Você está na página 1de 11

Cara Pembuatan Komposter Rumahan Sederhana

Rida Respati, MT., Hendra Cahyadi, MT


Dosen Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Ringkasan
Peningkatan jumlah penduduk di Kota Palangka Raya setiap tahunnya berakibat
pada meningkatnya juga sampah yang dihasilkan. Peningkatan jumlah sampah tersebut
ternyata tidak diikuti dengan peningkatan sarana Tempat Pembuangan Sampah
Sementara (TPS). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dedi Rimawan
(2014) diketahui bahwa untuk Kecamatan Pahandut Kota Palangka Raya saja timbulan
sampah yang dihasilkan tidak sebanding dengan kapasitas daya tampung TPS.
Disebutkan bahwa daya tampung TPS hanya sebesar 45% dari timbulan sampah yang
terjadi per harinya. Akibatnya banyak sampah yang berserakan di luar TPS dan sebagian
lagi dibuang ke sungai dan saluran drainase.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka timbul usulan untuk mengurangi
permasalahan timbulan sampah tersebut. Salah satu usulan tersebut adalah mengurangi
sumber awal dari sampah tersebut yaitu dari individual rumah tangga. Namun untuk
mengurangi sampah rumah tangga tentu perlu upaya untuk memberikan pengetahuan
kepada masyarakat tentang upaya pemilahan sampah yang terjadi. Peran serta
masyarakat dalam menangani masalah sampah kota menjadi sangat dominan, dan sudah
seharusnya tingkat partisipasi ini menjadi barometer utama dalam pengelolaan sampah
di masa mendatang (Alfiandra, 2009).
Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam menangani permasalahan sampah
kami mengajukan suatu gagasan sebagai solusi. Gagasan tersebut adalah dengan
memanfaatkan sampah rumah tangga menjadi kompos. Untuk itu perlu diberikan suatu
sosialisasi bagaimana cara membuat kompos dari sampah rumah tangga. Oleh karena itu
kami membuat sosialisas dengan topik Cara Pembuatan Komposter Rumahan
Sederhana Kepada Mahasiswa UM Palangkaraya.
Dengan gagasan tersebut di atas diharapkan timbulan sampah yang terjadi dapat
dikurangi sehingga tidak ada lagi sampah yang tumpah ke jalan karena kapasitas TPS
yang tidak mencukupi.
Kata Kunci: Sampah, Rumah Tangga, Komposter

Latar Belakang
Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan
yang baik agar dapat melaksanakan aktivitasnya, sebaliknya kondisi lingkungan yang
baik tergantung pada aktivitas manusia terhadap lingkungan. Perkotaan sebagai pusat
aktivitas telah berkembang dengan pesat dan berperan sebagai pusat pemerintahan,
perdagangan, kebudayaan, pariwisata, transportasi maupun industri.
Palangka Raya merupakan Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah. Memiliki
predikat sebagai Kota Cantik karena keindahan tata kota dan kebersihan kotanya.
Menyandang predikat sebagai Kota Cantik kota Palangka Raya tidak lepas dari
penanganan Pemerintah Kota Palangka Raya dalam menangani dan menata sedemikian
rupa sehingga Palangka Raya memiliki tata kota yang apik dan kebersihan kota yang
memanjakan mata (Dedy Rimawan,2014).
Kota Palangka Raya terdiri atas 5 kecamatan yaitu Pahandut, Jekan Raya, Bukit
Batu, Sebangau, dan Rakumpit. Mirip yang terjadi di beberapa kota di Indonesia,
Palangka Raya sekarang ini menghadapi masalah jumlah sampah yang tidak sebanding
dengan jumlah Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS). Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Dedi Rimawan (2014) diketahui bahwa untuk Kecamatan Pahandut
Kota Palangka Raya saja timbulan sampah yang dihasilkan tidak sebanding dengan
kapasitas daya tampung TPS. Disebutkan bahwa daya tampung TPS hanya sebesar 45%
dari timbulan sampah yang terjadi per harinya. Akibatnya banyak sampah yang
berserakan di luar TPS dan sebagian lagi dibuang ke sungai dan saluran drainase. Di
kecamatan lain di Kota Palangka Raya juga ditemukan banyaknya sampah yang
berserakan sampai ke jalan karena kapasitas TPS yang kurang memadai. Komposisi
sampah terdiri dari sampah organik sebesar 60,36% sedang sisanya berupa sampah
anorganik sebesar 39,64%.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka salah satu jalan keluar yang cocok dalam
permasalahan ini adalah meredam/mengurangi dari hulu sampah yaitu masyarakat

sebagai produsen sampah, dengan cara pengelolaan persampahan berskala individual


rumah tangga. Dengan demikian diharapkan sampah yang ada di hulu dapat berkurang
dan masalah terhadap kekurangan jumlah TPS dapat teratasi dan juga mengurangi juga
timbunan sampah yang ada di TPA sehingga membantu pula pemerintah dalam konteks
permasalahan penanganan sampah-sampah yang ada di Palangka Raya.
Oleh karena itu, dalam program pengabdian masyarakat ini kami mengangkat
judul Penyuluhan Tentang Cara Pembuatan Komposter Rumahan Sederhana Kepada
Mahasiswa UM Palangkaraya
Tujuan
Adapun tujuan dari program ini adalah untuk memberi masukan kepada
mahasiswa UM Palangkaraya tentang pemanfaatan sisa sampah organik di rumah tangga
menjadi kompos.
Pengertian Sampah
Menurut Undang-undang No.18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,
sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manuisa dan atau proses alam yang berbentuk
padat. Kemudian yang di maksud dengan sampah spesifik adalah sampah yang karena
sifat, konsentrasi, dan atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
Sumber Sampah
Sampah berasal dari timbulan sampah yang terdapat diberbagai tempat, antara
lain perumahan, pasar, pabrik, sekolah, pertanian maupun tempat-tempat yang beralih
fungsi menjadi tempat sampah. Sumber sampah berasal dari:
a. Perumahan: rumah permanen, rumah semi permanen, rumah non permanen.
b. Non perumahan: kantor, toko/ruko, pasar, sekolah, tempat ibadah, jalan, hotel,
restoran, industri, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya.

Konsep Pengelolaan Sampah Dengan 3R


Konsep pengelolaan sampah 3R berbasis masyarakat di kawasan permukiman
meliputi reduce, reuse, dan recycle.
A. Reduce (R1) atau Pengurangan Volume

Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi timbulan


sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah
dihasilkan. Setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah
pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan
banyak sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah. Namun diperlukan kesadaran
dan kemauan masyarakat untuk merubah perilaku tersebut.
B. Reuse (R2) atau Penggunaan Kembali

Reuse berarti menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi
sampah (tanpa melalui proses pengolahan), seperti menggunakan kertas bolak balik,
menggunakan kembali botol bekas minuman untuk tempat air, mengisi kaleng susu
dengan susu refill, dan lain-lain.
C. Recycle (R3) atau Daur Ulang

Recycle adalah mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah)
menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan, seperti mengolah sisa kain perca
menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dan sebagainya, atau mengolah botol/plastik bekas
menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya.
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam skala rumah tangga meliputi:
A. Pemilahan Sampah Anorganik
Pemilahan sampah non organik di kawasan permukiman perlu dilakukan dengan
cara memisahkan sampah kertas, plastik, dan logam/kaca di masing-masing sumber
dengan cara sederhana dan mudah dilakukan oleh masyarakat, misalnya menggunakan
kantong plastik besar atau karung kecil. Khusus untuk sampah B3 rumah tangga
diperlukan wadah khusus untuk pengumpulannya.

B. Pengolahan Sampah Organik (pengomposan)


Sampah organik meliputi sampah dari kebun (daun) dan dari dapur (nasi, sayur,
daging, dan lain-lain). Hasil pengomposan dapat digunakan untuk program penghijauan
dan penanaman bibit, dan lain-lain. Pengomposan yang dilakukan bersifat sederhana,
seperti:
a. Metode lubang (hanya dapat dilakukan untuk daerah yang tingkat kepadatan
penduduknya masih rendah).
b. Composter gentong. Atas gentong dilubangi dan diisi kerikil serta sekam. Cara
ini merupakan cara sederhana karena seluruh sampah organik dapat dimasukkan
dalam gentong.

Sumber : Bahan Pemaparan Seminar DISEMENISASI, 2012

Gambar 1 Composer Gentong


c. Bin Takakura. Metode ini menggunakan keranjang yang dilapisi kertas
karton/spon, sekam padi, dan kompos matang. Metode ini memerlukan sedikit
kesabaran karena dibutuhkan sampah organik terseleksi dan pencacah untuk
mempercepat

proses

pematangan

kompos.

Composter

ditempatkan di dalam rumah (tidak menimbulkan bau).

Takakura

dapat

Sumber : Bahan Pemaparan Seminar DISEMENISASI, 2012

Gambar 2 Bin Takakura


Kajian Literatur
Penelitian terdahulu ini memuat penelitian-penelitian yang sudah pernah
dilakukan dikota-kota besar antara lain:
A. Alfiandra, Semarang, 2010
Alfiandra dalam penelitiannya dikota Semarang tahun 2010, menyimpulkan
bahwa efektifitas pengelolaan sampah dalam program 3R dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan program 3R berjalan secara baik, efektif, efisien, dan optimal. Dengan
adanya pengelolaan sampah 3R terjadi perbaikan atau peningkatan dalam pengelolaan
sampah, pengelolaannya semakin baik dibanding sebelum dilakukan program 3R, hal ini
dikarenakan sampah telah dipilah oleh masyarakat untuk didaur ulang menjadi barang
yang berguna sehingga penumpukan sampah di Kelurahan Ngaliyan dan Kalipancur
dapat berkurang.
B. Ayu Artiningsih, Jomblang, 2008
Dari hasil Penelitian dan analisis yang dilakukan oleh Ayu Artiningsih pada
tahun 2008 yang melakukan Studi kasus Jomblang di Kota Semarang, Ayu
menyimpulkan bahwa:

1. Pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat dapat mereduksi


timbulan sampah yang dibuang. Berdasarkan hasil analisis observasi, komposisi
timbulan sampah di Jomblang adalah sampah organik 50.75% plastik 17.14%,
kertas 19.42% dan kaca/logam 12.70%.

2. Dalam pengelolaan sampah rumah tangga berbasis 3R di RT.09, RW.XI


Jomblang sudah melakukan pengomposan dan pemilahan, sampah rumah tangga
dipilah sesuai jenisnya anorganik dan anorganik kemudian sampah organiknnya
kemudian dijual dan kompos yang sudah jadi dipakai untuk menyuburkan
tanaman masing-masing dalam rumah tangga.
Pembuatan Komposter Rumahan Sederhana
Cara membuat kompos rumahan dengan komposter adalah sebagai berikut

Gambar 3 EM4
Siapkan cairan EM4, dan botol bekas air mineral untuk mengencerkan cairan EM4.
Perbandingan yang bisa diambil adalah 1:10, jadi setiap 1 tutup botol EM4, dicairkan
dengan 10 tutup air.

Gambar 4 Komposter
Masukkan sampah ke dalam wadah (komposter)

Gambar 5 Proses Pembuatan Kompos


Tuangkan cairan EM4 yang sudah diencerkan kedalam tumpukan sampah, kemudian
aduk sampai rata.

Gambar 6 Proses Penguraian Sampah


Pastikan komposter ditutup sehingga tidak didatangi lalat, serta bau busuk dari proses
penguraian sampah tidak mengganggu.

Gambar 7 Pengendapan Kompos


Taruh komposter sedikit lebih tinggi dari tanah, bisa diganjal dengan batu bata atau
material lainnya, sehingga cairan lindi tidak tertinggal dan mengendap di dalam
komposter.

Gambar 8 Kompos Yang Dihasilkan


Setelah beberapa waktu, proses pembusukan mulai menampakkan hasilnya. Pastikan
kita selalu mengaduk timbunan sampah di dalam komposter ini.

Gambar 9 Kompos Siap Pakai


Setelah kurang lebih 2 bulan (ini bisa berbeda-beda), akhirnya kompos pun dihasilkan
dan siap digunakan untuk pupuk.

DAFTAR PUSTAKA
Aboejoewono,A.1985.Pengelolaan Sampah Menuju ke Sanitasi Lingkungan dan
Permasalahannya; Wilayah DKI Jakarta Sebagai Suatu Kasus. Jakarta.
Anonim. 1986. Materi Training Untuk Tingkat Staf Teknis Proyek Plp Sector
Persampahan. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya.
DedyRimawan.

2014.

Study

Pengelolaan

PersampahanKec.

Pahandut,Kota

Palangkaraya. Universitas Muhammadiya Palangkaraya. Palangka Raya.


EkaPrayitno. 2009. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Available at:
http://www.kammi-bandung.or.id.
Hadi, Sudharto P. 2005. Agenda Lingkungan Calon Walikota. Available at:
http://www.suaramerdeka.com/harian/0506/02/opi4.htm.
Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta: Yayasan Idayu.
Irawan. 2009. Pengelolaansampah Kota 2008. www.suaramerdeka.com.
Kartikawan, Yudhi. 2007. Pengelolaan Persampahan. Jurnal Lingkungan Hidup.
Yogyakarta
Kodoatie, Robert, 2005. Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Kompasiana, 8 September 2013.
Managing Development in the Third World. Westview Press: Boulder Colorado
Marliadan Tim Hima IP FISIP Unpad 2009.Tangani Sampah dengan Prinsip 3R.
Available at: http//www.unpad.ac.id/files/ data/2009/.
Rao. 1996. Measuring Consumers Perceptions Throught Factor Analysis. The Asian
Managers
Santosa, Afit. 2009. Co-Management, Pendekatan Pengelolaan Sampah. Available at:
http://en.wordpress.com/tag/lingkungan.
Santoso, Nurman. 1990. Pendidikan di Indonesia (Dari Masa ke Masa). Jakarta: Haji
Masagung.
Slamet, Luwihono. 2007. Optimalisasi Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup: Upaya Mewujudkan Kesimbangan Akses
Terhadap Lingkungan. http://percik.or.id.

Você também pode gostar