Você está na página 1de 13

Analisis Dampak Berdirinya Wisata Edukasi Kampung Coklat di

Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar


Disusun untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Genap Tahun Akademik
2015/2016 Mata Kuliah Kapita Selecta Kewirausahaan yang Diampu oleh :
Nana Abdul Aziz, S.AP, M.AP

Nama : Bella Resita M


NIM

: 135030100111137

Kelas

: F1 / Kapita Selecta Kewirausahaan

Fakultas Ilmu Administrasi


Universitas Brawijaya
Malang
2016
PENDAHULUAN
0

Potensi sumberdaya yang dimiliki oleh Indonesia memang sudah tidak diragukan
lagi. Hal ini mengingat banyak sekali sumberdaya yang tersedia, baik dalam bentuk
sumberdaya alam maupun semberdaya manusianya. Sumberdaya yang sangat melimpah
tersebut menjadi lebih istimewa karena diimbangi dengan keberagaman dan keunikannya
masing-masing disetiap daerah, dengan kenyataan ini maka apabila hal tersebut mampu
dikelola dengan baik maka akan sangat menguntungkan bagi perekonomian Indonesia.
Dari keberagaman dan keunikan yang melimpah ini maka tidak heran jika pada
sejarahnya Indonesia diperebutkan oleh banyak negara untuk di ambil kekayaan
alamnya. Namun masa tersebut nampaknya sudah bukan hal yang perlu dikhawatirkan
lagi saat ini, mengingat saat ini Indonesia sudah merdeka serta berdaulat dan menjadi
negara yang cukup disegani oleh negara lain dikarenakan potensi yang dimiliki.
Permasalahan potensi sumberdaya tersebut saat ini adalah, bagaimana penyelesaiannya
agar potensi

tersebut bisa dimaksimalkan kepemilikan dan keberadaanya dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak atau mengurangi nilai kegunaan


alam, namun justru bisa ikut melestarikannya. Dan salah satu caranya yang bisa
dijadikan alternatif adalah dengan memanfaatkan potensi sumberdaya yang ada untuk
dijadikan sebagai kawasan pariwisata. Pariwisata menurut Yoeti dalam sulaksmi
merupakan perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dan dilakukan dari satu
tempat ke tempat yang lain, dimana perjalanan ini dilakukan bukan untuk mencari
nafkah di tempat yang akan dikunjungi, melainkan untuk menikmati perjalanan yang
dilakukan tersebut untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam (Sulaksmi, 2007:15).
Menjadikan potensi alam yang dimiliki oleh Indonesia sebagai kawasan wisata
memang merupakan pilihan yang tepat, hal tersebut tidak lepas dari banyaknya
wisatawan asing bahkan wisatawan domestik yang mulai melirik daerah-daerah di
Indonesia sebagai referensi tempat wisata. Minat yang wisatawan asing maupun
wisatawan lokal tunjukkan pada pariwisata Indonesia ini dapat dilihat dari peningkatan
jumlah wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal yang masuk di Indonesia dari
tahun ketahun yang selalu meningkat jumlahnya. Seperti apa yang dijelaskan pada data
BPS yang dimuat dalam tulisan Fikri menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara yang
masuk ke Indonesia pada tahun 2010 saja mencapai lebih dari 6.000.000 jiwa sedagkan
untuk wisatawan domestik jumlahnya pada tahun 2010 bahkan sudah menyentuh angka
12.200.000 jiwa, yang mana angka ini dipresiksi akan terus meningkat setiap tahun
1

dikarenakan masih banyak potensi daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal
(Fikri, 2012:3).
Peningkatan jumlah wisatawan pada suatu tempat pariwisata sebenarnya
diakibatkan oleh perubahan gaya hidup yang dibarengi dengan peningkatan pendapatan
masyarakat sehingga pola penggunaan pendapatan ini membuat mereka mencari
alternative penggunaannya (Fikri, 2012:4). Dari kenyataan inilah maka saat ini kegiatan
pariwisata telah berubah menjadi kebutuhan sekunder yang harus dipenuhi tidak hanya
untuk melepas penat dari rutinitas bekerja dengan melihat pemandangan alam dan
mencari udara segar, namun pariwisata saat ini juga telah menjelma menjadi tempat yang
juga bisa menjadi media pembelajaran. Kawasan wisata yang biasa dibarengi dengan
kegiatan pembelajaran ini biasa disebut dengan wisata edukasi. Wisata edukasi saat ini
mulai banyak diminati salah satunya dikarenakan dengan berwisata edukasi maka tidak
akan ada waktu yang dibuang pecuma saat melakukan perjalanan. Akan tetapi mereka
tetap bisa memanfaatkan perjalanan tersebut untuk menambah pengetahuan diluar
pengetahuan yang didapat dari belajar didalam kelas.
Wisata edukasi yang ada di Indonesia saat ini, bukan hanya terbatas pada wisata
budaya saja. Namun wisata edukasi saat ini juga telah banyak yang diwujudkan dengan
konsep agrowisata dengan memanfaatkan apa yang ada dan menjadi potensi pada suatu
daerah. Salah satu daerah yang saat ini tengah membangun wisata edukasi dengan
memanfaatkan potensi daerahnya adalah Kabupaten Blitar dengan pendirian Wisata
Edukasi Kampung Coklat. Memang tidak banyak diketahui bahwa kegiatan pertanian
kakao sebenarnya juga merupakan sector yang berkontribusi dalam pendapatan daerah
Kabupaten Blitar, walaupun kontribusinya dalam sektor pertanian masih kalah dengan
kegiatan ternak ayam petelur dan pertanian lain. Dari potensi kakao yang dimiliki
Kabupaten Blitar inilah maka dari gagasan seorang warga yang awalnya sebenarnya
seorang peternak ayam, dicetuskan untuk mendirikan Wisata Edukasi Kampung Coklat.
Sama seperti pariwisata pada umumnya, dengan pendirian kampung coklat di
Kabupaten Blitar ini pasti juga mendatangkan banyak dampak bagi masyarakat sekitar
baik itu dampak positif maupun negative. Hal tersebut tidak pernah lepas dari kenyataan
bahwa kegiatan pariwisata memang merupakan kegiatan yang sifatnya multidimensi. Itu
artinya dengan adanya pendirian kawasan wisata pada suatu daerah akan melibatkan dan
mempengaruhi berjalannya aspek lain sepert ekonomi, politik, social, dan lain-lain.
2

Namun dari banyak aspek yang akan dipengaruhi oleh berdirinya suatu pariwisata pada
suatu daerah. Aspek yang akan mengalami pengaruh dan sangat bisa dilihat
perubahannya adalah aspek ekonomi yang nantinya juga kan berpengaruh pada
kesejahteraan masyarakat sekitar. Kenyataan masyarakat sekitar yang akan menerima
pengaruh lebih awal mengingat bahwa kegiatan pariwisata tidak terlepas dari interaksi
masyarakat sekitarnya.
Berdasarkan kenyataan bahwa kegiatan pariwisata pasti akan membawa pengaruh
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar maka disini penulis tertarik untuk menganalisis
lebih lanjut mengenai adakah dampak yang ditimbulkan setelah berdirinya wisata
kampung coklat bagi mayarakat sekitar baik dampak positif maupun negative terlebih
lagi penulis juga tertarik pada dampaknya terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat
setelah kampung coklat berdiri melalui paper yang berjudul Analisis Dampak
Berdirinya Wisata Edukasi Kampung Coklat di Kecamatan Kademangan
Kabupaten Blitar.
Rumusan masalah
1. Bagaimana dampak berdirinya Wisata Edukasi Kampung Coklat di Kecamatan
Kademangan Kabupaten Blitar ?
PEMBAHASAN
Wisata Edukasi kampung coklat merupakan kawasan wisata yang dibuat sebagai
media pengenalan dan pembelajaran tetang pertanian kakao mulai dari pembibitan
sampai produksi menjadi coklat yang siap dipasarkan. Wisata edukasi kampung coklat
didirikan atas ide dari salah satu warga yang aktif sebagai ketua Gabungan Kelompok
Tani Kakao di Kabupaten Blitar. Dalam sejarah pendirian kampung coklat menurut
website kampung coklat menjelaskan bahwa kampung coklat ini memiliki cerita yang
panjang sebelum akhirnya muncul ide mendirikan kawasan wisata ini. Dimana awal
berdirinya kampung coklat adalah dari kegagalan seorang peternak ayam sukses di
Kabupaten Blitar yaitu Kholid Mustofa akibat dari serangan wabah flu burung pada tahu
2004. Kemudian dikarenakan dirinya memiliki kebun yang telah lama terdapat tanaman
kakao maka kakao tersebut mulai dibudidayakan sampai kemudian dipanen dan dijual
pada tengkulak. Namun dikarenakan tidak puas dengan hasil yang didapat dimana harga
yang diterima tidak sesuai dengan modal yang dikeluarkan selama proses
3

pembudidayaan. Akhirnya Kholid Mustofa berinisiatif mengumpulkan petani dengan


membentuk kelompok tani untuk menjual hasil panen kakaonya sendiri, dan benar saja
bahwa harga yang didapat jauh dari harga yang didapat jika lewat tengkulak. Dari
keberhasilan kelompok tani membudidayakan kakao ini, nyatanya tidak begitu saja
membuat Kholid Mustofa puas dengan hasil dari menjual kakao. Hal ini mengingat saat
kakao berubah menjadi coklat justru akan membuat nilai jual menjadi lebih tinggi lagi.
Dari sisi akhirnya muncul keinginan untuk membuat pabrik coklat agar hasil panen
kakao bisa diolah dan menambah nilai jual. Dari keinginan ini akhirnya gapoktan kakao
yang diketuainya mampu benar-benar mendirikan pabrk pengolahan coklat untuk
mengolah kakaonya menjadi coklat dan berhasil dipasarkan keberbagai kota. Namun
hasil yang didapat kembali tidak memuaskan. Akhirnya Kholid Mustofa merubah usaha
pengolahan coklat menjadi tempat wisata edukasi yang diberi nama kampung coklat
(http://www.kampungcoklat.com/). Dari penjelasan sejarah pendirian kampung coklat
diatas dapat kita pahami, walaupun sebenarnya kampung coklat merupakan wisata yang
dibentuk atas ide dan modal mandiri. Namun untuk keberlanjutan kegiatannya tidak
lepas dari usaha yang berbentuk komunitas. Hal ini dapat dilihat dari berbagai produk
yang dipasarkan dalam pariwisata sebenarnya merupakan hasil dari produksi warga yang
kemudian dipasarkan di kawasan wisata kampung coklat.
Terlepas dari sejarah yang dimiliki oleh kampung coklat, sebenarnya setiap
pariwisata di Indonesia baik itu wisata dengan konsep apapun menurut undang-undang
memiliki kewajiban yang harus dipenuhi. Dimana berdasarkan Undang-Undang No. 9
Tahun 1990 tentang kepariwisataan, menyatakan bahwa penyelenggaraan suatu kegiatan
pariwisata harus memiliki kemampuan untuk memperluas kesempatan berusaha dan
kesempatan kerja, mampu berkontribusi meningkatkan pendapatan nasional dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, serta mendorong
pendayagunaan produksi nasional. Seruan yang diamanatkan dalam undang-undang
tersebut sebenarnya bukan hal yang mustahil untuk dipenuhi suatu pembangunan
pariwisata. Hal tersebut mengingat bahwa

pariwisata merupakan suatu kegiatan

multidimensil yang memelibatkan dan mempengaruhi banyak aspek, seperti ekonomi,


politik dan social. Sehingga dengan dibangunnya suatu pariwisata pada daerah maka
akan membawa dampak berupa memacu pertumbuhan ekonomi sekitar maupun
peningkatan kesejahteraan social masyarakat sekitar. Pernyatan tersebut dapat terjadi
mengingat dengan dibangunnya pariwisata pada suatu daerah maka secara tidak
4

langsung akan mendorong pembangunan sector lain untuk medukung jalannya kegiatan
pariwisata tersebut. Seperti dengan adanya pariwisata maka disekitar tempat wisata juga
akan dibangun suatu penginapan atau hotel yang bisa digunakan oleh para wisatawan
beristirahat setelah menikmati objek yang ditawarkan pada kawasan wisata. Dengan
kecenderungan diatas maka, untuk bisa mengoperasionalkan baik kegiatan pariwisata
maupun pendukung seperti hotel akan membutuhkan banyak sekali tenaga kerja
sehingga dengan kepemilikan pekerjaan ini maka sudah jelas bahwa peningkatan
ekonomi pasti akan terjadi. Kemudian untuk hal social biasanya akan menerima
pengaruh dari adanya pariwisata karena kegiatan pariwisata sebenarnya tidak pernah
jauh dari interaksi dengan masyarakat sekitar wisata (sulaksmi, 2007:9).
Sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1990
tentang kepariwisataan, bahwa pada intinya keberadaan pariwisata harus mampu
membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar baik berupa tersedianya lapangan
kerja, peningkatan ekonomi masyarakat, dan menyumbangkan pendapatan bagi daerah,
maka untuk kasus pendirian Wisata Edukasi Kampung Coklat ini nampaknya juga
mampu menuhi hal tersebut. Kecenderungan dampak positif dari pendirian wisata
edukasi kampung coklat ini dapat dilihat pertumbuhan ekonomi dari kabupaten blitar
yang cenderung meningkat ditahun awal berdirinya kampung coklat. Padahal seperti kita
tahu pada tahun 2014 Indonesia bahkan dunia sedang mengalami gejolak perekonomian
global. Sehingga pertumbuhan di banyak daerah di berbagai dunia mengalami penurunan
tidak terkecuali daerah-daerah pada provinsi Jawa timur. Namun kondisi tersebut
nampaknya tidak berlaku pada Kabupaten Blitar karena pada tahun 2014 kondisi
perekonomian Kabupaten Blitar justru mengalami peningkatan yang lebih pesat padahal
di tahun sebelumnya, yaitu tahun 2013 kondisi perekonomian Kabupaten Blitar sempat
melemah ( Lakip Kab Blitar Tahun Anggaran 2014).
Berdasarkan data yang dimuat dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2014 laju pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Blitar selain meningkat daripada tahun sebelumnya juga telah menunjukkan
prestasi tersendiri. Hal tersebut dikarenakan angka yang ditunjukkan pada Laju
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Blitar lebih tinggi dari Laju Pertumbuhan Ekonomi
Jawa Timur maupun nasional yaitu laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Blitar adalah
6,02% sedangkan Jawa Timur adalah 5,86% dan laju pertumbuhan nasional hanya
5

5,06%. Angka tersebut dapat ditunjukkan dari gambar perkembangan Laju Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur dan Nasional Tahun 2011-2014 sebagai
berikut.
Dari data Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Blitar Tahun
Anggaran 2014 diatas, dalam Lakip dijelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi
di Kabupaten Blitar tersebut terjadi dikarenakan terdapat peningkatan kinerja PDRB dari

Sumber, LAKIP Kab. Blitar 2014

sector pertanian dan sector pengolahan yang menunjukkan angka mencapai 5,01% dan
7,35%. Dari data Lakip tersebut juga dapat kita pastikan bahwa pencapaian angka
pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh Kabupaten Blitar salah satunya adalah berkat
adanya kegiatan wisata edukasi Kampung coklat di kecamatan Kademangan yang
memang mulai diopersionalkan pada tahun 2014 dan kegiatannya selain untuk wisata
juga menfokuskan pada budidaya pertanian kakao dan pengolahan kakao menjadi coklat.
Untuk lebih jelas mengenai pertumbuhan kedua sector tersebut akan ditampilkan data
pertumbuhan sectoral PDRB Kabupaten Blitar ADHK 2000 tahun 2011-2014 dalam
persen.

Sumber, LAKIP Kab. Blitar 2014

Dari data pertumbuhan sectoral PDRB Kabupaten Blitar ADHK 2000 tahun 2011-2014
dalam persen.diatas, dapat dilihat bahwa sector-sektor yang mengalami kenaikan positif
ditahun 2014 memang merupakan sector-sektor yang memiliki kaitan dengan kegiatan
pariwisata. Seperti pertanian yang naik menjadi 5,01%, industry pengolahan naik
menjadi 7,35% listrik, air & gas yang naik menjadi 6,56%. Data tentang kenaikan sector
pertanian dan penolahan secara harga konstan tersebut nampaknya sedikit berbeda
dengan penyumbang pendapatan yang ada pada harga PDRB berlaku. Karena dalam
PDRB harga berlaku sector pertanian cenderung turun dari tahun sebelumnya seangkan
sector yang cenderung mengalami kenaikan adalah sector perdagangan, hotel dan
restoran. Dari data PDRB harga berlaku ini nampaknya mulai lebih jelas bagaimana
dampak

yang ditunju berdirinya kampung coklat. Hal tersebut mengingat bahwa

berdirinya sektor pedagangan, hotel & restoran merupakan sektor yang sifatnya
pendukung untuk kegiatan pariwisata. Dan peningkatan tesebut tentunya juga didukung
oleh kenyataan kunjungan wisatawan yang meningkat di Kabupaten Blitar, dimana
sebagian besar tujuan wisatawan ini adalah ke kampung coklat dimana menurut website
jurnal Indonesia menyatakan pengunjung tiap harinya di wisata edukasi kampung coklat
mencapai 1000 orang di hari biasa dan akan meningkat di akhir minggu
(http://www.jurnalindonesia.net/).

Dari sini jelas bahwa berdirinya wisata edukasi

kampung coklat memang memberikan dampak positif bagi kabupaten Blitar.


7

Dari penjelasan diatas yang menyatakan bahwa sebenarnya Kabupaten Blitar


mengalami penurunan pendapatan dari sektor pertanian yang notabene nya adalah
penyumbang terbesar PAD namun hal tersebut sebenarnya bukan masalah. Bahkan
kondisi tersebut justru merupakan hal yang menguntungkan bagi perekonomian di
Kabupaten Blitar.

Untuk mengetahui mengapa hal tersebut bisa menguntungkan,

sebelumnya akan ditampilkan data distribusi persentase PDRB Kab. Blitar atas Dasar
Harga Berlaku menurut sector (%) tahun 2011-2014.

Sumber, LAKIP Kab. Blitar 2014

Sperti yantg dijelaskan sebelumnya bahwa kenaikan angka pada sector perdagangan,
hotel dan restoran yang ditunjukkan oleh data Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Kabupaten Blitar Tahun Anggaran 2014 diatas, sebenarnya memang karena
didorong dari kenaikan jumlah wisatawan yang dating di Kabupaten Blitar pada tahun
2014. Kenaikan ini menurut data BPS yang dimuat dalam Lakip kabupaten Blitar tahun
anggaran 2014 menjelaskan bahwa kenaikan jumlahnya mencapai tiga persen atau
mencapai 36.050 orang, dimana pada tahun 2013 jumlah wisatawan yang datang ke Kab.
Blitar hanya 1.125.025, namun pada tahun 2014 jumlah wisatawan meningkat menjadi
1.161.075 orang. Dari kenaikan wisata ini lah maka sektor yang pada dasarnya hanya
sebagai sektor pendukung pariwisata mengalami kenaikan kontribusinya pada PDRB.
Turunnya angka kontribusi pertanian yang secara akumulasi PDRB sebenarnya
merupakan penyumbang terbesar dalam PAD, dimana itu berarti sektor primer
mengalami penurunan kontribusi tetap menjadi berita baik bagi Kab. Blitar dikarenakan
penurunan ini dibarengi dengan kenaikan kontribusi dari sektor pendukung seperti sektor
perdaganan, hotel dan restoran. Dengan fenomena turunnya sektor primer yang
kemudian dibarengi dengan naiknya sektor pendukung menjadi berita gembira
8

mengingat sektor pendukung pada dasarnya merupakan sektor yang perkembangannya


tidak tergantung pada sumberdaya alam seperti sektor primer. Sehingga dari perubahan
pembentukan PDRB Kabupaten Blitar ini menurut teori menunjukkan bahwa di
Kabupaten Blitar telah terjadi kemajuan tingkat kesejahteraan. Hal ini dikarenakan teori
mengatakan bahwa ciri dari daerah yang maju (sejahtera) adalah saat suatu daerah dalam
kehidupannya sudah tidak bergantung pada keberadaan sumber daya alam.
Perubahan pola pembentukan PDRB yang ditunjukkan dari data-data diatas
menggambarkan bahwa betapa pentingnya untuk mengembangkan pariwisata pada suatu
daerah. Hal tersebut mengingat lagi bahwa pariwisata merupakan hal yang sifatnya
multidimensi. Sehingga perkembangan suatu pariwisata akan mendorong perkembangan
bagi banyak dimensi. Pernyataan tersebut nampaknya juga berlaku bagi pembangunan
atau pendirian wisata edukasi kampung coklat di Kabupaten Blitar. Wisata ini baru
berdiri pada tahun 2014 namun di tahun tersebut sudah mampu membawa Kabupaten
Blitar selangkah lebih maju dari daerah lain. Dimana kesejahteraan masyarakat mulai
nampak tercapai akibat dari pembangunan atau pendirian wisata ini, yang mana
membuat Kabupaten Blitar menurut akumulasi data PDRB tahun 2014 mengalami
peningkatan jumlah pendapatan daerah yang pesat dari tahun sebelumnya. Dengan
peningkatan pendapatan ini maka sudah jelas bahwa secara umum masyarakat
Kabupaten Blitar pada tahun 2014 yang merupakan tahun berdirinya kampung coklat
menjadi tidak lagi kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup dikarenakan dengan
kenaikan pedapatan sektor PDRB yang berarti juga berpengaruh pada tingkat pendapatan
masyarakat. Dari data yang ditunjukkan dan dari pernyataan diatas maka dapat kita
simpulkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Blitar pada tahun 2014
meningkat. Hal ini tentu didukung dengan pendirian kampung coklat yang mampu
mendatangkan banyak peningkatan datangnya wisatawan di Kabupaten Blitar, sehingga
sektor pendukung wisata seperti hotel dan restoran menjadi terdorong kegiatannya.
Kemudian indicator lain yang dapat dikatakan bahwa kesejahteraan Kabupaten Blitar
meningkat adalah tersedianya lapangan pekerjaan. Dimana hal ini jelas terjadi,
mengingat dalam pengoperasian wisata kampung coklat membutuhkan tenaga kerja. Dari
sini maka sudah jelas bahwa pendirian akan membuka lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat Kab. Blitar.

Terlepas dari berbagai dampak positif yang dibawa dari pendirian wisata edukasi
kampung coklat memang menurut pihak manajemen sampai saat ini belum terdapat
dampak negative yang dimunculkan dari pendirian kampung coklat ini. Hal ini tidak
mengherankan mengingat dalam kegitan wisata di kampung coklat yang meliputim
pembudidayaan sampai pengolahan buah kakao menjadi coklat memang tidak ada bahan
yang tidak bisa dimanfaatkan. Bahkan seperti kulit kakao atau kulit biji kakao dalam
wisata edukasi kampung coklat semua dimanfaatkan dengan baik. Misalnya seperti kulit
biji kakao dijadikan makan ternak sedangkan kulit kakaonya dibuat menjadi kerajinan.
Namun terlepas dari bagusnya pengelolaan yang dilakukan oleh kampung coklat dalam
memaksimalkan bahan unggulan wisata edukasi kampung coklat, tetap saja dampak
negative yang akan dialami dengan penambahan jumlah wisatawan di Kab Blitar harus
sebisa mungkin dicegah. Dengan adanya penambahan jumlah wisatawan yang datang ke
Kab blitar ini secara otomatis akan menambah jumlah manusia yang ada di Kab blitar
dan sesuai dengan asumsi bahwa penambahan jumlah penduduk pada suatu daerah maka
akan meningklatkan jumlah konsumsi pada Kabupaten Blitar. Dengan adaya kenyataan
meningkatnya konsumsi pada suatu daerah maka juga akan meningkatkan jumlah
sampah sebagai sisa dari konsumsi pada Kabupaten Blitar. Gambaran masalah ini sesuai
dengan apa yang diasumsikan alam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Dari masalah ini, walaupun dampaknya belum
dirasakan tetap saja akan lebih baik jika hal tersebut belum terjadi tetap saja pemerintah,
pihak pengelola wisata dan masyarakat mencarikan alternative penyelesaian yang
mungkin akan terjadi dengan membangun system pengelolaan sampah yang baik.
PENUTUP
Kesimpulan
Wisata Edukasi Kampung Coklat merupakan salah satu wisata baru yang ada di
Blitar dimana wisata ini terletak di Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar dan baru
dioperasionalkan tahun 2014. Suatu pendirian pariwisata secara langsung maupan tidak
langsung pasti akan memberikan dampak bagi berbagai aspek pada suatu daerah, baik itu
dampak positif ataupaun negative. Hal ini juga berlaku pada pendirian Wisata Edukasi
Kampung Coklat, dimana sejak awal berdirinya kampung coklat pada tahun 2014 sudah
mampu membuat tingkat ekonomi di Kabupaten Blitar meningkat pesat padahal pada
tahun sebelumnya yaitu tahun 2013 sempat menurun. Peningkatan ini ada kaitannya
10

dengan pendirian kampung coklat karena dari data Lakip Kab. Blitar menunjukkan
peningkatan ekonomi di Kabupaten Blitar dikarenakan peningkatan jumlah wisatawan
hingga tiga persen pada tahun 2014 dan sebagian banyak disumbangkan dari wisatawan
kampung coklat yang setiap harinya mencapai 1000 pengunjung pada hari biasa
menurut pihak manajemen kampung coklat. Dengan kondisi peningkatan wisatawan ini
maka di Kabupaten Blitar telah terjadi pola pembentukan PAD dari yang awalnya banyak
disumbangkan oleh sektor pertanian kini menjadi paling banyak disumbangkan oleh
sektor perdagangan, hotel dan resrotan. Hal tersebut baik untuk suatu daerah mengingat
salah satu indicator suatu daerah telah maju adalah saat PAD sudah tidak hanya ditopang
dari sektor primer yang bergantung pada alam namun sudah bergeser ditopang oleh
sektor pendukung seperti sektor perdagangan, hotel & restoran.
Dengan adanya kenyataan bahwa pendirian Kampung Coklat telah menunjukkan
dampak positif bagi Kabupaten Blitar maka untuk bisa mempertahankan pengaruh positif
tersebut maka dapat dilakukan dengan terus memberikan hal baru pada objek di dalam
kampung coklat serta meningkatkan pembangunan infrastruktur sebagai penujang tempat
wisata edukasi kampung coklat. Selain itu walaupun saat ini kampung coklat belum
menunjukkan dampak negative bagi lingkungan maupun masyarakat tetap saja
pemerintah, pihak pengelola dan masyarakat sekitar harus tetap waspada dan berusaha
melakukan tindakan pencegahan dampak negative terhadap berdirnya kampung coklat.

Daftar Pustaka
11

Fikri, Steffi. 2012. Analisis Kelayakan Usaha Wisata Agro Tambi Kecamatan Kejajar
Kabupaten Wonosobo. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Sulaksmi, Rita. 2007. Analisa Dampak Pariwisata terhadap Pendapatan dan
Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Kawasan Taman Wisata Alam Laut Pulau
Weh Kota Sabang. Sekolah Paska Sarjana. Instritut Pertanian Bogor
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2014 Pemerintah
Kabupaten Blitar
Anonim. 2015. Kabupaten Blitar dalam Angka 2015. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Blitar
Anonim. 2014. Sejarah Kampung Coklat (online). http://www.kampungcoklat.com/
sejarah-kampung-coklat
Anonim. 2016.Dari Ayam Kampung jadi Kampung Coklat (online). http://www.
jurnalindonesia.net/dari-ayam-jadi-kampung-coklat/
Anonim. 2016. Wisata edukasi kampung coklat (oline). http://www.blitarkab.go.id/
wisata/singlephp?name=edukasi&id=coklat.

12

Você também pode gostar