Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
1.
SISTOLIK
DIASTOLIK
Normal
Tinggi Normal Hipertensi
Stadium 1 (ringan)
Stadium 2 (Sedang)
Stadium 3 (berat)
Stadium 4 (sangat berat)
< 130
130 139
140 159
160 179
180 209
> 210
< 85
85 89
90 99
100 109
110 119
> 120
Sumber : Brunner dan suddarth (896, 2002).
2.
Anatomi Fisiologi
a.
Anatomi jantung
Jantung adalah organ berongga, berotot, yang terletak ditengah toraks dan ia
menempati rongga antara paru dan diafragma yang beratnya sekitar 300 g. Daerah
pertengahan dada antara kedua paru disebut sebagai mediastinum. Sebagaian
besar rongga mediastinum ditempati oleh jantung yang terbungkus dalam kantung
fibrosa tipis yang disebut pericardium. Sisi kanan jantung dan kiri masing-masing
tersusun atas dua kamar, atrium dan ventrikel. Dinding yang memisahkan kamar
kanan dan kiri disebut septum. Karena posisi jantung agak memutar dalam rongga
dada, maka ventrikel kanan terletak lebih ke anterior ( tepat di bawah sternum )
dan ventrikel kiri lebih ke posterior.
b.
Fisiologi Jantung
Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen dan zat
nutrisi lain sambil mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme.
Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion bergerak menembus membran sel. Pada
keadaan istirahat otot jantung terdapat dalam keadaan terpolarisasi dan pada saat
siklus jantung bermula saat dilepaskannya implus listrik disebut fase depolarisasi.
Adapun repolarisasi terjadi saat sel kembali kekeadaan dasar dan sesuai dengan
relaksasi otot miokardium.Prinsip penting yang menentukan arah aliran darah
adalah aliran cairan dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.
Perubahan tekanan yang terjadi dalam kamar jantung selama siklus jantung di
mulai dengan diastolic saat ventrikel berelaksasi. Selama diastolik, katup
atrioventrikularis terbuka dan darah yang kembali dari vena mengalir ke atrium dan
kemudian ke ventrikel. Pada titik ini ventrikel itu sendiri mulai berkontraksi
( sistolik ) sebagai respon propagasi implus listrik yang dimulai di nodus SA
beberapa milidetik sebelumnya. Selama sistolik tekanan di dalam ventrikel dengan
cepat meningkat, mendorong katup AV untuk menutup. Pada saat berakhirnya
sistolik, otot ventrikel berelaksasi dan tekanan dalam kamar menurun dengan
cepat. Secara bersamaan, begitu tekanan di dalam ventrikel menurun
drastissampai di bawah tekanan atrium, nodus AV akan membuka, ventrikel mulai
terisi dan urutan kejadian berulang kembali.( Brunner & , 2002 ; 720 724 ).
3.
Etiologi
b.
Volume sekuncup
c.
d.
e.
Stres berkepanjangan
f.
Genetik
Sedangkan menurut Jan Tambayong (2000) etiologi dari hipertensi adalah sebagai
berikut :
a.
Usia
Kelamin
Pada umumnya insidens pada pria lebih tinggi daripada wanita, namun pada uia
pertengahan dan lebih tua, insidens pada waktu mulai meningkat, sehingga pada
usia diatas 65 tahun, insidens pada wanita lebih tinggi.
c.
Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitampaling sedikit dua kalinya pada yang berkulit
putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras kulit hitam. Misalnya
mmortalitas pasien pria hitam dengan diastole 115 atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi
daripada pria berkulit putih, dan 5,6 kali bagi wanita putih.
d.
Pola hidup
Faktor seperti pendidikan, penghasilan, dan faktor pola hidup lain telah diteliti,
tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, dan kehidupan atau pekerjaan yang
penus stes agaknya berhubungan dengan insidens hipertensi yang lebih tinggi
e.
Diabetes melitus
Hubungan antara diabetes melitus dan hipertensi kurang jelas, namun secara
statistik nyata ada hubungan antara hipertensi dan penyakit arteri koroner.
f.
Hipertensi sekunder
Seperti dijelaskan sebelumnya, hipertensi dapat terjadi akibat yang tidak diketahui.
Bila faktor penyebab dapat diatasi, tekanan darah dapat kembali normal.
4.
Insiden
Penyakit hipertensi lebih banyak menyerang wanita daripada pria, Sekitar 20%
populasi dewasa mengalami hipertensi ; lebih dari 90% diantara mereka menderita
hipertensi esensial (primer), dimana tidak dapat ditentukan penyebab medisnya.
Sisanya mengalami kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu (hipertensi
sekunder), seperti penyempitan renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai
obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan. (Brunner & suddarth, 2001 ; 897).
5.
Patofisiologi
Manisfestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada pederita hipertensi menurut
Elizabeth J. Corwin (2009 ; 487), antara lain :
a.
Sakit kepala saat terjaga kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium.
b.
c.
Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susuna saraf pusat.
d.
Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
e.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi menurut Elizabeth J. Corwin (2009),
antara lain :
a.
Stroke
b.
Infark miokard
c.
Gagal ginjal
d.
e.
Kejang
Test dignostik
Kimia darah meliputi tes untuk fungsi ginjal dan elektrolit serum.
c.
Rontgen toraks.
d.
EKG
e.
Urinalisasi
f.
Tes lebih spesifik bila terdapat kecurigaan yang lebih besar, aortogram untuk
koarktasio aorta atau kelainan vaskuler ginjal.
g.
h.
Rapid-sequnce intravenous pyelogram, arteriogram arteri renalis, aktivitas
renin vena renalis dan biopsi ginjal untuk penyakit ginjal.
i.
Pemeriksaan terhadap asam vanillymandelic dan katekolamin pada urin untuk
mencari adanya feokromosotioma.
j.
k.
9.
Penatalaksanaan medik
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan
tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Efektifitas setiap program ditentukan oleh
derajat hipertensi, komplikasi biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan
dengan terapi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk
penurunan berat badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau; latihan
relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi
antihipertensi. Apabila pada penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi
(pria perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95
mmHg dan siastoliknya diatas 130 sampai diatas 139 mmHg, maka perlu dimulai
terapi obat-obatan. (Brunner and Suddarth, 2002).
B.
1.
Pengkajian
a.
Aktifitas
Gejala
Tanda
b.
Sirkulasi
Integritas ego
Eliminasi
Gejala : Gejala ginjal saat ini atau yang lalu (misalnya: infeksi, obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu).
e.
Neurosensori
Gejala
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala
h.
Pernafasan (berhubungan dengan efek cardiopulmonal tahap lanjut dari
hipertensi menetap/berat).
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja tachypnea, ortopnea,
dispnea, nocturnal paroxysmal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
merokok.
Tanda : Distress respirasi/penggunaan otot aksesori pernafasan, bunyi nafas
tambahan, sianosis.
i.
Keamanan
Diagnosa Keperawatan
b.
Intolerans aktifitas
c.
Nyeri (akut)
d.
e.
f.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan.
3.
Perencanaan
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untik prilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Tindakan
keperawatan dibagi menjadi, mandiri (dilakukan perawat) dan kolaboratif (dilakukan
oleh pemberiperawatan lainnya).
a.
2)
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang dan pasien.
RASIONAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Beri lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktifitas/keributan lingkungan dan
batasi jumlah pengunjung dan lamannya tinggal.
7.
Pertahankan pembatasan aktifitas (jadwal istirahat tanpa gangguan, istirahat
di tempat tidur/kursi), bantu pasien melakukan aktifitas perawatan diri sesuai
kebutuhan.
8.
Lakukan tindakan yang nyaman (pijatan punggung dan leher, meninggikan
kepala tempat tidur).
9.
1.
Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap
tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler.
2.
Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan femoralis mungkin diamati atau
tekanan palpasi. Denyutan pada tungkai mungkin menurun: efek dari vasokontraksi.
3.
Bunyi jantung IV umum terdengar pada hipertensi berat dan kerusakan fungsi
adanya krakels mengi dapat mengindikasi kongesti paru sekunder terhadap atau
gagal jantung kronik.
4.
Mungkin berkaitan dengan vasokontraksi atau mencerminkan dekompensasi
atau penurunan curah jantung.
5.
6.
7.
Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi tekanan darah dan
perjalanan penyakit hipertensi.
8.
9.
Menurunkan rangsangan stress membuat efek tenang, sehingga akan
menurunkan tekanan darah.
10. Respon terhadap terapi obat tergantung pada individu dan efek sinergis obat.
11. Dapat memperkuat agen antihipertensi lain dengan membatasi retensi cairan.
12. dapat menangani retensi cairan dengan respon hipertensi yang dapat
melibatkan beban kerja jantung.
13. Bila hipertensi berhubungan dengan adanya fcokromositoma maka
pengangkatan tumor dapat memperbaiki kondisi.
Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)
b.
Intoleran aktifitas
RASIONAL
1.
Kaji respon pasien terhadap aktifitas frekuensi nadi, peningkatan tekanan
darah yang nyata selama/sesudah aktifitas.
2.
Instruksikan tehnik penghematan energi (menggunakan kursi saat mandi,
duduk, menyisir rambut atau menyikat gigi, lakukan aktifitas dengan perlahan).
3.
Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri bertahap jika
dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.
1.
Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologis stress
terhadap aktifitas dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yang
berkaitan dengan tingkat aktifitas.
2.
Dapat mengurangi penggunaan energi dan membantu keseimbangan antara
suplai antara suplai dan kebutuhan O2.
3.
RASIONAL
1.
2.
Berikan kompres dingin pada dahi, pijat punggung, dan leher, tenang,
redupkan lampu kamar, tehnik relaksasi.
3.
Hilangnya/minimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat menurunkan dan
sakit kepala, misalnya: batuk panjang, mengejan saat BAB, dan lain-lain.
4.
5.
Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi
perdarahan hidung atau kompres di hidung telah dilakukan untuk menghentikan
perdarahan.
6.
1.
2.
Menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang memperlambat/ memblok
respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasi.
3.
Menyebabkan sakit kepala pada adanya tekanan vaskuler serebral karena
aktifitas yang meningkatkan vaskonotraksi.
4.
5.
Menaikkan kenyamanan kompres hidung dapat mengganggu menelan atau
membutuhkan nafas dengan mulut, menimbulkan stagnasi sekresi oral dan
mengeringkan mukosa.
6.
Dapat mengurangi tegangan dan ketidaknyamanan yang diperbuat oleh
stress.
Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)
d.
2)
3)
Mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan
kesehatan optimal.
4)
RASIONAL
1.
Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan
kegemukan.
2.
Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,
garam, gula sesuai indikasi.
3.
4.
5.
Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan
dengan kejenuhan lemak tinggi dan kolesterol.
6.
1.
Kegemukan adalah resiko tambahan pada hipertensi karena kondisi proporsi
antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan
peningkatan massa tubuh.
2.
Kesalahan kebiasaan maksimum menunjang terjadinya atherosklerosis dan
kegemukan yang merupakan predisposisi untuk hipertensi dan komplikasinya.
3.
Motivasi penurunan berat badan adalah internal. Individu harus berkeinginan
untuk menurunkan berat badan bila tidak maka program sama sekali tidak berhasil.
4.
Membantu dalam menentukan kebutuhan individu untuk
penyesuaian/penyuluhan dan mengidentifikasi kekuatan/ kelemahan dalam program
diet terakhir.
5.
6.
Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet
individual.
Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)
e.
1)
Krisis situasional/diaturasional.
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Nutrisi buruk.
8)
9)
2)
Mengidentifikasi potensial situasi stress dan mengambil langkah untuk
menghindari/mengubahnya.
3)
RASIONAL
1.
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku, misalnya:
kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam
rencana pengobatan.
2.
Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi,
peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk
mengatasi atau menyelesaikan masalah.
3.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah.
4.
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan berikan dorongan
partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
5.
1.
Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi
hipertensi kronik, dan mengintegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam
kehidupan sehari-hari.
2.
Manifestasi mekanisme koping maladaptik mungkin merupakan indicator
marah yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama tekanan darah
diastolic.
3.
Pengenalan terhadap stressor adalah langkah pertama dalam mengubah
respon seseorang terhadap stressor.
4.
Memperbaiki keterampilan koping dan dapat meningkatkan kerjasama dalam
regimen teraupetik.
5.
Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relatif terhadap
pandangan pasien tentang apa yang diinginkan.
Sumber : Marllyn Doengoes, (2000)
f.
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai kondisi rencana
pengobatan berhubungan dengan:
1)
2)
Misinterpretasi informasi
3)
Keterbatasan kopnitif.
4)
Menyangkal diagnosa.
Tujuan:
1)
2)
3)
Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu
diperhatikan.
Intervensi dan Rasional :
Tabel 2.2 Intervensi dan Rasional
INTERVENSI
RASIONAL
1.
2.
Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal, jelaskan tentang
hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal, dan otak.
3.
Hindari mengatakan tekanan darah normal dan gunakan istilah terkontrol
dengan baik saat menggambarkan tekanan darah pasien dalam batas yang
diinginkan.
4.
Bantu pasien dalam mengidentifikasi factor-faktor resiko kardiovaskuler yang
dapat diubah misalnya obesitas, diet, tinggi lemak jenuh, kolesterol, pola hidup
monoton, dan minum alcohol, pola hidup stress.
5.
Rekomendasikan untuk menghindari mandi air panas, ruang penguapan,
penggunaan alcohol yang berlebihan.
6.
Anjurkan pasien untuk berkonsultasi dengan pemberi perawatan sebelum
menggunakan obat.
7.
Instruksikan pasien tentang peningkatan masukan makanan atau cairan tinggi
kalium.
1.
2.
Meningkatkan pengetahuan klien tentang tekanan darah normal dan efek
hipertensi.
3.
Tekanan darah normal pada setiap orang berbeda tergantung pada banyak
faktor.
4.
Mencegah meningkatnya tekanan darah dengan memperhatikan faktor
faktor resiko.
5.
6.
7.
Pelaksanaan
a.
Tindakan mandiri
b.
Tindakan observasi
c.
d.
Tindakan kolaborasi
5.
Evaluasi
Tahapan evaluasi merupakan proses yang menentukan sejauh mana tujuan dapat
dicapai, sehingga dalam mengevaluasi efektivitas tindakan keperawatan. Perawat
perlu mengetahui kriteria keberhasilan dimana kriteria ini harus dapat diukur dan
diamati agar kemajuan perkembangan keperawatan kesehatan klien dapat
diketahui Dalam evaluasi dapat dikemukakan 4 kemungkinan yang menentukan
keperawatan selanjutnya yaitu :
a.
b.
c.
d.
Evaluasi untuk klien dengan hipertensi dapat disesuaikan dengan masalah yang
telah ditanggulangi dengan mengacu pada tujuan yang telah ditentukan.
a.
Apakah tekanan darah dalam rentang yang dapat diterima oleh klien?.
b.
c.
d.
e.