalam bentuk
ruang terbuka hijau pada jarak yang
telah ditentukan untuk sempadan
sungai
Tidak
diperbolehkan
untuk
pengembangan
permukiman,
perdagangan dan jasa serta fasilitas
umum/sosial pada jarak tertentu dari
TPA. Selain itu pengembangan
prasarana hanya untuk kelengkapan
dan operasional TPA, termasuk
pagar, jalan masuk, penerangan
jalan dan sanitasi bagi operasional
TPA
Pada zona ini peruntukan ruang
dikembangkan untuk menampung
kegiatan
pertanian
yang
menghasilkan
bahan
pangan
sehingga ditetapkan sebagai lahan
pertanian abadi

Analisis Perubahan Penggunaaan Lahan Sub BWP IV


Tabel 3.10 Perubahan Penggunaan Lahan Sub BWP IV

SBW
P
IV

BLO
K
A

GUNA LAHAN
EKSISTING
Industri/Pergudanga
n (Pabrik : Temu
Lawak, Es, Jamur,
Kayu, Kecap, kopi,
plastik, mie, tahu,
koyo, raffia, UD
Karya
Mekar.
Gudang: Blendung,
padi, Jagung)
Perdagangan & Jasa
(Toko,
bengkel,
warung)

ARAHAN
FUNGSI ZONA
Industri/
Pergudangan (I-4)

Pendidikan
(SDN
KK, Miftahul Ulum,
LPPM/Kampus, TK
Pancasila,
SDN
Mojongapit I,)

Pendidikan (SPU1)

Kesehatan
pengobatan
Muttaqin,

Kesehatan (SPU3)

LAPORAN ANTARA

(Balai

Perdagangan
Jasa (K-3)

&

ANALISA
Guna lahan yang ada telah sesuai dengan
arahan peraturan zonasi, yaitu sebagi
kawasan industri/pergudangan. Kegiatan
industri
besar
perlu
dibatasi
perkembangannya
sehingga
perkembangan lebih didorong pada
industri kecil dan rumah tangga sesuai
arahan RTRW Kabupaten Jombang
saat ini kondisi eksisting sudah sesuai
dengan rencana.
Perijinan untuk pembangunan bangunan
komersial akan dipermudah dengan
mengendalikan secara ketat intensitas
bangunannya.
Guna lahan eksisting saat ini adalah
pendidikan dan sesuai dengan arahan
fungsi zona yang ada. Zona ini tetap
dipertahankan
dengan
penataan
intensitas dan jarak bangunan yang
memenuhi ketentuan.
Saat ini guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan rencana yaitu sarana
pelayanan umum kesehatan. Perlu

III-30

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SBW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING
puskesmas)

ARAHAN
FUNGSI ZONA

Peribadatan
(Mushola,
Muttaqin)

masji

Peribadatan (SPU6)

(Dinas
kantor

Perkantoran (KT1)

Perkantoran
pertanian,
perangkat)

Perumahan

Perumahan (R-3)

Perumahan

Perdagangan dan
jasa deret (K-3)

RTH

RTH

Sempadan
Sungai
(Perdagangan
&
Jasa,
Rumah,
Industri,
Kantor,
Peribadatan)

Sempadan Sungai
(PS-1)

Sawah

Perumahan,
perdagangan dan
jasa

LAPORAN ANTARA

ANALISA
mengakomodasi pengembangan kawasan
kesehatan dengan tetap memperhatikan
penataan intensitas bangunan.
Guna lahan saat ini adalah sarana
pelayanan umum peribadatan dan telah
sesuai dengan arahan fungsi zona yang
ada.
Saat ini guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu zona
perkantoran
pemerintah.
Zona
perkantoran yang telah ada ini tetap
dipertahankan, serta diperlukan penataan
intensitas & jarak bangunan agar
kawasan zona tetap terkendali.

Guna Lahan eksisting saat ini adalah


perumahan dan telah sesuai dengan
arahan zonasi, yaitu diarahkan
sebagai sub zona rumah kepadatan
sedang.

Untuk
sub
zona
perumahan
kepadatan
sedang
diperlukan
penataan intensitas bangunan yang
meliputi KDB, KLB, KDH dan
KTB.
Penataan
ini
perlu
dikendalikan agar massa bangunan
tidak membuat kawasan menjadi tak
terkendali. Selain itu diperlukan
penataan jarak bangunan, baik jarak
antar bangunan dan jarak bangunan
terhadap batas persil.
Terdapat perubahan fungsi guna lahan
dari perumahan menjadi perdagangan
dan jasa di Perkotaan Jombang seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk
dan berkembangnya kegiatan ekonomi
masyarakat. Guna lahan di Perkotaan
Jombang perlu dilakukan penataan
intensitas bangunan dan tata masa
bangunan agar pembangunan terkendali
Kondisi eksisting saat ini sudah sesuai
dengan rencana.. RTH di kawasan
perkotaan harus tetap dilindungi sesuai
dengan fungsi RTH masing-masing, dan
tidak boleh dilakukan alih fungsi demi
memenuhi ketentuan 30% RTH pada
kawasan perkotaan.
Kawasan sempadan sungai yang sudah
terbangun membutuhkan peningkatan
fungsi
konservasi
(dengan
cara
membangun sumur resapan untuk
kawasan permukiman dan pengelolaan
limbah untuk kawasan industri)
Perkembangan kawasan perkotaan yang
begitu cepat berdampak pada tingginya
kebutuhan akan tempat tinggal. Hal ini
bisa
ditanggulangi
dengan

III-31

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SBW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN
FUNGSI ZONA

ANALISA
memanfaatkan
lahan-lahan
tidak
terbangun yang ada untuk mewadahi
kebutuhan pengembangan fisik kawasan.
Maka pemanfaatan lahan-lahan belum
terbangun terutama lahan pertanian
diprioritaskan pada lahan pertanian yang
mempunyai tingkat kesuburan rendah.

Industri/
pergudangan (Pabrik
Es, Kecap, gudang
PLN

Industri/
pergudangan (I-4)

Perdagangan & Jasa


(Wartel,
bengkel,
toko, rumah makan,
warung,)

Perdagangan
Jasa (K-3)

Pendidikan (PonPes
Miftahul
Ulum,
Pondok
Putra
M.Ulum,
Pondok
Putri M.Ulum, TK
Putra Harapan, SDN
Kepuh Kembeng 3)
Transportasi
(Terminal Regional)

Pendidikan (SPU1)

Kesehatan

Kesehatan (SPU3)

Peribadatan
(Mushola, Nur Iman)

Peribadatan (SPU6)

Perkantoran (Balai
desa,
koperasi,
yayasan Masitoh)

Perkantoran (KT1 & KT-2)

LAPORAN ANTARA

&

Transportasi
(SPU-2)

Fungsi guna lahan yang ada telah sesuai


dengan arahan peraturan zonasi, yaitu
sebagi kawasan Industri/pergudangan.
Zona
industri
yang
ada
tetap
dipertahankan
dan
diperlukan
pengendalian ketat agar kegiatan
industry
tidak
berkembang
lagi.
Kegiatan industry harus dilengkapi
dengan unit pengolahan limbah dan
memperhatikan suplai air bersih agar
bisa menjamin keselamatan lingkungan
sekitar. Untuk kegiatan industry harus
mengembangkan sabuk hijau yang
berfungsi mengendalikan perkembangan
kawasan industry.
Saat ini kondisi eksisting sudah sesuai
dengan rencana, perijinan untuk
pembangunan bangunan komersial akan
dipermudah dengan mengendalikan
secara ketat intensitas bangunannya.
Guna lahan eksisting saat ini adalah
pendidikan dan sesuai dengan arahan
fungsi zona yang ada. Zona ini tetap
dipertahankan
dengan
penataan
intensitas dan jarak bangunan yang
memenuhi ketentuan.
Kondisi eksisting saat ini berupa stasiun.
Ini sesuai dengan arahan zonasi yang
mengarahkan sebagai sarana pelayanan
umum transportasi. Zona yang ada
dipertahankan dengan memperhatikan
penataan intensitas bangunan dan sarana
pendukung lainnya.
Saat ini guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan rencana yaitu sarana
pelayanan umum kesehatan. Perlu
mengakomodasi pengembangan kawasan
kesehatan dengan tetap memperhatikan
penataan intensitas bangunan.
Guna lahan saat ini adalah sarana
pelayanan umum peribadatan dan telah
sesuai dengan arahan fungsi zona yang
ada.
Saat ini guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu zona
perkantoran
pemerintah.
Zona
perkantoran yang telah ada ini tetap
dipertahankan, serta diperlukan penataan

III-32

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SBW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN
FUNGSI ZONA

Perumahan

Perumahan
& R-4)

Rumah

Perdagangan dan
jasa (K-3)

RTH (Taman)

RTH

Makam

Makam (RTH-4)

Sawah

Perumahan,
perdagangan dan
jasa

Sempadan
(Rumah,

LAPORAN ANTARA

Sungai
Kantor,

(R-3

Sempadan Sungai
(PS-1)

ANALISA
intensitas & jarak bangunan agar
kawasan zona tetap terkendali.

Guna Lahan eksisting saat ini adalah


perumahan dan telah sesuai dengan
arahan zonasi, yaitu diarahkan
sebagai sub zona rumah kepadatan
sedang dan sub zona rumah
kepadatan rendah.

Untuk
sub
zona
perumahan
kepadatan
sedang
diperlukan
penataan intensitas bangunan yang
meliputi KDB, KLB, KDH dan
KTB.
Penataan
ini
perlu
dikendalikan agar massa bangunan
tidak membuat kawasan menjadi tak
terkendali. Selain itu diperlukan
penataan jarak bangunan, baik jarak
antar bangunan dan jarak bangunan
terhadap batas persil.

Pada sub zona perumahan kepadatan


rendah, perlu pengendalian agar
pembangunan tidak terlalu padat.
Penataan intensitas bangunan sangat
diperlukan agar kawasan tetap
terkendali.
Terdapat perubahan fungsi guna lahan
dari perumahan menjadi perdagangan
dan jasa di Perkotaan Jombang seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk
dan berkembangnya kegiatan ekonomi
masyarakat. Guna lahan di Perkotaan
Jombang perlu dilakukan penataan
intensitas bangunan dan tata masa
bangunan agar pembangunan terkendali
Kondisi eksisting saat ini sudah sesuai
dengan rencana.. RTH di kawasan
perkotaan harus tetap dilindungi sesuai
dengan fungsi RTH masing-masing, dan
tidak boleh dilakukan alih fungsi demi
memenuhi ketentuan 30% RTH pada
kawasan perkotaan.
Fungsi zona yang ada telah sesuai
dengan rencana dan tetap dipertahankan.
Perkembangan kawasan perkotaan yang
begitu cepat berdampak pada tingginya
kebutuhan akan tempat tinggal. Hal ini
bisa
ditanggulangi
dengan
memanfaatkan
lahan-lahan
tidak
terbangun yang ada untuk mewadahi
kebutuhan pengembangan fisik kawasan.
Maka pemanfaatan lahan-lahan belum
terbangun terutama lahan pertanian
diprioritaskan pada lahan pertanian yang
mempunyai tingkat kesuburan rendah.
Kawasan sempadan sungai yang sudah
terbangun membutuhkan peningkatan

III-33

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SBW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING
Perdagangan & Jasa,
Pendidikan)
Perumahan

Rumah

Perdagangan & Jasa

Industri/
pergudangan (Pabrik
Karya Jati)

LAPORAN ANTARA

ARAHAN
FUNGSI ZONA

ANALISA

fungsi
konservasi
(dengan
cara
membangun sumur resapan untuk
kawasan permukiman)
Perumahan (R-3
Guna Lahan eksisting saat ini adalah
& R-4)
perumahan dan telah sesuai dengan
arahan zonasi, yaitu diarahkan
sebagai sub zona rumah kepadatan
sedang dan sub zona rumah
kepadatan rendah.

Untuk
sub
zona
perumahan
kepadatan
sedang
diperlukan
penataan intensitas bangunan yang
meliputi KDB, KLB, KDH dan
KTB.
Penataan
ini
perlu
dikendalikan agar massa bangunan
tidak membuat kawasan menjadi tak
terkendali. Selain itu diperlukan
penataan jarak bangunan, baik jarak
antar bangunan dan jarak bangunan
terhadap batas persil.

Pada sub zona perumahan kepadatan


rendah, perlu pengendalian agar
pembangunan tidak terlalu padat.
Penataan intensitas bangunan sangat
diperlukan agar kawasan tetap
terkendali.
Perdagangan dan Terdapat perubahan fungsi guna lahan
jasa (K-3)
dari perumahan menjadi perdagangan
dan jasa di Perkotaan Jombang seiring
dengan pertambahan jumlah penduduk
dan berkembangnya kegiatan ekonomi
masyarakat. Guna lahan di Perkotaan
Jombang perlu dilakukan penataan
intensitas bangunan dan tata masa
bangunan agar pembangunan terkendali
Perdagangan
& Saat ini kondisi eksisting sudah sesuai
Jasa (K-3)
dengan rencana
Perijinan untuk pembangunan bangunan
komersial akan dipermudah dengan
mengendalikan secara ketat intensitas
bangunannya.
Industri/
Fungsi guna lahan yang ada telah sesuai
pergudangan (I-4) dengan arahan peraturan zonasi, yaitu
sebagi kawasan Industri/pergudangan.
Zona
industri
yang
ada
tetap
dipertahankan
dan
diperlukan
pengendalian ketat agar kegiatan
industry
tidak
berkembang
lagi.
Kegiatan industry harus dilengkapi
dengan unit pengolahan limbah dan
memperhatikan suplai air bersih agar
bisa menjamin keselamatan lingkungan
sekitar. Untuk kegiatan industry harus
mengembangkan sabuk hijau yang
berfungsi mengendalikan perkembangan
kawasan industry.

III-34

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SBW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING
Pendidikan (TK)

ARAHAN
FUNGSI ZONA
Pendidikan (SPU1)

Peribadatan

Peribadatan (SPU6)

RTH
(Taman
Keplaksari,
Hutan
Kota, Sempadan KA
11m,
Taman
Lingkungan)

RTH
RTH-4)

Sawah

LL

Sempadan
(Rumah
Industri)

3.3.5

Sungai
dan

(RTH-1,

Sempadan Sungai
(PS-1)

ANALISA
Guna lahan eksisting saat ini adalah
pendidikan dan sesuai dengan arahan
fungsi zona yang ada. Zona ini tetap
dipertahankan
dengan
penataan
intensitas dan jarak bangunan yang
memenuhi ketentuan.
Guna lahan saat ini adalah sarana
pelayanan umum peribadatan dan telah
sesuai dengan arahan fungsi zona yang
ada.
Kondisi eksisting saat ini sudah sesuai
dengan rencana.. RTH di kawasan
perkotaan harus tetap dilindungi sesuai
dengan fungsi RTH masing-masing, dan
tidak boleh dilakukan alih fungsi demi
memenuhi ketentuan 30% RTH pada
kawasan perkotaan.
Pada zona ini peruntukan ruang
dikembangkan
untuk
menampung
kegiatan pertanian yang menghasilkan
bahan pangan sehingga ditetapkan
sebagai lahan pertanian abadi
Kawasan sempadan sungai yang sudah
terbangun membutuhkan peningkatan
fungsi
konservasi
(dengan
cara
membangun sumur resapan untuk
kawasan permukiman dan pengelolaan
limbah untuk kawasan industri)

Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Sub BWP V


Tabel 3.11 Perubahan Penggunaan Lahan Sub BWP V

SUB
BWP
V

BLOK
A

GUNA LAHAN
EKSISTING
Rumah
Rumah

ARAHAN FUNGSI
ZONA
Rumah
kepadatan
tinggi (R-3)
Rumah
kepadatan
sedang (R-2)

Sawah

Rumah
kepadatan
rendah (R-4)

Toko

Perdagangan dan jasa


tunggal (K-1)

Pertokoan
SDN Kaliwungu II,
SD Primono, TK
Muslimat, TPA, MAN

LAPORAN ANTARA

Perdagangan dan jasa


deret (K-3)
Sarana
Pelayanan
Umum
Pendidikan
(SPU-1)

ANALISIS
Diperlukan
penataan
jarak
bangunan,
baik
jarak
antar
bangunan dan jarak bangunan
terhadap batas persil.
Bertambahnya penduduk di
Perkotaan Jombang menyebabkan
perubahan penggunaan lahan dari
pertanian menjadi perumahan.
Perubahan penggunaan lahan dari
pertanian ke non pertanian wajib
mempunyai izin lokasi dan izin
perubahan penggunaan tanah
Guna lahan eksistsing telah sesuai
dengan Pada zona ini diperbolehkan
bangunan usaha toko, warung,
tempat perkulakan yang menunjang
pusat
kota
untuk
melayani
kebutuhan masyarakat Perkotaan
Jombang
Difokuskan
pada
pengaturan
terhadap intensitas bangunan
Guna lahan eksisting saat ini adalah
pendidikan dan sesuai dengan
arahan fungsi zona yang ada. Zona

III-35

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BWP

BLOK

GUNA LAHAN
EKSISTING
6, TK Sumbermulyo,
TK Pertiwi, AMIK

ARAHAN FUNGSI
ZONA

Stasiun

Transportasi (SPU-2)

Lab. Medis

Sarana
Umum
(SPU-3)

Mushola, Masjid

Sarana
Pelayanan
Umum Peribadatan
(SPU-6)

Pelayanan
Kesehatan

Perkantoran
Pemerintah (KT-1)
Kantor Desa, PDAM,
Kantor Pos

Perkantoran
(KT-2)

swasta

Kantor Parpol PKB,


Pegadaian Swasta,
PPAT & Notaris,
kantor Parpol PDI

Taman

RTH taman dan hutan


kota (RTH-2)

RTH fungsi tertentu


(RTH-4)
Makam

Pendidikan,
perdagangan dan jasa,
rumah

LAPORAN ANTARA

Perlindungan
setempat sempadan
sungai (PS-2)

ANALISIS
ini tetap dipertahankan dengan
penataan intensitas dan jarak
bangunan
yang
memenuhi
ketentuan.
Kondisi eksisting saat ini berupa
stasiun. Ini sesuai dengan arahan
zonasi yang mengarahkan sebagai
sarana
pelayanan
umum
transportasi. Zona yang ada
dipertahankan
dengan
memperhatikan penataan intensitas
bangunan dan sarana pendukung
lainnya.
Saat ini guna lahan eksisting sudah
sesuai dengan rencana yaitu sarana
pelayanan umum kesehatan. Perlu
mengakomodasi
pengembangan
kawasan kesehatan dengan tetap
memperhatikan penataan intensitas
bangunan.
Guna lahan saat ini adalah sarana
pelayanan umum peribadatan dan
telah sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ada.
Saat ini guna lahan eksisting telah
sesuai dengan arahan fungsi zona
yaitu zona perkantoran pemerintah.
Zona perkantoran yang telah ada ini
tetap
dipertahankan,
serta
diperlukan penataan intensitas &
jarak bangunan agar kawasan zona
tetap terkendali.
Saat ini guna lahan eksisting telah
sesuai dengan arahan fungsi zona
yaitu zona perkantoran pemerintah.
Zona perkantoran yang telah ada ini
tetap
dipertahankan,
serta
diperlukan penataan intensitas &
jarak bangunan agar kawasan zona
tetap terkendali.
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai RTH taman. Keberadaan
taman perlu dipertahankan dan
tidak boleh dialihfungsikan
Kondisi eksisting saat ini sudah
sesuai dengan rencana.. RTH di
kawasan perkotaan harus tetap
dilindungi sesuai dengan fungsi
RTH masing-masing, dan tidak
boleh dilakukan alih fungsi demi
memenuhi ketentuan 30% RTH
pada kawasan perkotaan.
Diperuntukkan
untuk
fungsi
perlindungan
setempat
dalam
bentuk ruang terbuka hijau pada
jarak yang telah ditentukan untuk

III-36

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BWP

BLOK

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA
Perlindungan
setempat sempadan
rel kereta api

Rumah

Perumahan ,
perdagangan dan jasa,
perkantoran,

Perlindungan
setempat sempadan
SUTT

Sawah

LL

Perumahan

Rumah
kepadatan
sedang (R-3)

Sawah

Rumah
kepadatan
rendah (R-4)

Sekolah

Sarana
Umum
(SPU-1)

Mushola, masjid

Sarana
Pelayanan
Umum Peribadatan
(SPU-6)

Taman

RTH taman dan hutan


kota (RTH-2)

Makam

RTH fungsi tertentu

LAPORAN ANTARA

Pelayanan
Pendidikan

ANALISIS
sempadan sungai
Pada zona perlindungan setempat
rel kereta api tidak diperkenankan
adanya
kegiatan/bangunanbangunan yang dapat mengganggu
pandangan
bebas
dan
membahayakan
keselamatan
perjalanan kereta api. Pada kawasan
Perkotaan Jombang terdapat jalur
rel kereta api yang direncanakan
akan difungsikan kembali, sehingga
guna lahan eksisting yang terdapat
pada jalur rel kereta api tersebut
masih melanggar ketentuan garis
sempadan rel kereta api.
Pada zona perlindungan setempat
sempadan
SUTT
tidak
diperkenankan adanya kegiatan
budidaya agar dapat mengurangi
efek negatif yang dihasilkan dari
radiasi tegangan tinggi
Pada zona ini peruntukan ruang
dikembangkan untuk menampung
kegiatan
pertanian
yang
menghasilkan
bahan
pangan
sehingga ditetapkan sebagai lahan
pertanian abadi
Diperlukan penataan jarak
bangunan, baik jarak antar
bangunan dan jarak bangunan
terhadap batas persil.
Bertambahnya penduduk di
Perkotaan Jombang menyebabkan
perubahan penggunaan lahan dari
pertanian menjadi perumahan.
Perubahan penggunaan lahan dari
pertanian ke non pertanian wajib
mempunyai izin lokasi dan izin
perubahan penggunaan tanah
Guna lahan eksisting saat ini adalah
pendidikan dan sesuai dengan
arahan fungsi zona yang ada. Zona
ini tetap dipertahankan dengan
penataan intensitas dan jarak
bangunan
yang
memenuhi
ketentuan.
Guna lahan saat ini adalah sarana
pelayanan umum peribadatan dan
telah sesuai dengan arahan fungsi
zona yang ada.
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai RTH taman. Keberadaan
taman perlu dipertahankan dan
tidak boleh dialihfungsikan
Kondisi eksisting saat ini sudah

III-37

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BWP

BLOK

GUNA LAHAN
EKSISTING

Rumah

Pertanian

ARAHAN FUNGSI
ZONA
(RTH-4)

Perlindungan
setempat sempadan
rel
KA
(PS-2),
sempadan
SUTT,
(PS-3),
sempadan
jaringan pipa gas
bumi (PS-4)
LL

ANALISIS
sesuai dengan rencana.. RTH di
kawasan perkotaan harus tetap
dilindungi sesuai dengan fungsi
RTH masing-masing, dan tidak
boleh dilakukan alih fungsi demi
memenuhi ketentuan 30% RTH
pada kawasan perkotaan.
Guna lahan eksisting masih
melanggar garis sempadan rel KA,i,
SUTT dan jaringan pipa gas bumi.

Pada zona ini peruntukan ruang


dikembangkan untuk menampung
kegiatan
pertanian
yang
menghasilkan
bahan
pangan
sehingga ditetapkan sebagai lahan
pertanian abadi

Tabel 3.12 Perubahan Penggunaan Lahan Sub BWP VI


SUB
BW
P
VI

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

Rumah

Rumah
kepadatan
sedang (R-3)

Sawah

Rumah
kepadatan
rendah (R-4)

Warung, toko, tambal


ban

Perdagangan
dan
jasa tunggal (K-1)

TK Pratiwi, SD
Negeri Plandi I, SD
Negeri Plandi II, SMP
Negeri 3 Plandi,
rumah dinas

Sarana Pelayanan
Umum Pendidikan
(SPU-1)

Puskesmas

Mushola, Masjid AtTaqwa


Pabrik tahu

LAPORAN ANTARA

Sarana Pelayanan
Umum Kesehatan
SPU-3)
Sarana Pelayanan
Umum Peribadatan
SPU-6)
Aneka
industri/pergudangan

ANALISIS
Diperlukan penataan jarak bangunan,
baik jarak antar bangunan dan jarak
bangunan terhadap batas persil.
Pengalihfungsian lahan pertanian
menjadi lahan terbangun berkaitan
dengan pemerataan perkembangan
kawasan, sehingga perubahan lahan
pertanian menjadi perumahan tidak
dapat dihindarkan.
Pada zona eksisting, difokuskan pada
pengaturan
terhadap
intensitas
bangunan
Guna lahan eksisting saat ini adalah
pendidikan dan sesuai dengan arahan
fungsi zona yang ada. Zona ini tetap
dipertahankan
dengan
penataan
intensitas dan jarak bangunan yang
memenuhi ketentuan.
Sarana pelayanan umum telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai sarana pelayanan umum
kesehatan.
Guna lahan saat ini adalah sarana
pelayanan umum peribadatan dan telah
sesuai dengan arahan fungsi zona yang
ada.
Fungsi guna lahan yang ada telah
sesuai dengan arahan peraturan zonasi,
yaitu
sebagai
kawasan
industri/pergudangan.
Kegiatan
industri harus dilengkapi dengan unit

III-38

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

ARAHAN FUNGSI
ZONA

Lapangan/ taman
lingkungan

Ruang Terbuka Hijau


taman dan hutan kota
(RTH-2)

Makam

Ruang Terbuka Hijau


fungsi tertentu
(RTH-4)

Perlindungan
Setempat Sempadan
Sungai (PS-1)

Rumah, pendidikan
Perlindungan
Setempat Sempadan
Rel Kereta Api (PS2)

Sawah

Sawah

Sawah

LL

Perumahan

Rumah Kepadatan
Sedang

TK, SD

Sarana Pelayanan
Umum Pendidikan
(SPU-1)
Sarana pelayanan

Balai pertemuan

LAPORAN ANTARA

ANALISIS
pengolahan
limbah
dan
memperhatikan suplai air bersih agar
bisa
menjamin
keselamatan
lingkungan sekitar. Kegiatan industri
diarahkan untuk indusri rumah tangga
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai RTH taman. Keberadaan
taman perlu dipertahankan dan tidak
boleh dialihfungsikan
Kondisi eksisting saat ini sudah sesuai
dengan rencana.. RTH di kawasan
perkotaan harus tetap dilindungi sesuai
dengan fungsi RTH masing-masing,
dan tidak boleh dilakukan alih fungsi
demi memenuhi ketentuan 30% RTH
pada kawasan perkotaan.
Kawasan sempadan sungai yang sudah
terbangun membutuhkan peningkatan
fungsi konservasi (dengan cara
membangun sumur resapan untuk
kawasan permukiman dan pengelolaan
limbah untuk kawasan industri)
Pada zona perlindungan setempat rel
kereta api tidak diperkenankan adanya
kegiatan/bangunan-bangunan
yang
dapat mengganggu pandangan bebas
dan
membahayakan
keselamatan
perjalanan kereta api. Pada kawasan
Perkotaan Jombang terdapat jalur rel
kereta api yang direncanakan akan
difungsikan kembali, sehingga guna
lahan eksisting yang terdapat pada
jalur rel kereta api tersebut masih
melanggar ketentuan garis sempadan
rel kereta api.
Arahan fungsi zona di Perkotaan
Jombang tetap dipertahankan menjadi
sawah
Kegiatan pertanian yang berada di
pinggiran
Perkotaan
Jombang
dipertahankan sebagai lahan pertanian
abadi sehingga perlu membatas
perkembangan kawasan terbangun
pada zona ini.
Arahan fungsi zona yaitu sebagai
rumah kepadatan sedang perlu
dipertahankan untuk menciptakan
lingkungan hunian yang sehat,
nyaman, asri dan terhindar dari potensi
rawan kebakaran
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona
Guna lahan eksisting telah sesuai

III-39

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB
BW
P

BLO
K

GUNA LAHAN
EKSISTING

Kantor Desa

ARAHAN FUNGSI
ZONA
umum sosial budaya
(SPU-5)
Perkantoran
Pemerintah

Taman

Ruang Terbuka Hijau


Taman dan Hutan
Kota

Rumah

Perlindungan
Setempat Sempadan
Sungai
Perlindungan
Setempat Sempadan
Rel Kereta Api

Rumah

LAPORAN ANTARA

ANALISIS
dengan arahan fungsi zona
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai zona perkantoran pemerintah.
Pada zona perkantoran diharapkan
dapat difungsikan sesuai dengan
ragam
karakteristik
dan
tipe
pemerintahan yang dikembangkan
Guna lahan eksisting telah sesuai
dengan arahan fungsi zona yaitu
sebagai RTH taman. Keberadaan
taman perlu dipertahankan dan tidak
boleh dialihfungsikan
Masih terdapat bangunan yang
melanggar garis sempadan sungai
Masih terdapat bangunan yang
melanggar garis sempadan rel kereta
api

III-40

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
3.4

ANALISIS INTENSITAS BANGUNAN


Analisis intensitas bangunan digunakan untuk mengetahui dan memberikan

arahan kepadatan, ketinggian, perpetakan dan sempadan bangunan untuk menciptakan


lingkungan kota yang serasi dan nyaman untuk dihuni.
3.4.1

Analisis Intensitas Bangunan pada Zona Perlindungan Setempat


Zona perlindungan setempat di Perkotaan Jombang terdiri dari perlindungan

setempat sempadan sungai, perlindungan setempat sempadan rel kereta api dan
perlindungan setempat sempadan SUTT. Analisis intensitas bangunan pada zona
perlindungan setempat dapat dilihat pada Tabel 3.13
Tabel 3.13 Intensitas Bangunan pada Zona Perlindungan Setempat
EKSISTING
Pada sub zona sekitar
sungai, rel, SUTT, jaringan
gas bumi masih terdapat
bangunan
rumah,
pendidikan,
kantor,
perdagangan dan jasa dan
industri dengan KDB 70100%, KLB 0,7-1,4, KDH
0-30% yang seharusnya
tidak diperbolehkan adanya
kegiatan budidaya

3.4.2

ATURAN
ANALISIS
Sempadan
sungai Diperkenankan adanya sarana
ditetapkan 10 meter
prasarana yang memberikan
Sempadan kereta api
dukungan pada aspek fungsi
ditetapkan 11,5 meter
lindung kawasan seperti
Sempadan jaringan gas
misalnya
bangunan
bumi ditetapkan 9 meter
pengendali banjir, pengendali
Sempadan
SUTT
sedimen
dengan
KDB
ditetapkan 3 meter
maksimum10%
KDH minimum yang disarankan
pada
zona
perlindungan
setempat adalah 90% yang
berfungsi untuk melindungi
sungai
dari
berbagai
gangguan,
membatasi
interaksi antara kegiatan
masyarakat dengan jalan rel
kereta api dan SUTT

Analisis Intensitas Bangunan pada Zona Ruang Terbuka Hijau


Zona ruang terbuka hijau di Perkotaan Jombang terdiri dari taman, hutan kota,

jalur hijau jalan dan makam. Analisis intensitas bangunan pada zona ruang terbuka hijau
dapat dilihat pada Tabel 3.14
Tabel 3.14 Intensitas Bangunan pada Zona Ruang Terbuka Hijau
EKSISTING
Pada sub zona ruang
terbuka
hijau
di
Perkotaan
Jombang
terdapat RTH taman,
RTH jalur hijau jalan
dan makam

LAPORAN ANTARA

ATURAN
ANALISIS
Luas area yang ditanami Pada zona ruang terbuka hijau,
tanaman (ruang terbuka
tidak diperkenankan adanya
hijau) minimal seluas
kegiatan/bangunan-bangunan
80%-90%
dari
luas
yang mengganggu fungsi
taman kota, sisanya
lindung kawasan
dapat berupa pelataran Diperkenankan adanya sarana
prasarana penunjang kegiatan
yang diperkeras sebagai
dengan KDB maksimum
tempat
melakukan
10%
berbagai aktivitas.
Luas area yang ditanami KDH minimum yang disarankan
pada zona RTH adalah 80%tanaman (ruang terbuka
90% untuk RTH taman kota,
hijau) minimal seluas
90-100% untuk RTH hutan
90%-100% dari luas
kota, 20-30% untuk RTH
hutan kota
Ruang hijau pemakaman
jalur hijau jalan, 70-80%
termasuk
pemakaman
untuk RTH makam

III-41

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
EKSISTING

3.4.3

ATURAN
tanpa
perkerasan
minimal 70% dari total
area pemakaman

ANALISIS

Analisis Intensitas Bangunan pada Zona Perumahan


Zona perumahan di Perkotaan Jombang terdiri dari rumah kepadatan tinggi,

rumah kepadatan sedang dan kepadatan rendah. Analisis intensitas bangunan pada zona
perumahan dapat dilihat pada Tabel 3.15
Tabel 3.15 Analisis Intensitas Bangunan pada Zona Perumahan

3.4.4

SUB ZONA
Rumah
Kepadatan
Tinggi

EKSISTING
KDB = 40%-70%
KLB = 80-180%
KDH = 10-40%

Rumah
Kepadatan
Sedang

KDB = 60%-70%
KLB = 0,7-1,2

Rumah
kepadatan
Rendah

KDB = 40-60%
KLB = 0,4-1,2%
KDH = 52%-28%

ATURAN
ANALISIS
KDB = 70%-75% Perlu adanya pembatasan
KLB = 0,7-15
pembangunan perumahan
KDH = 20%
pada sub zona rumah
kepadatan tinggi agar
tertata dengan baik dengan
menerapkan aturan KDB
maksimal yang diijinkan
yaitu
75%,
KLB
maksimal 1,5
Perlu
juga
mempertimbangkan
kemampuan tanah, daya
dukung
dan
estetika
lingkungan kota secara
keseluruhan
KDB = 60%-75% Perlu adanya pengendalian
KLB = 0,6-1,5
pembangunan perumahan
KDH = 28%-10%
pada sub zona rumah
kepadatan sedang dengan
menerapkan
KDB
maksimal 60-75%,
Perlu
juga
mempertimbangkan
kemampuan tanah, daya
dukung
dan
estetika
lingkungan kota secara
keseluruhan
KDB = 40%-60% Pengembangan
perumahan
KLB = 0,4-1,2
kepadatan
rendah
KDH= 52%-28%
mengikuti aturan KDB
maksimal yang diijinkan
yaitu 60%, KLB 0.4-1,2
dan KDH 52%-28%

Analisis Intensitas Bangunan pada Zona Perdagangan dan Jasa


Zona perdagangan dan jasa di Perkotaan Jombang terdiri dari perdagangan dan

jasa tunggal, perdagangan dan jasa kopel dan perdagangan dan jasa deret. Analisis
intensitas bangunan pada zona perdagangan dan jasa dapat dilihat pada Tabel 3.16
Tabel 3.16 Analisis Intensitas Bangunan pada Zona Perdagangan dan Jasa

LAPORAN ANTARA

III-42

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
EKSISTING
KDB = 80%-90%
KLB = 0,8-1,9 %

3.4.5

ATURAN
KDB maksimal 75%
KLB Maksimal 1,5%
KDH minimal 10%

ANALISIS
KDB
eksisting
perdagangan dan jasa
melebihi aturan KDB
yang
ditetapkan
RDTR
Perkotaan
Jombang
KLB
eksisting
perdagangan dan jasa
sesuai dengan aturan
KLB yang ditetapkan
RDTR
Perkotaan
Jombang

Analisis Intensitas Bangunan pada Zona Perkantoran


Zona perkantoran di Perkotaan Jombang terdiri dari perkantoran pemerintah dan

perkantoran swasta. Intensitas bangunan zona perkantoran dapat dilihat pada Tabel 3.17
Tabel 3.17 Analisis Intensitas Bangunan pada Zona Perkantoran
EKSISTING
- KDB : 40 60%
- KLB : 0,4 1,2
- KDH : 0 30%

3.4.6

ATURAN
- KDB maksimum 60%
- Pengaturan KLB didasari oleh kondisi
eksisting
- Pengaturan KDH ditentukan berdasarkan
peraturan daerah

ANALISIS
Pada zona perkantoran, KDB maksimal yang diijinkan yaitu 60%
dan KDB minimal yaitu 40%, KLB untuk perkantoran berkisar
0,4-1,2, KDH minimal yaitu 10%

Analisis Intensitas Bangunan pada Zona Industri


Zona industri di Perkotaan Jombang diarahkan untuk industri rumah tangga.

Intensitas bangunan pada zona industri dapat dilihat pada Tabel 3.18
Tabel 3.18 Analisis Intesitas Bangunan pad Zona Industri
EKSISTING
- KDB : 40 60%
- KLB : 0,4 1,2
- KDH : 0 30%

3.4.7

ATURAN
KDB = 40-60%
KLB = 0,4-1,2
KDH = 0-30%

ANALISIS
KDB eksisting industri telah sesuai
dengan aturan KDB yang ditetapkan
RDTR Perkotaan Jombang yaitu KDB
yang diijinkan maksimal 60%, KLB
yang diijinkan berkisar 0,4-1,2, KDH
minimal yaitu 10%

Analisis Intensitas Bangunan pada Zona Sarana Pelayanan Umum


Zona Sarana Pelayanan Umum di Perkotaan Jombang terdiri dari pendidikan,

transportasi, kesehatan dan peribadatan. Intensitas bangunan pada zona sarana pelayanan
umum dapat dilihat pada Tabel 3.19
Tabel 3.19 Analisis Intensitas Bangunan pada Zona Sarana Pelayanan Umum
SUB ZONA
Pendidikan

EKSISTING
Ponpes :
KDB = 40-60%
KLB = 0,4 -1,2
KDH = 28-52%
SD/MI, TK
KDB = 40-60%
KLB = 0,4-0,6
KDH = 28-52%

LAPORAN ANTARA

ATURAN
- Aturan KDB
TK
Luas lantai minimal 216 m2
Luas lahan minimal 500 m2

ANALISIS
- Kisaran KDB yang diijinkan untuk
sub zona pendidikan yaitu :
TK = 40-60%
SD= 30-80%
SMP = 25-60%
SD
SMU = 30-55%
Luas lantai minimal 633 m2
- Kisaran KLB yang diijinkan yaitu
Luas lahan minimal 2000 m2
0,4-1,2
- KDH yang ditetapkan untuk TK
yaitu sebesar 40-60%, SD yaitu
SLTP:
sebesar 20-70%, SMP yaitu
Luas lantai minimal: 2282 m2

III-43

KSISTING
0-3 meter

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB ZONA

EKSISTING

ATURAN
Luas lahan minimal : 9000m2
Ruang terbuka/bermain:
3000-7000 m2

ANALISIS
sebesar 40-75% dan
sebesar 45-70%

SMU

SMU:
Luas lantai minimal: 3835 m2
Luas lahan minimal : 12500m2
Ruang terbuka/bermain:
3000-7000 m2
- Aturan KLB didasari pada kondisi
eksisting
- Aturan
KDH
ditentukan
berdasarkan peraturan daerah
Peribadatan

KDB = 40-60%
KLB = 0,4-1,2
KDH = 28-52%

Kesehatan

KDB = 40-60%
KLB = 0,4-1,8
KDH = 28-52%

Aturan KDB dan KDH mengikuti


peraturan daerah, KLB mengikuti
kondisi eksisting

Kisaran KDB,KLB dan KDH yang


diijinkan
mengikuti
kondisi
eksisting yaitu 40-60%, KLB 0,41,2 dan KDH 28-52%
- Aturan KDB
-Kisaran KDB yang diijinkan yaitu
Posyandu = 60-70%
Posyandu :
Balai pengobatan = 50-70%
Luas lantai minimal: 36 m2
Klinik bersalin = 50-70%
Luas lahan minimal : 60 m2
Puskesmas = 40-70%
Apotik = 50-70%
Balai pengobatan warga:
- KLB yang diijinkan mengikuti
Luas lantai minimal: 150 m2
aturan KDB yaitu:
Luas lahan minimal : 300 m2
Posyandu = 0,6-0,7
Balai pengobatan 0,5-0,7
Klinik bersalin = 0,5-1,4
Klinik bersalin:
Puskesmas = 0,4-0,7
Luas lantai minimal: 1500 m2
Apotik = 0,5-0,7
2
Luas lahan minimal : 3000 m
- Kisaran KDH yang diijinkan yaitu
Posyandu = 30-40%
Puskesmas pembantu dan
Balai pengobatan 20-50%
balai pengobatan lingkungan:
Klinik bersalin = 20-50%
Puskesmas pembantu 20-50%
Luas lantai minimal: 150 m2
Apotik 20-50%
Luas lahan minimal : 300 m2
Puskesmas dan balai
pengobatan:
Luas lantai minimal: 420 m2
L uas lahan minimal : 1000 m2
Apotik/rumah obat:
Luas lantai minimal: 120 m2
Luas lahan minimal : 250 m2

3.5

ANALISIS TATA MASA BANGUNAN

3.5.1

Analisis Tata Masa Bangunan pada Zona Perlindungan Setempat


Tabel 3.20 Analsis GSB pada Zona Perlindungan Setempat
GSB

ATURAN
Letak GSB gedung terluar untuk lokasi
sepanjang sungai/danau, diperhitungkan
berdasarkan kondisi sungai, letak sungai, dan
fungsi kawasan, serta diukur dari tepi sungai.

ANALISIS
Terdapat beberapa bangunan pada zona perlindungan setempat
yang berada pada sempadan sungai.

Tabel 3.21 Analisis Tinggi Bangunan pada Zona Perlindungan Setempat

LAPORAN ANTARA

III-44

KESIMPULA
Garis sempadan bangun
perlindungan setempat
aturan 3 meter

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
TINGGI BANGUNAN
ATURAN
ANALISIS
Tinggi
bangunan Terdapat beberapa tinggi bangunan
gedung tidak boleh yang melewati garis potongan 60o
melewati
garis dari as jalan yang berbatasan
potongan 60o dari as
jalan yang berbatasan.

EKSISTING
1-2 lantai

KESIMPULAN
Bangunan
pada
zona perlindungan
setempat
hanya
untuk sarana dan
prasaran
vital.
Tinggi
bangunan
mengikuti
arahan
pemerintah dengan
mempertimbangkan
daya dukung lahan

Tabel 3.22 Analsis Jarak Antar Bangunan pada Zona Perlindungan Setempat
EKSISTING
0 meter

1.

2.

3.

4.

3.5.2

JARAK ANTAR BANGUNAN


ATURAN
ANALISIS
Bidang dinding terluar Mengikuti aturan mengenai
tidak boleh melampaui jarak antar bangunan pada
batas persil.
kawasan sempadan
Garis
terluar
suatu
tritis/oversteck
yang
menghadap
ke
arah
tetangga, tidak boleh
melewati
batas
kavling/persil
yang
berbatasan
dengan
tetangga.
Jarak antara masa/blok
bangunan umum satu
lantai yang satu dengan
lainnya
dalam
satu
kavling
atau
antara
kavling paling sedikit
adalah 4 m (empat meter).
Jarak antara masa/blok
bangunan
umum
bertingkat dalam satu
kavling
atau
antara
kavling
satu
dengan
lainnya ditambah 0.5
(setengah) meter untuk
setiap kenaikan 1 (satu)
lantai.

KESIMPULAN
Untuk
jarak
bangunan
pendukung fungsi
sempadan sungai
yaitu sebesar 4m

Analisis Tata Masa Bangunan pada Zona Ruang Terbuka Hijau


Tabel 3.23 Analisis GSB pada Zona Ruang Terbuka Hijau
GSB

EKSISTING
ATURAN
0-10 meter Garis
sempadan
untuk
gedung yang dibangun di
tepi danau/sungai, apabila
tidak ditetapkan lain
adalah 50 m (lima puluh
meter) untuk bangunan di
tepi danau/sungai.
GSB terluar yang sejajar
dengan
sumbu
jalan/rencana
jalan/tepi
sungai
ditentukan

LAPORAN ANTARA

ANALISIS
Garis sempadan bangunan di
bagian depan mengikuti separuh
ruas jalan yang dilewatinya,
yaitu:
Jalan kolektor : 4,5 m
Jalan lokal : 3,75 m
Jalan lingkungan : 2,75 m
Sedangkan, garis sempadan
bangunan di bagian samping dan
belakang
bangunan
rumah

KESIMPULAN
GSB RTH
di
sepanjang
jalan
kolektor adalah 4,5
m
GSB
RTH
di
sepanjang
jalan
lokal adalah 3,75 m
GSB

RTH

di

III-45

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
GSB
EKSISTING

ATURAN
berdasarkan
lebar
jalan/rencana jalan/lebar
sungai, fungsi jalan dan
peruntukan
kavling/kawasan.
Letak GSB gedung terluar
untuk lokasi sepanjang
sungai/danau,
diperhitungkan
berdasarkan
kondisi
sungai, letak sungai, dan
fungsi kawasan, serta
diukur dari tepi sungai.

ANALISIS
mengikuti luas kaveling yang
disediakan.
Akan tetapi, pada RTH hanya
diperbolehkan 10% dari luas
kavling
untuk
dibangun
bangunan permanen, sehingga
perlu
diperhatikan
luasan
bangunan yang akan dibangun.

KESIMPULAN
sepanjang
jalan
lingkungan adalah
2,75 m
garis
sempadan
bangunan di bagian
samping
dan
belakang bangunan
mengikuti
luas
kaveling
yang
disediakan.

Tabel 3.23 Analisis Tinggi Bangunan pada Zona Ruang Terbuka Hijau
TINGGI BANGUNAN
EKSISTING
ATURAN
1 lantai
Tinggi
bangunan
gedung tidak boleh
melewati
garis
potongan 60 derajat
dari as jalan yang
berbatasan.

3.5.3
A.

ANALISIS
Terdapat
beberapa
tinggi
bangunan yang melewati garis
potongan 60 derajat dari as jalan
yang berbatasan

KESIMPULAN
Bangunan pada zona
ruang terbuka hijau
hanya untuk sarana dan
prasarana vital. Tinggi
bangunan pada zona
ruang terbuka hijau
mengikuti
aturan
pemerintah
dengan
mempertimbangkan
daya dukung lahan

Analisis Tata Masa Bangunan pada Zona Perumahan


Zona Perumahan Kepadatan Tinggi
Tabel 3.24 Analisis GSB pada Zona Perumahan Kepadatan Tinggi
GSB

EKSISTING
0-6 m

1.

2.

3.
4.

ATURAN
Letak GSB terluar
untuk jalan di bawah
5 m adalah 2,5 m
dihitung dari tepi
jalan/pagar.
Bangunan
pada
ketinggian 3 lantai
atau
lebih
GSB
samping dan belakang
harus
berjarak
minimal 1,5 m untuk
dinding masif dan 3 m
untuk dinding dengan
bukaan.
Aturan
jarak
pengaman kebakaran
GSB terluar yang
sejajar dengan sumbu
jalan/rencana
jalan/tepi
sungai
ditentukan
berdasarkan
lebar
jalan/rencana
jalan/lebar
sungai,
fungsi
jalan
dan

LAPORAN ANTARA

ANALISIS
Garis sempadan bangunan di
bagian depan mengikuti separuh
ruas jalan yang dilewatinya,
yaitu:
Jalan arteri primer 8 m
Jalan kolektor primer : 8 m
Jalan lokal primer : 4 m
Jalan lingkungan : 2,25 m
Sedangkan, garis sempadan
bangunan di bagian samping dan
belakang bangunan rumah
mengikuti luas kaveling yang
disediakan.

KESIMPULAN
GSB
rumah
kepadatan tinggi di
sepanjang
jalan
arteri primer adalah
8m
GSB
rumah
kepadatan tinggi di
sepanjang
jalan
kolektor
primer
adalah 8 m

GSB
rumah
kepadatan tinggi di
sepanjang
jalan
lokal primer adalah
4m
GSB
rumah
kepadatan tinggi di
sepanjang
jalan
lingkungan adalah
2,25 m

III-46

KSISTING
5-10 m

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
GSB
EKSISTING

ATURAN
peruntukan
kavling/kawasan.

ANALISIS

KESIMPULAN
garis
sempadan
bangunan di bagian
samping
dan
belakang bangunan
rumah
mengikuti
luas kavling yang
disediakan.

Tabel 3.25 Analisis Tinggi Bangunan pada Zona Perumahan Kepadatan Tinggi
TINGGI BANGUNAN
ATURAN
Tinggi bangunan gedung tidak boleh
melewati garis potongan 60 derajat dari
as jalan yang berbatasan.

ANALISIS
Kondisi eksisting masih tidak mengganggu skyline wilayah
perkotaan, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam
penentuan tinggi bangunan yang ada.

KESIMPULAN
Tinggi bangunan yang diij
zona rumah kepadatan ting
10 m dengan mempertimb
dukung lahan

Tabel 3.26 Analisis Jarak Antar Bangunan pada Zona Perumahan Kepadatan Tinggi
EKSISTING
0-4 m

1.

2.

3.

4.

B.

JARAK ANTAR BANGUNAN


ATURAN
ANALISIS
Bidang
dinding Jarak antara masa/blok bangunan
terluar tidak boleh umum bertingkat dalam satu
melampaui batas kavling atau antara kavling satu
persil.
dengan lainnya ditambah 0.5
Garis terluar suatu (setengah) meter untuk setiap
tritis/oversteck
kenaikan 1 (satu) lantai. Maka,
yang menghadap dengan jumlah lantai 1-2 lantai,
ke arah tetangga, jarak
antar
bangunan
tidak
boleh diperbolehkan berkisar antara 0
melewati
batas s/d (2*0,5) = 0 s/d 1 m
kavling/persil
yang berbatasan
dengan tetangga.
Jarak
antara
masa/blok
bangunan umum
satu lantai yang
satu
dengan
lainnya dalam satu
kavling atau antara
kavling
paling
sedikit adalah 4 m
(empat meter).
Jarak
antara
masa/blok
bangunan umum
bertingkat dalam
satu kavling atau
antara kavling satu
dengan
lainnya
ditambah
0.5
(setengah) meter
untuk
setiap
kenaikan 1 (satu)
lantai.

KESIMPULAN
Jarak
bangunan
minimum
yang
diizinkan di sub
zona
rumah
kepadatan
tinggi
adalah
0-1
mempertimbangkan
aspek
keselamatanpenghun
i bangunan

Zona Perumahan Kepadatan Sedang

LAPORAN ANTARA

III-47

EKSISTING
0-4 m

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
Tabel 3.27 Analisis GSB pada Zona Perumahan Kepadatan Sedang
GSB
EKSISTING
0-6 m

1.

2.
3.

ATURAN
Bangunan
pada
ketinggian 3 lt atau
lebih GSB samping
dan belakang harus
berjarak minimal 1,5
m untuk dinding
masif dan 3 m untuk
dinding
dengan
bukaan.
Aturan
jarak
pengaman kebakaran
GSB terluar yang
sejajar dengan sumbu
jalan/rencana
jalan/tepi
sungai
ditentukan
berdasarkan
lebar
jalan/rencana
jalan/lebar
sungai,
fungsi
jalan
dan
peruntukan
kavling/kawasan.

ANALISIS
Garis sempadan bangunan di
bagian depan mengikuti separuh
ruas jalan yang dilewatinya,
yaitu:
Jalan arteri primer 8 m
Jalan kolektor primer : 8 m
Jalan lokal primer : 4 m
Jalan lingkungan : 2,25 m
Sedangkan, garis sempadan
bangunan di bagian samping dan
belakang bangunan rumah
mengikuti luas kaveling yang
disediakan.

KESIMPULAN
GSB
rumah
kepadatan sedang di
sepanjang
jalan
arteri primer adalah
8m
GSB
rumah
kepadatan sedang di
sepanjang
jalan
kolektor
primer
adalah 8 m

GSB
rumah
kepadatan sedang di
sepanjang
jalan
lokal primer adalah
4m
GSB
rumah
kepadatan sedang di
sepanjang
jalan
lingkungan adalah
2,25 m
garis
sempadan
bangunan di bagian
samping
dan
belakang bangunan
rumah
mengikuti
luas kavling yang
disediakan.

Tabel 3.28 Analisis Tinggi Bangunan pada Zona Perumahan Kepadatan Sedang
TINGGI BANGUNAN
EKSISTING
ATURAN
5-10 m
Tinggi
bangunan
gedung tidak boleh
melewati
garis
potongan 60 derajat
dari as jalan yang
berbatasan.

ANALISIS
Kondisi eksisting masih tidak
mengganggu skyline wilayah
perkotaan,
sehingga
dapat
dijadikan sebagai acuan dalam
penentuan tinggi bangunan yang
ada.

KESIMPULAN
Tinggi
bangunan
yang diijinkan di sub
zona
rumah
kepadatan
sedang
adalah 5-10 m

Tabel 3.29 Analisis Jarak Antar Bangunan pada Zona Perumahan Kepadatan Sedang
1.

2.

JARAK ANTAR BANGUNAN


ATURAN
ANALISIS
Jarak antara masa/blok bangunan Jarak antara masa/blok bangunan umum bertingkat dalam satu
umum satu lantai yang satu dengan kavling atau antara kavling satu dengan lainnya ditambah 0.5
lainnya dalam satu kavling atau (setengah) meter untuk setiap kenaikan 1 (satu) lantai. Maka,
antara kavling paling sedikit adalah dengan jumlah lantai 1-2 lantai, jarak antar bangunan
4 m (empat meter).
diperbolehkan berkisar 0-1m
Jarak antara masa/blok bangunan
umum bertingkat dalam satu kavling
atau antara kavling satu dengan
lainnya ditambah 0.5 (setengah)
meter untuk setiap kenaikan 1 (satu)

LAPORAN ANTARA

III-48

KESIMPULA
Jarak bangunan mini
diizinkan di sub z
kepadatan sedang adalah

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang

EKSISTING

KSISTING
0-4 m

JARAK ANTAR BANGUNAN


ANALISIS

ATURAN

KESIMPULA

lantai.

C.

Zona Perumahan Kepadatan Rendah


Tabel 3.30 Analisis GSB pada Zona Perumahan Kepadatan Rendah
GSB

EKSISTING
0-6 m

1.

2.

3.
4.

ATURAN
Letak GSB terluar
untuk jalan di bawah 5
m adalah 2,5 m
dihitung dari tepi
jalan/pagar.
Bangunan
pada
ketinggian 3 lt atau
lebih GSB samping
dan belakang harus
berjarak minimal 1,5
m untuk dinding masif
dan 3 m untuk dinding
dengan bukaan.
Aturan
jarak
pengaman kebakaran
GSB terluar yang
sejajar dengan sumbu
jalan/rencana
jalan/tepi
sungai
ditentukan
berdasarkan
lebar
jalan/rencana
jalan/lebar
sungai,
fungsi
jalan
dan
peruntukan
kavling/kawasan.

ANALISIS
Garis sempadan bangunan di
bagian depan mengikuti separuh
ruas jalan yang dilewatinya,
yaitu:
Jalan kolektor : 4,5 m
Jalan lokal : 3,75 m
Jalan lingkungan : 2,75 m
Sedangkan, garis sempadan
bangunan di bagian samping
dan belakang bangunan rumah
mengikuti luas kaveling yang
disediakan.

KESIMPULAN
GSB
rumah
kepadatan rendah di
sepanjang
jalan
arteri primer adalah
8m
GSB
rumah
kepadatan rendah di
sepanjang
jalan
kolektor
primer
adalah 8 m

GSB
rumah
kepadatan rendah di
sepanjang jalan lokal
primer adalah 4 m
GSB
rumah
kepadatan rendah di
sepanjang
jalan
lingkungan adalah
2,25 m
garis
sempadan
bangunan di bagian
samping
dan
belakang bangunan
rumah
mengikuti
luas kavling yang
disediakan.

Tabel 3.31 Analisis Tinggi Bangunan pada Zona Perumahan Kepadatan Rendah
EKSISTING
5-10 m

TINGGI BANGUNAN
ATURAN
ANALISIS
Tinggi
bangunan Kondisi eksisting masih tidak
gedung tidak boleh mengganggu
skyline
wilayah
melewati
garis perkotaan, sehingga dapat dijadikan
potongan 60 derajat sebagai acuan dalam penentuan
dari as jalan yang tinggi bangunan yang ada.
berbatasan.

KESIMPULAN
Tinggi
bangunan
yang diijinkan di
sub zona rumah
kepadatan
rendah
adalah 5-10 m

Tabel 3.32 Analisis Jarak Antar Bangunan pada Zona Perumahan Kepadatan Rendah
1.
2.

JARAK ANTAR BANGUNAN


ATURAN
ANALISIS
Bidang dinding terluar tidak boleh Jarak antara masa/blok bangunan umum bertingkat dalam satu
melampaui batas persil.
kavling atau antara kavling satu dengan lainnya ditambah 0.5
Garis terluar suatu tritis/oversteck yang (setengah) meter untuk setiap kenaikan 1 (satu) lantai. Maka,
menghadap ke arah tetangga, tidak dengan jumlah lantai 1-2 lantai, jarak antar bangunan
boleh melewati batas kavling/persil diperbolehkan berkisar antara 0 s/d (2*0,5) = 0 s/d 1 m
yang berbatasan dengan tetangga.

LAPORAN ANTARA

III-49

KESIMPULA
Jarak bangunan mini
diizinkan di sub z
kepadatan rendah adalah

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang

KSISTING

KSISTING
0-4 m

3.

4.

JARAK ANTAR BANGUNAN


ATURAN
ANALISIS
Jarak antara masa/blok bangunan umum
satu lantai yang satu dengan lainnya
dalam satu kavling atau antara kavling
paling sedikit adalah 4 m (empat
meter).
Jarak antara masa/blok bangunan umum
bertingkat dalam satu kavling atau
antara kavling satu dengan lainnya
ditambah 0.5 (setengah) meter untuk
setiap kenaikan 1 (satu) lantai.

3.5.4
A.

KESIMPULA

Analisis Tata Bangunan pada Zona Perdagangan dan Jasa


Analisis Tata Bangunan pada Sub Zona Perdagangan dan Jasa Tunggal
Tabel 3.33 Analisis GSB pada sub Zona Perdagangan dan Jasa Tunggal

EKSISTING
0-4 m

ATURAN
Garis
sempadan
bangunan di bagian
depan
mengikuti
separuh ruas jalan yang
dilewatinya, yaitu:
Jalan arteri primer : 8 m
Jalan kolektor primer :
7 m
Jalan lokal : 4 m
Jalan lingkungan : 2,25
m
Sedangkan,
garis
sempadan bangunan di
bagian samping dan
belakang
bangunan
rumah mengikuti luas
kaveling
yang
disediakan.

GSB
ANALISIS
GSB perdagangan dan jasa
tunggal di sepanjang jalan
arteri primer adalah 8 m
GSB perdagangan dan jasa
tunggal di sepanjang jalan
kolektor primer adalah 7 m
GSB perdagangan dan jasa
tunggal di sepanjang jalan
lokal adalah 4 m
GSB perdagangan dan jasa
tunggal di sepanjang jalan
lingkungan adalah 2,25 m

KESIMPULAN
Garis sempadan bangunan di
bagian depan mengikuti
separuh ruas jalan yang
dilewatinya, yaitu:
Jalan arteri primer 8 m
Jalan kolektor : 7 m
Jalan lokal : 4 m
Jalan lingkungan : 2,25 m
Sedangkan, garis sempadan
bangunan di bagian samping
dan
belakang
bangunan
mengikuti luas kaveling yang
disediakan.

garis sempadan bangunan di


bagian
samping
dan
belakang
bangunan
mengikuti luas kavling yang
disediakan.

Tabel 3.34 Analisis Tinggi Bangunan pada sub Zona Perdagangan dan Jasa Tunggal
EKSISTING
5-10 m

TINGGI BANGUNAN
ATURAN
ANALISIS
Tinggi bangunan
Kondisi eksisting masih tidak
gedung tidak boleh
mengganggu
skyline
wilayah
melewati garis
perkotaan, sehingga dapat dijadikan
potongan 60 derajat
sebagai acuan dalam penentuan
dari as jalan yang
tinggi bangunan yang ada.
berbatasan.

KESIMPULAN
Tinggi
bangunan
yang diijinkan di
sub
zona
perdagangan
dan
jasa tunggal adalah
5-10 m

Tabel 3.35 Analisis Jarak Antar Bangunan pada sub Zona Perdagangan dan Jasa Tunggal
1.

JARAK ANTAR BANGUNAN


ATURAN
ANALISIS
Bidang dinding terluar tidak boleh Jarak antara masa/blok bangunan umum bertingkat dalam satu
melampaui batas persil.
kavling atau antara kavling satu dengan lainnya ditambah 0.5

LAPORAN ANTARA

III-50

KESIMPULA
Jarak bangunan mini
diizinkan di sub zona

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang

KSISTING
2.

3.

4.

JARAK ANTAR BANGUNAN


ATURAN
ANALISIS
Garis terluar suatu tritis/oversteck yang (setengah) meter untuk setiap kenaikan 1 (satu) lantai. Maka,
menghadap ke arah tetangga, tidak boleh dengan jumlah lantai 1-2 lantai, jarak antar bangunan
melewati batas kavling/persil yang diperbolehkan berkisar antara 0 s/d 3
berbatasan dengan tetangga.
Jarak antara masa/blok bangunan umum
satu lantai yang satu dengan lainnya
dalam satu kavling atau antara kavling
paling sedikit adalah 4 m (empat meter).
Jarak antara masa/blok bangunan umum
bertingkat dalam satu kavling atau
antara kavling satu dengan lainnya
ditambah 0.5 (setengah) meter untuk
setiap kenaikan 1 (satu) lantai.

B.

KESIMPULA
dan jasa tunggal adalah

Analisa Tata Bangunan pada Sub Zona Perdagangan dan Jasa Kopel
Tabel 3.36 Analisis GSB pada sub Zona Perdagangan dan Jasa Kopel

EKSISTING
0-4 m

ATURAN
Garis
sempadan
bangunan di bagian
depan
mengikuti
separuh ruas jalan yang
dilewatinya, yaitu:
Jalan arteri primer : 8 m
Jalan kolektor primer :
7 m
Jalan lokal : 4 m
Jalan lingkungan : 2,25
m
Sedangkan,
garis
sempadan bangunan di
bagian samping dan
belakang
bangunan
rumah mengikuti luas
kaveling
yang
disediakan.

GSB
ANALISIS
GSB perdagangan dan jasa
tunggal di sepanjang jalan
arteri primer adalah 8 m
GSB perdagangan dan jasa
tunggal di sepanjang jalan
kolektor primer adalah 7 m
GSB perdagangan dan jasa
tunggal di sepanjang jalan
lokal adalah 4 m
GSB perdagangan dan jasa
tunggal di sepanjang jalan
lingkungan adalah 2,25 m

KESIMPULAN
Garis sempadan bangunan di
bagian depan mengikuti
separuh ruas jalan yang
dilewatinya, yaitu:
Jalan arteri primer 8 m
Jalan kolektor : 7 m
Jalan lokal : 4 m
Jalan lingkungan : 2,25 m
Sedangkan, garis sempadan
bangunan di bagian samping
dan
belakang
bangunan
mengikuti luas kaveling yang
disediakan.

garis sempadan bangunan di


bagian
samping
dan
belakang
bangunan
mengikuti luas kavling yang
disediakan.

Tabel 3.37 Analisis Tinggi Bangunan pada sub Zona Perdagangan dan Jasa Kopel
EKSISTING
5-10 m

TINGGI BANGUNAN
ATURAN
ANALISIS
Tinggi bangunan
Kondisi eksisting masih tidak
gedung tidak boleh
mengganggu
skyline
wilayah
melewati garis
perkotaan, sehingga dapat dijadikan
potongan 60 derajat
sebagai acuan dalam penentuan
dari as jalan yang
tinggi bangunan yang ada.
berbatasan.

KESIMPULAN
Tinggi
bangunan
yang diijinkan di
sub
zona
perdagangan
dan
jasa kopel adalah 510 m

Tabel 3.38 Analisis Jarak Antar Bangunan pada sub Zona Perdagangan dan Jasa Kopel

KSISTING
0-4 m
2.

JARAK ANTAR BANGUNAN


ATURAN
ANALISIS
1. Bidang dinding terluar tidak boleh Jarak antara masa/blok bangunan umum bertingkat dalam
melampaui batas persil.
satu kavling atau antara kavling satu dengan lainnya
Garis terluar suatu tritis/oversteck yang ditambah 0.5 (setengah) meter untuk setiap kenaikan 1
menghadap ke arah tetangga, tidak boleh

LAPORAN ANTARA

III-51

KESIMPULA
Jarak bangunan min
diizinkan di sub zona
dan jasa kopel adalah

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang

KSISTING

3.

4.

JARAK ANTAR BANGUNAN


ATURAN
ANALISIS
melewati batas kavling/persil yang berbatasan (satu) lantai. Maka, dengan jumlah lantai 1-2 lantai, jarak
dengan tetangga.
antar bangunan diperbolehkan berkisar antara 0 s/d 3
Jarak antara masa/blok bangunan umum satu
lantai yang satu dengan lainnya dalam satu
kavling atau antara kavling paling sedikit
adalah 4 m (empat meter).
Jarak antara masa/blok bangunan umum
bertingkat dalam satu kavling atau antara
kavling satu dengan lainnya ditambah 0.5
(setengah) meter untuk setiap kenaikan 1 (satu)
lantai.

KESIMPULA

C. Analisa Perdagangan dan Jasa Deret


Tabel 3.39 Analisis GSB pada sub Zona Perdagangan dan Jasa Deret
EKSISTING
0-4 m

ATURAN
Garis
sempadan
bangunan di bagian
depan
mengikuti
separuh ruas jalan yang
dilewatinya, yaitu:
Jalan arteri primer : 8 m
Jalan kolektor primer :
7 m
Jalan lokal : 4 m
Jalan lingkungan : 2,25
m
Sedangkan,
garis
sempadan bangunan di
bagian samping dan
belakang
bangunan
rumah mengikuti luas
kaveling
yang
disediakan.

GSB
ANALISIS
GSB perdagangan dan jasa
tunggal di sepanjang jalan
arteri primer adalah 8 m
GSB perdagangan dan jasa
tunggal di sepanjang jalan
kolektor primer adalah 7 m
GSB perdagangan dan jasa
tunggal di sepanjang jalan
lokal adalah 4 m
GSB perdagangan dan jasa
tunggal di sepanjang jalan
lingkungan adalah 2,25 m

KESIMPULAN
Garis sempadan bangunan di
bagian depan mengikuti
separuh ruas jalan yang
dilewatinya, yaitu:
Jalan arteri primer 8 m
Jalan kolektor : 7 m
Jalan lokal : 4 m
Jalan lingkungan : 2,25 m
Sedangkan, garis sempadan
bangunan di bagian samping
dan
belakang
bangunan
mengikuti luas kaveling yang
disediakan.

Garis sempadan bangunan


di bagian samping dan
belakang
bangunan
mengikuti luas kavling yang
disediakan.

Tabel 3.40 Analisis Tinggi Bangunan pada sub Zona Perdagangan dan Jasa Deret
EKSISTING
5-10 m

TINGGI BANGUNAN
ATURAN
ANALISIS
Tinggi bangunan
Kondisi eksisting masih tidak
gedung tidak boleh
mengganggu
skyline
wilayah
melewati garis
perkotaan, sehingga dapat dijadikan
potongan 60 derajat
sebagai acuan dalam penentuan
dari as jalan yang
tinggi bangunan yang ada.
berbatasan.

KESIMPULAN
Tinggi
bangunan
yang diijinkan di
sub
zona
perdagangan
dan
jasa tunggal adalah
5-10 m

Tabel 3.41 Analisis Jarak Antar Bangunan pada sub Zona Perdagangan dan Jasa Deret

KSISTING
0-4 m
2.

3.

JARAK ANTAR BANGUNAN


ATURAN
ANALISIS
1. Bidang dinding terluar tidak boleh Jarak antara masa/blok bangunan umum bertingkat dalam
melampaui batas persil.
satu kavling atau antara kavling satu dengan lainnya
Garis terluar suatu tritis/oversteck yang ditambah 0.5 (setengah) meter untuk setiap kenaikan 1
menghadap ke arah tetangga, tidak boleh (satu) lantai. Maka, dengan jumlah lantai 1-2 lantai, jarak
melewati batas kavling/persil yang berbatasan antar bangunan deret yaitu 0 m
dengan tetangga.
Jarak antara masa/blok bangunan umum satu

LAPORAN ANTARA

III-52

KESIMPULA
Jarak bangunan min
diizinkan di sub zona
dan jasa deret adalah 0

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
JARAK ANTAR BANGUNAN
ATURAN
lantai yang satu dengan lainnya dalam satu
kavling atau antara kavling paling sedikit
adalah 4 m (empat meter).
Jarak antara masa/blok bangunan umum
bertingkat dalam satu kavling atau antara
kavling satu dengan lainnya ditambah 0.5
(setengah) meter untuk setiap kenaikan 1 (satu)
lantai.

KSISTING

EKSISTING

TAR BANGUNAN
KSISTING
0-4 m

4.

3.5.5
A.

ANALISIS

KESIMPULA

Analisa Tata Masa Bangunan Zona Perkantoran


Perkantoran Pemerintah
Tabel 3.42 GSB pada Sub Zona Perkantoran Pemerintah
GSB

EKSISTING
0-6 meter

ATURAN
Garis sempadan bangunan
di bagian depan mengikuti
separuh ruas jalan yang
dilewatinya, yaitu:

ANALISIS
GSB
perkantoran
pemerintahan di sepanjang
jalan arteri primer adalah 8
m

KESIMPULAN
Garis sempadan bangunan
di bagian depan mengikuti
separuh ruas jalan yang
dilewatinya, yaitu:

Jalan arteri primer : 8 m


Jalan kolektor primer : 7 m
Jalan lokal : 4 m
Jalan lingkungan : 2,25 m

GSB
perkantoran
pemerintahan di sepanjang
jalan kolektor primer adalah
7m

Jalan arteri primer : 8 m


Jalan kolektor primer : 7 m
Jalan lokal : 4 m
Jalan lingkungan : 2,25 m

Sedangkan, garis sempadan


bangunan
di
bagian
samping dan belakang
bangunan rumah mengikuti
luas
kaveling
yang
disediakan.

GSB
perkantoran
pemerintahan di sepanjang
jalan lokal adalah 4 m

Sedangkan, garis sempadan


bangunan
di
bagian
samping dan belakang
bangunan mengikuti luas
kaveling yang disediakan.

GSB
perkantoran
pemerintahan di sepanjang
jalan lingkungan adalah 2,25
m
Garis sempadan bangunan di
bagian
samping
dan
belakang
bangunan
mengikuti luas kaveling
yang disediakan.

Tabel 3.43 Analisis Tinggi Bangunan pada Sub Zona Perkantoran Pemerintah
TINGGI BANGUNAN
ATURAN
Tinggi bangunan gedung tidak boleh
melewati garis potongan 60 derajat dari as
jalan yang berbatasan.

ANALISIS
Kondisi eksisting masih tidak mengganggu skyline wilayah
perkotaan, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam
penentuan tinggi bangunan yang ada.

KESIMPULA
Tinggi bangunan yang
sub zona perkantoran
adalah 5 m

Tabel 3.44 Analisis Jarak Antar Bangunan pada Sub Zona Perkantoran Pemerintah
1.
2.

ATURAN
Bidang dinding terluar tidak boleh
melampaui batas persil.
Garis terluar suatu tritis/oversteck yang
menghadap ke arah tetangga, tidak
boleh melewati batas kavling/persil

LAPORAN ANTARA

ANALISIS
Jarak antara masa/blok bangunan umum satu lantai yang satu
dengan lainnya dalam satu kavling atau antara kavling paling
sedikit adalah 4 m (empat meter). Oleh karena kantor
pemerintahan termasuk dalam bangunan umum, maka jarak
minimal antar bangunannya adalah 4m.

III-53

KESIMPULA
Jarak bangunan mini
diizinkan di sub zona
adalah 4 m

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang

TAR BANGUNAN
KSISTING

EKSISTING

3.

4.

ATURAN
yang berbatasan dengan tetangga.
Jarak antara masa/blok bangunan umum
satu lantai yang satu dengan lainnya
dalam satu kavling atau antara kavling
paling sedikit adalah 4 m (empat meter).
Jarak antara masa/blok bangunan umum
bertingkat dalam satu kavling atau
antara kavling satu dengan lainnya
ditambah 0.5 (setengah) meter untuk
setiap kenaikan 1 (satu) lantai.

B.

ANALISIS

KESIMPULA

Perkantoran Swasta
Tabel 3.45 GSB pada Sub Zona Perkantoran Swasta
GSB

EKSISTING
0-6 meter

ATURAN
Garis sempadan bangunan
di bagian depan mengikuti
separuh ruas jalan yang
dilewatinya, yaitu:

ANALISIS
GSB
perkantoran
pemerintahan di sepanjang
jalan arteri primer adalah 8
m

KESIMPULAN
Garis sempadan bangunan
di bagian depan mengikuti
separuh ruas jalan yang
dilewatinya, yaitu:

Jalan arteri primer : 8 m


Jalan kolektor primer : 7 m
Jalan lokal : 4 m
Jalan lingkungan : 2,25 m

GSB perkantoran swasta di


sepanjang jalan kolektor
primer adalah 7 m

Jalan arteri primer : 8 m


Jalan kolektor primer : 7 m
Jalan lokal : 4 m
Jalan lingkungan : 2,25 m

Sedangkan, garis sempadan


bangunan
di
bagian
samping dan belakang
bangunan rumah mengikuti
luas
kaveling
yang
disediakan.

GSB perkantoran swasta di


sepanjang jalan lokal adalah
4m
GSB perkantoran swasta di
sepanjang jalan lingkungan
adalah 2,25 m

Sedangkan, garis sempadan


bangunan
di
bagian
samping dan belakang
bangunan mengikuti luas
kavling yang disediakan.

Garis sempadan bangunan di


bagian
samping
dan
belakang
bangunan
mengikuti luas kaveling
yang disediakan.

Tabel 3.46 Analisis Tinggi Bangunan pada Sub Zona Perkantoran Pemerintah
TINGGI BANGUNAN
ATURAN
Tinggi bangunan gedung tidak boleh
melewati garis potongan 60 derajat dari as
jalan yang berbatasan.

ANALISIS
Kondisi eksisting masih tidak mengganggu skyline wilayah
perkotaan, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam
penentuan tinggi bangunan yang ada.

KESIMPULA
Tinggi bangunan yang
sub zona perkantoran s
5m

Tabel 3.47 Analisis Jarak Antar Bangunan pada Sub Zona Perkantoran Pemerintah

TAR BANGUNAN
KSISTING
0-4 m

ATURAN
Bidang dinding terluar tidak boleh
melampaui batas persil.
Garis terluar suatu tritis/oversteck yang
menghadap ke arah tetangga, tidak boleh
melewati batas kavling/persil yang berbatasan
dengan tetangga.
Jarak antara masa/blok bangunan umum satu
lantai yang satu dengan lainnya dalam satu

1.
2.

3.

LAPORAN ANTARA

ANALISIS
Jarak antara masa/blok bangunan umum satu lantai yang
satu dengan lainnya dalam satu kavling atau antara
kavling paling sedikit adalah 4 m (empat meter). Oleh
karena kantor pemerintahan termasuk dalam bangunan
umum, maka jarak minimal antar bangunannya adalah
4m.

III-54

KESIMPULA
Jarak bangunan min
diizinkan di sub zona
adalah 4 m

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang

TAR BANGUNAN
KSISTING

ATURAN
kavling atau antara kavling paling sedikit
adalah 4 m (empat meter).
Jarak antara masa/blok bangunan umum
bertingkat dalam satu kavling atau antara
kavling satu dengan lainnya ditambah 0.5
(setengah) meter untuk setiap kenaikan 1
(satu) lantai.

4.

3.5.6

ANALISIS

KESIMPULA

Analisa Tata Masa Bangunan pada Zona Industri


Tabel 3.48 GSB pada Zona Industri
GSB

EKSISTING
4-8 meter

ATURAN
Garis sempadan bangunan
di bagian depan mengikuti
separuh ruas jalan yang
dilewatinya, yaitu:
Jalan arteri primer 8 m
Jalan kolektor primer 8 m
Jalan lokal : 5 m
Sedangkan,
garis
sempadan bangunan di
bagian
samping
dan
belakang
bangunan
mengikuti luas kaveling
yang disediakan.

ANALISIS
GSB industri di sepanjang jalan
arteri primer adalah 8 m
GSB industri di sepanjang jalan
kolektor primer adalah 8 m
GSB industri di sepanjang jalan
lokal adalah 5 m
Garis sempadan bangunan di bagian
samping dan belakang bangunan
mengikuti luas kavling yang
disediakan.

KESIMPULAN
Garis
sempadan
bangunan di bagian
depan sub zona
aneka
industri
adalah 4-8 m
Sedangkan, garis
sempadan
bangunan di bagian
samping
dan
belakang bangunan
mengikuti
luas
kaveling
yang
disediakan.

Industri yang direncanakan hanyalah


industri
eksisting
yang
dipertahankan,
tidak
terdapat
rencana
peruntukkan
industri
lainnya. Oleh karena GSB eksisting
sub zona industri sudah memenuhi
persyaratan minimal GSB yang ada,
maka
penentuan
GSB
dapat
mengikuti kondisi eksisting yang
ada, yaitu 4-8 m

Tabel 3.49 Analisis Tinggi Bangunan pada Zona Industri


EKSISTING
5-10 lantai

TINGGI BANGUNAN
ATURAN
ANALISIS
Tinggi
bangunan Kondisi eksisting masih tidak
gedung tidak boleh mengganggu
skyline
wilayah
melewati
garis perkotaan, sehingga dapat dijadikan
potongan 60 derajat sebagai acuan dalam penentuan
dari as jalan yang tinggi bangunan yang ada.
berbatasan.

KESIMPULAN
Tinggi
bangunan
yang diijinkan di
sub zona
aneka
industri adalah 5-10
m

Tabel 3.50 Analisis Jarak Antar Bangunan pada Sub Zona Perkantoran Pemerintah

KSISTING
1.
2.

3.

JARAK ANTAR BANGUNAN


ATURAN
ANALISIS
Bidang dinding terluar tidak boleh Jarak antara masa/blok bangunan umum satu lantai yang satu
melampaui batas persil.
dengan lainnya dalam satu kavling atau antara kavling paling
Garis terluar suatu tritis/oversteck yang sedikit adalah 4 m (empat meter) ditambah 0,5 m (karena
menghadap ke arah tetangga, tidak boleh terdapat 2 lantai), menjadi 4,5 m.
melewati batas kavling/persil yang
berbatasan dengan tetangga.
Jarak antara masa/blok bangunan umum

LAPORAN ANTARA

III-55

KESIMPULA
Jarak bangunan mini
diizinkan di sub zona an
adalah 4,5 m

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang

KSISTING

4.

JARAK ANTAR BANGUNAN


ATURAN
ANALISIS
satu lantai yang satu dengan lainnya
dalam satu kavling atau antara kavling
paling sedikit adalah 4 m (empat meter).
Jarak antara masa/blok bangunan umum
bertingkat dalam satu kavling atau antara
kavling satu dengan lainnya ditambah 0.5
(setengah) meter untuk setiap kenaikan 1
(satu) lantai.

3.5.7
A.

KESIMPULA

Analisa Tata Masa Bangunan pada Zona Sarana Pelayanan Umum


Pendidikan
Tabel 4.51 GSB pada Sub Zona Pendidikan
GSB

EKSISTING
0-6 m

ATURAN
Garis sempadan bangunan
di
bagian
depan
mengikuti separuh ruas
jalan yang dilewatinya,
yaitu:
Jalan arteri primer 8 m
Jalan kolektor primer 7 m
Jalan lokal primer 4 m
Jalan lingkungan : 2,25 m
Sedangkan,
garis
sempadan bangunan di
bagian
samping
dan
belakang bangunan rumah
mengikuti luas kaveling
yang disediakan.

ANALISIS
GSB sarana pendidikan di
sepanjang jalan arteri primer
adalah 8 m

GSB sarana pendidikan di


sepanjang jalan kolektor primer
adalah 7 m
GSB sarana pendidikan di
sepanjang jalan lokal primer
adalah 4 m
GSB sarana pendidikan di
sepanjang jalan lingkungan
adalah 2,25 m

KESIMPULAN
Garis
sempadan
bangunan
di
bagian
depan mengikuti separuh
ruas
jalan
yang
dilewatinya, yaitu:
Jalan arteri primer 8 m
Jalan kolektor primer 7 m
Jalan lokal primer 4 m
Jalan lingkungan : 2,25 m
Sedangkan,
garis
sempadan bangunan di
bagian samping dan
belakang
bangunan
mengikuti luas kaveling
yang disediakan.

Garis sempadan bangunan di


bagian samping dan belakang
bangunan
mengikuti luas
kaveling yang disediakan.

Tabel 4.52 Analisis Tinggi Bangunan pada Sub Zona Pendidikan


EKSISTING
5-10 m

TINGGI BANGUNAN
ATURAN
ANALISIS
Tinggi
bangunan Kondisi eksisting masih tidak
gedung tidak boleh mengganggu
skyline
wilayah
melewati
garis perkotaan, sehingga dapat dijadikan
potongan 60 derajat sebagai acuan dalam penentuan
dari as jalan yang tinggi bangunan yang ada.
berbatasan.

KESIMPULAN
Tinggi
bangunan
yang diijinkan di
sub zona
sarana
pendidikan adalah
5-10 m

Tabel 4.53 Analisis Jarak Bangunan pada Sub Zona Pendidikan

KSISTING
1.
2.

3.

JARAK ANTAR BANGUNAN


ATURAN
ANALISIS
Bidang dinding terluar tidak boleh Jarak antara masa/blok bangunan umum satu lantai yang satu
melampaui batas persil.
dengan lainnya dalam satu kavling atau antara kavling paling
Garis terluar suatu tritis/oversteck yang sedikit adalah 4 m (empat meter) ditambah 0,5 m (karena
menghadap ke arah tetangga, tidak boleh terdapat 2 lantai), menjadi 4,5 m
melewati batas kavling/persil yang
berbatasan dengan tetangga.
Jarak antara masa/blok bangunan umum
satu lantai yang satu dengan lainnya

LAPORAN ANTARA

III-56

KESIMPULA
Jarak bangunan mini
diizinkan di sub z
pendidikan adalah 4,5 m

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang

KSISTING

4.

JARAK ANTAR BANGUNAN


ATURAN
ANALISIS
dalam satu kavling atau antara kavling
paling sedikit adalah 4 m (empat meter).
Jarak antara masa/blok bangunan umum
bertingkat dalam satu kavling atau
antara kavling satu dengan lainnya
ditambah 0.5 (setengah) meter untuk
setiap kenaikan 1 (satu) lantai.

B.

KESIMPULA

Kesehatan
Tabel 3.54 GSB pada Sub Zona Kesehatan
GSB

EKSISTING
0-6 m

ATURAN
Garis sempadan bangunan
di bagian depan mengikuti
separuh ruas jalan yang
dilewatinya, yaitu:
Jalan arteri primer 8 m
Jalan kolektor primer 7 m
Jalan lokal primer 4 m
Jalan lingkungan : 2,25 m

Sedangkan, garis sempadan


bangunan
di
bagian
samping dan belakang
bangunan rumah mengikuti
luas
kaveling
yang
disediakan.

ANALISIS
GSB sarana kesehatan di
sepanjang arteri primer adalah
8m
GSB sarana kesehatan di
sepanjang
jalan
kolektor
primer adalah 7 m
GSB sarana kesehatan di
sepanjang jalan lokal primer
adalah 4 m
GSB sarana kesehatan di
sepanjang jalan lingkungan
adalah 2,25 m
Garis sempadan bangunan di
bagian samping dan belakang
bangunan
mengikuti luas
kaveling yang disediakan.

KESIMPULAN
Garis
sempadan
bangunan di bagian
depan
mengikuti
separuh ruas jalan yang
dilewatinya, yaitu:
Jalan arteri primer 8 m
Jalan kolektor primer 7
m
Jalan lokal primer 4 m
Jalan lingkungan : 2,25
m
Sedangkan,
garis
sempadan bangunan di
bagian samping dan
belakang
bangunan
mengikuti luas kaveling
yang disediakan.

Tabel 3.55 Analisis Tinggi Bangunan pada Sub Zona Kesehatan


EKSISTING
5-10 m

TINGGI BANGUNAN
ATURAN
ANALISIS
Tinggi
bangunan Kondisi eksisting masih tidak
gedung tidak boleh mengganggu
skyline
wilayah
melewati
garis perkotaan, sehingga dapat dijadikan
potongan 60 derajat sebagai acuan dalam penentuan
dari as jalan yang tinggi bangunan yang ada.
berbatasan.

KESIMPULAN
Tinggi
bangunan
yang diijinkan di
sub zona
sarana
kesehatan adalah 510 m

Tabel 3.56 Analisis Jarak Antar Bangunan pada Sub Zona Kesehatan
EKSISTING
0-4 m

1.

2.

JARAK ANTAR BANGUNAN


ATURAN
ANALISIS
Bidang
dinding Jarak antara masa/blok bangunan
terluar tidak boleh umum satu lantai yang satu
melampaui
batas dengan lainnya dalam satu
persil.
kavling atau antara kavling paling
Garis terluar suatu sedikit adalah 4 m (empat meter).
tritis/oversteck yang
menghadap ke arah
tetangga,
tidak
boleh
melewati
batas kavling/persil
yang
berbatasan
dengan tetangga.

LAPORAN ANTARA

KESIMPULAN
Jarak
bangunan
minimum
yang
diizinkan di sub
zona
sarana
kesehatan adalah 4
m

III-57

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
EKSISTING
3.

4.

JARAK ANTAR BANGUNAN


ATURAN
ANALISIS
Jarak
antara
masa/blok
bangunan
umum
satu lantai yang satu
dengan
lainnya
dalam satu kavling
atau antara kavling
paling
sedikit
adalah 4 m (empat
meter).
Jarak
antara
masa/blok
bangunan
umum
bertingkat
dalam
satu kavling atau
antara kavling satu
dengan
lainnya
ditambah
0.5
(setengah)
meter
untuk
setiap
kenaikan 1 (satu)
lantai.

KESIMPULAN

3.6

ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA MINIMUM

3.6.1

Analisis Kebutuhan Prasarana Minimum pada Zona Perlindungan Setempat


Pada

zona

perlindungan

setempat,

tidak

diperkenankan

adanya

kegiatan/bangunan-bangunan yang mengganggu fungsi lindung kawasan. Sarana dan


prasarana minimum pada zona perlindungan setempat diuraikan pada Tabel 3.57
Tabel 3.57 Analisis Kebutuhan Sarana dan
Prasarana Minimum pada Zona Perlindungan Setempat
ZONA

SUB ZONA

Perlindungan
setempat

Sempadan sungai

Sempadan rel kereta


api

ANALISIS KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA


MINIMUM
Pengembangan jalan inspeksi pada sempadan sungai.
Pengembangan jalan inspeksi dikembangkan terlebih
dahulu sebelum kawasan perumahan berkembang. Pada
kawasan yang mempunyai kecenderungan perkembangan
cepat, dimana bangunan yang terdapat sempadan sungai
diwajibkan membangun jalan inspeksi dan melakukan
penataan bangunan menghadap ke sungai.
Pengembangan bangunan pengendali banjir dan bangunan
pemanfaatan air

LAPORAN ANTARA

Membangun
taman/pembatas
antara
pendukung
perlengkapan transportasi kereta api, drainase dan
kebutuhan penerangan jalan
Pemberian papan peringatan larangan melakukan aktifitas
kegiatan pada jarak 11 meter dari kiri dan kanan di
sepanjang rel

III-58

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
3.6.2

Analisis Kebutuhan Prasarana Minimum pada Zona RTH


Pada zona RTH, tidak diperkenankan adanya kegiatan/bangunan-bangunan yang

mengganggu fungsi lindung kawasan. Kebutuhan sarana dan prasarana minimum pada
zona RTH akan diuraikan pada Tabel 3.58
Tabel 3.58 Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana Minimum pada Zona RTH
ZONA

SUB ZONA

RTH taman dan hutan Prasarana pendukung pemantauan dan pengendalian taman dan
kota
hutan kota
RTH jalur hijau dan
Penyediaan pot tanaman pada jalur hijau hijau dan median
median jalan
jalan
yang berfungsi sebagai estetika kota.
Penempatannya diletakkan di sisi kiri dan kanan jalan
dekat trotoar serta pada median jalan

RTH

3.6.3

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA MINIMUM

Analisis Kebutuhan Sarana Prasarana Minimum pada Zona Perumahan


Pada zona perumahan dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung yang

akan diuraikan pada tabel berikut


Tabel 3.59 Analisis Kebutuhan Sarana
dan Prasarana Minimum pada Zona Perumahan
ZONA

SUB ZONA

Perumahan

Rumah kepadatan
tinggi (R-2), rumah
kepadatan sedang
(R-3),
rumah
kepadatan rendah

3.6.4

ANALISIS KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA


MINIMUM
Pada zona perumahan, kebutuhan sarana prasarana minimum
yang dibutuhkan yaitu :
Jalan lingkungan dengan lebar perkerasan 3,5-5meter
Penyediaan air bersih
Saluran drainase lancar dan saling terhubung antar saluran

Analisis Kebutuhan Prasarana Minimum pada Zona Perdagangan dan jasa


Pada zona perdagangan dan jasa, prasarana minimum yang disediakan yaitu

parkir bongkar muat, penyimpanan/gudang yang memadai (sesuai standar) dan


pemanfaatan ruang tidak menimbulkan ganggguan terhadap kepentingan umum. Berikut
akan diuraikan kebutuhan prasarana minimum pada zona perdagangan dan jasa
Tabel 3.60 Analisis Kebutuhan Prasarana Minimum pada Zona Perdagangan dan Jasa
SUB ZONA

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA MINIMUM

Perdagangan dan jasa tunggal,


perdagangan dan jasa kopel,
perdagangan dan jasa deret

Luas lantai yang dibutuhkan 50 m2 termasuk gudang


kecil.Apabila merupakan bangunan tersendiri (tidak bersatu
dengan rumah tinggal), luas tanah yang dibutuhkan adalah 100
m2.

LAPORAN ANTARA

III-59

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
SUB ZONA

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA MINIMUM

Perdagangan dan jasa kopel


Perdagangan dan jasa deret

Pertokoan :
Luas lantai yang dibutuhkan 1.200 m2. Sedangkan luas tanah yang
dibutuhkan3.000 m2. Bangunan pertokoan ini harus dilengkapi
dengan:
a. tempat parkir kendaraan umum yang dapat dipakai bersama
kegiatan lain padapusat lingkungan;
b. sarana-sarana lain yang erat kaitannya dengan kegiatan warga;
c. pos keamanan.
Pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan (skala pelayanan
unit kelurahan 30.000penduduk)
Luas tanah yang dibutuhkan: 10.000 m2. Bangunan pusat
pertokoan / pasar lingkunganini harus dilengkapi dengan:
a. tempat parkir umum, sudah termasuk kebutuhan luas tanah;
b. terminal kecil atau pangkalan untuk pemberhentian
kendaraan;
c. pos keamanan;
d. sistem pemadam kebakaran;
e. musholla/tempat ibadah.
Pusat perbelanjaan dan niaga (skala pelayanan unit kelurahan
120.000 penduduk)
Luas tanah yang dibutuhkan adalah 36.000 m2. Bangunan pusat
perbelanjaan harusdilengkapi:
a. tempat parkir umum, sudah termasuk kebutuhan luas tanah;
b. terminal atau pangkalan untuk pemberhentian kendaraan;
c. pos keamanan;
d. sistem pemadam kebakaran;
e. musholla/tempat ibadah.

3.6.5

Analisis Kebutuhan Prasarana Minimum pada Zona Perkantoran


Tabel 3.61 Analisis Kebutuhan Prasarana Minimum pada Zona Perkantoran
ZONA
Zona Perkantoran

3.6.6

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA MINIMUM


Kawasan perkantoran menyediakan ruang untuk:

pengembangan kegiatan pelayanan pemerintahan dan pertahanan


serta keamanan sesuai dengan kebutuhan dan daya dukung untuk
menjamin pelayanan pada masyarakat menjamin kegiatan
pemerintahan,

pertahanan dan keamanan yang berkualitas tinggi, dan

melindungi penggunaan lahan untuk pemerintahan, serta


pertahanan dan keamanan

menampung tenaga kerja di sektor jasa komersial, rekreasi, dan


sebagai bagian dari pelayanan kebutuhan masyarakat
Sarana dan prasarana minimal yang disediakan sesuai dengan standar
tekknis, terutama kebutuhan parkir

Analisis Kebutuhan Prasarana Minimum pada Zona Sarana Pelayanan Umum


Tabel 3.62 Analisis Kebutuhan Prasarana
Minimum pada Zona Sarana Pelayanan Umum

NO
1

SUB ZONA
Pendidikan

LAPORAN ANTARA

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA


MINIMUM
SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana :
a. ruang kelas
b. ruang perpustakaan
c. laboratorium IPA
d. ruang pimpinan
e. ruang guru
f. tempat beribadah

III-60

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
NO

SUB ZONA
g.
h.
i.
j.
k.

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA


MINIMUM
ruang UKS
jamban
gudang
ruang sirkulasi
tempat bermain/olahraga

SMP/MTS sekurang-kurangnya memiliki prasarana


a. ruang kelas
b. ruang perpustakaan
c. laboratorium IPA
d. ruang pimpinan
e. ruang guru
f. tempat beribadah
g. ruang konseling
h. ruang UKS
i. ruang organisasi kesiswaan
j. jamban
k. gudang
l. ruang sirkulasi
m. tempat bermain/olahraga
2.

Kesehatan

Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan


Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan
kesehatan kesehatan kepadamasyarakat, memiliki peran
yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan
derajatkesehatan
masyarakat
sekaligus
untuk
mengendalikan pertumbuhan penduduk.
Dasarpenyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah
penduduk yang dilayani oleh saranatersebut.Dasar
penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan
desain keruangan unit-unitatau kelompok lingkungan yang
ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan
grupbangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks
lingkungannya. Sedangkanpenempatan penyediaan fasilitas
ini akan mempertimbangkan jangkauan radius arealayanan
terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi
untuk melayani padaarea tertentu.
Beberapa jenis sarana yang dibutuhkan adalah
a. posyandu yang berfungsi memberikan pelayanan
kesehatan untuk anak-anak usiabalita;
b. balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada pendudukdalam bidang kesehatan
dengan titik berat terletak pada penyembuhan
(currative)tanpa perawatan, berobat dan pada waktuwaktu tertentu juga untuk vaksinasi;
c. balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik
Bersalin), yang berfungsi melayani ibubaik sebelum,
pada saat dan sesudah melahirkan serta melayani anak
usia sampaidengan 6 tahun;
d. puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi
sebagai sarana pelayanankesehatan tingkat pertama
yang memberikan pelayanan kepada penduduk
dalampenyembuhan penyakit, selain melaksanakan
program pemeliharaan kesehatan danpencegahan
penyakit di wilayah kerjanya;

LAPORAN ANTARA

III-61

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
NO

SUB ZONA

Peribadatan

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA


MINIMUM
e. puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang
berfungsi sebagai unit pelayanankesehatan sederhana
yang memberikan pelayanan kesehatan terbatas dan
membantupelaksanaan kegiatan puskesmas dalam
lingkup wilayah yang lebih kecil;
f. tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana
yang
memberikan
pelayanankesehatan
secara
individual dan lebih dititikberatkan pada usaha
penyembuhan tanpaperawatan; dan
g. apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam
pengadaan obat-obatan, baik untukpenyembuhan
maupun pencegahan.
Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Sarana peribadatan merupakan sarana kehidupan untuk
mengisi kebutuhan rohani yangperlu disediakan di
lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai
peraturan yangditetapkan, juga sesuai dengan keputusan
masyarakat yang bersangkutan. Oleh karenaberbagai
macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh
masyarakat penghuni yangbersangkutan, maka kepastian
tentang jenis dan jumlah fasilitas peribadatan yang
akandibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan
perumahan dihuni selama beberapawaktu. Pendekatan
perencanaan yang diatur adalah dengan memperkirakan
populasi danjenis agama serta kepercayaan dan kemudian
merencanakan alokasi tanah dan lokasibangunan
peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius.
Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan
pendekatan desain keruangan unit-unitatau kelompok
lingkungan yang ada. Hal ini dapat terkait dengan
bentukan grup bangunan /blok yang nantinya lahir sesuai
konteks lingkungannya. Penempatan penyediaan fasilitas
iniakan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan
terkait dengan kebutuhan dasarsarana yang harus dipenuhi
untuk melayani area tertentu.
Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi
setempat dengan memperhatikanstruktur penduduk
menurut agama yang dianut, dan tata cara atau pola
masyarakatsetempat dalam menjalankan ibadah agamanya.
Adapun jenis sarana ibadah untuk agama Islam,
direncanakan sebagai berikut;
a. kelompok
penduduk
250
jiwa,
diperlukan
musholla/langgar;
b. kelompok penduduk 2.500 jiwa, disediakan masjid;
c. kelompok penduduk 30.000 jiwa, disediakan masjid
kelurahan; dan
d. kelompok penduduk 120.000 jiwa, disediakan masjid
kecamatan.
Untuk sarana ibadah agama lain, direncanakan sebagai
berikut:
a. katolik mengikuti paroki;
b. hindu mengikuti adat; dan

LAPORAN ANTARA

III-62

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
NO

SUB ZONA
c.

3.6.7

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA


MINIMUM
budha dan kristen protestan mengikuti sistem
kekerabatan atau hirarki lembaga.

Analisis Kebutuhan Prasarana Minimum pada Zona Industri


Tabel 3.63 Analisis Kebuttuhan Prasarana Minimum Zona Industri
ZONA

Industri

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA MINIMUM


INDUSTRI KAVLING BESAR
Prasarana
Jaringan Jalan
-

Jalan utama dengan lebar 40 m


Jalan Pendukung 20 m
Sistem rigid, perkerasan beton mutu K400
Sistem sirkulasi
Sirkulasi internal kawasan meliputi pergerakan dalam kawasan
Sirkulasi material dan produksi
Sirkulasi masuk menuju kawasan

Saluran drainase

LAPORAN ANTARA

Luas saluran drainase mengikuti kondisi lapangan dan menghindari


sloope bangunan maupun jembatan
Saluran utama (kiri-kanan jalan) bersifat terbuka (U-DITCH) lebar
100 x100 cm,
Saluran crossing jalan, bersifat tertutup U-Box) lebar 100x100 cm
Saluran keliling bangunan bersifat terbuka, lebar 60x80 cm
Saluran melintang lokasi bangunan bersifat tertutup, lebar 60x80
cm
Instalasi air bersih dengan sumber air dari air tanah dengan
kedalaman 70 200 m
Pemanfaatan air tanah dibedakan sesuai jenis industri. Industri
berbahaya dan industri tidak berbahaya dipisahkan agar tidak
tercampur penggunaannya.
Instalasi air tanah untuk industri polutif harus memperhatikan
keberadaan letak pengolahan air limbah untuk menghindari resiko
pencemaran air bersih. Hal ini juga berlaku pada industri nonpolutif.
Selain dari pengambilan air bawah tanah, sumber air bersih juga
dapat berasal dari PDAM dan sungai (perlu pengawasan ketat untuk
debit air maksimal yang dapat diambil dari sungai)
Sistem distribusi listrik melalui saluran udara
Instalasi jaringan distribusi primer berupa gardu induk sebesar
150KVA
Instalasi jaringan distribusi primer berupa gardu hubung ke industri
kavling sedang dan kavling kecil (apabila terjadi gangguan distribusi
listrik)
Tower/ menara BTS diarahkan pada tower bersama(tower 4 kaki)
supaya dapat digunakan oleh beberapa provider sekaligus dengan
tujuan efisiensi tempat dan jumlah tower
Melakukan pembatasan jumlah tower/menara BTS yang akan
dibangun agar tidak merusak estetika lingkungan serta
menyesuaikan dengan kebutuhan serta ketentuan dan prasyaratan
teknis yang berlaku
Sistem pengolahan limbah off site dengan menyalurkan melalui
small bore sewer menuju IPAL komunal
Dimensi pipa sewer terbagi dari:
Jaringan pengumpul

III-63

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
ZONA

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA MINIMUM


Pipa lateral (diameter minimal 150mm)
Pipa sub main
Pipa main (utama)
Instalasi pengolahan air limbah dengan standar baku mutu air yang
direncanakan untuk satu industri
Tempat pembuangan sampah sementara (TPS);
Membagi ke dalam sampah organik dan non organik
Berada di setiap satu sub zona sebelum dikumpulkan oleh truk
sampah menuju TPA
Penerangan jalan
Unit pemadaman kebakaran
Pagar kawasan industri
Tempat parkir khusus pengelola/karyawan, truk produksi, dan parkir
khusus tamu.

Sarana

Kantin
Sarana ibadah
Pos keamanan
Halte/shelter karyawan

INDUSTRI KAVLING SEDANG


Prasarana
Jaringan Jalan
Jalan utama dengan lebar 40 m
Jalan Pendukung 20 m
Sistem rigid, perkerasan beton mutu K400
Sistem sirkulasi
Sirkulasi internal kawasan meliputi pergerakan dalam kawasan
Sirkulasi material dan produksi
Sirkulasi masuk menuju kawasan
Saluran air hujan
Luas saluran drainase mengikuti kondisi lapangan dan menghindari
sloope bangunan maupun jembatan
Saluran utama (kiri-kanan jalan) bersifat terbuka (U-DITCH) lebar
100 x100 cm,
Saluran crossing jalan, bersifat tertutup U-Box) lebar 100x100 cm
Saluran keliling bangunan bersifat terbuka, lebar 60x80 cm
Saluran melintang lokasi bangunan bersifat tertutup, lebar 60x80
cm

Instalasi air bersih dengan sumber air dari air tanah dengan
kedalaman 70 200 m

Pemanfaatan air tanah dibedakan sesuai jenis industri. Industri


berbahaya dan industri tidak berbahaya dipisahkan agar tidak
tercampur penggunaannya.

Instalasi air tanah untuk industri polutif harus memperhatikan


keberadaan letak pengolahan air limbah untuk menghindari resiko
pencemaran air bersih. Hal ini juga berlaku pada industri nonpolutif.

Selain dari pengambilan air bawah tanah, sumber air bersih juga
dapat berasal dari PDAM dan sungai (perlu pengawasan ketat untuk
debit air maksimal yang dapat diambil dari sungai)

Instalasi jaringan distribusi primer berupa gardu induk sebesar 70


KVA

Instalasi jaringan distribusi primer berupa gardu hubung ke industri


kavling besar dan kavling kecil (apabila terjadi gangguan distribusi

LAPORAN ANTARA

III-64

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
ZONA

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA MINIMUM


listrik)
Tower/ menara BTS diarahkan pada tower bersama(tower 4 kaki)
supaya dapat digunakan oleh beberapa provider sekaligus dengan
tujuan efisiensi tempat dan jumlah tower
Melakukan pembatasan jumlah tower/menara BTS yang akan
dibangun agar tidak merusak estetika lingkungan serta
menyesuaikan dengan kebutuhan serta ketentuan dan prasyaratan
teknis yang berlaku
Sistem pengolahan limbah off site dengan menyalurkan melalui
small bore sewer menuju IPAL komunal
Dimensi pipa sewer terbagi dari:
Jaringan pengumpul
Pipa lateral (diameter minimal 150mm)
Pipa sub main
Pipa main (utama)
Instalasi pengolahan air limbah dengan standar baku mutu air yang
direncanakan untuk satu industri
Tempat pembuangan sampah sementara (TPS);
Membagi ke dalam sampah organik dan non organik
Berada di setiap satu sub zona sebelum dikumpulkan oleh truk
sampah menuju TPA
Unit pemadaman kebakaran
Pagar kawasan industri
Penerangan jalan
Tempat parkir khusus pengelola/karyawan, truk produksi, dan parkir
khusus tamu.

Sarana

Kantin
Sarana ibadah
Pos keamanan
Halte/shelter karyawan

INDUSTRI KAVLING KECIL


Prasarana
Jaringan Jalan
Jalan utama dengan lebar 40 m
Jalan Pendukung 20 m
Sistem rigid, perkerasan beton mutu K400

Sistem sirkulasi
Sirkulasi internal kawasan meliputi pergerakan dalam kawasan
Sirkulasi material dan produksi
Sirkulasi masuk menuju kawasan

Saluran air hujan


Luas saluran drainase mengikuti kondisi lapangan dan menghindari
sloope bangunan maupun jembatan
Saluran utama (kiri-kanan jalan) bersifat terbuka (U-DITCH) lebar
100 x100 cm
Saluran crossing jalan, bersifat tertutup U-Box) lebar 100x100 cm
Saluran keliling bangunan bersifat terbuka, lebar 60x80 cm
Saluran melintang lokasi bangunan bersifat tertutup, lebar 60x80
cm

Instalasi air bersih dengan sumber air dari air tanah dengan
kedalaman 70 200 m

Pemanfaatan air tanah dibedakan sesuai jenis industri. Industri


berbahaya dan industri tidak berbahaya dipisahkan agar tidak

LAPORAN ANTARA

III-65

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
ZONA

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA MINIMUM


tercampur penggunaannya.
Instalasi air tanah untuk industri polutif harus memperhatikan
keberadaan letak pengolahan air limbah untuk menghindari resiko
pencemaran air bersih. Hal ini juga berlaku pada industri nonpolutif.
Selain dari pengambilan air bawah tanah, sumber air bersih juga
dapat berasal dari PDAM dan sungai (perlu pengawasan ketat untuk
debit air maksimal yang dapat diambil dari sungai).
Pemanfaatan air tanah dilakukan dengan cermat agar tidak
bersinggungan dengan kawasan permukiman sekitar.
Sistem distribusi listrik melalui saluran udara
Instalasi jaringan distribusi primer berupa gardu induk sebesar
70KVA
Instalasi jaringan distribusi primer berupa gardu hubung ke industri
kavling sedang dan kavling kecil (apabila terjadi gangguan distribusi
listrik)
Tower/ menara BTS diarahkan pada tower bersama(tower 4 kaki)
supaya dapat digunakan oleh beberapa provider sekaligus dengan
tujuan efisiensi tempat dan jumlah tower
Melakukan pembatasan jumlah tower/menara BTS yang akan
dibangun agar tidak merusak estetika lingkungan serta
menyesuaikan dengan kebutuhan serta ketentuan dan prasyaratan
teknis yang berlaku
Sistem pengolahan limbah off site dengan menyalurkan melalui
small bore sewer menuju IPAL komunal
Dimensi pipa sewer terbagi dari:
Jaringan pengumpul
Pipa lateral (diameter minimal 150mm)
Pipa sub main
Pipa main (utama)
Instalasi pengolahan air limbah dengan standar baku mutu air yang
direncanakan untuk satu industri
Tempat pembuangan sampah sementara (TPS);
Membagi ke dalam sampah organik dan non organik
Berada di setiap satu sub zona sebelum dikumpulkan oleh truk
sampah menuju TPA
Penerangan jalan
Unit pemadaman kebakaran
Pagar kawasan industri
Tempat parkir khusus pengelola/karyawan, truk produksi, dan parkir
khusus tamu.

Sarana

Kantin
Sarana ibadah
Pos keamanan
Halte/shelter karyawan

PERGUDANGAN
Prasarana
Jaringan Jalan
Jalan Pendukung 20 m
Sistem rigid, perkerasan beton mutu K400
Sistem sirkulasi
Sirkulasi masuk menuju kawasan, melalui jalan kolektor tepi sungai
Brantas

LAPORAN ANTARA

III-66

Penyusunan Peraturan Zonasi RDTR


Perkotaan Jombang
ZONA

KEBUTUHAN SARANA DAN PRASARANA MINIMUM


Saluran air hujan
Luas saluran drainase mengikuti kondisi lapangan dan menghindari
sloope bangunan maupun jembatan
Saluran utama (kiri-kanan jalan) bersifat terbuka (U-DITCH) lebar
100 x100 cm
Saluran crossing jalan, bersifat tertutup U-Box) lebar 100x100 cm
Saluran keliling bangunan bersifat terbuka, lebar 60x80 cm
Saluran melintang lokasi bangunan bersifat tertutup, lebar 60x80
cm

Instalasi air bersih dengan sumber air dari air tanah dengan
kedalaman 70 200 m

Instalasi air tanah untuk industri polutif harus memperhatikan


keberadaan letak pengolahan air limbah untuk menghindari resiko
pencemaran air bersih. Hal ini juga berlaku pada industri nonpolutif.

Selain dari pengambilan air bawah tanah, sumber air bersih juga
dapat berasal dari PDAM dan sungai (perlu pengawasan ketat untuk
debit air maksimal yang dapat diambil dari sungai)

Sistem distribusi listrik melalui saluran udara

Instalasi jaringan distribusi sekunder berupa gardu distribusi sebesar


440-550 V

Tower/ menara BTS diarahkan pada tower bersama(tower 4 kaki)


supaya dapat digunakan oleh beberapa provider sekaligus dengan
tujuan efisiensi tempat dan jumlah tower

Melakukan pembatasan jumlah tower/menara BTS yang akan


dibangun agar tidak merusak estetika lingkungan serta
menyesuaikan dengan kebutuhan serta ketentuan dan prasyaratan
teknis yang berlaku

Tempat pembuangan sampah sementara (TPS);


Membagi ke dalam sampah organik dan non organik
Berada di setiap satu sub zona sebelum dikumpulkan oleh truk
sampah menuju TPA

Penerangan jalan

Unit pemadaman kebakaran

Pagar kawasan industri

Tempat parkir khusus pengelola/karyawan, truk produksi, dan parkir


khusus tamu.
Sarana

Kantin

Sarana ibadah

Pos keamanan
Halte/shelter karyawan

LAPORAN ANTARA

III-67

Você também pode gostar