Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
investasi. Yang termasuk dalam program percepatan penurunan tarif (Early havest programe)
adalah sayuran dikonsumsi dan buah-buahan dikonsumsi termasuk nut (contoh mete). Sejak
1 Januari 2010, tarif komoditas tersebut menjadi 0%. Ini berarti harga sayuran dan buahbuahan yang dimpor dari China menjadi jauh lebih murah, yang mengakibatkan
meningkatnya permintaan pasar. Demikian pula harga buah-buahan dan sayuran Indonesia di
pasar China juga turun tajam. Kedua hal ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi
Indonesi dalam mengembangkan komoditas sayuran dan buah-buahan. Di dalam negeri
murahnya sayuran dan buah dari China dengan kualitas yang relatif baik, terutama dari
mutu visual, akan menyaingi buah dan sayuran produksi dalam negeri. Meluasnya buahbuahan asal China di pasar semakin tak terbendung. Peneliti hortikultura Indonesia dituntut
untuk menghasilkan varietas, teknologi produksi dan pasca panen, serta sistem pemasaran
agar hortikultura Indonesia lebih produktif, aman dikonsumsi, lebih berkualitas, tersedia tepat
waktu dengan harga yang lebih murah diabndingkan produk asal China.
Dengan FTA ini Indonesia mempunyai peluang yang besar untuk memasok hortikultura
ke China.
1.324.655.000 orang pada tahun 2008 sangatlah prospektif sebagai pasar produk hortikultura
Indonesia.
dipasarkan, walaupun persyaratan konsumen di China juga tidak seketat Jepang. Peluang
besar ini harus dimanfaatkan untuk mengekspor sebanyak mungkin produk hortikultura kita,
dengan tetap memperhatikan kebutuhan dalam negeri.
Menurut Direktorat Kerjasama Regional Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional
(2010) ada beberapa tantangan yang dihadapi, ialah: (1) Indonesia harus dapat meningkatkan
efisiensi dan efektifitas produksi sehingga dapat bersaing dengan produk-produk China; (2)
Menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing; (3)
Menerapkan ketentuan dan peraturan investasi yang transpara, efisien dan ramah dunia usaha;
(4) Meningkatkan kemampuan dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi
termasuk promosi pemasaran dan lobby.
Selain terkait dengan FTA ini, Indonesia mendapat tantangan yang besar dalam
pengembangan hortikultura.
menjawab tantangan tersebut dengan tindakan yang nyata, agar Indonesia tidak sekedar
menjadi pasar, tetapi menjadi pelaku utama dalam perdagangan hortikultura tropika.
cara pandang
Tuntutan
konsumen terhadap produk pertanian pada masa depan akan semakin meningkat, yang mau
tidak mau, akan mempengaruhi kecenderungan praktek pertanian. Produk hortikultura
dituntut untuk benar-benar aman, bebas dari cemaran, racun, pestisida, dan mikroba yang
berbahaya bagi kesehatan. Aturan mengenai batas maksimum residu (MRL = maximum
reside limit) pestisida akan semakin ketat, sehingga akan mempengaruhi pengelolaan dalam
perlindungan tanaman. Produk pangan juga harus bebas dari kandungan zat berbahaya,
termasuk logam berat dan racun. Produk juga harus bebas dari berbagai cemaran. Bahan
pengawet dan pewarna yang tidak diperuntukkan untuk pangan, seperti formalin, tidak akan
digunakan sama sekali. Cemaran biologi, baik yang berbahaya bagi kesehatan manusia
maupun bagi pertanian akan dicegah. Sanitary and Phytosanitary Measures akan semakin
diperketat di karantina.
Produk hortikultura juga dituntut mempunyai nilai gizi tinggi dan mengandung zat
berkhasiat untuk kesehatan.
fitokimia yang berkhasiat untuk meningkatkan kesehatan dalam produk hortikultura. Karena
itu penelitian mengenai manfaat produk-produk hortikultura Indonesia perlu mulai segera
dilakukan. Pengetahuan indigenous mengenai manfaat produk hortikultura perlu dibuktikan
secara ilmiah dan diketahui apa fitokimia yang terkandung di dalamnya dan manfaatnya.
Produk hortikultura juga harus mempunyai mutu tinggi, tidak sekedar enak. Mutu
adalah segala hal yang menunjukkan keistimewaan atau derajad keunggulan sesuatu produk.
Mutu atau kualitas juga dapat dipahami sebagai kecocokan suatu produk dengan tujuan dari
produksi. Dengan demikian, mutu merupakan gabungan dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang
memberikan nilai kepada setiap komoditas yang terkait dengan maksud penggunaan
komoditas tersebut.
pelanggan. Menurut versi Codex Alimentarius Standar mutu termasuk masalah tampilan
produk seperti keutuhan, keseragaman, kebebasan dari cacat, hama dan penyakit, tingkat
kematangan, kesegaran, kebersihan, ketahanan dalam transportasi dan penanganan, dan
kemampuan agar mutu produk bertahan tetap baik sampai tujuan. Kelas, kode ukuran,
kemasan dan label juga menjadi hal yang penting dalam mutu produk. Produsen pertanian
perlu melakukan pembenahan dalam sistem produksinya agar dapat memenuhi tuntutan
konsumen.
Produk hortikultura harus diproduksi dengan cara yang tidak menurunkan mutu
lingkungan. Tuntutan terhadap kelestarian lingkungan akan semakin ketat, padahal pada saat
yang sama tekanan populasi terhadap sumberdaya lahan juga semakin kuat. Karena itu
peneliti Indonesia perlu mengembangkan teknologi pertanian yang dapat menjamin produksi
hortikultura yang memenuhi tututan konsumen namun tetap dapat menjaga kelestarian
lingkungan, mencegah pencemaran tanah dan air, mencegah erosi dan hal-hal lain yang
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Produk hortikultura juga harus diproduksi
dengan memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan petani dan pekerja.
Konsumen produk hortikultura juga menuntut adanya traceability dalam produksi buahbuahan dan sayuran. Cara produksi hortikultura harus dapat dirunut dari pasar sampai kebun.
Data-data harus transparan dan jujur. Karena itu catatan aktivitas di kebun dan rantai pasar
harus menjadi perhatian. Produk hortikultura harus tersedia dalam waktu yang tepat. Untuk
produk pangan tertentu kontinyuitas penyediaan menjadi faktor yang sangat penting.
Harga jual produk pertanian juga harus kompetitif. Untuk itu efisiensi dalam produksi
dan dalam delivery harus dilakukan. Harus dikembangkan supply chain management (SCM)
yang berkeadilan dan berorientasi pada nilai produk. Pasar modern (hypermarket,
supermarket, minimarket) yang tumbuh dengan laju pertumbuhan yang sangat tinggi,
Supermarket yang semakin besar (Hero Supermarket berkembang menjadi Giant
Hypermarket, Matahari mengembangkan Hypermart, Carefour), dan minimarket (Indomart,
Alfamart, Kindi, dll) yang terus memperluas jaringan sampai ke kota kecamatan akan
merubah cara perdagangan produk hortikultura dan cara produksinya.. Hal ini menyebabkan
Penelitian Hortikultura
Hortikultura tidak hanya merupakan komponen penting dari diet seimbang tetapi
perkembangan hortikultura dan kemampuannya untuk memasuki pasar bernilai tinggi
dipandang sebagai mesin pertumbuhan penting bagi pembangunan ekonomi. Jaminan
menghasilkan produk berkualitas, manajemen rantai pasokan yang efisien dan pemasaran
sangat penting untuk pengembangan perdagangan yang sukses.
Kelompok Penelitian Hortikultura Indonesia perlu memiliki keahlian dalam semua
aspek hortikultura, dan fokus untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas. Perlu ada
jaringan peneliti hortikultura nasional untuk mengembangkan dan melakukan riset strategis
dan terapan untuk memenuhi kebutuhan pemerintah, organisasi non-pemerintah dan sektor
swasta dalam pengembangan agribisnis hortikultura. Permasalahan hortikultura Indonesia
terlalu besar untuk dihadapi oleh hanya sekelompok peneliti.
Indonesia dari institusi apapun perlu secara bersama-sama dan terpadu menghadapinya
selayaknya sebuah orkestra yang sedang konser.
penelitian dan pengembangan kunci, agar dalam waktu tidak terlalu lama hortikultura
Indonesia bisa berjaya baik di pasar domestik maupun global.
Beberapa lingkup penelitian yang nampaknya segera harus dilakukan antara lain:
1. Menggali potensi komoditas hortikultura untuk ekspor ke China, Jepang, Korea dan
Australia. Negara-negara ini adalah negara dengan penduduk besar, sehingga kebutuhan
konsumsi buah dan sayuran sangat besar. Langkah lanjut adalah mempelajari persyaratan
perdagangan hortikultura di negara-negara tersebut dan diuji apakah komoditas potensial
kita memenuhi persyaratan tersebut. Kalau tidak memenuhi syarat, perlu diteliti
bagaimana caranya agar dapat memenuhinya.
2. Pengembangan teknologi pasca panen. Jarak dari pasar dan biaya pengiriman barang yang
tinggi membuat pengangkutan dengan kapal ke pasar luar negeri alat ekspor penting,
yang berarti perlu produk dengan selflife yang lebih panjang.
coolstorage,
controlled
atmosphere
storage,
dan
teknologi
Agar
implementasi GAP memberikan hasil yang memenuhi persyaratan pasar, POS perlu
didudung penelitian. Penelitian-penelitian yang diperlukan antara lain adalah:
a. Pemilihan varietas,
b. Pemilihan rootstock yang tepat untuk tanaman buah,
c. Jarak tanaman dan pengaturan tajuk pohon buah-buahan (termasuk pemangkasan,
training),
d. Pemupukan yang tepat berdasarkan kondisi tanah, kebutuhan tanaman, dan nilai
ekonomi yang mendukung tanaman menghasilkan produk yang berkualitas,
e. Pengendalian opt yang tidak mencemari lingkungan, tidak meracuni petani dan
tidak meninggalkan residu diatas mrl dan dapat diterapkan petani,
f. Penelitian mengenai biokontrol atau pengaturan populasi hama dengan musuh
alami perlu dilakukan. Biokontrol beroperasi pada tingkat populasi, bukan tingkat
individu, jadi agen biokontrol harus mampu mengatur populasi hama. Biokontrol
menerapkan ekologi populasi, dan agar biokontrol sukses dibutuhkan pemahaman
rinci interaksi spesies di tiga atau empat tingkat trofik, ialah tanaman yang
mendatang, dan ada kebutuhan mendesak untuk menemukan cara-cara baru untuk
meningkatkan biosekuriti perbatasan dan pelabuhan-pelabuhan pintu masuk. Mengingat
besarnya biaya untuk menangani hal ini, kontribusi oleh penelitian untuk mengurangi
tingkat invasi oleh hama baru harus memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan.
5. Pengelolaan tanah dan air. Pertanian hortikultura Indonesia sangat tergantung pada nilai
modal alam berupa air, tanah dan keanekaragaman hayati. Sistem hortikultura Indonesia
perlu menciptakan produk hortikultura premium melalui produksi berkelanjutan yang
memanfaatkan nilai modal alam berupa tanah dan sumber daya air. Keberlanjutan adalah
upaya mempertahankan dan meningkatkan nilai tanah dan sumber daya air. Peneliti
hortikultura perlu mengembangkan strategi berkelanjutan untuk irigasi yang efisien,
pemupukan tanaman dan manajemen agrokimia. Pengelolaan air berhubungan erat
dengan nutrisi dan pestisida dalam sistem ini. Perlu dikembangkan penggunaan sumber
daya air yang efektif dan solusi-solusi untuk melindungi tanah dan air permukaan dari
pupuk dan pestisida, mengingat penggunaan pupuk dan pestisida pada produksi
hortikultura di Indonesia tergolong sangat tinggi (HRI New Zealand, 2010)..
6. Pemuliaan Tanaman. Indonesia mempunyai sumberplasma nutfah yang sangat banyak
namun belum banyak yang dimanfaatkan. Kemajuan Thailand, Brazil, Israel, dan negaranegara penghasil utama hortikultura tropis lainnya antara lain karena kemampuannya
berkhasiat keehatan dari buah-buahan tropika perlu diteliti. Peneliti dari daerah temperate
malahan sudah meneliti zat berkhasiat kesehatan pada srikaya, sirsat, delima, nenas,
brokoli, strawberi dan sebagainya. Pada tahap lebih lanjut meungkin perlu juga dilakukan
penelitian mengenai formulasi zat berkhasiat tersebut untuk suplement pangan.
8. Genom Tanaman Hortikultura, yang meliputi teknologi genom, transformasi gen, kloning
DNA, Microarrays, Metabolomics, Bioinformatics, penelitian mengenai fungsi gen,
interaksi tanaman dengan penyakit dan sebaginya.
Daftar Pustaka
Bank Dunia. 2010. http://data.worldbank.org
Direktorat Kerjasama Regional Ditjen Kerjasama Perdagangan Internasional. 2010. ASEAN
China Free Trade Area. http://agribisnis.net/Pustaka/BAHAN_WEB_ACFTA.htm
Hewett
E
W.
-----.
ISHS
and
The
Global
Horticultural
Initiative.
www.fao.org/es/esc/common/ecg/559/en/11_ISHS
HRI New Zealand. 2010. http://www.hortresearch.co.nz
http://data.worldbank.org
Poerwanto, R. Dan M. A. Chozin. 2010. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam
Pembangunan Pertanian Masa Depan. Pembangunan Perdesaan dalam rangka
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Pemikiran Guru Besar Perguruan Tinggi
Badan Hukum Milik Negara. IPB Press. Hal 147-169.