Você está na página 1de 14

TRAUMA ABDOMEN

A. PENGERTIAN
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun.
Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan
tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus
serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa
tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).
B. KLASIFIKASI
Menurut Fadhilakmal (2013), Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen
Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra
abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam jaringan lunak
dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2. Laserasi
Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen harus di
eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi. Trauma Abdomen adalah terjadinya atau
kerusakan pada organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ.

Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:
1. Perforasi organ viseral intraperitoneum

Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada dinding
abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.
3. Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan
dan hati harus dieksplorasi
C. Etiologi
Menurut smaltzer (2002), penyebab trauma abdomen dapat terjadi karena kecelakaan lalu
lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian. Penyebab trauma
yang lainnya sebagai berikut:
1. Penyebab trauma penetrasi
a) Luka akibat terkena tembakan
b) Luka akibat tikaman benda tajam
c) Luka akibat tusukan
2. Penyebab trauma non-penetrasi
a) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
b) Hancur (tertabrak mobil)
c) Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d) Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga

D. Patofisiologi
Menurut Fadhilakmal (2013), Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia
(akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor faktor
fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan
dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh.
Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang
akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang
menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas
dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan
yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya
walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan
tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan
dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam

beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal tersebut dapat
terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme:
1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari
luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat
2.

mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.


Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau

3.

struktur tulang dinding thoraks.


Terjadi gaya akselerasi deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek
pada organ dan pedikel vaskuler.

E. PATHWAY
Trauma (kecelakaan)

Penetrasi & Non-Penetrasi

Terjadi perforasi lapisan abdomen (kontusio, laserasi, jejas, hematom)

Menekan saraf peritonitis

Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen

Nyeri


Motilitas usus

Disfungsi usus

Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih

Gangguan cairan Nutrisi kurang dari dan eloktrolit kebutuhan tubuh

Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas fisik (Sumber : Mansjoer,2001)

F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Effendi, (2005) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat timbul di
bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
2. Darah dan cairan
Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan oleh
iritasi.
3. Cairan atau udara dibawah diafragma
Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada saat pasien
dalam posisi rekumben.
4. Mual dan muntah
5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragi.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. FotoThoraks
Untuk melihat adanya trauma pada thorax.
2. DR
Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan terus menerus.
Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang melebihi
20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
kemungkinan

ruptura

lienalis.

Serum

amilase

yang

meninggi

menunjukkan

kemungkinan adanya trauma pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase
menunjukkan kemungkinan trauma pada hepar.
3. Plain Abdomen Foto Tegak
Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas retroperineal dekat
duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran usus.
4. Pemeriksaan Urin Rutin
Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri. Urine yang
jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
5. VP (Intravenous Pyelogram)
Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan trauma pada
6.

ginjal.
Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga perut.
Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila ada
keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
Indikasi untuk melakukan DPL sbb :
a.
b.
c.
d.
e.

Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya


Trauma pada bagian bawah dari dada
Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,alkohol, cedera otak)
Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang belakang,

Kontra indikasi relatif melakukan DPL sbb :


a.
b.
c.
d.
e.

Pernah operasi abdominal.


Wanita hamil
Operator tidak berpengalaman.
Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan.
Ultrasonografi dan CT-Scan Bereuna sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita
yang belum dioperasi dan disangsikan adanya trauma pada hepar dan
retroperitoneum.

H. PENATALAKSANAAN
Menurut Smeltzer, (2002) penatalaksanaan adalah :
1. Abdominal paracentesis menentukan adanya perdarahan dalam rongga peritonium,
2.
3.
4.

merupakan indikasi untuk laparotomi


Pemasangan NGT memeriksa cairan yang keluar dari lambung pada trauma abdomen
Pemberian antibiotik mencegah infeksi
Pemberian antibiotika IV pada penderita trauma tembus atau pada trauma tumpul bila
ada persangkaan perlukaan intestinal.

5.

Penderita dengan trauma tumpul yang terkesan adanya perdarahan hebat yang
meragukan kestabilan sirkulasi atau ada tanda-tanda perlukaan abdomen lainnya

6.

memerlukan pembedahan
Prioritas utama adalah menghentikan perdarahan yang berlangsung. Gumpalan kassa
dapat menghentikan perdarahan yang berasal dari daerah tertentu, tetapi yang lebih

7.

penting adalah menemukan sumber perdarahan itu sendiri


Kontaminasi lebih lanjut oleh isi usus harus dicegah dengan mengisolasikan bagian usus
yang terperforasi tadi dengan mengklem segera mungkin setelah perdarahan teratasi

Penanganan kegawat daruratan


1. Stop makanan dan minuman
2. Imobilisasi
3. Kirim ke Rumah Sakit
Penanganan awal
1. Trauma penetrasi (trauma tajam)
a) Bila terjadi luka tusuk ( pisau atau benda tajam lainnya), maka tusukan tidak boleh dicabut
kecuali dengan adanya tim medis.
b) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan kain kassa pada daerah antara
pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.
c) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan dimasukkan
kembali ke dalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut dengan kain
d)
e)
f)
g)
2.
a)

bersih atau bila ada dengan verban steril.


Immobilisasi pasien
Tidak dianjurkan memberi makan dan minum
Apabila ada lika terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.
Sesegera mungkin bawa pasien tersebut ke rumah sakit.
Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang ahli bedah yang
berpengalaman akan memeriksa lukanya secara lokal untuk menentukan dalamnya luka.

Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluaryang berdekatan.
b) Skrining pemeriksaan rontgen.
c) Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumotoraks
atau untuk menemukan adanya udara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil tidur
(supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara retroperitoneum.
d) IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning dilakukan untuk mengetahui jenis cidera yang
ada.
e) Uretrografi dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra.
f) Sistografi ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada kandung kencing,
contohnya pada fraktur pelvis.

3.
a)
b)
c)

Trauma non-penetrasi
Penanganan pada trauma benda tumpul di rumah sakit.
Pengambilan contoh darah dan urin
Darah diambil dari salah satu vena permukaan untuk pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga
untuk pemeriksaan laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium, glukosa,

amilase dan sebagainya.


d) Pemeriksaan rontgen
e) Pemeriksaan rontgen servikal lateral, toraks anteroposterior dan pelvis adalah pemeriksaan yang
harus di lakukan pada penderita dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstraluminal di retroperitonium atau udara bebas di bawah diafragma, yang keduanya
memerlukan laparatomi segera.
f) Studi kontras Urologi dan Gastrointestinal
g) Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens atau decendens dan
dubur.
I. Konsep asuhan keperawatan
Menurut krisanty, (2009) pengkajiandan diagnose secara teoritis yaitu:
1. Pengkajian
a) Pengkajian primer
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus mengkaji
dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat. Apabila
sudah ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani,
penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi, jika korban tidak berespon, maka
segera buka dan bersihkan jalan napas.
1) Airway, dengan Kontrol Tulang Belakang, membuka jalan napas menggunakan teknik head tilt
chin lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang
dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau benda asing
lainnya.
2) Breathing, dengan ventilasi yang adekuat, memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara
lihat-dengar-rasakan tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak,
selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat tidaknya
pernapasan).
3) Circulation, dengan kontrol perdarahan hebat, jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak
adekuat, makabantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan
resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2
(15 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas.
b) Pengkajian skunder
1) pengkajian fisik
i. Inspeksi
Harus teliti, meteorismus, darm contour, darm steifung, adanya tumor, dilatasi vena, benjolan
di tempat terjadi hernia, dll

Sikap penderita pada peritonitis : fleksi artic. coxae dan genue sehingga melemaskan dinding
ii.

perut dan rasa sakit


Palpasi
Diperhatikan adanya distensi perut, defans muskuler, sakit tekan titik McBurney, iliopsoas
sign, obturator sign, rovsing sign, rebound tenderness.
Rectal toucher : untuk menduga kausa ileus mekanik, invaginasi, tumor, appendikuler

infiltrate.
pemeriksaan vaginal
iii. Perkusi
Penting untuk menilai adanya massa atau cairan intra abdominal
iv. Auskultasi
Harus sabar dan teliti
Borboryghmi, metalic sound pada ileus mekanik
Silent abdomen pada peritonitis / ileus paralitik.
c) Pengkajian pada trauma abdomen
1) Trauma Tembus abdomen
a. Dapatkan riwayat mekanisme cedera ; kekuatan tusukan/tembakan ; kekuatan tumpul (pukulan).
b. Inspeksi abdomen untuk tanda cedera sebelumnya : cedera tusuk, memar, dan tempat keluarnya
peluru.
c. Auskultasi ada/tidaknya bising usus dan catat data dasar sehingga perubahan dapat dideteksi.
Adanya bising usus adalah tanda awal keterlibatan intraperitoneal ; jika ada tanda iritasi
peritonium, biasanya dilakukan laparatomi (insisi pembedahan kedalam rongga abdomen).
d. Kaji pasien untuk progresi distensi abdomen, gerakkan melindungi, nyeri tekan, kekakuan otot
e.
f.
2)
a.
b.
c.

atau nyeri lepas, penurunan bising usus, hipotensi dan syok.


Kaji cedera dada yang sering mengikuti cedera intra-abdomen, observasi cedera yang berkaitan.
Catat semua tanda fisik selama pemeriksaan pasien.
Trauma tumpul abdomen
Metode cedera.
Waktu awitan gejala.
Lokasi penumpang jika kecelakaan lalu lintas (sopir sering menderita ruptur limpa atau hati).

d.
e.
f.
g.
h.

Sabuk keselamatan digunakan/tidak, tipe restrain yang digunakan.


Waktu makan atau minum terakhir.
Kecenderungan perdarahan.
Penyakit danmedikasi terbaru.
Riwayat immunisasi, dengan perhatian pada tetanus.
Alergi, lakukan pemeriksaan cepat pada seluruh tubuh pasienuntuk mendeteksi masalah yang
mengancam kehidupan.

J.
1.
2.
3.
4.
5.

Diagnosa keperawatan
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi abdomen.
Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya pertahanan tubuh
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang kurang.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No

Diagnosa

Keperawatan
Kekurangan

Setelah

volume

dilakukan

cairan

b/d perdarahan

1. Kaji

tanda-tanda

vital.

mengidentifikasi

tindakan

defisit

keperawatan
1x24
volume

1. untuk

2. Pantau
jam,

cairan

tidak mengalami

cairan

parenteral

dengan

volume

cairan.
2. mengidentifikasi

elektrolit, antibiotik

keadaan

dan vitamin

perdarahan,

kekurangan.

serta Penurunan
sirkulasi

KH:
*

Intake

cairan
dan

output seimbang
*

Turgor

menyebabkan
3. Kaji tetesan infus.

kekeringan

kulit

baik
*

volume

Perdarahan (-)

mukosa
4. Kolaborasi

dan

pemekatan

urin.

Berikan

cairan

Deteksi

parenteral

sesuai

memungkinkan

indikasi.
5. Cairan

terapi
parenteral

( IV line ) sesuai

dini
pergantian

cairan segera.
3. awasi

tetesan

dengan umur.

untuk

6. Pemberian tranfusi
darah.

mengidentifikasi
kebutuhan cairan.
4. cara

parenteral

membantu
memenuhi
kebutuhan nuitrisi
tubuh.
5. Mengganti cairan
dan

elektrolit

secara adekuat dan


cepat.
6. menggantikan
darah yang keluar.

Nyeri

adanya trauma

dilakukan

abdomen

tindakan

luka

b/d

Setelah

atau

penetrasi

keperawatan

abdomen.

1x24 jam, Nyeri


klien teratasi.

1. Kaji

karakteristik

nyeri.
2. Beri

tingkat nyeri klien.


posisi

semi

fowler.
3. Anjurkan
manajemen

tehnik

abdomen

nyeri

3. Membantu

4. Managemant

Skala nyeri 0

lingkungan

Ekspresi

nyaman.

tenang.

2. Mengurngi
kontraksi

seperti distraksi
KH:

1. Mengetahui

mengurangi
nyeri

yang

5. Kolaborasi pemberi

rasa

dengan

mengalihkan
perhatian
4. lingkungan

yang

an analgetik sesuai

nyaman

dapat

indikasi.

memberikan
nyaman klien
5. analgetik

rasa

membantu
mengurangi

rasa

nyeri.
3

Resiko

b/d

infeksi

Setelah

tindakan

dilakukan

pembedahan,

tindakan

tidak

keperawatan

adekuatnya

1x24 jam, infeksi

pertahanan

tidak terjadi.

tubuh.

1. Kaji

tanda-tanda

infeksi.

1. Mengidentifikasi
adanya

infeksi lebih dini.


2. Kaji keadaan luka.

2. Keadaan
yang

3. Kaji

tanda-tanda

vital.
Tanda-tanda
infeksi (-)
*

Leukosit 500010.000 mm3

luka
diketahui

lebih awal dapat


mengurangi resiko

KH:
*

resiko

infeksi.
4. Lakukan cuci

3. Suhu tubuh naik

tangan

sebelum

kntak

dengan

pasien.

di

indikasikan
adanya

5. Lakukan
pencukuran

dapat

proses

infeksi.
pada

4. Menurunkan

area operasi (perut

resiko

kanan bawah

kontaminasi

6. Perawatan
dengan
sterilisasi.
7. Kolaborasi

luka
prinsip

terjadinya

mikroorganisme.
5. Dengan
pencukuran klien
terhindar

dari

pemberian

infeksi

post

antibiotik

operasi
6. Teknik

aseptik

dapat menurunkan
resiko

infeksi

nosokomial
7. Antibiotik
mencegah adanya
infeksi bakteri dari
luar.

Gangguan

mobilitas

Setelah
fisik

1. Kaji

kemampuan

dilakukan

pasien

berhubungan

tindakan

bergerak.

dengan

keperawatan

kelemahan fisik

1x24

yang

jam, diharapkan

pasien.

dapat

bergerak

bebas.

untuk

2. Dekatkan peralatan
dibutuhkan

3. Berikan

latihan

an

kebutuhan

pasien.

Mempertahank
mobilitas

2. meminimalisir
pergerakan kien.
3. melatih

4. Bantu

kemampuan klien
dalam mobilisasi.

gerak aktif pasif.

KH:

1. identifikasi

otot-otot

klien.
4. membantu dalam
mengatasi
kebutuhan

5. Kolaborasi dengan
ahli fisioterapi.

optimal

dasar

klien.
5. terapi

fisioterapi

dapat memulihkan
kondisi klien.

Gangguan

Setelah

nutrisi

dilakukan

klien untuk istirahat

berlanjut

dari kebutuhan

tindakan

sebelum makan

menurunkan

tubuh

b/d

keperawatan

intake

yang

kurang

kurang.

1. Ajarkan dan bantu

1. Keletihan

2. Awasi

pemasukan

1x24 jam, nutrisi

diet/jumlah

kalori,

klien terpenuhi.

tawarkan

makan

KH:

sedikit tapi sering

Nafsu

makan

meningkat

paling sering.

BB Meningkat

Klien
lemah

dan tawarkan pagi

tidak

untuk

makan.
2. Adanya
pembesaran
dapat

hepar

menekan

saluran

gastro

intestinal

3. Pertahankan

dan

menurunkan

hygiene mulut yang


baik

keinginan

kapasitasnya.

sebelum

makan dan sesudah

3. Akumulasi

makan .

partikel makanan di

4. Anjurkan

makan

pada posisi duduk


tegak.
5. Berikan diit tinggi
kalori,

rendah

mulut

dapat

menambah baru dan


rasa tak sedap yang
menurunkan

nafsu

makan.
4. Menurunkan

lemak

rasa

penuh

pada

abdomen dan dapat


meningkatkan
pemasukan.
5. Glukosa dalam
karbohidrat

cukup

efektif

untuk

pemenuhan energi,
sedangkan

lemak

sulit

untuk

diserap/dimetabolis
me sehingga akan
membebani hepar.

Você também pode gostar

  • Cover RPP
    Cover RPP
    Documento1 página
    Cover RPP
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • RPP BUMI ALAM
    RPP BUMI ALAM
    Documento169 páginas
    RPP BUMI ALAM
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • BAB II KMB Yayu Amelia Ramadhanty 3C
    BAB II KMB Yayu Amelia Ramadhanty 3C
    Documento18 páginas
    BAB II KMB Yayu Amelia Ramadhanty 3C
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • Soal Uas Gasal
    Soal Uas Gasal
    Documento151 páginas
    Soal Uas Gasal
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • FERI PRIYANTO - Odt
    FERI PRIYANTO - Odt
    Documento10 páginas
    FERI PRIYANTO - Odt
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Proposal
    Bab I Proposal
    Documento7 páginas
    Bab I Proposal
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • 3A Rangkuman 8 Derra Farhan Fauzy
    3A Rangkuman 8 Derra Farhan Fauzy
    Documento1 página
    3A Rangkuman 8 Derra Farhan Fauzy
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • Kultur Al
    Kultur Al
    Documento2 páginas
    Kultur Al
    dera farhan
    Ainda não há avaliações
  • Kultur Al
    Kultur Al
    Documento1 página
    Kultur Al
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • PIDATO
    PIDATO
    Documento1 página
    PIDATO
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • Tugas IPA Megamati Barang
    Tugas IPA Megamati Barang
    Documento3 páginas
    Tugas IPA Megamati Barang
    dera farhan
    Ainda não há avaliações
  • 3A Rangkuman 8 Derra Farhan Fauzy
    3A Rangkuman 8 Derra Farhan Fauzy
    Documento1 página
    3A Rangkuman 8 Derra Farhan Fauzy
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • Kewirausahaan
    Kewirausahaan
    Documento15 páginas
    Kewirausahaan
    William Tasidjawa
    Ainda não há avaliações
  • 3A Rangkuman 2 Al-Amin Abdullah
    3A Rangkuman 2 Al-Amin Abdullah
    Documento1 página
    3A Rangkuman 2 Al-Amin Abdullah
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • 3A Rangkuman 10 Derra Farhan Fauzy
    3A Rangkuman 10 Derra Farhan Fauzy
    Documento1 página
    3A Rangkuman 10 Derra Farhan Fauzy
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • Chapter II
    Chapter II
    Documento31 páginas
    Chapter II
    Hafida Oktavia
    Ainda não há avaliações
  • Bani Umaiyyah
    Bani Umaiyyah
    Documento19 páginas
    Bani Umaiyyah
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • 3A Rangkuman 2 Al-Amin Abdullah
    3A Rangkuman 2 Al-Amin Abdullah
    Documento1 página
    3A Rangkuman 2 Al-Amin Abdullah
    dera farhan
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Tingkat Kesadaran
    Makalah Tingkat Kesadaran
    Documento8 páginas
    Makalah Tingkat Kesadaran
    Tetty Wislyan
    Ainda não há avaliações
  • LAPORAN
    LAPORAN
    Documento1 página
    LAPORAN
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • Cover 7
    Cover 7
    Documento14 páginas
    Cover 7
    Husnul Fatah Noor
    Ainda não há avaliações
  • Jtptunimus GDL Asihkazulf 5890 2 Babii
    Jtptunimus GDL Asihkazulf 5890 2 Babii
    Documento25 páginas
    Jtptunimus GDL Asihkazulf 5890 2 Babii
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • JUDUL
    JUDUL
    Documento1 página
    JUDUL
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • Gangguan Imunodefisiensi
    Gangguan Imunodefisiensi
    Documento12 páginas
    Gangguan Imunodefisiensi
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Pediatri
    Makalah Pediatri
    Documento25 páginas
    Makalah Pediatri
    Tantyo Subekti
    Ainda não há avaliações
  • 1 KWN
    1 KWN
    Documento1 página
    1 KWN
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • Matriks Contoh
    Matriks Contoh
    Documento3 páginas
    Matriks Contoh
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Documento16 páginas
    Presentation 1
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • Caper
    Caper
    Documento3 páginas
    Caper
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações
  • Cover
    Cover
    Documento1 página
    Cover
    Derra Farhan Fauzy
    Ainda não há avaliações