Você está na página 1de 19

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR PADA ANAK

TUGAS CLINICAL NURSING 1


DOSEN BU SUCI

Nama kelompok
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Aulia Rahma
Ayu Setyaningsih
Badriyah
Chabibatun M
Dede Marita
Desi Rinviana
Devi Wulandari
Dhimas Falindra

(141440133150019)
(141440133060020)
(141440133170021)
(141440133190023)
(141440133210025)
(141440133220026)
(141440133230027)
(141440133250029)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA


PURWOKERTO
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN 3A
2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dimana karena
nikmat selamat,nikmat sehat dan nikmat waktu yang telah di berikan
kepada kami sehingga kami dapat meyelesaikan tugas makalah dengan
judul FRAKTUR PADA ANAK.

Shalawat beserta salam tentulah tetap tercurahkan dan kita haturkan


kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari jaman bodoh menjadi zaman modern,dri zaman yang gelap
menuju zaman nan terang benderang ini. Dimana beliaulah yang selalu
kita harapkan syafaatnya di yaumul akhir kelak.
Dengan makalah ini kami kelompok kami mencoba untuk sedikit
memaparkan mengenai dislokasi.
Dalam penulisan makalah ini kami mencoba semaksimal mungkin
dalam penyusunannya. Namun tidak ada gading yang tak retak,begitupun
dengan makalah yang kami susun tentulah kurang lebihnya ada
kesalahan,oleh sebab itu kami mengharapkan kritik beserta saran dari
pembaca guna memperbaiki makalah yang sederhana ini.
Semoga dengan adaya pembuatan makalah ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan bagi kami sendiri dan bagi para pembaca khususnya.

Purwokerto, 13 Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman cover
Kata Pengantar.......................................................................................ii
Daftar isi................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................2
B. Rumusan Masalah......................................................................2

C. Tujuan ........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................3
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Definisi....................................................................................3
Etiologi....................................................................................3
Manifestasi Klinis...................................................................4
Patofisiologi............................................................................4
Pathway...................................................................................5
Pemeriksaan Penunjang..........................................................6
Penatalaksanaan......................................................................6
Terapi......................................................................................6

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................8


A. Pengkajian.................................................................................8
B. Diagnosa....................................................................................9
....................................................................................................
C. Intervensi..................................................................................10
BAB IV PENUTUP...............................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................13
B. Saran..........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian
a

Fraktur
Adalah

terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang

umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al,


2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku
Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap oleh tulang. Pernyataan ini sama yang diterangkan

dalam buku Luckman and Sorensens Medical Surgical


Nursing.

B. ETIOLOGI
1) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.
2) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya
adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
3) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan
penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
(Oswari E, 1993)

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Deformitas (perubahan bentuk atau struktur) yaitu akibat
adanya pergeseran fragmen tulang.
2. Krepitasi yaitu suara derik tulang yang dapat didengar atau
dirasakan ketika fraktur digerakkan.
3. Nyeri karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang
meningkat karena penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan
fraktur.
4. Kurangnya sensasi karena adanya gangguan saraf yang terjepit
atau terputus oleh fragmen tulang.
5. Spasme otot karena kontraksi involunter disekitar fraktur.
6. Pergerakan abnormal karena pergeseran fragmen tulang.
7. Bengkak pada sekitar fraktur sebagai trauma dan perdarahan
sekitar fraktur.

D. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan
dan gaya pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham,
1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar
4

dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada


tulang

yang

mengakibatkan

rusaknya

atau

terputusnya

kontinuitas tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi


fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang
rusak.

Perdarahan

terjadi

karena

kerusakan

tersebut

dan

terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan


tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan
yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma
dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya
(Black, J.M, et al, 1993)
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1) Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang
yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah
tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

2) Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang
menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti
kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan,
dan kepadatan atau kekerasan tulang.
( Ignatavicius, Donna D, 1995 )

E. PATHWAY
TRAUMA
Fraktur terbuka/tertutup
Gerakan

Kerusakan

Kehilangan
ligamen tulang

jaringan tubuh

Integritas tulang
Nyeri

Pembedahan

Resiko
Tinggi
5

Pemasangan ORIF

Defisit

Ce
m

Peng
Insisi Jaringan

Perdarahan Masif
Peningkatan

tekan berlebihan

Resiko
Tinggi

Katekolamin merangsang
Pembebasan asam lemak
Trombus terbawa

Sindrom

kompartemen
aliran darah

(pucat, nyeri,

patirasa)
Penurunan Aliran
darah
Kerusakan
neurovaskuler
Reversible setelah
4-6 jam

Resiko tinggi
disfungsi neuro
Imobil
isa

Resiko Tinggi
kerusakan

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Pemeriksaan Radiologi

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting


adalah pencitraan menggunakan sinar rontgen (xray).

Untuk

mendapatkan

gambaran

dimensi

keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka


diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral.
Dalam

keadaan

tertentu
6

diperlukan

proyeksi

tambahan

(khusus)

ada

indikasi

untuk

memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya


superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x-ray
harus atas dasar indikasi
penunjang

dan

hasilnya

kegunaan pemeriksaan
dibaca

sesuai

dengan

permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:

(1) Bayangan jaringan lunak.


(2) Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi
periosteum atau biomekanik atau juga rotasi.
(3) Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
(4) Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu
tehnik khususnya seperti:
(1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja
tapi struktur yang lain tertutup yang sulit
divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan
struktur yang kompleks dimana tidak pada satu
struktur saja tapi pada struktur lain juga
mengalaminya.
(2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf
spinal dan pembuluh darah di ruang tulang vertebrae
yang mengalami kerusakan akibat trauma.
(3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat
yang rusak karena ruda paksa.
(4) Computed
Tomografi-Scanning:
menggambarkan
potongan secara transversal dari tulang dimana
didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
b) Pemeriksaan Laboratorium
(1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
(2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang
dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam
membentuk tulang.
(3) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat
Dehidrogenase
(LDH-5),
Aspartat
Amino
Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
c) Pemeriksaan lain-lain
(1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test
sensitivitas:
didapatkan
mikroorganisme
penyebab infeksi.
(2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan
ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih
dindikasikan bila terjadi infeksi.
(3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi
saraf yang diakibatkan fraktur.

(4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak


atau sobek karena trauma yang berlebihan.

(5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan


adanya infeksi pada tulang.

(6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat


fraktur.
(Ignatavicius, Donna D, 1995)

G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Fraktur femur
Penatalaksanaan fraktur femur ini mengalami banyak perubahan dalam waktu
sepuluh tahun terakhir ini. Traksi dan spicacasting atau cast bracing
mempunyai banyak kerugian dalam hal memerlukan masa berbaring dan
rehabilitasi yang lama, meskipun merupakan penatalaksanaan non-invasif
pilihan untuk anak-anak. Oleh karena itu tindakan ini tidak banyak
dilakukan pada orang dewasa.
Bila penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat diimobilisasi dengan
salah satu dari cara-cara berikut:
a. Traksi
Comminuted fracture dan fraktur yang baik tidak sesuai untuk
intramedullary nailing paling baik diatasi dengan manipulasi di bawah
anestesi dan balanced sliding skeletal traction yang dipasang
melaluitibial pin.
Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam untuk
mengatasi spame otot dan mencegah pemendekan dan fragmen harus
ditopang di posterior untuk mencegah pelengkungan.
b. Fiksasi Interna
Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur
lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap
panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk

mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologis


memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi diantara
ujung tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-union.
Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas

longitudinal

serta

kesejajaran

(alignment)

serta

membuat

penderitadapat diimobilisasikan cukup cepat untuk meninggalkan


rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliputi
anestesi, trauma bedah tambahan danrisiko infeksi.
Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengantrauma
yang minimal, tetapi paling sesuai untul fraktur transversal tanpa
pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat dengan locking
nail yang dapat mempertahankanpanjang dan rotasi.
c. Fiksasi Eksterna
Bila fraktur yang dirawat dengantraksi stabildan massa kalus terlihat pada
pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast
brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak
memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuktindakan ini.
2. Perawatan Klien Fraktur
a. Perawatan klien dengan fraktur tertutup
Klien dengan fraktur tertutup harus diusahakan untuk
kembali ke aktivitas biasa sesegera mungkin. Penyembuhan
fraktur dan pengembalian kekuatan penuh dan mobilitas
mungkin memerlukan waktu sampai berbulan-bulan. Klien
diajari bagaimana mengontrol.
Pembengkakan dan nyeri sehubungan dengan fraktur
dan trauma jaringan lunak. Mereka didorong untuk aktif
dalam batas imobilisasi fraktur. Tirah baring diusahakan
seminimal

mungkin.

Latihan

segera

dimulai

untuk

mempertahankan kesehatan otot yang sehat, dan untuk


meningkatkan

kekuatan

otot

yang

dibutuhkan

untuk

pemindahan, menggunakan alat bantu (misalnya: tongkat,


walker).
Klien diajari mengenai bagaimana menggunakan alat tersebut dengan
aman. Perencanaan dilakukan untuk membantu klien
menyesuaikan lingkungan rumahnya sesuai kebutuhan
dan bantuan keamanan pribadi, bila perlu. Pengajaran klien
meliputi perawatan diri, informasi obat-obatan.
b. Perawatan klien fraktur terbuka

Pada fraktur terbuka (yang berhubungan dengan luka


terbuka memanjang sampai permukaan kulit dan ke daerah
cedera tulang) terdapat resiko infeksi seperti: osteomielitis,
gas

gangren,

dan

tetanus.

Tujuan

penanganan

adalah

meminimalkan kemungkinan infeksi luka, jaringan lunak dan


tulang untuk mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan
tulang.
Luka dibersihkan, didebridemen (benda asing dan
jaringan mati diangkat), dan diirigasi. Dilakukan usapan luka
untuk biakan dan kepekaan. Mungkin perlu dilakukan grapt
tulang untuk menjembatani defek, namun harus yakin bahwa
jaringan resipien masih sehat dan mampu memfasilitasi
penyatuan.

10

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Wawancara
a. Nyeri
b. Lemah, tidak dapat melakukan kegiatan
c. Apakah pernah mengalami trauma
d. Kebiasaan makan makanan tinggi kalsium
e. Hilangnya gerakan/sensasi
f.

Spasme/kram otot (setelah imobilisasi)

2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi,dan auskultasi
a. Aktivitas/Istirahat
Tanda:

Keterbatasan/kehilangan

fungsi

pada

bagian

yang

terkena.
b. Sirkulasi
Tanda:

Hipertensi

(kadang-kadang

terlihat

sebagai

respon

terhadap nyeri), Takikardia (respon stress, hipovilemia),


penurunan tidak ada nadi pada bagian distal yang terkena,
pengisian

kapiler

yang

lambat,

pucat,

pembengkakan

jaringan atau massa hematom pada sisi cedera.


c. Neirosensori
Tanda:

Hilang

gerakan/sensasi,

spasme

otot,

kesemutan,

(parestesia)
Gejala: Deformitas lokal; angulasi

abnormal, pemendekan,

rotasi, krepitasi, (bunyi berderik), spasme otot, terlihat


kelemahan/hilang fungsi.
d. Nyeri/Kenyamanan

11

Gejala: Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin


terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang, dapat
berkurang pada imobilisasi, tidak ada nyeri akibat kerusakan
syaraf, spasme/kram otot 9setelah mobilisasi).
e. Keamanan
Tanda: Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, perubahan
warna,

pembengkakan

lokal

(dapat

meningkat

bertahap/secara tiba-tiba)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot dan kerusakan
sekunder terhadap fraktur.
2. Resiko tinggi trauma b.d. kehilangan integritas tulang (fraktur)
3. Resiko

tinggi

terhadap

disfungi

neurovaskuler

perifer

berhubungan dengan penurunan aliran darah (cedera vaskuler


langsung, edema berlebihan, pembentukan trombus)
4. Cemas

berhubungan

dengan

akan

dilakukannya

tindakan

operasi
5. Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan

keterbatasan

informasi mengenai pengobatan.


6. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (prosedur
invasif).
7. Kerusakan

mobilitas

fisik

berhubungan

dengan

kerusakan

neurovaskuler (nyeri)
8. Resiko

kerusakan

integritas

kulit

berhubungan

dengan

imobilisasi fisik
C. INTERVENSI
1. DX I
Nyeri akut b.d. spasme otot dan kerusakan sekunder terhadap
fraktur.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
nyeri berkurang atau hilang.
NOC:
a. NOC 1: Level Nyeri

12

Kriteria Hasil:
a. Laporkan frekuensi nyeri
b. Kaji frekuensi nyeri
c. Lamanya nyeri berlangsung
d. Ekspresi wajah terhadap nyeri
e. Kegelisahan
f.

Perubahan TTV

b. NOC 2: Kontrol Nyeri


Kriteri Hasil:
a. Mengenal faktor penyebab
b. Gunakan tindakan pencegahan
c. Gunakan tindakan non analgetik
d. Gunakan analgetik yang tepat
NIC: Manajemen Nyeri
1) Kaji secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi,
frekuensi, intensitas, dan faktor penyebab.
2) Observasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama
jika tidak dapat berkomunikasi secara efektif.
3) Berikan analgetik dengan tepat.
4) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama akan berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur.
5) Ajarkan teknik non farmakologi (misalnya: relaksasi, guide,
imagery,terapi musik,distraksi)
2. DX II
Resiko tinggi trauma b.d. kehilangan integritas tulang (fraktur)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
tidak terjadi trauma.
NOC: Risk Control
Kriteria Hasil:
a. Memonitor faktor resiko lingkungan
b. Memonitor faktor resiko perilaku pasien
c. Menggunakan pelayanan kesehatan kongruen dengan
kebutuhan
d. Memonitor perubahan status kesehatan

13

e. Partisipasi dalam perawatan untuk identifikasiresiko


NIC: Enviromental Manaement: Safety
1) Identifikasi keamanan yang dibutuhkan pasien, pada tingkat
fungsi fisik dan kognitif dan perilaku yang lalu
2) Identifikasi keselamatan pasien terhadap bahaya dalam
lingkungan (fisik, biologi, kimia)
3) Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan resiko bahaya.
4) Monitor perubahan lingkungan dalam kondisi keamanan dan
keselamatan pasien.
3. DX III
Resiko disfungsi neurovaskuler b.d. penurunan aliran darah
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
neurovaskuler perifer berfungsi kembali.
NOC: Circulation Status
Kriteria Hasil:
a. Nadi normal
b. Tekanan vena sentral normal
c. Perbedaan arteriol-venous oksigen normal
d. Peripheral pulse kuat
e. Tidak terjadi cedera peripheral
f.

Tidak terjadi kelemahan yang berlebihan

NIC:
a. NIC 1: Exercise Therapy
1) Tentukan batasan pergerakan sendi dan efek dari fungsi
2) Monitor lokasi ketidaknyamanan selama pergerakan
3) Dukung ambulasi
b. NIC 2: Circulatory Care
1) Evaluasi terhadap edema dan nadi
2) Inspeksi kulit terhadap ulser
3) Dukung pasien untuk latihan sesuai toleransi
4) Kajiderajat ketidaknyamanan/nyeri
5) Turunkan ekstremitas untuk memperbaiki sirkulasi arterial
4. DX IV
Cemas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan operasi

14

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan


pasien dan keluarga tidak mengalami kecemasan.
NOC: Control Cemas
Kriteria Hasil:
a. Monitor Intensitas kecemasan
b. Menurunkanstimulasi lingkungan ketika cemas
c. Menggunakan strategi koping efektif
d. Mencari informasi untuk menurunkan cemas
e. Menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan cemas
NIC: Penurunan Kecemasan
1) Tenangkan Klien
2) Jelaskan

seluruh

prosedur

tindakan

kepada

klien

dan

perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan


tindakan
3) Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis, dan tindakan.
4) Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan
rasa sakit.
5) Instruksikan pasien untuk menggunakan metode/ teknik
relaksasi.
5. DX V
Kurang pengetahuan b.d. keterbatasan informasi mengenai
pengobatan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pengetahuan pasien dan keluarga bertambah.
NOC: Pengetahuan: proses penyakit.
Kriteria Hasil:
a. Mengenal tentang penyakit
b. Menjelaskan proses penyakit
c. Menjelaskan penyebab/faktor yang berhubungan
d. Menjelaskan faktor resiko
e. Menjelaskan komplikasi dari penyakit
f.

Menjelaskan tanda dan gejala dari penyakit

NIC:
a. NIC 1: Health Care Information exchange
1) Identifikasi pemberi pelayanan keperawatan yang lain

15

2) Identifikasi

kemampuan

pasien

dan

keluarga

dalam

mengimplementasikan keperawatan setelah penjelasan


3) Jelaskan

peran

keluarga

dalam

perawatan

yang

berkesinambungan
4) Jelaskan

program

perawatan

medik

meliputi;

diet,

pengobatan, dan latihan.


5) Jelaskan

rencana

tindakan

keperawatan

sebelum

mengimplementasikan
b. NIC 2: Health Education
1) Jelaskan

faktor

internal

dan

eksternal

yang

dapat

menambah atau mengurangi dalam perilaku kesehatan.


2) Jelaskan pengaruh kesehatan danperilaku gaya hidup
individu,keluarga/lingkungan.
3) Identifikasi lingkungan yang dibutuhkan dalam program
perawatan.
4) Anjurkan pemberian dukungan dari keluarga dan keluarga
untuk membuat perilaku kondusif.
6. DX II
Resiko tinggi infeksi b.d. trauma jaringan (prosedur invasif)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
infeksitidak terjadi.
NOC:
a. NOC 1: Deteksi Infeksi
Kriteria Hasil:
a. Mengukur tanda dan gejala yang mengindikasikan
infeksi
b. Berpartisipasi dalam perawatan kesehatan
c. Mampu mengidentifikasi potensial resiko
b. NOC 2: Pengendalian Infeksi
Kriteria Hasil:
a. Pengetahuan tentang adanya resiko infeksi
b. Mampu memonitor faktor resiko dari lingkungan
c. Membuat strategi untuk mengendalikan resiko infeksi
d. Mengatur gaya hidup untuk mengurangi resiko
e. Penggunaan pelayanan kesehatan yang sesuai

16

NIC: Teaching diases proses


1) Deskripsikan proses penyakit dengan tepat
2) Sediakan informasi tentang kondisi pasien
3) Diskusikan perawatan yang akan dilakukan
4) Gambaran tanda dan gejala penyakit
5) Instruksikan pasien untuk melaporkan kepada perawat untuk
melaporkan tentang tanda dan gejala yang dirasakan.
7. DX III
Kerusakan mobilitas fisik b.d. kerusakan meurovaskuler (nyeri)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pasien dapat meningkatkan mobilisasi pada tingkat yang
paling tinggi
NOC: Mobility level
Kriteria Hasil:
a. Keseimbangan penampilan
b. Memposisikan tubuh
c. Gerakan otot
d. Gerakan sendi
e. Ambulansi jalan
f.

Ambulansi kursi roda

NIC: Exercise Therapy: Ambulation


1) Bantu pasien untuk menggunakan fasilitas alat bantu jalan
dan cegah kecelakaan atau jatuh
2) Tempatkan

tempat

tidur

pada

posisi

yang

mudah

dijangkau/diraih pasien.
3) Konsultasikan dengan fisioterapi tentang rencana ambulansi
sesuai kebutuhan
4) Monitor pasien dalam menggunakan alatbantujalan yang lain
5) Instruksikan pasien/pemberi pelayanan ambulansi tentang
teknik ambulansi.
8. DX IV
Resiko kerusakan integritas kulit b.d. imobilisasi fisik.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
NOC: Integritas Jaringan: kulit dan membran mukosa

17

Kriteria Hasil:
a. Sensasi normal
b. Elastisitas normal
c. Warna
d. Tekstur
e. Jaringan bebas lesi
f.

Adanya pertumbuhan rambut dikulit

g. Kulit utuh
NIC: Scin Surveilance
1) Observation ekstremitas oedema, ulserasi, kelembaban
2) Monitor warna kulit
3) Monitor temperatur kulit
4) Inspeksi kulit dan membran mukosa
5) Inspeksi kondisi insisi bedah
6) Monitor kulit pada daerah kerusakan dan kemerahan
7) Monitor infeksi dan oedema

18

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.

19

Você também pode gostar