Você está na página 1de 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecemasan merupakan hal yang normal terjadi pada setiap individu,
reaksi umum terhadap stress kadang
dengan

disertai

kemunculan

kecemasan. Namun kecemasan itu


dikatakan menyimpang bila individu
tidak dapat meredam (merepresikan)
rasa cemas tersebut dalam situasi
dimana kebanyakan orang mampu
menanganinya tanpa adanya kesulitan
yang berarti.
Kecemasan dapat muncul pada situasi tertentu seperti berbicara didepan
umum, tekanan pekerjaan yang tinggi, menghadapi ujian. Situasi-situasi tersebut
dapat memicu munculnya kecemasan bahkan rasa takut. Namun, gangguan
kecemasan muncul bila rasa cemas tersebut terus berlangsung lama, terjadi
perubahan perilaku, atau terjadinya perubahan metabolisme tubuh.
Gangguan kecemasan diperkirakan diidap 1 dari 10 orang. Menurut data
National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta
orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia
lanjut. Ahli psikoanalisa beranggapan bahwa penyebab kecemasan neurotik
dengan memasukan persepsi diri sendiri, dimana individu beranggapan bahwa
dirinya dalam ketidakberdayaan, tidak mampu mengatasi masalah, rasa takut
akan perpisahan, terabaikan dan sebagai bentuk penolakan dari orang yang
dicintainya. Perasaan-perasaam tersebut terletak dalam pikiran bawah sadar yang
tidak disadari oleh individu.
Banyak individu yang mengalami gangguan ansietas merasa takut
mereka akan menjadi gila karena prilaku mereka yang tidak lazim atau mereka

mengalami serangan jantung karena respons fisiologis seperti palpiitasi,


berkeringat, dan kesulitan bernafas.
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidaka didukung oleh
situasi. Ketika merasa cemsa individu merasa tidak nyaman atau takut atau
mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti
mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Ansietas merupakan alat
peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu.
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek yang
membahayakan, yang bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas dialami,
dan seberapa baik individu melakukan koping terhadap ansietas. Ansietas dapat
dilihat dalam rentang ringan, sedang, berat sampai panik. Setiap tingkat
menyebabkan perubahan fisiologis dan emosional pada individu.
Diagnosis gangguan ansietas ditegakkan ketika ansietas tidak lagi
berfungsi sebagai tanda bahaya, melainkan menjadi kronis dan mempengaruhi
sebagian besar kehidupan individu sehingga menyebabkan prilaku maladaptif
dan disabilitas emosional. Misalnya, gangguan ansietas umum ditegakkan ketika
individu selalu khawatir tentang sesuatu atau semua hal tanpa alasan yang nyata,
merasa gelisah, lelah, dan tegang, serta sulit berkonsentrasi selama sekurangkurangnya enam bulan terakhir.
Perkiraan prevalensi gangguan ansietas di masyarakat (per 1000 orang)
adalah: gangguan ansietas menyeluruh 30, gangguan panik 15, agoraphobia 20,
fobia sosial 30, fobia sederhana 45, dan gangguan obsesif-kompulsif (yang tidak
berkomorbid dengan gangguan ansietas lain).
Di pelayanan kesehatan primer prevalensinya adalah: gangguan ansietas
menyeluruh 7,9%, dan gangguan panic/agoraphobia 2,6%.
Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam tekhnik
dan tujuan penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai tekhnik
tersebut sama-sama mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari
sumber-sumber kecemasan mereka.

BAB II
KONSEP KECEMASAN
A. Defenisi Kecemasan
Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi (Videbeck, 2008).
Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai
berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi
sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien (Mansjoer, 1999).
Kecemasan adalah perasaan individu dan pengalaman subjektif yang
tidak diamati secara langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu
oleh ketidak tahuan dan didahului oleh pengalaman yang baru (Stuart dkk,1998).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ansietas
adalah respons emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan kekhawatiran yang
tidak jelas dan berlebihan dan disertai berbagai gejala sumatif yang
menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau penderitaan yang
jelas bagi pasien.
B. Insiden Kecemasan
Gangguan ansietas merupakan gangguan emosional yang paling sering
terjadi di Amerika serikat. Setidaknya 17% individu dewasa di Amerika Serikat
menunjukkan satu gangguan ansietas atau lebih dalam satu tahun. Gangguan
ansietas lebih sering dialami oleh wanita, individu berusia kurang dari 45 tahun,
individu yang bercerai atau berpisah, dan individu yang berasal dari status sosio
ekonomi rendah, kecuali untuk OCD, tidak ada perbedaan gender pada
gangguan ini. Delapan persen penduduk mengalami gangguan ansietas yang
menimbulkan gangguan signifikan dalam fungsi interpersonal, okupasional, dan
sosial.
Antara 5% sampai 25% penduduk Amerika Serikat mengalami fobia
(fobia spesifik lebih sering terjadi daripada fobia sosial), yang membuat
gangguan ini menjadi gangguan ansietas yang paling sering terjadi. OCD
mempengaruhi lebih dari 5 juta penduduk dan gangguan panik mempengaruhi
1,5% sampai 3% penduduk.
C. Penyebab Kecemasan

Beberapa teori yang mengemukakan faktor pendukung (predisposisi)


terjadinya kecemasan menurut Stuart dan Sundeen (1998) antara lain:
a. Teori Psikoanalitik
Menurut pandangan psikoanalitic, kecemasan terjadi karena adanya
konflik yang terjadi antara emosional elemen kepribadian yaitu id, ego dan
super ego. Id mewakili insting, super ego mewakili hati nurani, sedangkan ego
mewakili konflik yang terjadi antara kedua elemen yang bertentangan. Dan
timbulnya merupakan upaya dalam memberikan bahaya pada elemen ego.
b. Teori Interpersonal
Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
c. Teori Behaviour
Berdasarkan teori behaviour (perilaku), kecemasan merupakan produk
frustrasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Teori Prespektif keluarga
Kajian keluarga menunjukkan pola interaksi yang terjadi didalam
keluarga kecemasan menunjukkan adanya interaksi yang tidak adaptif dalam
sistem keluarga.
e. Teori Prespektif Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine.
Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam
aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran
utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana
halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor.
Menurut Stuart & Sundeen (1998) faktor pencetus (presipitasi) yang
menyebabkan terjadinya kecemasan antara lain:
a. Ancaman terhadap Integritas biologi seperti:
1. Penyakit
Berbagai penyakit fisik terutama yang kronis yang mengakibatkan
invaliditas dapat menyebabkan stres pada diri seseorang, misalnya :
penyakit jantung, hati, kanker, stroke dan HIV/AIDS.
2. Trauma fisik
3. Pembedahan
4

b. Ancaman terhadap Konsep Diri seperti:


Proses kehilangan, perubahan peran, perubahan lingkungan, perubahan
hubungan dan Status sosial ekonomi.
D. Manifestasi Klinis Kecemasan
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologis, perilaku dan secara langsung melalui timbulnya gejala sebagai upaya
untuk melawan ansietas. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan tingkat kecemasan (Stuart dan Sundeen, 1998). Berikut tanda dan
gejala berdasarkan klasifikasi tingkat kecemasan kecemasan yang timbul secara
umum adalah:
a. Tanda fisik
1). Cemas ringan:
a)
b)
c)
d)

Gemetaran, renjatan, rasa goyang


Ketegangan otot
Nafas pendek, hiperventilasi
Mudah lelah

2). Cemas sedang:


a) Sering kaget
b) Hiperaktifitas
c) Wajah merah dan pucat
3). Cemas berat:
a)
b)
c)
d)

Takikardi
Nafas pendek, hiperventilasi
Berpeluh
Tangan terasa dingin

4). Panik :
a)
b)
c)
d)
e)

Diare
Mulut kering
Sering kencing
Parestesia (kesemutan pada kaki dan tangan)
Sulit menelan

b. Gejala psikologis
1) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
2)
3)
4)
5)

tersinggung
Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
Sulit konsentrasi, hypervigilance (siaga berlebihan)
Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
Gangguan pola tidur, mimpi mimpi yang menegangkan
5

6)
7)
8)
9)

Gangguan konsentrasi dan daya ingat


Libido menurun
Rasa menganjal di tenggorokan
Rasa mual di perut

E. Rentang Kecemasan

Gambar 1. Rentang Respon Ansietas


F. Tingkat Kecemasan
1. Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
persepsinya. Ansietas

dapat

memotivasi

bekpar

dan

menghasilkan

pertumbuhan dan kreatifitas.


2. Ansietas sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata
lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
3. Ansietas berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir
pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan.
Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan
pada satu area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik
melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan
6

aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang


lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung
terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan
kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi
dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi.
a. Teori Psikoanalitik.
b. Teori Interpersonal.
c. Teori Perilaku.
d. Kajian Keluarga.
e. Kajian Biologis.
2. Faktor Presipitasi.
3. Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis
dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau
mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku
akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Sistem Tubuh
Kardiovaskuler

Pernafasan

Respons
Palpitasi.
Jantung berdebar.
Tekanan darah meningkat dan denyut nadi
menurun.
Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
Napas cepat.
Pernapasan dangkal.
Rasa tertekan pada dada.
Pembengkakan pada tenggorokan.
Rasa tercekik.

Terengah-engah.
Peningkatan reflek.
Reaksi kejutan.
Insomnia.
Ketakutan.
Gelisah.
Wajah tegang.
Kelemahan secara umum.
Gerakan lambat.
Gerakan yang janggal.
Gastrointestinal
Kehilangan nafsu makan.
Menolak makan.
Perasaan dangkal.
Rasa tidak nyaman pada abdominal.
Rasa terbakar pada jantung.
Nausea.
Diare.
Perkemihan
Tidak dapat menahan kencing.
Sering kencing.
Kulit
Rasa terbakar pada mukosa.
Berkeringat banyak pada telapak tangan.
Gatal-gatal.
Perasaan panas atau dingin pada kulit.
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.
Tabel. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.
Neuromuskular

Sistem
Perilaku

Kognitif

Respons
Gelisah.
Ketegangan fisik.
Tremor.
Gugup.
Bicara cepat.
Tidak ada koordinasi.
Kecenderungan untuk celaka.
Menarik diri.
Menghindar.
Terhambat melakukan aktifitas.
Gangguan perhatian.
Konsentrasi hilang.
Pelupa.
Salah tafsir.
Adanya bloking pada pikiran.
Menurunnya lahan persepsi.
Kreatif dan produktif menurun.
Bingung.
Khawatir yang berlebihan.
Hilang menilai objektifitas.
8

Takut akan kehilangan kendali.


Takut yang berlebihan.
Afektif
Mudah terganggu.
Tidak sabar.
Gelisah.
Tegang.
Nerveus.
Ketakutan.
Alarm.
Tremor.
Gugup.
Gelisah.
Tabel. Respon Perilaku Kognitif.
4. Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber
koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal
ekonomok, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan
keyakinan budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman
yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi
ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku
patologis. Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan
situasi stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat
merupakan respon maladaptif terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang
dikategorikan untuk mengatasi ansietas :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan

untuk

menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu :


1) Perilaku menyerang (agresif).

Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar


memenuhi kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri.
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik
maupun secara psikologis.
3) Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau
mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun
sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak
sadar untuk mempertahankan ketidakseimbangan. Adapun mekanisme
pertahanan Ego adalah :
1) Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri
dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang
dimilikinya.
2) Penyangkalan (Denial).
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari
realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan
primitif.
3) Pemindahan (Displacemen).
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu
yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.
4) Disosiasi.
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau
identitasnya.
5) Identifikasi (Identification).
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi
dengan mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang
tersebut.
6) Intelektualisasi (Intelektualization).
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari
pengalaman yang mengganggu perasaannya.
7) Introjeksi (Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu
oleh ancaman dari luar (pembentukan superego)
8) Fiksasi.

10

Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi


atau tingkah laku atau pikiran)s ehingga perkembangan selanjutnya
terhalang.
9) Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang
lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat
ditoleransi.
10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan
yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan
keinginan-keinginan,perasaan yang sebenarnya.
12) Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang
primitif), contoh; bila keinginan terhambat menjadi marah, merusak,
melempar barang, meraung, dsb.
13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan
yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang
primer yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam
penyalurannya secara normal.
16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi
sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan
yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadangkadang dapat mengarah pada represif berikutnya.
17) Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan/perilaku

atau

komunikasi

sebelumnya

merupakan

mekanisme pertahanan primitif.

11

B. Diagnosa Keperawatan
1. Anxietas berhubungan dengan Koping individu tidak efektif
2. Anxietas berhubungan dengan Tidak efektifnya koping keluarga
3. Resiko gangguan pesepsi sensorik dan audiotori : Halusinasi berhubungan
dengan Ansietas
4. Resiko gangguan isi fikir : Waham berhubungan dengan Anxietas
C. Intervensi
Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan
hingga panik.
Tujuan khusus :
Klien mampu untuk :
Membina hubungan saling percaya.
Melakukan aktifitas sehari-hari.
Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
Klien terlindung dari bahaya.
1. Ansietas Ringan.
Deskripsi
Ansietas ringan adalah
ansietas normal dimana
motivasi individu pada

a)
b)
c)
d)

keseharian dalam batas


e)
kemampuan untuk melakukan
f)
dan memecahkan masalah g)
h)
meningkat.
i)
j)

Batasan Karakter
Tidak nyaman.
Gelisah.
Insomnia ringan.
Perubahan nafsu makan

Intervensi
a) Gerakan tidak tenang.
b) Perhatikan tanda peningkatan
ansietas.
c) Bantu klien menyalurkan

ringan.
Peka.
d)
Pengulangan pertanyaan.
e)
Perilaku mencari perhatian.
f)
Peningkatan kewaspadaan.
Peningkatan persepsi
g)
pemecahan masalah.
Mudah marah.
h)

energi secara konstruktif.


Gunakan obat bila perlu.
Dorong pemecahan masalah.
Berikan informasi akurat dan
fuktual.
Sadari penggunaan
mekanisme pertahanan.
Bantu dalam
mengidentifikasi
keterampilan koping yang

berhasil.
i) Pertahankan cara yang
j)

tenang dan tidak terburu.


Ajarkan latihan dan tehnik
relaksasi.

12

2. Ansietas Sedang.
Deskripsi
Ansietas sedang adalah

Batasan Karakter
Intervensi
a) Perkembangan dari ansietas a) Pertahankan sikap tidak

cemas yang mempengaruhi

ringan.
b) Perhatian terpilih dari

pengetahuan baru dengan


penyempitan lapangan

lingkungan.
c) Konsentrasi hanya pada

persepsi sehngga individu

tergesa-gesa, tenang bila


berurusan dengan pasien.
b) Bicara dengan sikap tenang,
tegas meyakinkan.
c) Gunakan kalimat yang

tugas-tugas individu.
kehilangan pegangan tetapi d) Suara bergetar.
e) Ketidaknyamanan jumlah
dapat mengikuti pengarahan
d)
waktu yang digunakan.
orang lain.
f) Takipnea.
e)
g) Takikardia.
f)
h) Perubahan dalam nada suara.
i) Gemetaran.
j) Peningkatan ketegangan

pendek dan sederhana.


Hindari menjadi cemas,
marah, dan melawan.
Dengarkan pasien.
Berikan kontak fisik dengan
menyentuh lengan dan

tangan pasien.
otot.
g) Anjurkan pasien
k) Menggigit kuku, memukulmenggunakan tehnik
mukulkan jari,
relaksasi.
menggoyangkan kaki dan h) Ajak pasien untuk
mengetukkan jari kaki.

mengungkapkan
i)

perasaannya.
Bantu pasien mengenali dan
menamai ansietasnya

3. Ansietas Berat.
Deskripsi
Batasan Karakter
Pada ansietas berat lapangan a) Perasaan terancam.
a)
b)
Ketegangan otot yang
persepsi menjadi sangat
berlebihan.
menurun. Individu cenderung
c) Diaforesis.
b)
memikirkan hal yang sangat d) Perubahan pernapasan.
e) Napas panjang.
kecil saja dan mengabaikan
f) Hiperventilasi.
hal yang lain. Individu tidak g) Dispnea.
c)
h) Pusing.
mampu berfikir realistis dan
i) Perubahan gastrointestinalis.
membutuhkan banyak
j) Mual muntah.

Intervensi
Isolasi pasien dalam
lingkungan yang aman dan
tenang.
Biarkan perawatan dan
kontak sering sampai
konstan.
Berikan obat-obatan pasien
melakukan hal untuk dirinya
sendiri.
13

pengarahan, untuk dapat

k)
l)
memusatkan pada daerah lain.
m)
n)
o)
p)
q)
r)

Rasa terbakar pada ulu hati. d)


Sendawa.
Anoreksia.
e)
Diare atau konstipasi.
Perubahan kardivaskuler.
Takikardia.
f)
Palpitasi.
Rasa tidak nyaman pada
g)
prekokardia.
s) Berkurangnya jarak persepsi
t)

secara berat.
Ketidakmampuan

Observasi adanya tandatanda peningkatan agitasi.


Jangan mennyentuh pasien
tanpa permisi.
Yakinkan pasien bahwa dia
aman.
Kaji keamanan dalam
lingkungan sekitarnya.

untuk

berkonsentrasi.
u) Rasa terbakar.
v) Kesulitan dan ketidaktepatan
pengungkapan.
w) Aktivitas yang tidak berguna.
x) Bermusuhan.
4. Panik.
Deskripsi
Adalah tingkat dimana

a)
b)
individu berada pada bahaya
c)
terhadap diri sendiri dan

Batasan Karakter
Hiperaktif / imobilitasi berat.a)
Rasa terisolasi yang ekstrim.
Kehilangan desintegrasi
b)
kepribadian.
Sangat goncang dan otot-otot

orang lain serta dapat

d)

menjadi diam atau

tegang.
e) Ketidakmampuan untuk

menyerang dengan cara


kacau.

berkomunikasi dengan

Intervensi
Tetap bersama pasien ; minta
bantuan.
Jika mungkin hilangkan
beberapa stressor fisik dan

psikologisdari lingkungan.
c) Bicara dengan tenang, sikap
meyakinkan, menggunakan

nada suara yang rendah.


kalimat yang lengkap.
d) Katakan pada pasien bahwa
f) Distori persepsi dan penilaian
anda (staf) tidak akan
yang tidak realistis terhadap
membahayakan dirinya
lingkungan dan ancaman.
g) Perilaku kacau dalam usaha
sendiri atau orang lain.
e) Isolasikan pasien pada
melarikan diri.
h) Menyerang.
daerah yang aman dan
nyaman.
f) Lanjut dengan perawatan
ansietas berat.

14

D. Evaluasi
1. Frekuensi atau intensitas episode ansietas klien berkurang.
2. Klien memahami program pengobatan dan berkomitmen
mematuhinya.
3. Klien memahami

berbagai

metode

koping

dan

kapan

untuk
harus

menggunakannya.
4. Klien yakin bahwa kualitas hidupnya memuaskan.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ansietas adalah respons emosi tanpa objek, berupa perasaan takut dan
kekhawatiran yang tidak jelas dan berlebihan dan disertai berbagai gejala
sumatif yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau
penderitaan yang jelas bagi pasien.
Ada berbagai macam tingkat ansietas yaitu ingkat ansietas Ansietas
ringan, ansietas sedang, ansietas berat, ansietas panic selain itu gangguan terkait
ansietas pun sangat beragam diantaranya agoraphobia, gangguan ansietas umum
dan gangguan obsesif kompulsif
B. Saran
Dalam mengatasi ansietas tidak hanya terapi farmakologis yang
diberikan akan tetapi efek terepeutik dari perawat sangat membantu dalam

15

proses kesembuhan klien dengan ansietas. Agar efek dari ansietas dapat
konstruktif individu harus dapat menggunakan koping yang efektif sehingga
efek destruktif dari ansietas dapat dihindari.

16

Você também pode gostar