Você está na página 1de 6

Sejarah Indonesia

Oleh :

Alif Nur Fitriani / 02


Dinda Sukma M. /12
Laillatussafiil Ummah /21
Rewien Decane A. /34
Tasya Widyasari H. /38

Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Makalah ini kami tunjukan untuk semua kalangan khususnya generasi muda
bangsa Indonesia dengan tujuan agar kita semua bisa mengenal tentang sejarah yakni asal mula
sangiran yang lambat laun jika tidak kita pelajari akan punah begitu saja.
Seiring perkembangan zaman yang semakin modern ini banyak remaja yang bahkan tidak
mempedulikan tentang masa pra aksara padahal mengetahui sejarah sangatlah penting
manfaatnya, agar kita tau bagaimana kehidupan masa lampau dan tidak buta akan sejarah
1.2 Tujuan penulisan
1. Sebagai media informasi tentang asal mula sangiran
2. Sebagai referensi bagi teman - teman untuk membuat makalah sejarah ataupun
makalah asal mula sangiran untuk memenuhi tugas sekolah
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah mencakup aspek tentang sejarah
sangiran.
1.4 Sumber data
1. Referensi pengertian sangiran
2. Referensi asal mula sangiran
1.5 Metode
Metode yang dilakukan dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan
beberapa tinjauan dari beberapa sumber yang berkompeten dalam sejarah sangiran

ASAL MULA SANGIRAN

Pada jaman dahulu kala, ketika Sangiran masih berupa hutan lebat dan berbukit-bukit, hiduplah
sekelompok masyarakat dengan penuh kedamaian. Meskipun kondisi di daerah tersebut kurang
subur namun mereka tidak pernah kekurangan pangan karena mereka rajin bercocok tanam dan
beternak.
Suatu ketika ketentraman mereka tiba-tiba berubah menjadi kekacauan karena kedatangan bala
tentara raksasa. Bala tentara raksasa tersebut merusak berbagai jenis tanaman dan memangsa
hewan ternak, manusia terutama yang masih anak-anak. Penduduk dusun sangat ketakutan dan
berlarian menuju sebuah desa di balik bukit untuk meminta bantuan kepada seorang seorang
ksatria yang gagah perkasa bernama Raden Bandung.
Sebagai seorang Ksatria, Raden Bandung menyanggupi akan meminta para raksasa
meninggalkan dari dusun secara baik-baik akan tetapi para Raksasa menolak, bahkan para
raksasa meminta setiap hari disediakan persembahan berupa seorang anak manusia sebagai
makanan raja raksasa yang bernama Tegopati. Raden Bandung sangat marah dan terjadilah
peperangan antara bala prajurit Raden Bandung dengan pasukan raksasa. Dalam peperangan
sengit tersebut Raden Bandung beserta pasukannya terdesak. Namun Raden Bandung beserta
sisa pasukan berhasil melarikan diri dan bersembunyi di tengah hutan. Dalam pengasingan
Raden Bandung mendapatkan wangsit (wahyu) dari Dewa yang menasehati agar dia bertapa
selama di hutan sewindu. Setelah sewindu bertapa Raden Bandung mendapat wisik dari dewata
agar menenggelamkan diri (slulup) di sebuah telaga (kedung) yang banyak pohon beringinnya.
Setelah mendapat wisik tersebut Raden Bandung bergegas mencari lokasi telaga yang di
sekitarnya banyak ditumbuhi pohon beringin. Sesampainya di telaga Raden Bandung segera
menceburkan diri, di dalam air Raden Bandung bertemu dengan Dewa Ruci yang banyak
memberikan wejangan atau petuah tentang berbagai hakekat hidup dan cara mengalahkan
kejahatan yang dilakukan para raksasa. Pada akhir nasehatnya Dewa Ruci mengatakan Sangir
kukumu ing sela gilang kuwi minangka sanjata ngasorake para Denawa (asahlah kukumu di
batu itu sebagai senjata mengalahkan para raksasa).
Setelah kuku ditajamkan, Raden Bandung beserta pasukannya bergegas mencari Tegopati. Ketika
sesampai desa, alangkah terkejutnya Raden Bandung melihat dusun kecil tempat dia pernah
dikalahkan telah berubah menjadi kerajaan para raksasa yang bernama Glagah Ombo. Tanpa
pikir panjang Raden Bandung dan pasukannya segera menyerbu kerajaan Glagah Ombo.
Mendapat serangan mendadak, bala prajurit raksasa kalangkabut dan banyak yang terbunuh
hingga darahnya berceceran dimana-mana (saren). Tegopati akhirnya sendiri tewas di ujung kuku
Raden Bandung dengan usus terburai. Bangkai mayatnya dilemparkan jauh sampai jatuh
terjengkang (jepapang).
Keterangan
Kata Sangiran berasal dari kata Sangir yang berarti asah, sangiran sendiri berarti tempat
atau batu untuk mengasah.
Hutan tempat Raden Bandung bertapa sampai sekarang dipercaya menjadi sebuah Desa yang
bernama Desa Tapan (tempat bertapa).
Telaga (Kedung) tempat Raden Bandung menceburkan diri sampai sekarang dipercaya menjadi
sebuah Desa yang bernama Kedung Wringin.

Kerajaan Glagah Ombo sampai sekarang dipercaya menjadi desa kecil yang bernama Dusun
Glagah Ombo yang masuk wilayah Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen.
Pos penjagaan para raksasa sampai sekarang dipercaya berubah menjadi Dusun Jagan (tempat
berjaga) masuk wilayah Desa Bukuran, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen.
Kerajaan Raden Bandung sampai sekarang dipercaya menjadi sebuah desa yang bernama Desa
Krajan.
Tempat Tegopati mati terjengkang (jepapang) sampai sekarang dipercaya menjadi nama desa
yang bernama Desa Bapang.
http://perpustakaansragen.blogspot.com/2010/03/asal-mula-sangiran.html

http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/820/situs-manusia-purba-sangiran
Sangiran adalah sebuah situs arkeologi. Secara geografis situs Sangiran terlatak
antara kabupaten Sragen dan kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah. Area ini
memilikiluas 48 km2 15km2 sebelah utara Surakarta di lembah sungai Bengawan Solo
dan terletak di kaki gunung Lawu.
Sejarah Penemuan dan Pengakuan

Pada1936-1941seorang ilmuan antropologi dari Jerman Gustav Heinrich Ralph von


Koenigswal dmulai melakukan penelitan terhadap situs Sangiran tersebut. Setelah
dilakukan penelitaian berikutnya, ditemukan 50 fosil lebih di antaranya Pithecanthropus
erectus (Manusia Jawa), Meganthropus palaeo javanicus. Selain itu juga ditemukan
fosil hewan seperti badak, tanduk kerbau, gading gajah, tanduk rusa dan lain-lain.
Secara keseluruhan diperkirakan umur fosil yang ditemukan tersebut berusia 1 sampai
1,5 juta tahun dan diperkirakan juga umur fosil sudah terkubur sejak2 juta tahun yang
lalu. Dari 50 fosil yang ditemukan tersebut sudah mewakili 50% fosil yang ada di dunia.
Sebelum kemunculan Koenigswald, pada awal 1930-an, masyarakat di sana hanya
mengenal fosil-fosil yang banyak terdapat di lingkungan alam sekitar mereka sebagai
balung buto alias tulang-tulang raksasa. Ilmuwan asal Jerman itu telah memberi

pemahaman baru kepada masyarakat Sangiran terkait keberadaan fosil dan artefak
purba.
Selain itu, pemahaman mereka terkait balung buto juga berkaitan dengan tradisi lisan
mengenai perang besar yang pernah terjadi di kawasan perbukitan Sangiran, ribuan
tahun silam. Dalam pertempuran itu banyak raksasa yang gugur dan terkubur di
perbukitan Sangiran, sebagaimana dibuktikan lewat potongan-potongan tulangbelulang besar yang mereka namakan balung buto. Para tetua kampung yang berusia
di atas 60 tahun masih ada yang mengenal mitos tentang asal usul balung buto
tersebut. Bahkan tak sedikit di antara mereka yang masih percaya akan kebenarannya.
Sebelum kedatangan Koenigswald, balung buto dianggap memiliki kekuatan magis.
Selain berfungsi sebagai sarana penyembuhan berbagai penyakit, pelindung diri atau
sebagai jimat, nilai magis balung buto juga dipercaya dapat membantu ibu-ibu yang
susah melahirkan. Kerena itu, tidak heran bila pada kurun waktu sebelum 1930-an,
balung butoyang banyak banyak bermunculan di berbagai tempatdi tepi sungai dan di
lereng-lereng perbukitanjarang diganggu oleh penduduk setempat.
Koenigswald mengubah pandangan itu. Luasnya cakupan wilayah sirus Sangiran,
dengan kondisi alam yang tandus-gersang dan bebukit-bukit, memang tidak
memungkinkan peneliti asing itu bekerja sendiri. Dalam upaya untuk mengumpulkan
fosil, Koenigswald minta bantuan penduduk.
Sebagai imbalan atas keterlibatan penduduk, Koenigswald menerapkan sistem upah
berupa uang kepada penduduk yang menemukannya. Besaran hadiah cukup beragam,
bergantung pada jenis fosil dan kelangkaannya. Masyarakat pun mulai sadar, ternyata
benda yang dulu mereka sebut balung buto memiliki nilai tukar yang cukup menjanjikan.
Setelah ituistilah balung buto perlahan lenyap digantikan fosil sebagai nama baru,
pengertian dan nilainya pun berhasil diinternalisasikan oleh Koenigswald. Sejak itu pula,
masyarakat Sangiran mengenal konsep pemaknaan baru terkait keberadaan fosil alias
balung buto, yang semula dikaitkan dengan keyakinan sebagai mitos yang bernilai
magis menjadi semacam komoditi baru yang hanya bernilai ekonomis.
Pada tahun 1977 situs Sangiran dideklarasikan oleh Mentri Pendidikan dan
Kebudayaan dan padatahun 1996 terdaftar dalam situs warisan dunia oleh UNESCO.
Masih terletak di wiliyah Sangiran terdapat museum Sangiran, di museum tu terdapat
koleksi13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situsmanusia purba berdiri
tegak yang terlengkap di Asia. Selain itu juga dapat ditemukan fosil hewan bertulang
belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut serta alat-alat batu sekitar 2 juta
tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga
akhir Pleistosen tengah.

Sumber Rujukan:
http://kenedinurhan.blogspot.com/2008/06/arkeologi_18.html
http://sains.kompas.com/read/2012/11/29/21530687/Hujan.Diprediksi.Munculkan.Ribua
n.Fosil.Purba.Sangiran

Você também pode gostar