Você está na página 1de 9

Pengertian Sejarah Menurut Para Ahli Dalam Negeri (Indonesia)

Muhammad Yamin: Pengertian sejarah menurut Muhammad Yamin adalah ilmu


pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat
dibuktikan dengan bahan kenyataan

Moh. Hatta: Menurut Moh. Hatta, sejarah dalam wujudnya memberikan pengertian
tentang masa lampau. Sejarah bukan sekadar melahirkan kriteria dari kejadian di masa
lalu sebagai masalah. Sejarah tidak sekedar kejadian masa lampau, tetapi pemahaman
masa lampau yang didalamnya mengandung berbagai dinamika, mungkin berisi
problematik pelajaran bagi manusia berikutnya.

Nugroho Notosusanto: Pengertian sejarah menurut Nugroho Notosusanto bahwa


sejarah adalah peristiwa-peristiwa yang menyangkut manusia sebagai makhluk
bermasyarakat yang erjadi di masa lampau.

Taufik Abdullah: Pengertian sejarah menurut Taufik Abdullah adalah tindakan


manusia dalam jangka waktu tertentu di masa lampau yang dilakukan di tempat
tertentu.

Drs. Sidi Gazalba: Arti sejarah menurut Drs. Sidi Gazalba adalah masa lalu manusia
dan seputarnya yang disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa
tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yang memberi pengertian dan pemahaman
tentang apa yang berlaku.

Pengertian Dasar Tentang Gerak Sejarah


Sejarah adalah sejarah manusia dimana peran, penulis sejarah, dan peminatnya hanya
manusia saja. Maka manusialah yang harus dipandang sebagai inti sejarah. Oleh sebab itu
dapat dipahami apabila masalah itu dipandang sebagai akibat daripada pendapat manusia
tentang dirinya, yaitu :
1.
Manusia bebas menentukan nasib sendiri dengan istilah interpersional otonom.
2.
Manusia tidak bebas menentukan nasibnya atau manusia ditentukan oleh kekuatan
diluar pribadinya. Atau disebut dengan manusia heterofaham bahwa manusia itu otonom
dalam istilah filsafat disebut inderterminism dan faham heteronom disebut determinism.
Dari dua faham itu faham heteronom atau determinism adalah faham yang tertua. Menurut
kepercayaan manusia tentang penentu nasibnya adalah :
a) Alam sekitarnya dan segala isinya
b)
Kekuatan
c)
Tuhan
1.

b.
Beberapa Pengertian Gerak Sejarah
1)
Hukum fatum
Pada dasarnya alam raja sama dengan alam kecil yaitu manusia. Macro cosmos sama dengan
micro cosmos. Cosmos menunjukkan bahwa alam teratur dan di alam itu hukum alam
berkuasa. Hukum yang berlaku dalam macro dan micro cosmos yaitu alam raja dan alam
manusia dikuasai oleh nasib (kadar) yaitu suatu kekuatan gaib yang menguasai
macrocosmos-microcosmos.
Perjalanan hidup alam semesta ditentukan oleh nasib; perjalanan matahari, bulan, bintang,
manusia dan sebagainya. Tak dapat menyimpang dari jalan yang sudah ditentukan
oleh nasib.Hukum alam yang menjadi dasar dari segala hukum cosmos ialah hukum
lingkaran atau hukum cyclus (siklus). Setiap kejadian, setiap peristiwa akan terjadi lagi,
terulang lagi. Hukum cyclus di Indonesia di sebut dengan cakra manggilingan yang berarti
bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari cakram itu dan bahwa segala kejadianperistiwa berlangsung dengan pasti. Cakram adalah lambang nasib (kadar) yang berputar
terus serba abadi tanpa putus.
2)
Faham Santo Augustinus
Faham fatum menjelma dalam agama nasrani sebagai faham ketuhanan dengan sifat yang
sama;
kekuatan tunggal fatum menjadi tuhan
serba keharusan, menurut rencana alam, menurut ketentuan fatum menjadi kehendak
Tuhan
sejarah sebagai wujud kadar menjadi sejarah sebagai wujud kehendak Ilahi.

Tujuan gerak sejarah adalah terwujudnya kehendak Tuhan yaitu civitas dei atau kerajaan
Tuhan. Masa sejarah adalah masa percobaan, masa ujian bagi manusia. Kehendak. Tuhan
harus diterima dengan rela dan ikhlas; mnusia tidak dapat melepaskan diri dari kodrat Ilahi;.
Keharusan kodrat Ilahi menurut faham ini ditambah dengan ancaman di akhirat masuk civitas
diaboli (kerajaan iblis) atau neraka.
3)
Pendapat Ibn Khaldun
Teori Ibn khaldun berdasarkan pada kehendak Tuhan sebagai pangkal gerak sejarah seperti
Augustinus, akan tetapi Ibn Khaldun tidak memusatkan perhatiaannya kepada akhirat. Tujuan
sejarah adalah agar manusia sadar akan perubahan-perubahan masyarakat sebagai usaha
penyempurnaan peri kehidupannya. Baginya sejarah adalah ilmu berdasarkan kenyataan,
dimana tujuan sejarah adalah agar manusia sadar akan perubahan-perubahan masyarakat
sebagai usaha penyempurnaan peri-kehidupan. Ibnu khaldun menunjukan perubahan
perubahan yang terjadi dalam masyarakat karena kadar Tuhan, yang terdapat didalam
masyarakat adalah naluri untuk berubah.
Justru karena perubahan-perubahan itu berupa revolusi, pemberontakan, pergantian adatlembaga. Maka masyarakat masyarakat dan negara-negara mengalami kemajuan. Manusia
dan semua lembaga-lembaga yang diciptakan olehnya dapat maju khususnya melalui
perubahan. Nyatalah bahwa ibn khaldun dengan pasti mengemukakan perubahan sebagai
dasar-kemajuan dan itulah yang kemudian disebut dengan teori-evolusi (teori kemajuan)yang
diciptakan oleh Charles Darwin.
4)
Renaissance dan Akibatnya
Disebabkan oleh kegiatan-kegiatan para ahli filsafat di Zaman Renaisance, pengaruh gereja
mulai berkurang. Perhatian manusia beralih dari dunia akhirat kedunia yang fana ini,
kepercayaan pada diri pribadi sendiri bertambah dalam sanubari manusia. Manusia itu sendiri
lambat laun melepaskan diri dari agama serta beranilah mereka mengembangkan semangatotonom. Sumber gerak Sejarah tidak dicari diluar pribadinya tetapi dicari dalam diri sendiri.
Hubungan dengan cosmos diputuskan, ikatan dengan Tuhan ditiadakan, manusia berdiri
sendiri atau otonom. Gerak Sejarah tidak menuju ke akhirat tetapi kearah kemajuan duniawi.
Maka dalam hidup yang seolah-olah tidak memerlukan tuhan itu lagi, timbul faham-faham
baru yang berpedoman evolusi-tak-terbatas. Faham-faham itu terkenal historicalmaterialisme atau economic determinims. Faham ini menerangkan bahwa pangkal gerak
sejarah ialah ekonomi, dimana gerak sejarah ditentukan oleh cara-cara menghasilkan barang
keperluan masyarakat (produksi).
Gerak sejarah terlaksanakan dengan pasti menuju kearah masyarakat yang tidak mengenal
pertentangan kelas. Kemajuan ilmu pengetahuan serempak dengan kemajuan filsafat dan
teknik mengakibatkan timbulnya alam pikiran baru di Eropa. Gerak sejarah dipangkalkan
pada kemajuan (evolusi) yaitu keharusan yang memaksa segala sesuatu untuk maju. Faham
historical-materialism yang disusun Karl Marx (1818-1883) dan F. Engels (1820-1895). Jelas
pula bahwa otonomi yang dibanggakan oleh manusia abad ke-19 sebetulnya hanya
pembebasan dari Tuhan dan penambatan kepada hukum ekonomi.
5)

Tafsiran Sejarah Menurut Oswald Spengler

Dalil Oswald Spengler ialah bahwa kehidupan sebuah kebudayaan dalam segala-galanya
sama dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan, hewan, sama pula dengan peri kehidupan
manusia. Gerak sejarah tidak bertujuan sesuatu kecuali melahirkan, membesarkan,
mengembangkan, meruntuhkan kebudayaan. Mempelajari sejarah bertujuan untuk
mengetahui tingkat suatu kebudayaan (diagnose).

1.
2.
3.
1.
2.
3.

6)
Tafsiran Arnold J. Toynbee
Teori Toynbee didasarkan atas penyelidikan 21 kebudayaan yang sempurna dan 9
kebudayaan yang kurang sempurna. Menurut Toynbee gerak sejarah berjalan melalui
tingkatan-tingkatan seperti berikut:
genesis of civilizations lahirnya kebudayaan
growth of civilizations perkembangan kebudayaan
decline of civilizations keruntuhan kebudayaan
breakdown of civilizations kemerosotan kebudayaan
disintegration of civilizations kehancuran kebudayaan
dissolution of civilizations hilang dan lenyapnya kebudayaan
Pertumbuhan dan perkembangan suatu kebudayaan digerakkan oleh sebagian kecil dari
pemilik-pemilik kebudayaan tersebut. Jumlah kecil tersebut menciptakan kebudayaan dan
massa meniru. Tanpa meniru yang kuat dan dapat mencipta maka suatu kebudayaan tidak
dapat berkembang

7)
Teori Pitirim Sorokin
Pitirim Sorokin adalah orang ahli sosiologi dan tersohor karangannya. Pendapatnya berbeda
dengan aliran-aliran pendahulunya. Gerak sejarah terutama menunjukkan fluctuation from
age to age yaitu naik turun, pasang surut, timbul tenggelam, dengan ganti berganti. Sorokin
menyatakan bahwa gerak sejarah terutama menunjukkan fluctuation from age to age yaitu
naik-turun,pasang-surut, timbul-tenggelam dengan berganti-ganti. Ia menyatakan tentang
adanya cultural universe atau alam kebudayaan dan disitu terdapat masyarakat denagan
aliran-aliran kebudayaan. Dalam ajaran yang seluas itu terdapatlah tiga corak (typus) yang
tertentu yaitu :
1.
ideational yaitu mengenai kerohanian, ketuhanan, keagamaan, kepercayan.
2.
Sensate yaitu yang serba jasmaniah, mengenai keduniawian, berpusatkan panca indra.
Perpaduan daripada ideational-sensate ialah idealistik yaitu suatu kompromi
1.

c.
Gerak Sejarah Maju
Ide gerak sejarah yang maju ke depan sering dikemukakan para filsof yang cenderung
mengukuhkan perbuatan manusia dan pencapaian-pencapaiannya dalam sejarah. Mengenai
asal ide kemajuan ini bisa diacu pada pendapat-pendapat Bacon (Sahakian, 1968: 124-140)
dan Descartes (Snyder, 1955: 25-28), dua panji kebangkitan ilmiah di Barat. Pada akhir abad
ke-19 ide ini semakin tersebar luas, yaitu pada waktu terjadi polemik antara para pengikut
sastrawan dan krtiisi lama dengan sastrawan dan kritisi baru.
Untuk mempertahankan sikap mereka, para pengikut sastrawan dan kritisi baru terpaksa
menuduh para pengikut sastrawan dan kritisi lama bahwa mereka telah terperosok dalam
khayalan pengukuran yang keliru. Yakni pada waktu mereka memandang orang-orang yang

lebih dulu dari mereka sebagai orang-orang yang lebih kuat pikirannya. Padahal manusia
apabila ia semakin dewasa kebijakannya pun semakin matang dan orisinal, demikian halnya
kemanusiaan yang bersama perjalanan zaman semakin mengarah kepada kemajuan. Jadi,
apabila manusia yang terdahulu mempunyai kelebihan dalam keterdahuluannya, maka
manusia yang berikutnya mempunyai kelebihan dalam kesempurnaannya.
Teori kemajuan ini kemudian tersebar dan mempengaruhi bidang-bidang kegiatan manusia
lainnya seperti politik, sosial, seni, filsafat, dan sejarah, sehingga pada abad ke-19 kata
kemajuan memiliki berbagai makna. Di antara makna kata itu ada yang berkaitan dengan ide
perkembangan yang memandang watak manusia sebagai hasil tertinggi proses perkembangan
itu sendiri, dan oleh karena itu kemajuan historis juga terkandung dalam watak itu. Makna
kata ini ada pula yang berkaitan dengan filsafat denominasional, di mana konsepsi
kemajuan mengambil corak teori yang integral dalam filsafat sejarah, seperti halnya yang kita
dapatkan pada beberapa filosof abad ke-19 sepertiKarl Marx, Frederick Engels, dan lainlain, atau dalam filsafat sosial yang diwakili oleh Auguste Comte dan John Stuart Mill.
Kemudian pada abad ke-20, teori kemajuan meraih berbagai dukungan dari kalangan kaum
Marxis, pragmatis, dan para penganut aliran eksperimental. Sejak awal kemunculannya, teori
kemajuan erat kaitannya dengan ilmu pengetahuan. Seruan para penganut teori ini pada
dasarnya ditegakkan di atas kemajuan yang diraih kamanusiaan dalam sebagian ilmu
pengetahuan yang membuat tersingkapnya sebagian hal yang tidak diketahui sebelumnya,
dan di antara hasilnya adalah masa pencerahan dengan optimisme dan rasa percaya terhadap
masa depan yang erat berkaitan dengannya, keinginan untuk mengendalikan alam, peremehan
masa lalu dengan segala khurafatnya, dan keinginan untuk menguasai pembuatan sejarah.
Teori kemajuan ini oleh para pendukungnya dideskripsikan sebagai suatu proses akumulatif
sepanjang masa. Oleh karena itu orang-orang zaman modern, dengan sarana dan ilmu
pengetahuan yang mereka miliki, lebih maju ketimbang orang-orang zaman dahulu di bidang
ilmu pengetahuan dan industri. Oleh karena itu kekaguman tidak logis terhadap orang-orang
dahulu tidak mempunyai landasan, dan kekaguman itu menurut mereka merupakan batu
penghalang jalan kemajuan manusia. Dengan pandangan yang demikian ini, kemajuan adalah
filsafat optimistis yang memandang kesempurnaan manusia sebagai hal yang tidak terbatas
dan sejarah manusia bergerak maju di mana pengetahuan manusia menjadi semakin
berkembang dan sedikit demi sedikit semakin mendekati tujuan akhir masyarakat manusia,
yaitu terealisasinya kebebasan, kesempurnaan, dan penguasaan sepenuhnya atas alam.
Dari segi lain, teori kemajuan mendapat kritik dari para penganut relativisme historis yang
memandang teori kemajuan hanya sebagai salah satu pola organisasi sosial yang berupaya
menganalisis realitas dan mengorganisasikannya berdasarkan percobaanpercobaan masa lalu,
guna terjadinya perubahan yang lebih besar dan demi kebaikan sebanyak mungkin anggotaanggota masyarakat. Jadi, kemajuan dalam pengertian yang demikian ini merupakan suatu
nilai moral yang lebih banyak mengandung suatu sifat pengarahan dan perasaan tanggung
jawab bersama daripada merupakan suatu filsafat realistis tentang realitas sejarah dalam
pengertiannya yang dikenal.
1.

d.
Gerak Sejarah Mundur
Kini kita beralih pada bentuk lani dari konsepsi beberapa peneliti tentang gerak sejarah.
Apabila sementara ahli ada yang menganut ide gerak maju kemanusiaan ke depan, sebaliknya

ada pula para ahli yang menyatakan bahwa kemanusiaan bergerak mundur. Namun ide gerak
mundur historis ini tidak diperbincangkan banyak filosof, tidak seperti halnya dalam
kalangan awam yang di setiap masa kita masih tetap mendengarkan dari mereka keluhan
terhadap zaman dan kerinduan terhadap masa lalu, dengan kebaikan, kejayaan, dan
keutamaan yang dimilikinya. Pesimisme historis yang demikian ini timbul, kadang-kadang,
dari perasaan manusia yang merasakan kebrutalan masanya dan runtuhnya nilai-nilai estetis
dan etis dalam kalangan banyak orang. Di antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
keadaan yang demikian itu adalah terjadinya peperangan yang menghancurkan, sirnanya
harapan atas perdamaian dan perealisasian kemakmuran yang selalu berulang, dan sikap para
tokoh agama terhadap kritik sosial atas etika masa yang sedang berlangsung.
Walaupun terjadi kemajuan berbagai sistem sosial yang bisa diamati, beberapa pemikir sering
menyatakan ketidakmampuan kemanusiaan untuk mencapai kemajuan yang riil. Misalnya
saja ujarGoethe: Kini manusia menjadi lebih cerdas dan sadar, namun ia tidak menjadi lebih
berbahagia dan bermoral. Sementara Georges Sorel (meninggal pada tahun (1922)
menentang para filosof kemajuan dan para penyusun teori-teori perkembangan sosial politik
dan memandang para tokoh yang searah dengan Fovilles sebagai para penipu yang
berkelebihan, sewaktu mereka menyatakan bahwa menyadari terjadinya peningkatan
perasaan kehormatan manusiawi, kebebasan, dan individualitas dalam kalangan masyarakat
dengan maju dan tersebarluasnya demokrasi.
Ide kemajuan, menurut beberapa penulis, dengan demikian merupakan ilusi yang
dikemukakan sejumlah pemikir, filosof, dan pembaharu yang berpendapat bahwa sejarah
umum, yang bergerak menurut garis horisontal, merupakan suatu kemanusiaan yang selalu
bergerak. Akibatnya, mereka pun mengacaukan antara pengertian-pengertian yang tidak
mempunyai indikator, seperti penguasaan rasio, kebahagiaan sejumlah besar orang,
pencerahan, kebebasan bangsa-bangsa, penguasaan alam, perdamaian yang abadi, dan
ilusiilusi lain-lainnya. Dalam hal ini mereka terdorong di belakang optimisme naif yang tidak
dikuatkan oleh pengalaman sejarah: Maka mereka pun mempunyai gambaran bahwa
kemanusiaan bergerak secara terus-menerus ke arah suatu tujuan tertentu. Gambaran ini
bukannya mereka terima karena adanya bukti ilmiah, tapi karena mereka mengharapkan hal
itu dan harapan cukup menjadi bukti. Agar pandangan mereka itu mendapatkan landasan,
mereka pun menciptakan kata kemanusiaan, dan seakan kemanusiaan merupakan sesuatu
yang hakiki, maujud, hidup di luar. Walau demikian kemanusiaan merupakan kata yang
abstrak. Sebab, seperti dikatakan Goethe, dalam hari-hari yang telah lalu yang ada hanialah
manusia. dan yang akan ada juga hanya manusia. Jadi, kata kemanusiaan itu ada kalanya
mengandung makna species hewan dan ada kalanya tidak sama sekali mengandung suatu
makna, baik apakah makna tujuan, perencanaan, atau upaya seperti dikemukakan para
pendukung ide kemajuan.
Kaum pesimis ini sendiri, yang menganut ide gerak sejarah yang mundur ke belakang,
apabila tidak mengajak massa untuk mengadakan revolusi yang keras, hampir tidak
merefleksikan suatu garis pikiran yang gamblang dalam kalangan para sejarawan
kebudayaan, karena sedikit sekali para filosof sejarah yang mengambil pendapat itu. Menurut
pendapat paling ekstrem dari kaum pesimis ini, kebudayaan-kebudayaan mempunyai daur
historis, yakni kebudayaan itu lahir, tumbuh, berkembang dan mati, seperti halnya makhluk
hidup, untuk digantikan atau tidak setelahnya, oleh kebudayaan lainnya, seperti akan

diuraikan nanti. Tampak bahwa sejarah dalam perasaan manusia modern telah menjadi
suatu alam yang berjalin dan kompleks, yang membuat manusia tidak mampu memahami
rinci-rinci dan bagian-bagiannya yang tersusun dalam satu pola yang bermakna. Menurut
sejumlah penulis modern mengenai hal itu, rinci-rinci sejarah itu tidak menyajikan kepada
kita kunci rasional apa pun yang membuat kita mampu memahami gerak sejarah. Ia hanialah
serangkaian perubahan-perubahan cepat yang tidak tergambarkan. Apalagi sejarahnya
sendirilah yang tidak lagi membawa suatu misi ontologis yang bermakna: adakalanya ia tidak
sama sekali mempunyai tujuan dan adakalanya mempunyai tujuan yang beraneka namun
tidak ada satu pun yang memberi perasaan bermakna terhadap landasan harapan dan nilainilai manusiawi.
Pesimisme dalam memahami sejarah yang demikian itu, meski pada substansinya
mengandung penghancur konsepsi kemajuan seperti yang dikenal, tidak menyatakan secara
terang-terangan gerak sejarah yang mundur ke belakang, sebab ia mengungkapkan tentang
sirnanya keyakinan atas keintegrala n rasio manusia, kesempurnaannya, dan kemampuannya
untuk berhasil, mengaktualisasikan diri, dan berkembang, yaitu keyakinan yang begitu besar
daya tarik dan pengaruhnya selama abad-abad pertama zaman modern. Oleh karena itu,
masih banyak penulis modern yang menganut ide kemajuan, meski ide itu sendiri mendapat
banyak kritikan dan meski sejumlah filosof merasa bahwa kebudayaan manusia modern
hampir di ambang kehancuran.
Sebagai penutup uraian ringkas tentang ide gerak sejarah yang mundur ke belakang menuju
ke hancuran, seperti dikemukakan sejumlah pengkaji, dapat dinyatakan bahwa seorang
peneliti yang jujur tidaklah bisa membatasi perjalanan tertentu dari kebudayaan: bahwa ia
bergerak maju ke depan atau mundur ke belakang. In i karena setiap kebudayaan mengalami
kemajuan atau kemunduran, sebab itu masa lalunya tidak selalu bisa menjadi indikator masa
depannya dan penguasaan intelektualnya terhadap alam pun tidak selalu menunjukkan
kemajuannya yang menyeluruh. Untuk itu, perbincangan tentang masalah ini tidak akan
diperpanjang lagi dan kini kita beralih pada sebuah pola lain dari gerak sejarah, seperti
dikemukakan para penulis modern.
e.
Gerak Sejarah Daur Kultural
Teori daur kultural adalah salah satu teori para pengasas filsafat kontemplatif sejarah, dimana
konsepsi mereka tentang gerak sejarah biasanya tidak lepas dari upaya untuk menyingkapkan
pola dan watak ritmenya. Di samping kelompok-kelompok yang menganut ide ge r a k
sejarah yang maju ke depan atau mundur ke belakang, seperti telah diuraikan di muka, ada
kelompok yang menyatakan bahwa sejarah mempunyai daur kultural yang mengulang
kembali dirinya sendiri dalam satu bentuk atau lainnya. Ibn Khaldun, Vico, Spengler, dan
Toynbee dipandang sebagai para tokoh teori ini, meskipun sesama mereka tidak seiring
pendapat mengenai rinci-rinci teori ini dan dimensi-dimensi sosial, historis, dan filosofisnya.
1.

f.
Sifat Gerak Sejarah
Teori-terori yang memberikan arah dan tujuan kepada gerak sejarah dapat disipulkan
demikian :
1.
Tanpa arah-tujuan

2.
3.

4.
5.

6.

1.

Pelaksanaan kehendak tuhan : gerak sejarah ditentukan oleh tuhan dan menuju kearah
kesempurnaan manusia menurut kehendak tuhan
Ikhtiar, usaha dan perjuangan manusia dapat menghasilkan perubahan dalam nasib
yang sudah ditentukan oleh tuhan. Maka sejarah merupakan perimbangan antara kehendak
Tuhan dengan usaha manusia
Evolusi dengan kemajuan yang tidak terbatas : gerak sejarah membawa manusia
setingkat demi setingkat terus kearah kemajuan.
Disamping gerak evolusi itu terdapat paham historical-materialism yang menentukan
bahwa masyarakat tak berkelas itu adalah muara daripada gerak sejarah setelah melalui masa
kapitalis
Reaksi terhadap faham evolusi itu menghasilkan beberapa aliran baru yaitu:
Aliran menuju ketuhanan seperti umpamanya faham A. J. Toynbee, bahwa gerak
sejarah itu akan sampai kepada masa bahagia apabila manusia menerima tuhan serta
kehendak tuhan sebagai dasar mutlak daripada perjuangannya
Aliran irama gerak sejarah menurut faham Pitirim Sorokin yang menyatakan bahwa
gerak sejarah tidak bertujuan apa-apa dan bahwa gerak sejarah itu hanya menunjukkan datang
lenyapnya atau ganti bergantinya corak-corak: ideational sensate dan idealistic
Aliran kemanusiaan yaitu suatu aliran yang sangat luas yang berpusatkan pendapat
mutlak bahwa manusialah yang terpenting di dunia ini.
Gerak sejarah sukar ditentukan sifatnya karena kemungkinan-kemungkinan untuk
memberikan tafsiran banyak sekali, tetapi betapa sukarnya juga untuk menentukan sifatnya
nyatalah bahwa:
Dasar mutlak daripada gerak sejarah adalah manusia
Isi gerak sejarah adalah pengalaman kehidupan manusia
g.
Tugas Manusia dalam Sejarah atau Manusia dalam Sejarah
Manusia tidak dapat dipisahkan dari sejarah. Manusia dan sejarah merupakan suatu dwi
tunggal, manusia adalah subyek dan obyek sejarah. Sejarah menceritakan riwayat tentang
manusia, dimana riwayat manusia diceritakan oleh manusia dan cerita itu dibaca juga dialami
oleh manusia pula.
Apabila manusia dipisahkan dari sejarah maka ia bukan manusia lagi melainkan sejenis
makhluk biasa seperti hewan. Sejarah adalah pengalaman-pengalaman manusia dan ingatan
tentang pengalaman-pengalaman yang diceritakan. Maka peran manusia dalam sejarah adalah
bahwa ia adalah pencipta sejarah, sebagai penutur sejarah dan pembuat sejarah. Sehingga
manusia adalah sumber sejarah.
Maka dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari sejarah. Manusia
berjuang terus berarti dia terus berusaha memperbaiki taraf hidupnya. Ia terus diperkaya,
diperindah, disempurnakan. Sejarahpun terus diperluas dengan perjuangan-perjuangan baru.
Justru karena manusia menguasai warisan nenek moyang, ia dapat berjuang dengan lebih
sempurna. Dengan menguasai sejarahnya, ia dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Apabila hajat berjuang manusia menjadi lemah dan terus berkurang, maka gerak sejarah
mulai membeku. Akhirnya gerak sejarah tidak tampak bergerak, berhenti dan bersifat statis.
Pembekuan gerak sejarah berarti bahwa manusia tidak mengalami perubahan-perubahan

penting. Masyarakat tetap, tak bergerak menuju perubahan yang mengakibatkan kemajuan
dan keruntuhan. Maka dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari
sejarah. Manusia berjuang berarti bahwa ia terus berusaha memperbaiki taraf kehidupan.
Menurut para filosof sejarah pengikut metode kontemplatif terdapat tiga pola gerak di mana
sejarah berjalan sesuai dengannya, yaitu:
a)
Sejarah berjalan menelusuri garis lurus lewat jalan kemajuan yang mengarah ke depan
atau kemunduran yang bergerak ke belakang.
b)
Sejarah berjalan dalam daur kultural yang dilalui kemanusiaan, baik daur saling
terputus,dan dalam berbagai kebudayaan yang tidak berkesinambungan atau daur-daur itu
salingberjalin dan berulang kembali.
c)
Gerak sejarah tidak selalu mempunyai pola-pola tertentu.
Sejarah adalah sejarah manusia dimana peran, penulis sejarah, dan peminatnya hanya
manusia saja. Maka manusialah yang harus dipandang sebagai inti sejarah. Manusia tidak
dapat dipisahkan dari sejarah. Manusia dan sejarah merupakan suatu dwi tunggal, manusia
adalah subyek dan obyek sejarah. Sejarah menceritakan riwayat tentang manusia, dimana
riwayat manusia diceritakan oleh manusia dan cerita itu dibaca juga dialami oleh manusia
pula. Apabila hajat berjuang manusia menjadi lemah dan terus berkurang, maka gerak sejarah
mulai membeku. Akhirnya gerak sejarah tidak tampak bergerak, berhenti dan bersifat statis.
Pembekuan gerak sejarah berarti bahwa manusia tidak mengalami perubahan-perubahan
penting

Você também pode gostar