Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1.
Memiliki rasa paling benar dan merasa menang sendiri. Penyebab perasaan
orang ini karena kelebihan yang ada pada dirinya tanpa melihat bahwa orang
lain juga memiliki kelebihan yang sama atau lebih baik. Merasa menjadi orang
yang paling baik dan benar sehingga ia menjadi orang yang mau menang
sendiri.
2.
Tidak menyukai saran dan kritik dari orang lain karena merasa sudah
sempurna dan benar. Dia merasa tidak kurang satupun. Saran pun sulit diterima
maka kritik pun akan langsung dia tolak mentah-mentah dan membenci
dinasehati.
3.
Tidak suka jika orang lain berhasil dan maju dari dia. Setelah itu orang
sombong akan menjadi iri hati terhadap orang lain yang lebih hebat. Sikap
ekstrim paling berbahaya dari orang sombong adalah pembunuhan karena
kebenciannya terhadap orang lain.
4. Menolak kebenaran yang ada meskipun dia sadar itu benar. Orang ini akan
membangkang terus saat kebenaran datang karena keras hatinya akibat
sombong.
3- Duduk atau berbaring, agar kemarahan tertahan dalam dirinya dan akibat buruknya tidak
sampai kepada orang lain[21].
Dari Abu Dzar al-Gifari bahwa Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika salah
seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri maka hendaknya dia duduk, kalau
kemarahannya belum hilang maka hendaknya dia berbaring[22].
Di samping itu, yang paling utama dalam hal ini adalah usaha untuk menundukkan dan
mengendalikan diri ketika sedang marah, yang ini akan menutup jalan-jalan setan yang ingin
menjerumuskan manusia ke dalam jurang keburukan dan kebinasaan[23].
Allah Taalaberfirman,
{}
Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat buruk (semua maksiat ) dan keji,
dan mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui (QS al-Baqarah:169).
Suatu hari, Khalifah yang mulia, Umar bin Abdil Aziz marah, maka putranya (yang
bernama) Abdul Malik berkata kepadanya: Engkau wahai Amirul mukminin, dengan karunia
dan keutamaan yang Allah berikan kepadamu, engkau marah seperti ini? Maka Umar bin
Abdil Aziz berkata: Apakah kamu tidak pernah marah, wahai Abdul Malik? Lalu Abdul
Malik menjawab: Tidak ada gunanya bagiku lapangnya perutku (dadaku) kalau tidak aku
(gunakan untuk) menahan kemarahanku di dalamnya supaya tidak tampak (sehingga tidak
mengakibatkan keburukan)[24].
Marah yang terpuji
Ummul mukminin Aisyah radhiyallahu anha berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallamtidak pernah marah karena (urusan) diri pribadi beliau, kecuali jika dilanggar batasan
syariat Allah, maka beliau shallallahu alaihi wa sallam akan marah dengan pelanggaran
tersebut karena Allah[25].
Inilah marah yang terpuji dalam Islam, marah karena Allah Taala, yaitu marah dan tidak
ridha ketika perintah dan larangan Allah Taala dilanggar oleh manusia.
Inilah akhlak mulia Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang selalu ridha dengan apa
yang Allah ridhai dalam al-Quran dan benci/marah dengan apa yang dicela oleh
Allah Taala dalam al-Quran[26].
Aisyah berkata: Sungguh akhlak Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah alQuran[27]. Dalam riwayat lain ada tambahan: Beliau marah/benci terhadap apa yang
dibenci dalam al-Quran dan ridha dengan apa yang dipuji dalam al-Quran[28].
Imam Ibnu Rajab al-Hambali berkata: Wajib bagi seorang mukmin untuk menjadikan
keinginan nafsunya terbatas pada apa yang dihalalkan oleh Allah baginya, yang ini bisa
termasuk niat baik yang akan mendapat ganjaran pahala (dari Allah Taala). Dan wajib
baginya untuk menjadikan kemarahannya dalam rangka menolak gangguan dalam agama
(yang dirasakan) oleh dirinya atau orang lain, serta dalam rangka menghukum/mencela
orang-orang yang menentang Allah dan rasul-Nya r, sebagaimana firman-Nya:
{
}
Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangantanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta
melegakan hati orang-orang yang beriman. Dan menghilangkan kemarahan orang-orang
yang beriman (QS at-Taubah: 14-15)[29].