Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH
RONNY MARDTA S. Kep
1514901020
NEFROTIC SINDROME
Nefrotic syndrome merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema. Kadang-kadang disertai hematuri,
hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus. Sebab pasti belum jelas, dianggap
sebagai suatu penyakit autoimun.
Secara umum etiologi dibagi menjadi nefrotic syndrome bawaan, sekunder, idiopatik dan
sklerosis glomerulus. Penyakit ini biasanya timbul pada 2/100000 anak setiap tahun. Primer
terjadi pada anak pra sekolah dan anak laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan.
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting karena pada pasien
nefrotic syndrome sering timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan manusia. Perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
memadai. Fokus asuhan keperawatan adalah mengidentifikasi masalah yang timbul,
merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana keperawatan, melaksanakan dan
mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakah sudah diatasi atau belum atau perlu
modifikasi.
Pengertian.
NS adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbunemia dan
hiperkolesterolemia (Rusepno, H, dkk. 2000, 832).
2.
Etiologi
Sebab pasti belum jelas. Saat ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Secara
umum etiologi dibagi menjadi :
a.
b.
3.
c.
d.
Sklerosis glomerulus.
Patofisiologi.
Etiologi :
Glomerulus
autoimun
pembagian
Permiabilitas
glomerulus
Sistem imun
menurun
Porteinuria masif
Sintesa protein
Hipovolemia
hepas
Tekanan onkotik
plasma
Aliran
Sekresi
darah ke
ADH
Hiperlipidemia
Volume
plasma
ginjal
Malnutrisi
Pelepasan
Reabsorbsi
renin
air dan
natrium
Vasokonstriksi
Gangguan nutrisi
Edema
Gangguan
volume
Efusi pleura
Sesak
Penatalaksanaan
Hospitalisasi
Diet
Kecemasan
Kurang
anak dan
pengetahuan :
orang tua
kondisi,
prognosa dan
program
Ketidapatuhan
Tirah baring
Intoleransi
aktivitas
4.
Gejala klinis.
-
5.
Pemeriksaan Laboratorium
-
BJ urine meninggi
Hipoalbuminemia
LED meninggi
6.
Penatalaksanaan
-
Diuretikum
Kortikosteroid
Antibiotika
Punksi ascites
Pengkajian
a.
Identitas.
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000
anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 :
1. Pada daerah endemik malaria banyak mengalami komplikasi nefrotic syndrome.
b.
Riwayat Kesehatan.
1)
Keluhan utama.
Badan bengkak, muka sembab dan napsu makan menurun
2)
3)
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine
menurun.
c.
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan
terapi biasa dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah
kelahiran.
d.
e.
f.
Imunisasi.
Tidak ada hubungan.
g.
Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba
dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang bermain dengan anak
berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra
kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.
Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa bersalah)
yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau
dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.
Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia
dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-alat sederhana.
Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan kepala,
lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam
seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan besar dan kecil, meniru
aktivitas orang dewasa.
Respon hospitalisasi : sedih, perasaan berduka, gangguan tidur, kecemasan, keterbatasan
dalam bermain, rewel, gelisah, regresi, perasaan berpisah dari orang tua, teman.
h.
Riwayat nutrisi.
Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status
gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %,
dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi
baik).
i.
Pengkajian persistem.
a)
Sistem pernapasan.
Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 100/60 mmHg, hipertensi ringan
bisa dijumpai.
c)
Sistem persarafan.
Dalam batas normal.
d)
Sistem perkemihan.
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri, proteinuria, oliguri.
e)
Sistem pencernaan.
Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut,
malnutrisi berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.
f)
Sistem muskuloskeletal.
Dalam batas normal.
g)
Sistem integumen.
Edema periorbital, ascites.
h)
Sistem endokrin
Dalam batas normal
i)
Sistem reproduksi
Dalam batas normal.
j.
2.
Kelebihan
berhubungan
dengan
kehilangan
protein
sekunder
volume
terhadap
cairan
peningkatan
permiabilitas glomerulus.
Tujuan volume cairan tubuh akan seimbang dengan kriteria hasil penurunan edema,
ascites, kadar protein darah meningkat, output urine adekuat 600 700 ml/hari,
tekanan darah dan nadi dalam batas normal.
Intervensi
Catat intake dan output secara akurat
1.
Rasional
Evaluasi harian keberhasilan terapi dan
dasar penentuan tindakan
2.
Kaji
dan
catat
tekanan
darah,
bertamabah
hepar dan
rusaknya
hemdinamik ginjal.
b)
Perubahan
nutrisi
ruang
dari
Rasional
Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
1.
Catat intake dan output makanan secara
akurat
2.
Kaji
adanya
anoreksia,
hipoproteinemia,
diare.
intestinal
Mencegah status nutrisi menjadi lebih
buruk
3.
Pastikan anak mendapat makanan dengan diet
yang cukup
c)
1.
Rasional
Meminimalkan masuknya organisme
3.
4.
mencegah sepsis.
d)
Kecemasan
anak
berhubungan
Intervensi
Rasional
Perasaan adalah nyata dan membantu
2.
ekspresi perasaan
Dukungan
yang
terus
menerus
yang dihadapi.
Meminimalkan
dampak
hospitalisasi
DAFTAR PUSTAKA
Berhman & Kliegman (1987), Essentials of Pediatrics, W. B Saunders, Philadelphia.
Doengoes et. al, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Made Kariasa, EGC,
Jakarta
Matondang, dkk. (2000), Diagnosis Fisis Pada Anak, Sagung Seto, Jakarta
Ngastiyah, (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Rusepno, Hasan, dkk. (2000), Ilmu Kesehaatan Anak 2, Infomedica, Jakarta
Tjokronegoro & Hendra Utama, (1993), Buku Ajar Nefrologi, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
-------, (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi, RSUD Dr. Soetomo-Lab/UPF IKA,
Surabaya.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
1.3 Konsep Nefrotik Syndrome (NS)
1.
Pengertian.
2.
Etiologi
b.
c.
d.
e.
Sklerosis glomerulus.
3.
Patofisiologi.
Etiologi :
autoimun
pembagian
secara umum
Glomerulus
Permiabilitas
glomerulus
Sistem imun
menurun
Porteinuria masif
Sintesa protein
Hipovolemia
hepas
Tekanan onkotik
plasma
Aliran
Sekresi
darah ke
ADH
Hiperlipidemia
Volume
plasma
ginjal
Malnutrisi
Pelepasan
Reabsorbsi
renin
air dan
Vasokonstriksi
Gangguan nutrisi
Edema
natrium
Gangguan
volume
Efusi pleura
Sesak
Penatalaksanaan
Hospitalisasi
Diet
Kecemasan
Kurang
anak dan
pengetahuan :
orang tua
kondisi,
prognosa dan
program
Ketidapatuhan
Tirah baring
Intoleransi
aktivitas