Você está na página 1de 3

Apakah Embernya Sudah Penuh?

Tidak biasanya, pagi itu Ustadz Maulana masuk kelas dengan membawa
sejumlah barang-barang yang membuat para santri menjadi heran. Pasalnya,
Pak ustadz bukan masuk kelas dengan membawa buku, tapi pagi itu
membawa ember, sekarung batu-batu yang berbeda ukuran, secentong pasir
dan secangkir kopi.
Kemudian Ustadz Maulana meletakkan ember kosong di atas meja guru yang
berada tepat di depan kelas. Kemudian Ustadz Maulana memasukkan batubatu sebesar dua kepalan tangan ke dalam ember yang kosong, sehingga
ember itu dipenuhi dengan batu-batu besar. Lalu Ustadz Maulana bertanya
kepada santri-santrinya yang terlihat keheranan dengan tingkah ustadznya,
Anak-anak, apakah ember ini sudah penuh?
Para santri menjawab dengan serentak, Sudah penuh Pak Ustadz!
Seolah tidak mendengar jawaban kompak dari santrinya, Ustadz Maulana
memilih beberapa batu seukuran pentol bakso, kemudian mencoba
memasukkan batu-batu tersebut ke dalam ember yang sudah berisi batubatu besar. Batu-batu seukuran pentol bakso itu akhirnya dapat masuk
melalui celah-celah yang tersisa di antara batu-batu besar sehingga ember
itu penuh dengan batu-batu seukuran pentol bakso.
Kemudian Ustadz Maulana bertanya lagi, Anak-anak, apakah ember ini
sudah penuh?
Para santri menjawab lagi dengan serentak, Sudah penuh Pak Ustadz!
Kemudian Ustadz Maulana memilih batu-batu kecil seukuran ujung kelingking
dan yang lebih kecil lagi. Lalu dia memasukkan batu-batu itu ke dalam ember
yang sudah berisi batu-batu besar dan batu-batu seukuran pentol bakso.
Batu-batu kecil itu pun berhasil lolos masuk ke dalam ruang yang tersisa di
dalam ember.
Kemudian Ustadz Maulana bertanya lagi, Anak-anak, apakah ember ini
sudah penuh?
Para santri menjawab lagi dengan serentak, Sudah penuh Pak Ustadz!
Kemudian Ustadz Maulana mengambil pasir, lalu menaburkan pasir tersebut
ke atas ember yang sudah penuh dengan batu besar hingga batu sebesar
ujung kelingking. Pasir-pasir itu, seperti pendahulunya dapat masuk dengan
mudah memenuhi ruang-ruang kosong yang tersisa di dalam ember.
Kemudian Ustadz Maulana bertanya lagi, Anak-anak, apakah ember ini
sudah penuh?

Para santri menjawab lagi dengan serentak, Sudah penuh Pak Ustadz!
Kemudian Ustadz Maulana membuka tutup kopinya di atas meja, lalu
mereguk kopinya tiga atau empat kali regukan. Setelah puas mereguk kopi,
Ustadz Maulana memasukkan beberapa tuang air kopi ke dalam ember. Dan
kopi tersebut sebagaimana pendahulunya, juga dapat masuk dengan mudah
ke dalam ember dan ember pun tidak meluap.
Kemudian Ustadz Maulana bertanya lagi sambil tersenyum sumringah, Anakanak, apakah ember ini sudah penuh?
Para santri lagi-lagi menjawab, Sudah penuh Pak Ustadz!
***
Rekan muslim
Dalam kehidupan ini, kita memiliki tugas-tugas dan kebutuhan utama yang
harus kita kerjakan lebih dahulu di atas tugas-tugas dan kebutuhan lain. Di
bawah tugas-tugas dan kebutuhan utama tersebut ada tugas-tugas lain dan
kebutuhan yang besar lainnya namun tidak terlalu pokok. Kemudian ada juga
tugas-tugas kecil dan kebutuhan kecil yang kapan saja bisa dilakukan.
Tugas-tugas dan kebutuhan utama di atas layaknya seperti batu yang
berukuran besar yang harus dimasukkan pertama kali ke dalam ember.
Kemudian tugas-tugas dan kebutuhan lain namun tidak terlalu pokok di atas
layaknya seperti batu-batu berukuran sedang yang dimasukkan ke dalam
ember pada urutan ke dua. Kemudian tugas-tugas kecil dan kebutuhan kecil
yang kapan saja bisa dilakukan layaknya seperti batu-batu seukuran ujung
kelingking dan pasir yang dimasukkan ke dalam ember pada urutan terakhir
setelah batu-batu besar dan batu-batu ukuran sedang sudah masuk
seluruhnya ke dalam ember.
Jika urutan tersebut dibalik, tentu akan ada banyak yang tidak dapat masuk
ke dalam ember. Jika seseorang memasukkan pasir lebih dulu maka akan
menyisakan sedikit ruang bagi batu-batu kecil untuk masuk ke dalam ember.
Kemudian batu-batu berukuran sedang mendapat ruang yang lebih sedikit
lagi, karena tidak ada lagi celah untuk masuk. Dan akhirnya, batu-batu yang
besar tidak dapat masuk sama sekali ke dalam ember, karena ember sudah
dipenuhi oleh pasir-pasir, batu-batu kecil dan sedikit batu berukuran sedang.
Bahkan bila pasir yang masuk terlalu banyak dan memenuhi permukaan
ember, maka bisa dibayangkan, batu-batu kecil, batu-batu sedang dan batubatu besar tidak bisa lagi masuk ke dalam ember.
Seseorang harus mengetahui mana tugas utama dan kebutuhan pokok dalam
hidupnya. Seseorang harus mengetahui mana tugas dan kebutuhan besar

namun tidak terlalu penting, tugas-tugas dan kebutuhan yang kecil yang bisa
dikerjakan kapan saja.
Kesalahan orang-orang yang gagal dalam kehidupan ini adalah salah
menempatkan tugas dan kebutuhan utamanya. Tidak jarang ada orang yang
meletakkan tugas dan kebutuhan utama setelah tugas dan kebutuhan kecil
yang tidak penting. Waktunya habis untuk melakukan hal-hal kecil yang tidak
penting. Sehingga lupa dengan tugas utama, lupa dengan kebutuhan
pokoknya. Bahkan saat ingin melakukan tugas dan kebutuhan utama, waktu
yang tersisa sudah tidak ada.

Sebagai seorang hamba Allah, tugas pokok kita adalah beribadah dengan
baik kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya. Melaksanakan shalat 5 waktu
sehari semalam, melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, membayar zakat
bila sudah wajib zakat dan naik haji bila mampu.
Sebagai seorang siswa, tugas pokok kita adalah belajar dengan baik. Masuk
sekolah tepat waktu, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru,

Você também pode gostar