Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
html
Kekuatan Raksasa Militer Indonesia 1960
Angkatan udara Indonesia juga menjadi salahsatu armada udara paling mematikan di
dunia, yang terdiri dari lebih dari 100 pesawat tercanggih saat itu. Armada ini terdiri
dari :
1. 20 pesawat pemburu supersonic MiG-21 Fishbed.
2. 30 pesawat MiG-15.
3. 49 pesawat tempur high-subsonic MiG-17.
4. 10 pesawat supersonic MiG-19.
Pesawat MiG-21 Fishbed adalah salahsatu pesawat supersonic tercanggih di dunia, yang
telah mampu terbang dengan kecepatan mencapai Mach 2. Pesawat ini bahkan lebih
hebat dari pesawat tercanggih Amerika saat itu, pesawat supersonic F-104 Starfighter dan
F-5 Tiger. Sementara Belanda masih mengandalkan pesawat-pesawat peninggalan Perang
Dunia II seperti P-51 Mustang.
Indonesia juga memiliki armada 26 pembom jarak jauh strategis Tu-16 Tupolev (Badger
A dan B). Ini membuat Indonesia menjadi salahsatu dari hanya 4 bangsa di dunia yang
mempunyai pembom strategis, yaitu Amerika, Rusia, dan Inggris. Pangkalannya terletak
di Lapangan Udara Iswahyudi, Surabaya.
Bahkan China dan Australia pun belum memiliki pesawat pembom strategis seperti ini.
Pembom ini juga dilengkapi berbagai peralatan elektronik canggih dan rudal khusus anti
kapal perang AS-1 Kennel, yang daya ledaknya bisa dengan mudah menenggelamkan
kapal-kapal tempur Barat.
Indonesia juga memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey, puluhan kapal tempur kelas
Corvette, 9 helikopter terbesar di dunia MI-6, 41 helikopter MI-4, berbagai pesawat
pengangkut termasuk pesawat pengangkut berat Antonov An-12B. Total, Indonesia
mempunyai 104 unit kapal tempur. Belum lagi ribuan senapan serbu terbaik saat itu dan
masih menjadi legendaris sampai saat ini, AK-47.
Ini semua membuat Indonesia menjadi salasahtu kekuatan militer laut dan udara terkuat
di dunia. Begitu hebat efeknya, sehingga Amerika di bawah pimpinan John F. Kennedy
memaksa Belanda untuk segera keluar dari Papua, dan menyatakan dalam forum PBB
bahwa peralihan kekuasaan di Papua, dari Belanda ke Indonesia adalah sesuatu yang bisa
diterima.
Sumber:
http://www.tnial.mil.id/Majalah/Cakrawala/ArtikelCakrawala/tabid/125/articleType/Artic
leView/articleId/188/Default.aspx
Ancaman Potensial yang meliputi masalah-masalah perbatasan antara lain garis batas ZEE
dengan Negara-negara tetangga yang dapat berkembang menjadi komplik lebih luas misalnya :
Kasus Lepasnya P. Sipadan dan Ligitan, Blok Ambalat dengan Malaysia, yang akhirnya P.
Sipadan dan P Ligitan di kuasai oleh Malaysia, masalah reklamasi pantai Singapura yang
semakin meluas mendekati wilayah Rl dan Perbatasan Indonesia dengan Timor Leste.
Ancaman Faktual berdasarkan data pelanggaran hukum dan tindak pidana di laut, meliputi:
Masalah ALKI berupa pengaturan dan penggunaan ALKI dari Samudera Pasifik ke Samudera
Hindia atau sebaliknya terutama masalah over flight dan normal mode oleh Pesud dan kapal
selam asing.
Perompakan terhadap kapal niaga yang terjadi di selat-selat sempit (Selat Singapura, Selat
Bangka, Selat Karimata dan Selat Gelasa).
Penangkapan ikan tanpa ijin (illegal fishing) dan yang menggunakan bahan peledak di
beberapa perairan yang kaya akan kekayaan laut.
Alih Teknologi.
Melihat kenyataan kekuatan lawan yang berteknologi tinggi ini, tentunya Indonesia khususnya
TNI AL tidak tinggal diam berpuas diri dengan sistem yang sudah ada. Angkatan Laut sebagai
salah satu komponen inti bangsa Indonesia yang berperan di bidang pertahanan dan keamanan
di laut dituntut untuk mampu mengimbangi perubahan-perubahan tersebut, oleh karena itu
diperlukan Kebijakan Strategi Pertahanan Negara karena Indonesia masih sangat besar
ketergantungannya terhadap Negara-negara yang telah mempunyai dan menguasai teknologi
tersebut, hal ini sangat berpengaruh terhadap apa yang akan dirumuskan dan diprioritaskan
tentang teknologi pertahanan dengan melihat kondisi yang ada di Indonesia seperti penyiapan
sumberdaya manusia pertahanan, penggunaan kekuatan pertahanan dan operasi militer. Guna
mewujudkan hal tersebut menuntut tersedianya kekuatan dan kemampuan seluruh komponen
Pertahanan Negara yang handal dan terpadu sehingga kekuatan TNI AL mampu disiagakan
disepanjang garis batas terluar, di corong-corong Garis Perhubungan Laut Internasional di
perairan yurisdiksi nasional Indonesia, dan daerah potensial ancaman lainnya.
Dalam rangka melaksanakan tugas pokok TNI AL menegakkan hukum di laut perlu kehadiran
kapal-kapal yang berteknologi, untuk melawan ancaman tersebut di atas, yang mampu
beroperasi dalam segala cuaca mempunyai daya tahan dan kemampuan berlayar (endurance)
yang cukup dan mudah bermanuver, lincah dan dapat bergerak dengan kecepatan tinggi. Oleh
karena itu seluruh Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) harus su-dah menggunakan peta
navigasi elektronik. Electronic Navigation Chart (ENC). Peta ini lazim dikenal dengan nama
Digital Nautical Chart (DNC), DNC adalah pengayaan ENC dengan berbagai informasi yang
dibutuhkan oleh kapal perang dalam melakukan operasi tempur. Berbagai informasi yang
dimaksud adalah Additional Military Layer (AML) yang terdiri atas kontur batimetri (Contour Line
Bathymetry); lingkungan, dasar laut dan pantai (Environment, Seabed and Beach); objek-objeck
di dasar laut (Large and Small Bottom Objects); bangunan dan fasilitas maritim (Maritime
Foundation and Facilities) serta rute, area, dan batas-batas (Routes, Areas and Limits). DNC
yang dihasilkan dapat ditampilkan pada perangkat sejenis ECDIS dan lebih dikenal dengan nama
WECDIS (Warship ECDIS). Produk ini telah diproduksi dan digunakan oleh Negara-negara
anggota NATO yang menjadi kelengkapan standar kapal-kapal perang yang ada dijajarannya.
Teknologi Militer adalah sesuatu yang sangat dirahasiakan oleh Negara-negara maju
produsen peralatan pertahanan, mengakibatkan negara-negara berkembang seperti Indonesia
selalu tertinggal jauh dibidang teknologi pertahanan, karena baru sebagai negara konsumen.
Untuk mengatasi kelemahan ini perlu strategi sebagai berikut:
- Mencari peluang transfer teknologi pertahanan dan Negara maju untuk mentransfer teknologi
pertahanan seperti yang sedang dilakukan oleh Janhidros dalam pembuatan peta ENC dan
ECDIS.
- Kerjasama bilateral pertahanan dibidang pendidikan, latihan militer bersama dan dibidang
teknologi pertahanan melibatkan industri nasional dan perguruan tinggi. Dengan tingkat
kemampuan teknologi yang diharapkan untuk sistem pertahanan, setelah tertata dengan baik
hal-hal yang berkenaan dengan SDM, sarana dan prasarana antara lain, sistem komunikasi dan
informasi, kelembagaan serta fasilitas, maka kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi
pertahanan dan industri pertahanan yang dapat diandalkan.
kesungguhan negara kita dalam mempertahankan setiap tetes air dan jengkal tanah dari
gangguan pihak asing yang merongrong kedaulatan negara kita.
Penggelaran kekuatan merupakan upaya penanggulangan ancaman dan gangguan di laut
dalam rangka menjamin kepentingan nasional di dan lewat laut. Sesuai kebijaksanaan dan
strategi pembinaan kekuatan Hankamneg matra laut maka konsep penggunaan kekuatan TNI AL
memerlukan kemampuan-kemampuan dasar tertentu seperti kemampuan peperangan atas
permukaan, kemampuan peperangan bawah permukaan, dan kemampuan proyeksi kekuatan ke
darat. Kemampuan-kemampuan dasar tersebut dapat dijabarkan pula sebagai berikut, meliputi :
Kemampuan Intelijen Strategis yaitu kemampuan pengamatan laut mulai dari tahap deteksi
sampai dengan tahap pelacakan sasaran, kemampuan pertahanan yaitu kemampuan untuk
menggempur dan menghancurkan musuh, kemampuan keamanan yaitu kemampuan untuk
melaksanakan upaya keamanan dalam negeri, kemampuan pembinaan potensi nasional menjadi
kekuatan pertahanan keamanan, kemampuan sosial politik untuk mendinamisasikan seluruh
kegiatan sosial politik dalam rangka mempertahankan dan mengembangkan kehidupan negara.
Karena tugas pokok sebagai TNI AL adalah selaku penegak kedaulatan di laut, pengembang
potensi nasional bidang maritim, dan sebagai kekuatan sosial politik. Selaku penegak kedaulatan
di laut dapat diartikan juga mencakup fungsi penegakkan hukum di laut sesuai dengan
kewenangan yang telah ditentukan dalam perundang-undangan baik lingkup nasional maupun
internasional. Oleh karena itu untuk dapat melaksanakan tugas pokok tersebut maka
kemampuan TNI AL yang harus dimiliki adalah :
Kemampuan Intelstrat. Kemampuan Intelstrat TNI AL harus mencakup kemampuan deteksi dini
unsur-unsur SSAT, yang antara lain termasuk di dalamnya kemampuan pengamanan personel,
material, dan operasi laut.
Kemampuan Sosial Politik. Adalah mencakup kemampuan dalam rangka menjamin stabilitas
nasional baik stabilitas keamanan maupun stabilitas politik. Stabilitas nasional sangat penting
artinya dalam rangka menjamin kesinambungan pembangunan ekonomi, politik dan sosial
budaya serta pertahanan keamanan.
Kemampuan Dukungan. Hal ini sangat dibutuhkan dalam rangka mengoptimalisasikan sumber
daya yang tersedia dalam rangka mendukung kesiapan operasional TNI AL.
sehingga potensi yang ada dapat dimanfaatkan dan diorganisir untuk melakukan tugastugas
pokok yang diembannya.
Di negara maju masalah sumberdaya manusia sudah mendapatkan perhatian yang sangat
serius sekali, ini dapat dilihat bahwa pembinaan Sumber Daya Manusia sudah dilakukan sejak
dini, secara terarah, terprogram dan berkesinambungan serta di dukung oleh anggaran yang
memadai. Adanya kesadaran bahwa inti dan SDM yang berada dalam institusi TNI. Pembinaan
SDM yang mempunyai kualifikasi sebagai tenaga ahli mendapatkan perhatian yang serius,
sehingga mampu memberikan output yang berguna bagi negara dan bangsa.
Dalam pola pengembangan pendidikan, sampai saat ini juga belum dilakukan secara terarah,
terencana dan terprogram dengan baik.
Upaya pertahanan negara selalu terkait dengan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi,
sejalan dengan kemajuan iptek yang merupakan kebutuhan mendasar bagi pertahanan suatu
negara, maka untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya penguasaan teknologi sesuai tingkat
perkembangan teknologi pertahanan yang tepat dan kompleks yang akan mengundang
konsekuensi perubahan doktrin di dalam suatu pertempuran.
Daftar Pustaka:
Dephan RI, Undang-Undang Republik Indonesia nomor : 3 Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara, April
2003, Jakarta.
Sudjatmiko, Laksa TNI, Peta Navigasi Elektronik Janhidros, SK, Seputar Indonesia (Sindo), 31 Januari
2007, Jakarta.
Umar S, Tarmansyah, Drs, 1998 Pemanfaatan Teknologi Pengindraan Jauh Untuk Pertahanan Keamanan
dan Pembangunan Nasional, Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Litbang dan Terapan lptek.
Sumber: http://www.blogcatalog.com/blog/media-bersuara-dan-analisis-politik-hukumsosial-ekonomi-budaya-lingkungan-bangsa-indonesia
Sumber: http://agustianto.niriah.com/2008/04/30/membangun-kekuatan-jaringanekonomi-melalui-mlm-syariah/
Sumber: http://waspada.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=90331:kekuatan-perdagangan-luarnegeri&catid=25:artikel&Itemid=44
Kekuatan perdagangan luar negeri
Opini - Artikel
BACHTIAR HASSAN MIRAZA
Dua kekuatan ekonomi Indonesia yang diingkari oleh bangsa ini adalah kekuatan pada
sektor pertanian/ perkebunan dan kekuatan perdagangan luar negeri (ekspor dan impor).
Bangsa ini menganggap kedua kekuatan ini sebagai sesuatu hal yang biasa. Bangsa ini
tidak melihatnya sebagai kekuatan ekonomi yang melatarbelakangi perekonomian
Indonesia selama ini.
Antara kedua kekuatan ini pun saling mendukung sehingga keduanya sangat berperan
dalam kurun waktu perekonomian Indonesia berjalan. Keduanya dapat dikatakan sebagai
tulang punggung perekonomian Indonesia. Pertanian/perkebunan menjalankan dua fungsi
yaitu berfungsi bagi kegiatan ekonomi dalam negeri dan kegiatan ekonomi luar negeri.
Bagi fungsinya di dalam negeri, pertanian/perkebunan mempunyai peran bagi penyediaan
kebutuhan konsumsi dalam negeri, kebutuhan bahan baku industri dalam negeri dan
penyediaan barang barang untuk di ekspor. Dalam sebuah seminar baru-baru ini
dinyatakan bahwa biaya produksi bagi sektor pertanian (padi) di Indonesia sebesar Rp60
triliun.
Dari biaya itu sektor pertanian bisa berproduksi yang nilainya Rp160 triliun. Itu berarti
yang dapat disumbangkan oleh sektor pertanian pada PDRB Indonesia sebesar Rp100
triliun. Selama ini, perhitungan ini tidak menjadi perhatian bagi pembuat kebijakan
ekonomi Indonesia.
Padahal perannya sangat besar dan cukup menakjubkan. Bangsa ini selalu menganggap
kegiatan sektor pertanian sebagai pelengkap dalam perekonomian. Padahal tidak
demikian. Apalagi jika diperhitungan betapa banyak kesempatan kerja yang diciptakannya
dan besarnya pengeluaran konsumsi yang terjadi bagi mendorong sektor non pertanian
(industri).
Peran perdagangan luar negeri dari pertanian dan perkebunan juga tidak kecil. Ia
mengambil peran yang besar di dalam ekspor Indonesia. Di samping memperbesar
kegiatan perdagangan ia juga berperan sebagai penyedia dan memperkuat cadangan
devisa. Perdagangan luar negeri Indonesia saat ini masih dikuasai oleh ekspor barang hasil
pertanian dan perkebunan.
Penjelasan pihak BPS baru baru ini, menyangkut PDRB 2009 Indonesia, dikatakan bahwa
peran perdagangan luar negeri mengalami kemunduran. Pertumbuhannya mengalami
negatif (baik ekspor maupun impor). Namun demikian ia masih mampu menciptakan
surplus (surplus perdagangan luar negeri) dua setengah kali lebih besar dari surplus
perdagangan luar negeri tahun 2008.
Pernyataan ini menjelaskan bahwa ketergantungan dunia akan barang ekspor
(pertanian/perkebunan) sangatlah besar. Dalam suatu keadaan ekonomi dunia yang belum
sehat saja kegiatan ekspor Indonesia masih bisa memberikan sumbangannya pada
perdagangan luar negeri dan bisa mendorong pertumbuhan kesempatan kerja dan
pendapatan.
Jika kegiatan perdagangan luar negeri di perhatikan dan diurus dengan baik ia bisa
menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Ia bisa menjadi unggulan
perekonomian Indonesia Kinerja pertumbuhan ekspor dan impor 2009 menunjukan nilai
minus 14,98 % bagi ekspor dan minus 25,03 % untuk impor. Namun surplus perdagangan
luar negeri 2009 sebesar $19.63 miliar lebih besar 2,5 kali dari surplus perdagangan luar
negeri 2008 yang besarnya $7.82 miliar. Ternyata kinerja perdagangan luar negeri
Indonesia lebih cepat pulih dari krisis ekonomi global jika dibandingkan dengan