Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Allah swt menciptakan manusia, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Di dalam hubungan
antara manusia, Islam telah mengatur adab dan etika terhadap pergaulan antara lawan jenis.
Adab pergaulan antara lawan jenis memang dibutuhkan oleh setiap manusiademi meraih
ridho dan kecintaan Allah swt.
Terutama bila laki-laki dan perempuan yang telah beranjak dewasa, diperlukan suatu batasanbatasan yang harus dipahami. Seorang Muslim yang beriman tidak mencintai selain karena
Allah swt. Ia tidak mencintai kecuali apa yang dicintai Allah swt dan Rasul-Nya. Begitupun
bila ia membenci, ia tidak membenci kecuali apa yang di benci Allah swt dan Rasul-Nya.
Rasulullah saw bersabda, Allah dan Rasul-Nya, dan membenci karena keduanya. Dalilnya
ialah sabda Rasulullah saw, Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah,
memberi karena Allah, dan menahan pemberian karena Allah, sungguh a telah
rnenyempurnakan imannya. (Diriwayatkan Abu Daud).
Adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan berguna agar kaum Muslim tidak tersesat di
dunia. Adab-adab tersebut antara lain:
1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis
Allah berfirman:
Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka menundukkan
pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS. An-Nur: 30)
Dan katakalah kepada wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan
pandangannya dan memelihara kemaluannya. (QS. An-Nur: 31)
2. Tidak berdua-duaan
Rasulullah saw bersabda: Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (khalwat)
dengan wanita kecuali bersama mahromnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Tidak menyentuh lawan jenis
Di dalam sebuah hadits, Aisyah ra berkata, Demi Allah, tangan Rasulullah tidak
pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia
kepada pemimpin). (HR. Bukhari)
Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu
perkara yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah bersabda, Seandainya kepala
seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh
wanita yang tidak halal baginya. (HR. Thabrani dengan sanad hasan)
[12]. Fatwa Lajnah D-imah, no. 17000. Dinukil dari alFatwa al-Mutaalliqah bith-Thibbi wa Ahkamil- Mardha, hlm.
245.
[13]. Diambil dari 3/196-197. Merupakan ketetapan Majma
Fiqh Islami, no 85/12/85 yang bermuktamar pada tanggal 1-7
Muharram 1414 H. Ketetapan ini dikukuhkan lagi pada
muktamar tanggal 20 Syaban 1415 H.