Você está na página 1de 6

ADAB-ADAB TIDUR

Oleh
Syaikh Abdul Hamid bin Abdirrahman as-Suhaibani
1. Tidak mengakhirkan tidur malam selepas shalat Isya kecuali dalam keadaan darurat seperti untuk
mengulang (murajaah) ilmu atau adanya tamu atau menemani keluarga, sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Abu Barzah Radhiyallahu anhu:

. .(
)
.
Bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membenci tidur malam sebelum (shalat
Isya) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.[1]
2. Hendaknya tidur dalam keadaan sudah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana hadits:


Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih
dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan shalat. [HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no.
2710]
3. Hendaknya mendahulukan posisi tidur di atas sisi sebelah kanan (rusuk kanan sebagai tumpuan)
dan berbantal dengan tangan kanan, tidak mengapa apabila setelahnya berubah posisinya di atas sisi
kiri (rusuk kiri sebagai tumpuan). Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam:

.

Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu. [HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710]
4. Tidak dibenarkan telungkup dengan posisi perut sebagai tumpuannya baik ketika tidur malam
ataupun tidur siang. Sebagaimana hadits:

.
..
Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai oleh Allah Azza wa
Jalla.[2]
5. Membaca ayat-ayat al-Qur-an, antara lain:
a. Membaca ayat kursi:
. . .
.

. . . .
.

Allah, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) melainkan Dia, Yang hidup kekal lagi terus menerus
mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan
di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apaapa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari
ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah

tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar. [Al-Baqarah/2:
255][3]
b. Membaca dua ayat terakhir dari surat al-Baqarah:
. . . . .
. . . . . . . . .
.
. . . . . . . . . .
. . .
. .
. .
Rasul telah beriman kepada al-Qur-an yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya, demikian pula
orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-KitabNya dan Rasul-Rasul-Nya. (Mereka mengatakan): Kami tidak membedabedakan antara seorang
pun (dengan yang lain) dari Rasul-Rasul-Nya, dan mereka mengatakan: Kami dengar dan kami
taat. (Mereka berdoa): Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala
(dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(Mereka berdoa): Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami
bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau
pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma-aflah kami; ampunilah
kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang
kafir. [Al-Baqarah/2: 285-286][4]
c. Membaca Qul Huwallaahu Ahad, Qul auudzu bi Rabbil falaq dan Qul auudzu bi Rabbin naas.
Hal ini berdasarkan pada riwayat-riwayat yang menganjurkan hal tersebut.[5]
6. Hendaknya mengakhiri berbagai doa tidur dengan doa berikut:
.
..
. . .. . ..
Dengan Nama-Mu, ya Rabb-ku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan Nama-Mu pula aku
bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah rahmat padanya. Tapi
apabila Engkau melepaskannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara hamba-hambaMu yang shalih.[6]
,

.
.
.
Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu aku
menghadapkan wajahku kepada-Mu, dan aku sandarkan punggungku kepada-Mu karena mengharap
dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari (ancaman)-Mu
kecuali kepada-Mu, aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu, aku beriman
kepada kitab yang Engkau turunkan dan kepada Nabi yang Engkau utus. [HR. Al-Bukhari no. 247,
6113, 6313, 7488, Muslim no. 2710, Abu Dawud no. 5046 dan at-Tirmidzi no. 3394]

. . . . . ..

Ampunilah dosa-dosaku di masa lalu dan masa yang akan datang, yang tersembunyi, serta yang
nampak. Engkaulah Yang terdahulu dan Yang terakhir dan tidak ada ilah yang berhak diibadahi
kecuali Engkau. [HR. Al-Bukhari no. 1120, 6317 dan Muslim no. 2717]

. .
Ya Allah, jauhkanlah aku dari siksa-Mu pada hari dimana Engkau membangkitkan hamba-hambaMu. [HR. Abu Dawud no. 5045, at-Tirmidzi no. 3399, Ibnu Majah no. 3877 dan Ibnu Hibban no.
2350. Lihat Shahiih at-Tirmidzi no. III/143]
7. Disunnahkan apabila hendak membalikkan tubuh (dari satu sisi ke sisi yang lain) ketika tidur
malam untuk mengucapkan doa:
. .

.
. . .

Tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah Yang Mahaesa, Maha Perkasa, Rabb Yang
menguasai langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya, Yang Mahamulia lagi Maha
Pengampun. [HR. Al-Hakim I/540 disepakati dan dishahihkan oleh Imam adz-Dzahabi. Lihat
Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah no. 2066]
8. Apabila merasa gelisah, risau, merasa takut ketika tidur malam atau merasa kesepian maka
dianjurkan sekali baginya untuk berdoa sebagai berikut:
. . .

.. . .
Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, siksa-Nya, dari
kejahatan hamba-hamba-Nya, dari godaan para syaitan dan dari kedatangan mereka kepadaku.
[HR. Abu Dawud no. 3893, at-Tirmidzi no. 3528 dan lainnya. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ashShahii-hah no. 264]
9. Memakai celak mata ketika hendak tidur, berdasarkan hadits Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma :

.
.
.
. .
Bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam senantiasa memakai celak dengan batu celak
setiap malam sebelum beliau hendak tidur malam, beliau Shallallahu alaihi wa sallam memakai
celak pada kedua matanya sebanyak tiga kali go-resan. [HR. Ibnu Majah no. 3497. Lihat Syamaa-il
Muhammadiyyah hal. 44]
10. Hendaknya mengibaskan tempat tidur (membersihkan tempat tidur dari kotoran) ketika hendak
tidur.
Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:
. .
. .
Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan
mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan, bismillaah, karena ia
tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi. [HR. Al-Bukhari no. 6320, Muslim no. 2714, atTirmidzi no. 3401 dan Abu Dawud no. 5050. Lafazh yang seperti ini berdasarkan riwayat Muslim]
11. Jika sudah bangun tidur hendaknya membaca doa sebelum berdiri dari tempat pembaringan,
yaitu:
.. . .. .

Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah ditidurkan-Nya dan kepada-Nya
kami dibangkitkan.[7]
12. Hendaknya menyucikan hati dari setiap dengki yang (mungkin timbul) pada saudaranya sesama
muslim dan membersihkan dadanya dari setiap kemarahannya kepada manusia lainnya.
13. Hendaknya senantiasa menghisab (mengevaluasi) diri dan melihat (merenungkan) kembali
amalan-amalan dan perkataan-perkataan yang pernah diucapkan.
14. Hendaknya bersegera bertaubat dari seluruh dosa yang dilakukan dan memohon ampun kepada
Allah dari setiap dosa yang dilakukan pada hari itu.[8]
[Disalin dari kitab Aadaab Islaamiyyah, Penulis Abdul Hamid bin Abdirrahman as-Suhaibani,
Judul dalam Bahasa Indonesia Adab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki Rahmawan, Penerbit
Pustaka Ibnu Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H - Maret 2006M]
_______
Footnote

[1]. HR. Al-Bukhari no. 568 dan Muslim no. 647 (235). Lafazh ini milik al-Bukhari dan kata

tidak terdapat dalam lafazh al-Bukhari di no. 568.-penj.


[2]. HR. Abu Dawud dengan sanad yang shahih.
[3]. Keterangan ini tercantum di dalam Shahih al-Bukhari dengan syarahnya, Fat-hul Baari XI/267
no. 2311, 5010 (cet. Daar Abi Hayaan, 1416 H)
Manfaat membaca ayat Kursiy (ketika akan tidur) adalah sebagaimana yang disabdakan Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam, Barangsiapa membaca ayat Kursiy (ketika akan tidur), maka Allah
senantiasa menjaganya dan tidak akan didekati syaitan sampai Shubuh. Hal ini shahih berdasarkan
hadits di atas.-penj.
[4]. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:
. . .
Barangsiapa yang membaca dua ayat tersebut pada malam hari maka dua ayat tersebut telah
mencukupinya. (HR. Al-Bukhari no. 5051 dan Muslim no. 807-808)
Para ulama berselisih faham tentang makna .( dua ayat itu mencukupinya). Dikatakan bahwa
maknanya adalah telah mencukupi dari shalat malam, dan dikatakan pula bahwa maknanya adalah
telah mencukupinya dari setiap kejelekan yang dilarang dan kejahatan. Syaikh Salim al-Hilali
berkata, Boleh untuk menggabungkan dua makna (masalah) tersebut. (Shahiih al-Adzkaar wa
Dhaiifuhu lil Imam an-Nawawi, tahqiq Syaikh Salim bin Ied al-Hilali (I/258)).-penj.
[5]. Yaitu dengan cara mengumpulkan dua tapak tangan lalu ditiup dan dibacakan, Qul Huwallaahu
Ahad, qul auudzu bi Rabbil falaq dan Qul auudzu bi Rabbin naas, kemudian dengan dua telapak
tangan mengusap bagian tubuh yang dapat dijangkau dengannya dimulai dari kepala, wajah dan
tubuh bagian depan, hal ini diulang sebanyak 3 (tiga) kali. [HR. Al-Bukhari dalam Fat-hul Baari
XI/277 no. 4439, 5016 (cet. Daar Abi Hayaan), Muslim no. 2192, Abu Dawud no. 3902, At
Tirmidzi no. 3402 dan Ibnu Majah no. 3539]-penj.
Tambahan:-penj.
(a). Membaca surat as-Sajdah ayat pertama hingga akhir dan membaca surat al-Mulk, sebagaimana
hadits:

..
. .
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak tidur sebelum beliau membaca Alif laam miim tanziilus
Sajdah (As-Sajdah) dan Tabaarakalladzii biyadihilmulku (Al-Mulk). [HR. Al-Bukhari dalam alAdaabul Mufrad no. 1207, 1209, Ahmad III/340. Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 585]
(b). Membaca surat Al-Kaafiruun:
. .. ...
Katakanlah hai orang-orang kafir
Manfaatnya: (Membaca surat al-Kafirun) dapat membebaskan diri dari kesyirikan. [HR. Abu
Dawud no. 5055, at-Tirmidzi no. 3464, Ahmad V/456, dishahihkan oleh Ibnu Hibban no. 23632364, dan Hakim I/565 serta disepakati oleh adz-Dzahabi, dihasankan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar
dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 1161]-penj.
(c). Hendaknya mengawali doa tidur dengan membaca doa:
. .
Dengan Nama-Mu Ya Allah, aku mati dan aku hidup. [HR. Al-Bukhari no. 6324 dan Muslim no.
2711]
[6]. HR. Al-Bukhari no. 6320, Muslim no. 2714, Abu Dawud no. 5050 dan at-Tirmidzi no. 3401)penj.
[7]. HR. Al-Bukhari no. 6312 dan Muslim no. 2711.-penj.
[8]. Masih ada sunnah-sunnah yang lain berkaitan dengan adab tidur, di antaranya adalah sebagai
berikut:
Sunnah-sunnah sebelum tidur:
(a). Meletakkan tangannya yang kanan di bawah pipi kanannya.
Berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:

..
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah
pipinya. [HR. Abu Dawud no. 5045, at-Tirmidzi no. 3395, Ibnu Majah no. 3877 dan Ibnu Hibban
no. 2350]
(b). Membaca doa:
.


. .



. ,.
. .
. ..
Ya Allah, Rabb langit (yang tujuh), Rabb bumi, Rabb Arsy yang agung, Rabb kami dan Rabb
segala sesuatu, Pembelah biji dan benih, Yang menurunkan Taurat, Injil, dan al-Furqaan (al-Qur-an)
aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan segala sesuatu, yang Engkau pegang ubun-ubunnya. Ya
Allah, Engkaulah yang paling pertama, tidak ada sesuatu sebelum-Mu dan Engkaulah yang paling
akhir, tidak ada sesuatu pun setelah-Mu. Engkaulah yang zhahir, tidak ada sesuatu pun yang

mengungguli-Mu dan Engkaulah yang bathin, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Mu,
lunasilah hutang kami dan cukupkanlah kami dari kefaqiran (kemiskinan). [HR. Muslim no. 2713]
Sunnah-sunnah setelah bangun tidur:
(a). Mengusap bekas tidur yang ada di wajah maupun tangan, berdasarkan hadits berikut:

..
Maka bangunlah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dari tidurnya kemudian duduk sambil
mengusap wajahnya dengan tangannya. [HR. Muslim no. 763 (182)]
(b). Bersiwak
. .

..
Apabila Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bangun malam membersihkan mulutnya dengan
bersiwak. [HR. Al-Bukhari no. 245 dan Muslim no. 255]
(c). Beristintsaar (mengeluarkan atau menyemburkan air dari hidung sesudah menghirupnya)
. .
. .
Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya, maka beristintsaarlah tiga kali karena
sesungguhnya syaitan bermalam di rongga hidungnya. [HR. Bukhari no. 3295 dan Muslim no.
238].
(d). Mencuci kedua tangan tiga kali, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam:
. .
.
.

Apabila salah seorang di antara kamu bangun tidur, janganlah ia memasukkan tangannya ke dalam
bejana, sebelum ia mencucinya tiga kali. [HR. Al-Bukhari no. 162 dan Muslim no. 278

Você também pode gostar