Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
CEO Grup Bakrie dan Peluang Pribumi Indonesia Menjadi Pemain di Kancah
Dunia Internasional
Saya senang kamu gagal. Kau harus tahu arti kegagalan, agar nanti
berhasil. Ujar Achmad Bakrie, saat anak lelakinya, Aburial Bakrie mengalami
kerugian dalam usaha.[1]
Kekuatan
Menurut
hemat
saya,
ada lima kekuatan
utama
Grup
Bakrie. Lima kekuatan itu ialah pengalaman, tenaga profesional, sektor
strategis, nama besar, dan jaringan luas.
Pengalaman. Dari sisi pengalaman, Grup Bakrie tidak lagi diragukan
sebagai kelompok usaha paling mapan di negeri ini. Terbukti, pengalamannya
yang panjang, yang pada tahun ini memasuki usia 70 tahun (1942-2012), telah
menempatkannya sebagai konglomerasi perusahaan milik pribumi yang
hingga saat ini masih eksis. Pengalaman pertama, misalnya, ketika badai yang
menimpa pada 2001 silam, saat Grup Bakrie di bawah kepemimpinan
Aburizal Bakrie dipaksa untuk merestrukturisasi utang sebesar US$ 1 miliar,
dan pada gilirannya, ketika komoditas pertambangan naik, tepatnya tahun
2006, Grup Bakrie mengambil keputusan tepat untuk menjual salah satu
pabrik batu bara di Kalimantan seharga US$ 1,2 miliar. Langkah tersebut
menandai kebangkitan kelompok usaha Bakrie, sehingga prospek Grup Bakrie
ke depannya menjadi lebih cemerlang.
Pengalaman lain yang tak kalah berharga ialah, perihal kasus Lumpur
Lapindo. Mengenai hal tersebut, kita cukup tahu dari berbagai pemberitaan di
media elektronik, khususnya televisi, yang kadang dalam pemberitaannya
sepertinya kurang, atau mungkin tidak berimbang. Hal ini disebabkan, dalam
setiap pemberitaan, yang selalu digambarkan miring dan seolah sangat salah
ialah salah satu perusahaan Grup Bakrie, yaitu Lapindo Brantas. Seolah
perusahaan tersebut telah melakukan suatu kesalahan yang sangat fatal,
sehingga tertutup sudah pintu maaf. Akibatnya, Grup Bakrie dan semua yang
terkoneksi dengannya dianggap bersalah dan berdosa besar. Sebut saja
misalnya, yang terkena dampak terburuk dari kasus ini ialah ayahanda dari
Anindya Bakrie, yaitu Aburizal Bakrie.
Namun begitu, experience is the best teachers. Bagaimanapun,
pengalaman ialah guru terbaik, yang memberikan pendidikan langsung, ia
mengajarkan kepada kita untuk tetap bangkit dan terus semangat dalam
mengarungi samudera kehidupan yang semakin keras ini. Dalam perspektif
saya, kasus Lapindo telah memberikan semacam stimulus yang besar agar di
kemudian hari, Grup Bakrie tak lagi jatuh pada lubang yang sama. Peristiwa
ini mengingatkan saya pada ucapan almarhum Achmad Bakrie, di mana
beliau pernah berkata, bahwa dirinya senang kalau kita pernah gagal. Karena
dari kegagalan itulah, keberhasilan nantinya akan diraih. Hal ini sejalan
dengan pepatah umum bahwa kegagalan merupakan keberhasilan yang
tertunda.
Pengalama demi pengalaman membuat kelompok usaha Grup Bakrie
makin solid dan terus berkembang, semakin kuat dan terus dikenal.
Dedikasinya terhadap ilmu dan pengetahuan, serta pentingnya pendidikan,
membuat kelompok usaha ini makin mengerti betapa sumber manusia yang
Hemat, tapi juga menguntungkan. Lihat saja di Ibu Kota Jakarta, siapa yang
tidak memegang ponsel Esia. Bisa dipastikan, semua orang di Jakarta,
walaupun dia memiliki Smartphone, pasti dia memiliki headset Esia. Mereka
berpendapat, Esia murah, bisa nelpon puas dan kirim sort message hanya satu
rupiah per satu karakter. Ini luar biasa dan berhasil memikat banyak
pelanggan.
Di sinilah keunggulan Grup Bakrie selanjutnya, yaitu sektor strategis, di
mana Grup Bakrie dengan lihai melihat celah pasar, sehingga komoditas yang
diproduksinya diminati banyak pembeli. Sektor strategis di bidang properti
dan telekomunikasi ini, hanya sebagian kecil lini Grup Bakrie yang oleh saya
dijadikan contoh, bahwa Grup Bakrie unggul di lini ini. Bahwa sektor strategis
yang digarap Grup Bakrie telah membawa keuntungan secara finansial dan
juga brand Esia, misalnya, menjadi sangat terkenal di masyarakat. Ini suatu
keunggulan yang wajib dipertahankan sekaligus dikembangkan lebih jauh
oleh Grup Bakrie.
Nama Besar. Nama besar Grup Bakrie tak terlepas dari sosok Achmad
Bakrie yang luar biasa. Achmad Bakrie membangun usahanya dari nol, dan
sekarang sudah sangat meraksasa. Nama besar pendirinyalah yang membuat
Grup Bakrie tidak hanya disegani mitra, tapi juga dihargai lawan-lawan
bisnisnya. Nama besar Achmad Bakrie pulalah, yang telah membuat Grup
Bakrie begitu mesra dengan penguasa bangsa ini. Legalitasnya sebagai
perusahaan yang memayungi banyak karyawan ini, tidak diragukan lagi di
mata pemerintah, karena jelas, Grup Bakrie telah membantu pemerintah
dalam upaya penanggulangan pengangguran. Maka apa saja yang dilakukan
Grup Bakrie, akan sangat mudah mendapatkan dukungan dari pemerintah,
terutama dari sisi kebijakan ekonomi, yang tentunya juga akan membantu
pihak Grup Bakrie dalam melakukan usaha, sehingga ia menjadi leluasa. Ini
suatu kepositifan yang harus dijaga kadarnya, jangan sampai nama besar ini
tercoret begitu saja.
Jaringan Luas. Grup Bakrie memiliki tujuh lini usaha. Mulai dari (1)
batu bara di bawah panji PT Bumi Resources Tbk, kemudian (2) perkebunan
dibawah bendera PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk, (3) minyak dan gas
yang diolah PT Energi Mega Persada Tbk, (4) telekomunikasi di bawah
payung PT Bakrie Telecom Tbk, (5) properti pada PT Bakrieland Development
Tbk, (6) industri metal di bawah PT Bakrie Metal Industries, dan infrastruktur
yang di pegang oleh PT Bakrie Indo Infrastructure. [6] Jaringan intern yang
luas, membuat Grup Bakrie gagah dan bisa jadi raja, tidak hanya di tingkat
nasional Indonesia, tapi juga di tingkat regional Asia Tenggara dan dunia
internasional.
Kekurangan
Di samping sisi Kekuatan, saya pun melihat bahwa Grup Bakrie
memiliki sisi Kekurangan. Dalam perspektif saya, ada lima Kekurangan Grup
Bakrie, yaitu sosialisasi, citra negatif, media massa, nonperbaharui, dan posisi
keuangan.
Sosialisasi. Secara harfiah, sosialisasi berarti upaya memasyarakatkan
sesuatu sehingga menjadi dikenal, dipahami, dihayati oleh masyarakat.
[7] Untuk menjadi dikenal, saya rasa, Grup Bakrie sudah mengantonginya.
Tapi bagaimana dengan makna sosialisasi yang lain, yaitu dipahami dan
dihayati. Saya menilai, ketiganya (dikenal, dipahami, dan dihayati) ialah
suatu yang terintegrasi, sehingga semua itu harus dicapai. Di era digital,
pemanfaatan jejaring sosial, blog, dan website domain dapat dijadikan
alternatif. Begitu juga televisi, radio, media fisik seperti baliho, dan yang
terpenting, lewat pengalaman langsung konsumen sehingga penyebarannya
bisa melalui mulut ke mulut. Ini harus dilakukan oleh Grup Bakrie secara
intensif dan kontinu.
Pemahaman dan penghayatan yang dalam akan Grup Bakrie, tidak akan
menyebabkan prasangka yang negatif dari masyarakat. Jika mereka tahu betul
akan Grup Bakrie, saya meyakini yang terjadi ialah mereka cinta akan Grup
Bakrie, sehingga segala produk yang dikeluarkan Grup Bakrie akan diminati
oleh siapa pun. Tidak mustahil jika kemudian nanti lahir
generasi Indonesia yang fanatik terhadap Grup Bakrie. Penggemar fanatik
sangat diperlukan dalam berbisnis. Contoh riil dari keuntungan adanya
penggemar atau konsumen fanatik ialah Apple.[8]
Namun untuk sampai pada posisi tawar seperti Apple, Grup Bakrie
harus terus belajar. Karena bagaimanapun, posisi kini, masih
mengkhawatirkan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat masih
memandang tidak baik Grup Bakrie, terutama masyarakat yang secara sinis
memandang Grup Bakrie sebagai otak di balik bencana Lumpur Lapindo.
Banyak yang sakit hati. Oleh karena itu, sosialisasi Grup Bakrie agar
masyarakat tidak hanya sekedar tahu, tapi juga harus sampai tahap
memahami dan menghayati, menjadi PR yang harus dipikirkan oleh
manajemen Grup Bakrie.
Masukan saya terhadap permasalahan ini ialah, apa pun aktivitas Grup
Bakrie yang positif, harus disampaikan kepada publik Indonesia dalam bentuk
apa pun. Termasuk dengan memanfaatkan segala fasilitas digital, media
elektronik, dan media cetak. Lebih bagus jika kemudian banyak mensponsori
event yang berkenaan dengan masyarakat, sehingga masyarakat punya
pandangan lain tentang Grup Bakrie. Setidaknya, mereka punya anggapan
bahwa Grup Bakrie care terhadap segala kegiatan yang dipelopori oleh publik.
Di samping itu, Grup Bakrie harus sering-sering pula melakukan kegiatan
amal, terutama di daerah yang terkena dampak Lumpur Lapindo. Kegiatan
amal yang dimaksud dapat berupa Mudik Bareng Bakrie saat lebaran,
khitanan massal, renovasi masjid, dan sumbangan hewan kurban saat Idul
Adha.
hal seperti ganti rugi Lumpur Lapindo, modal untuk membayar para ahli
internasional ketika menjelaskan perihal Lapindo, serta menurunnya posisi
Aburizal Bakrie sebagai orang nomor satu dengan kekayaan terbanyak, saya
berani berspekulasi bahwa kini keuangan Grup Bakrie secara umum sedang
dalam posisi takar yang tidak seharusnya.
Jika spekulasi ini kemudian salah, saya bersyukur bahwa keuangan
Grup Bakrie membaik. Ini tentu suatu kabar yang menggembirakan, di tengah
akan digelarnya perhelatan akbar perayaan ulang tahun Grup Bakrie ke-70
(1942-2012) pada tahun ini.[9]
Peluang dan Ancaman
Dari uraian tentang Kekuatan dan Kelemahan Grup Bakrie dari dalam,
maka mari kita lihat apa yang berpotensi di luar sana (Peluang), dan apa pula
yang berpatron sebagai noda gelap (Ancaman) bagi Grup Bakrie. Berikut
uraiannya.
Peluang
Ada banyak Peluang eksternal, yang jika dimanfaatkan, tentu akan
mendatangkan keuntungan besar bagi perusahaan. Saya mengidentifikasi,
sedikitnya ada lima Peluang bagi Grup Bakrie, yaitu naiknya kelas
menengah Indonesia, CAFTA, sektor perbankan, krisis Eropa, dan teknologi
ramah lingkungan.
Naiknya
Kelas
Menengah Indonesia. Temuan
terbaru
mengemukakan bahwa angka kelas menengah dalam masyarakat kita
mengalami kenaikan. World Bank misalnya, menilai bahwa kelas menengah
kita, setelah krisis keuangan empat belas tahun silamtepatnya tahun 1998
mulai menunjukkan perbaikan ke arah positif. Setidaknya, setelah sembilan
tahun terakhir, yaitu dari 2003 yang hanya 81 juta jiwa, naik menjadi 134 juta
jiwa atau 56,5% pada tahun 2012 dari total penduduk Indonesia, yaitu 237
juta jiwa.
Dengan kata lain, kelas menengah Indonesia tumbuh 65% selama
sembilan tahun. Ini berarti, kini, di Indonesia ada 134 juta jiwa yang
berpredikat sebagai orang kaya baru atau OKB. Adanya OKB ini harus betulbetul dimanfaatkan, karena ini merupakan lahan subur bagi bisnis. Grup
Bakrie lewat lini telekomunikasi, misalnya, harus mulai melihat celah ini, dan
secara serius mengeluarkan produk-produk unggulan dengan operating
system Android. Tidak hanya Smartphone, tapi juga harus merambah ke
tablet. OKB biasanya lebih konsumtif, oleh karena itu, hal ini bisa menjadi
kesempatan emas untuk menawarkan produk keluaran Bakrie dengan harga
yang bersahabat di kantong orang Indonesia yang OKB itu. Saya yakin ini
akan berhasil.
Bakrie via Esia punya peluang untuk menyasar OKB ini, dengan mulai
memproduksi Smartphone layar sentuh, misalnya, agar jangan ketinggalan.
Esia dengan model candibar dan qwerty saja, saya rasa masih kurang, karena
Lahirnya konsepsi AFTA, tidak lepas dari KTT IV ASEAN dengan tuan
rumah Singaporepada 28 Januari 1992. Pada waktu itu, baru enam anggota
ASEAN, mulai dari Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand,
Filipina, dan tuan rumah yang menandatangani kesepakatan AFTA ini. Tiga
tahun
kemudian,
1995, Vietnam menyatakan
gabung.
Jejaknya
diikuti Laos dan Myanmar pada
1997.
Pada
1999,
Kamboja
pun
mendeklarasikan keikutsertaannya.
Pada perkembangan berikutnya, China, sebagai negara non-ASEAN,
juga menyatakan keikutsertaannya. Maka kemudian lahirlah CAPTA, dengan
mengikuti kesepakatan yang sudah ditetapkan dalam AFTA. Ini, bisa menjadi
penanda baik, karena dengan masuknya China ke AFTA, khususnya ke
Indonesia, ada banyak kesempatan yang mungkin bisa diraih Grup Bakrie,
salah satunya ialah kerja sama strategis dalam bidang transfer teknologi dan
manufaktur.
Di samping itu, akan diupayakan pula untuk membangun pabrik di
kawasan ASEAN semisal di Vietnam dan Filipina, sebagai langkah awal untuk
menjadikan Grup Bakrie sebagai pemain dunia di kancah bisnis internasional.
Volume perdagangan pun akan ditingkatkan Grup Bakrie ke daerah-daerah
strategis di ASEAN. Hal ini dimungkinkan karena biayanya murah, terlebih
jika sampai menyentuh level nol persen. Ini suatu peluang yang tidak boleh
disia-siakan. Saya menganggap, bahwa CAPTA ialah pintu gerbang untuk
melebarkan sayap Grup Bakrie menjadi pemain berkaliber dunia.
Sektor Perbankan. Salah satu sektor yang belum digarap dan dijajaki
Grup Bakrie ialah perbankan. Saya sendiri menilai bahwa Grup Bakrie perlu
mencoba bidang yang satu ini. Nama yang pas ialah Bakrie Bank. Menurut
saya nama ini easy listening. Itu merupakan penanda baik, bahwa kelak,
Bakrie Bank bisa hidup dan berterima di tengah-tengah masyarakat. Sebagai
perbandingan, lagu yang cepat booming itu bukan karena lagu itu mendayudayu atau ngerock, bukan, tapi karena lagu itu easy listening. Walaupun
materi lagunya biasa, tapi karena easy listening, bisa dipastikan lagu itu pasti
popular dan menancap di setiap hati pendengarnya. Contoh riilnya ialah lagu
Ayu Tingting yang Alamat Palsu.
Peluang untuk menjajaki sektor perbankan ini, setidaknya didasarkan
pada tiga pertimbangan, yaitu Bakrie secara infrastruktur mampu, lebih baik
menyimpan keuntungan di lembaga keuangan bentukan sendiri, dan Aburizal
Bakrie berada di posisi puncak Partai Golkar, memudahkan untuk menjaring
nasabah. Saya sudah tidak sabar untuk melihat Grup Bakrie menjajaki
kemungkinan ini.
Krisis Eropa. Kita tahu bahwa akhir-akhir ini di daratan Eropa, mulai
dari Yunani, Irlandia, Italia, Portugal, hingga Spanyol, mengalami krisis
keuangan akut akibat utang dan kinerja perbankan yang buruk. Terutama
yang paling parah ialah Yunani. Kenyataan ini, membuat teman-teman dekat
Bakrie, maka tak perlu khawatir akan lawan usaha yang lebih besar sekali
pun.
Isu Lingkungan. Isu lingkungan masuk ke ranah pasar bukan tanpa
alasan. Negara-negara besar semacam Amerika, dan beberapa negara Eropa,
memiliki kepentingan dalam masalah lingkungan ini. Industri yang mereka
bangun telah membuat langit bumi makin keruh, sehingga karbonmonoksida
dan karbondioksida yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik itu menggelembung di
udara dengan jumlah yang sangat besar. Efeknya, suhu bumi menjadi panas,
dan ini alamat tidak baik bagi masa depan manusia di bumi.
Mereka menyebut keadaan seperti itu dengan Efek Rumah Kaca atau
Global Worming (Pemanasan Global). Kemungkinan terburuk ialah
mencairnya es abadi yang ada di Arktik dan Antartika. Jika itu benar terjadi,
maka akan ada banyak kawasan di dunia tenggelam akibat volume air yang
bertambah. Akan ada banyak daerah di mana permukaan air laut lebih tinggi
daripada permukaan tanahnya. Ini ialah kekhawatiran semua pihak.
Imbasnya, para pelaku usaha ditekan agar mereka melakukan restrukturisasi
industri yang lebih ramah terhadap lingkungan.
Untuk menangkal karbonmonoksida dan karbondioksida di udara,
diperlukan banyak sekali pohon. Pohon, secara biologi, mengkonsumsi dua
gas di atas, seperti halnya manusia mengkonsumsi oksigen.
Sejalan dengan itu, negara-negara besar macam Amerika dan yang
punya kepentingan, menyambangi negara-negara dengan vegetasi hutan
terlebat (banyak pohon) di dunia. Mereka mendorong negara dengan vegetasi
hutannya yang lebat itu untuk melakukan pelestarian. Negara dengan vegetasi
hutan yang kaya, tiada lain dan tiada bukan ialah negara yang dilalui
khatulistiwa, dan itu otomatis menyeret nama Indonesia di Asia dan Brazil di
Amerika Latin.
Dua negara ini akan menjadi ajang kepentingan bagi negara-negara
maju. Bila tidak disikapi dengan cermat, kita hanya akan menjadi bonekanya
Barat. Tentu itu tidak boleh terjadi. Kesadaran kita akan lingkungan, jangan
dilatarbelakangi oleh suruhan atas negara maju, tapi memang kesadaran
sendiri untuk kemaslahatan anak-cucu kita dan umat manusia.
Terlepas dari masalah di atas, yang jelas, Grup Bakrie memiliki lini
usaha di bidang batu bara, tentu ini dipandang oleh sebagian kalangan
sebagai industri yang merusak lingkungan. Sekilas sepertinya tidak ada yang
perlu dikhawatirkan, tetapi sesungguhnya ada ancaman serius atas
kelangsungan industri batu bara tersebut, yaitu jika di kemudian hari terbukti
bahwa eksploitasi baru bara yang dilakukan telah melewati batas ambang
penggalian, dan kerusakan alam yang ditimbulkannya sudah tidak dapat
ditoleransi lagi.
Serangan China. Laksana bola sepak, globalisasi menggelinding
begitu saja masuk ke segala ranah kehidupan masyarakat internasional.
Penetrasinya tak hanya ke bidang politik, tapi juga bidang sosial, budaya,
teknologi, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan ekonomi. Globalisasi sudah
semacam bola panas, yang mau tidak mau, harus diterima oleh seluruh
masyarakat di pelosok dunia. Globalisasi telah membuat suatu tatanan baru
yang lebih transparan, tanpa batas, saling terkait (linkage), dan saling
ketergantungan (interdependence).[10] Keadaan ini, dimanfaatkan betul oleh
Negeri Tirai Bambu, bahkan sebelum kata itu popular.
China dengan segala kekuatannya, menyebar hampir ada di seluruh
dunia. Mereka bahkan sudah berbaur dengan masyarakat lokal, dan
melakukan interaksi yang lekat dan komprehensif. Begitu pula barang-barang
made in China, hampir membanjiri seluruh toko di dunia dengan harga yang
sangat kompetitif. Boleh dikata, harga yang dibandrol sangat murah dengan
kualitas yang tidak terlalu buruk. Di Indonesia saja, produk China itu telah
membuat resah para pelaku Usaha Kecil dan Menengah, UKM. Para pelaku
UKM itu mengeluhkan banyaknya made in China yang ada di pasaran, telah
menurunkan daya beli masyarakat terhadap produk lokal.
Kondisi ini, diperparah dengan adanya perjanjian China plus AFTA.
Sebelum diberlakukan perjanjian itu saja, produk China sudah sangat
menggurita, apalagi jika kemudian perjanjian tersebut efektif dilaksanakan.
Maka apa pula nasib UKM Indonesia. Bagi pelaku besar semacam Grup
Bakrie, hal ini juga tak bisa dianggap sepele. Lini yang paling rentan atas
serbuan China bagi Grup Bakrie ialah telekomunikasi. Di mana kita tahu,
ponsel produk China telah menyasar pangsa pasar low end yang juga menjadi
pangsa Grup Bakrie secara umum.
Fluktuasi Pasar. Tak bisa dipungkiri, bahwa pasar selalu berubah dan
menunjukkan wajahnya yang tidak menentu. Kadang condong ke kiri, kadang
condong ke kanan. Saat ini saham naik, tiba-tiba turun drastis. Permintaan
terhadap suatu barang saat ini membeludak, tapi entah kenapa, permintaan
itu kemudian turun sama sekali, di hampir waktu yang sama.
Ketidakmenentuan pasar membawa pada ketidakjelasan akan ke mana
sebenarnya pasar bergerak. Di sinilah letak fluktuasi pasar. Jika kita
kebetulan dapat durian runtuh, maka kita akan diuntungkan oleh pasar. Tapi
jika sebaliknya, kejatuhan genting, tertimpa tangga pula, maka jangan
berharap kita bisa mengantongi keuntungan, walau itu hanya sepeser.
Ketidakstabilan pasar menjadi ancaman serius bagi setiap pelaku usaha.
Walaupun begitu, masih ada celah positif, di mana pasar kadang cenderung
stabil dalam merespon kebutuhan sembilan barang pokok. Kecuali jika
pasokan kurang, atau ketersediaan minim. Maka, akan lain ceritanya.
Terlepas dari itu, ada banyak pelajaran penting yang patut kita ambil. Salah
satunya ialah, bahwa respon pasar sesungguhnya bisa dikendalikan sesuai
dengan isu yang sedang hangat. Pelaku usaha, sebenarnya bisa menciptakan
isu sendiri yang mendorong pasar untuk melakukan seperti apa yang kita
inginkan. Ini mudah jika Anda piawai. Dawai itu hanya akan berbunyi jika
Anda benar dalam memainkannya. Tipsnya, kerahkan apa yang Anda bisa
lakukan, lalu tunggulah hasilnya. Anda akan dibuatnya kagum.
Bencana Alam. Manusia hanya berencana, Tuhan jualah yang
menentukan. Petuah klasik seperti itu mungkin sering kita dengar, dan
ternyata, tiada yang salah dengan itu. Kita bisa bayangkan, orang membangun
proyek begitu megah, begitu luar biasa, canggih, tapi bagaimanapun itu yang
membuat ialah manusia. Secanggih dan sehebat apa pun buatan manusia,
tetap tidak akan menyamai kecanggihan dan kehebatan ciptaan Tuhan. Kita
diingatkan akan peristiwa demo pesawat milik Rusia yang baru-baru ini
mengalami kecelakaan di daerah Gunung Salak, Bogor. Faktor alam seperti
kabut tebal, waktu itu menyelebungi area di sekitar pesawat. Mungkin banyak
dari kita yang tidak membayangkan bahwa kemungkinan pesawat Sukhoi
Super Jet 100 bisa menabrak tebing gunung, hal ini karena Sukhoi Super Jet
100 dilengkapi dengan alat navigasi yang super duper canggih. Tapi naas,
Tuhan berkata lain.[11]
Begitu juga bencana yang ditengarai oleh faktor alam lainnya. Siapa
menyangka bahwa pada Desember 2004, tsunami akan meluluhlantakkan
Aceh. Semua itu di luar prediksi manusia. Oleh karena itu, campur tangan
Tuhan tidak bisa diabaikan. Bencana alam sewaktu-waktu dapat terjadi. Ini
bisa jadi bomerang yang mematikan. Contoh riil yang menimpa Grup Bakrie
dari ancaman bencana alam ini ialah, saat terjadi gempa Yogya, yang
kemudian membawa efek terhadap menyemburnya lumpur di Sidoarjo, yang
terkenal dengan Lumpur Lapindo.
Kebijakan Strategi
Optimalisasi S untuk Meraih O dengan Strategi Target
Marketing Plus (Strategi SO)
Seperti yang sudah dipaparkan di atas, Kekuatan Grup Bakrie
terkonsentrasi pada limaasfek, yaitu pengalaman, tenaga profesional, sektor
strategis, nama besar, dan jaringan luas. Sedangkan Peluang Grup Bakrie,
dalam perspektif saya, ada lima hal pula, yaitu naiknya kelas menengah
Indonesia, CAFTA, sektor perbankan, krisis Eropa, dan teknologi ramah
lingkungan.
Untuk meraih Peluang, saya melihat bahwa Kekuatan yang ada harus
dioptimalisasikan, dengan pendekatan atau Strategi Target Marketing Plus,
yaitu suatu strategi yang menitikberatkan pada proses memilih satu atau lebih
dari segmen pasar, yang kemudian diarahkan pada pengembangkan produk,
yang mana program pemasarannya dibuat untuk setiap segmen, dengan
tujuan untuk mencapai target pemasaran. Kata Plus yang tersemat dalam
strategi ini, sebagai penegas bahwa fokusnya tidak hanya ke segmen pasar,
melainkan melihat pula pada potensi kerja sama (untuk mendapatkan
peluang pengembangan Teknologi Ramah Lingkungan), kepemilikan
Generik Porter yang cost leadership. Pemilihan strategi ini didasarkan pada
pertimbangan bahwa hal ini lebih ekonomis. Strategi berikutnya, yaitu untuk
menekan Kelemahan di satu sisi, dan bertahan dari Ancaman di sisi lain, ialah
dengan dipilihnya Strategi Defensif Kohler dan Singh yang strategic
withdrawal. Opsi ini dipilih, dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa sesuatu
itu akan berhasil kita raih jika kita konsen pada sesuatu yang pokok.
Saya optimistis, dengan Grup Bakrie di bawah kepemimpinan saya,
kemajuannya lebih pesat, dan pada gilirannya mengantarkan Grup Bakrie,
tidak hanya sebagai pemain nasional, tapi merambah menjadi pemain
internasional. Moda ke arah tersebut tentu saja dengan mengoptimalkan
Kekuatan yang dimiliki agar Peluang yang ada dapat diraih. Di samping juga
menekan Kelemahan untuk kemudian menepis Ancaman.
Note:
Saya dedikasikan tulisan ini untuk menyambut ulang tahun ke-70 Grup
Bakrie, semoga Grup Bakrie makin jaya di era persaingan yang semakin ketat
ini. Selamat Ulang Tahun Grup Bakrie, dan sukses terus!