Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
edema
Edema pada kaki
Wajah membulat dan sembab
Pandangan mata sayu
Perubahan mental. Biasanya cengeng dan apatis.
2
misalnya dibokong, fosa poplitea, lutut, buku kaki, paha dan lipat paha.
Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung mudah dicabut tanpa
d. Penyakit penyerta
Penyakit yang sering menyertai kwashiorkor ialah defisiensi vitamin A, noma,
tuberculosis paru, bronkopneumonia, askaris dan sebagainya.
e. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan adalah makanan yang mengandung banyak protein yang
bernilai tinggi, banyak cairan, cukup vitamin dan mineral, masing-masing
dalam bentuk yang mudah dicerna dan diserap. Karena toleransi akan makanan
masih rendah pada permulaan maka makanan jangan diberikan sekalihgus
banyak, tetapi dinaikkan bertahap setiap hari. Diperlukan makanan yang
mengandung protein 3-4 g/kgBB/hari dan 160-175 kalori. Antibiotik diberikan
jika terdapat infeksi penyakit penyerta.
3. Kurang Kalori Dan Protein ( Marasmus Kwashiorkor )
Etiologi, tanda dan gejalanya merupakan gabungan dari marasmus dan
kwashiorkor.
D. KELAINAN YANG SERING MENYERTAI KURANG GIZI
Baik pasien dengan gizi kurang maupun gizi buruk hamper selalui dsertai defisiensi
nutrient lain selain kalori dan protein. Gejala yang timbul tergantung dari jenis nutrient
yang kurang didalam dietnya. Misalnya :
Antibiotic
Bila tampak komplikasi : Cotrymoksasol 5 ml
Bila anak sakit berat : Ampicillin 50 mg / kg BB IM/ IV setiap 6 jam selama 2 hari
Untuk Melihat kemajuan / perkembangan anak
Timbang berat badan setiap pagi sebelum diberi makan
Catat kenaikan BB anak tiap minggu
NILAI IMT
Kurus
Kekurangan BB tingkat berat
< 17
17 18,5
Normal
18,5 - 25
Gemuk
Kelebihan BB tingkat ringan
25 27
> 27
NILAI
> 120%
Overweight
110 120%
Gizi Baik
90 110%
Gizi Kurang
70 90%
Buruk
< 70%
Kecukupan
Umur
Laki-Laki
Perempuan
Protein
0-1
110 - 120
110 - 120
2,5
1-3
100
100
4-6
90
90
1,8
6-9
80 - 90
60 - 80
1,5
10 - 14
50 - 70
40 - 55
1 1,5
14 - 18
40 - 50
40
1 1,5
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Supariasa, dkk, 2001).
Berat badan merupakan antropo-metri yang paling banyak digunakan karena
parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka yang buta huruf (Arisman,
2004).
Standar baku yang dianjurkan untuk menilai status gizi anak di bawah lima
tahun di Indonesia adalah baku World Health Organization-National Centre for Health
Statistic (WHO-NCHS). Indeks antropometri yang sering digunakan untuk mendeteksi
gizi buruk adalah berat badan menurut umur (BB/U) dan berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) dengan ambang batas memakai standar deviasi unit (SD) yang disebut
Z-Skor dan dibandingkan dengan Klasifikasi Status Gizi Anak (tabel 2). Untuk
menghitung status gizi diperlukan tabel baku rujukan WHO-NCHS.
Cara perhitungan status gizi berdasarkan Z-Skor sebagai berikut :
Z-Skor
Indeks
Status Gizi
Ambang Batas
Gizi lebih
>+ 2 SD
(BB/U)
Gizi baik
- 2 SD Sampai + 2
SD
Gizi kurang
< -2 SD Sampai -3
SD
Gizi buruk
< -3 SD
Normal
-2 SD
umur (TB/U)
Pendek
< -2 SD
(Stunted)
Berat badan menurut
Gemuk
> + 2 SD
Normal
+ 2 SD Sampai - 2
SD
Kurus (Wasted)
< -2 SD Sampai -3
SD
Kurus sekali
< -3 SD
Standar Deviasi
bln
-2SD
3SD
35
Median
1SD
+2SD
+3SD
14,5
16,0
17,4
18,9
1SD
9,9
11,4
13,0
Menurut klasifikasi status gizi anak berdasar indeks BB/U (Tabel 2), status
gizi anak masuk dalam kategori baik karena masih dalam rentang 2 SD s/d + 2SD.
Cara mendeteksi gizi buruk secara praktis adalah dengan membandingkan
antara berat badan anak dengan berat badan idealnya. Berat Badan Ideal (BBI)
dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
Tabel 4.
Rumus untuk Menghitung Berat Badan Ideal (BBI)
Usia
Anak
1-6
bulan
7-12 bulan
1-10 tahun
II.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi tidak adekuat
10
11
e. Anjurkan keluarga untuk membawa anak kontrol di poli gizi setelah pulang
dari rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.1999. DIAGNOSA KEPERAWATAN Aplikasi pada Praktik Klinik
edisi 6. Jakarta : EGC
Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arief dkk. 2000. Kapita selekta kodekteran edisi ketiga jilid 2. Jakarta : Media
Aesculalpius FKUI
12
13