Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KALA IV
14 Desember 2009 | hapsari266
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau
tanpa bantuan (Mochtar, 2002).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus
melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau persalinan spontan adalah bila bayi lahir
dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak
melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam
(Wiknjosastro, 2002). Jadi persalinan adalah proses pengeluaran konsepsi yang telah cukup
bulan melalui jalan lahir atau jalan lainnya, dengan bantuan atau tanpa bantuan. Macam-macam
persalinan, yaitu :
Persalinan spontan : Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan sendiri dan melalui
jalan lahir
Persalinan buatan
Asuhan Kala IV ?
Pemantauan Kala IV ?
1. Tujuan
Tujuan Umum
Mampu memahami secara menyeluruh tentang fisiologi kala IV dalam persalinan dan asuhan
kebidanan yang diberikan pada Kala IV persalinan.
Tujuan Khusus
4. Pengaruh janin / fetal cortisol. Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan, oleh karena itu pada anenchepalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.
5. Teori prostaglandin. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua, disangka menjadi salah satu
penyebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau
E2 yang diberikan secara intravena, intra dan ekstra amnial menimbulkan kontraksi myometrium
pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang
tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau
selama persalinan.
Kala IV adalah terjadi sejak plasenta lahir 1-2 jam sesudahnya,hal-hal ini yang perlu
diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali kebentuk normal.Hal itu dapat
dilakukan dengan melakukan rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi
baik dan kuat.perlu juga diperhatikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang
tersisa sedikitpun dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut.
1. PATOFISIOLOGI
Plasenta Lahir dan 1-2 jam sesudahnya
Fisiologi Kala IV
a. Tanda Vital
b. Kontraksi Uterus
c. Lochea
d. Kandung Kemih
e. Perinium
f. Perkiraan darah yg hilang
Keadaan ibu dan bayi
Evaluasi Uterus
Perlu diperhatikan bahwa kontraksi uterus mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya
perdarahan dan pengembalian uterus kebentuk normal. Kontraksi uterus yang tidak kuat dan
terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya atonia uteri yang dapat mengganggu keselamatan
ibu.Untuk itu evaluasi terhadap uterus pasca pengeluaran plasenta sangat penting untuk
diperhatikan.
Untuk membantu membantu uterus berkontraksi dapat dilakukan dengan dengan masase agar
uterus tidak menjadi lembek dan mampu berkontraksi dengan kuat. Setelah kelahiran plasenta,
periksa kelengkapan dari plasenta dan selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan selaput
ketuban yang tertinggal dalam uterus akan mengganggu kontraksi uterus sehingga menyebabkan
perdarahan.
Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka akan terjadi atonia uteri.
Oleh karena itu, diperlukan tindakan rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila perlu
dilakukan Kompresi Bimanual. Dapat diberikan obat oksitosin dan harus diawasi sekurangkurangnya selama satu jam sambil mengamati terjadinya perdarahan post partum.
Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah perineum,
vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh kemungkinan
edema dan lecet. Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva bisa
berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-lecet.
Segera setelah kelahiran bayi, serviks dan vagina harus diperiksa secara menyeluruh untuk
mencari ada tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan lewat pembedahan kalau diperlukan.
Servik, vagina dan perineum dapat diperiksa lebih mudah sebelum pelepasan plasenta karena
tidak ada perdarahan rahim yang mengaburkan pandangan ketika itu.
Pelepasan plasenta biasanya terjadi dalam waktu 5-10 menit pada akhir kala II. Memijat fundus
seperti memeras untuk mempercepat pelepasan plasenta tidak anjurkan karena dapat
meningkatkan kemungkinan masuknya sel janin ke dalam sirkulasi ibu. Setelah kelahiran
plasenta, perhatian harus ditujukan pada setiap perdarahan rahim yang dapat berasal dari tempat
implantasi plasenta
Kontraksi uterus yang meengurangi perdarahan ini dapat dilakukan dengan pijat uterus dan
penggunaan oksitosin. Kalau pasien menghadapi perdarahan nifas ( misalnya karena anemia,
pemanjangan masa augmentasi oksitosin pada persalinan, kehamilan kembar, atau hidramnion)
dapat diperlukan pembuangan plasenta secara manual.
Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa anus dengan
rectal toucher. Laserasi dapat dikategorikan dalam :
1. Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
2. Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu
dijahit).
3. Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter
ani.
4. Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter
ani yang meluas hingga ke rektum. Rujuk segera.
Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi/ Laserasi Perineum Indikasi Episiotomi
1. Gawat janin
2. Persalinan per vaginam dengan penyulit (sungsang, tindakan vakum ataupun forsep).
3. Jaringan parut (perineum dan vagina) yang menghalangi kemajuan persalinan.
Tujuan Penjahitan
1. Untuk menyatukan kembali jaringan yang luka.
2. Mencegah kehilangan darah.
Keuntungan Teknik Jelujur
Selain teknik jahit satu-satu, dalam penjahitan digunakan teknik penjahitan dengan model jelujur.
Adapun keuntungannya adalah :
v Mudah dipelajari.
v Tidak nyeri.
v Sedikit jahitan.
Hal Yang Perlu Diperhatikan dalam melakukan penjahitan perlu diperhatikan tentang :
1. Laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan, tidak perlu dilakukan penjahitan.
2. Menggunakan sedikit jahitan.
3. Menggunakan selalu teknik aseptik.
4. Menggunakan anestesi lokal, untuk memberikan kenyamanan ibu.
Penggunaan Anestesi Lokal
Keterangan
Tonus uterus tetap berkontraksi.
Posisi TFU sejajar atau dibawah pusat.
1 Involusi normal
Perdarahan dalam batas normal (100-300ml).
Cairan tidak berbau.
Sub involusi kontraksi uterus lemah, TFU diatas pusat.
2 Kala IV dengan penyulit
Perdarahan atonia, laserasi, sisa plasenta / selaput ketuban.
Bentuk Tindakan Dalam Kala IV
Tindakan Baik: 1) Mengikat tali pusat; 2) Memeriksa tinggi fundus uteri; 3) Menganjurkan ibu
untuk cukup nutrisi dan hidrasi; 4) Membersihkan ibu dari kotoran; 5) Memberikan cukup
istirahat; 6) Menyusui segera; 7) Membantu ibu ke kamar mandi; 8 ) Mengajari ibu dan keluarga
tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi.
Tindakan Yang Tidak Bermanfaat: 1) Tampon vagina menyebabkan sumber infeksi. 2)
Pemakaian gurita menyulitkan memeriksa kontraksi. 3) Memisahkan ibu dan bayi. 4)
Menduduki sesuatu yang panas menyebabkan vasodilatasi, menurunkan tekanan darah,
menambah perdarahan dan menyebabkan dehidrasi.
Pemantauan Lanjut Kala IV
Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut selama kala IV adalah :
1. Vital sign Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/ 60 mmHg, N > 100 x/
menit (terjadi masalah); Masalah yang timbul kemungkinan adalah demam atau
perdarahan.
2. Suhu S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi dehidrasi ataupun infeksi.
3. Nadi
4. Pernafasan
5. Tonus uterus dan tinggi fundus uteri Kontraksi tidak baik maka uterus teraba lembek;
TFU normal, sejajar dengan pusat atau dibawah pusat; Uterus lembek (lakukan massase
uterus, bila perlu berikan injeksi oksitosin atau methergin).
6. Perdarahan Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu pembalut atau seperti
darah haid yang banyak. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab (dari jalan lahir,
kontraksi atau kandung kencing).
7. Kandung kencing Bila kandung kencing penuh, uterus berkontraksi tidak baik.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kala IV adalah dimulai sejak plasenta lahir 1-2 jam sesudahnya,hal-hal ini yang perlu
diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali kebentuk normal.Hal itu dapat
dilakukan dengan melakukan rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi
baik dan kuat.perlu juga diperhatikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang
tersisa sedikitpun dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut.
Perkiraan pengeluaran darah, laserasi atau luka episiotomi serta pemantauan dan evaluasi lanjut
juga perlu diperhatikan.
1. Saran
v Masyarakat
Bagi suami maupun keluarga diharapkan agar lebih aktif, turut serta dalam menjaga kesehatan
ibu. Dan dapat memberikan secara psikis maupun moril terhadap ibu yang mengalami masa post
partum.Mendukung kinerja pemerintah dalam menurunkan AKI.
Saran yang dapat diberikan pada ibu yang mengalami penjahitan pada daerah perinium, yaitu :
Mencuci perineum dengan air sabun dan air bersih sesering mungkin.
Kunjungan ulang dilakukan 1 minggu setelah melahirkan untuk memeriksa luka jahitan.
v Pemerintah
Bagi pemerintah diharapkan agar berupaya meningkatkan pemberdayaan tenaga kesehatan
khususnya Bidan, agar persalinan dapat ditangani oleh tenaga ahli secara komprehensip untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi agar terlaksana dengan baik.
v Tenaga Kesehatan
Bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan diharapakan agar meningkatkan mutu dan kualitas
pelayanan asuhan kebidanan, serta lebih peka untuk mengidentifikasi tanda bahaya dalam
persalinan agar dapat dengan segera ditangani.
a.
Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas daerah maternal melalui paru
maternal dan placenta. Setelah pelepasan placenta yang tiba-tiba setelah pelahiran, adaptasi
yang sangat cepat terjadi untuk memastikan kelangsungan hidup. Sebelum lahir janin
melakukan pernapasan dan menyebabkan paru matang, menghasilkan surfaktan, dan
mempunyai alveolus yang memadai untuk pertukaran gas. Sebelum lahir paru janin penuh
dengan cairan yang diekskresikan oleh paru itu sendiri. Selama kelahiran, cairan ini
meninggalkan paru baik karena dipompa menuju jalan napas dan keluar dari mulut dan hidung,
atau karena bergerak melintasi dinding alveolar menuju pembuluh limve paru dan menuju
duktus toraksis (Myles, 2009).
Adaptasi kardiovaskular
Sebelum lahir, janin hanya bergantung pada placenta untuk semua pertukaran gas dan
ekskresi sisa metabolik. Dengan pelepasan placenta pada saat lahir, sistem sirkulasi bayi harus
melakukan penyesuaian mayor guna mengalihkan darah yang tidak mengandung oksigen
menuju paru untuk direoksigenasi. Hal ini melibatkan beberapa mekanisme, yang dipengaruhi
oleh penjepitan tali pusat dan juga oleh penurunan resistensi bantalan vaskular paru.
b.
2.
1.
a.
b.
c.
d.
Selama kehidupan janin hanya sekitar 10% curah jantung dialirkan menuju paru melalui
arteri pulmonalis. Dengan ekspansi paru dan penurunan resistensi vaskular paru, hampir
semua curah jantung dikirim menuju paru. Darah yang berisi oksigen menuju kejantung dari
paru meningkatkan tekanan di dalam atrium kiri. Pada saat yang hampir bersamaan, tekanan di
atrium kanan berkurang karena darah berhenti mengalir melewati tali pusat. Akibatnya, terjadi
penutupan fungsional foramen ovale. Selama beberapa hari pertama kehidupan, penutupan ini
bersifat reversibel , pembukaan dapat kembali terjadi bila resistensi vaskular paru tinggi,
misalnya saat menangis, yang menyebabkan serangan sianotik sementara pada bayi. Septum
biasanya menyatu pada tahun pertama kehidupan dengan membentuk septum intra atrial,
meskipun pada sebagian individu penutupan anatomi yang sempurna tidak pernah terjadi.
Adaptasi suhu
Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingin pada saat pelahiran, dengan suhu kamar
bersalin 21C yang sangat berbeda dengan suhu dalam kandungan, yaitu 37,7C. Ini
menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat cairan amnion menguap dari kulit. Setiap mili
liter penguapan tersebut memindahkan 560 kalori panas. Perbandingan antara area permukaan
dan masa tubuh bayi yang luas menyebabkan kehilangan panas, khususnya dari kepala, yang
menyusun 25% masa tubuh. Lapisan lemak subkutan tipis dan memberikan insulasi tubuh yang
buruk, yang berakibat cepatnya perpindahan panas inti ke kullit, kemudian lingkungan, dan juga
mempengaruhi pendinginan darah. Selain kehilangan panas melalui penguapan, kehilangan
panas melalui konduksi saat bayi terpajan dengan permukaan dingin, dan melalui konveksi
yang disebabkan oleh aliran udara dingin pada permukaan tubuh.
Perlindungan termal (termoregulasi)
Perlindungan termal dapat dilakukan dengan pencegahan kehilangan panas. Mekanisme
pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu
jika tidak dilakukan upaya pencegahan kehilangna panas tubuh maka bayi baru lahir dapat
mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, sangat beresiko tinggi untuk mengalami
kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya
dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam
ruangan yang relatif hangat (Pusdiknakes, 2003).
Mekanisme kehilangan panas BBL ke lingkungannya menurut APN 2007.
Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena
penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri, karena
setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang
lahir terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan
permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah
dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apa bila bayi
diletakkan diatas benda-benda tersebut.
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang
lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara
dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda
yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun
tidak bersentuhan secara langsung).
Mencegah terjadinya kehilangan panas
keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi. Keringkan bayi dengan
handuk atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu. Mengeringkan dengan cara menyeka
tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
Selimuti bayi dengan atau kain bersih dan hangat
Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat, ganti handuk atau kain
yang dibasahi oleh cairan ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang
hangat dan bersih. Kain basah di dekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui
proses radiasi. Ganti handuk, selimut atau kain yang baru.
Selimuti bagian kepala bayi
Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi
memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika
bagian tersebut tidak tertutup.
Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan
panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian ASI
harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak
berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti dengan kain atau selimut
bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat
berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan
(sedikitnya) enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah
lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat
tidur yang sama dengan ibunya ditempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya
adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera
menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
c. Bayi-bayi yang mengalami gawat dingin akan memerlukan gas oksigen yang lebih banyak serta
akan menghabiskan cadangan glycogennya untuk mempertahankan suhu tubuh yang kritis.
Walaupun demikian, bayi yang sehat pun bisa segera menjadi bayi yang sakit jika terjadi
kehilangan panas yang berlebihan.
4. Pemeliharaan pernapasan
Bila bayi tidak segera bernapas sebaiknya mengeringkan bayi dengan selimut atau handuk
yang hangat dan dengan lembut menggosok punggung bayi yang sudah dikeringkan. Kemudian
meletakkan bayi dalam posisi terlentang dengan leher sedikit ekstensi (dapat diletakkan
terlentang diatas perut ibunya jika hal itu tidak membuat lehernya mengalami hiperekstensi. Hal
ini juga akan membuatnya tetap hangat). Bayi hendaknya dibuat seakan ia sedang mencium
bau sesuatu. Hisap hidung dan mulut bayi dengan alat bantu. Akan tetapi jangan terlalu rutin
melakukan penghisapan, karena hal itu bisa menyebabkan bradycardia dan masalah-masalah
lain.
menekan dada
patah
(fraktur),
pneumothorax,
kaki
bayi
ke
bagian
merusak
pembuluh
darah
dan
perutnya
menggunakan
panas/dingin atau air
bungkusan membakar/menimbulkan
hipothermia
meniupkan
oksigen
atau
udara
hipothermia
lebih rendah dari placenta dapat mengakibatkan bayi menerima transfusi darah (Pusdiknakes,
2003).
Langkah-langkah dalam menjaga kebersihan pada saat memotong tali
pusat menurut
Pusdiknakes (2003):
a.
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, serta mengenakan sarung tangan sebelum
menolong persalinan
b. Pastikan bahwa sarung tangan masih bersih. Ganti sarung tangan bila ternyata sudah kotor
c. Letakkan bayi yang telah dibungkus tersebut diatas permukaan yang bersih dan hangat
d. memotong tali pusat dengan pisau silet, pisau atau gunting yang steril atau telah didesinfeksi
tingkat tinggi
e. pakailah hanya alat dan bahan yang steril
f.
jangan mengoleskan salep apapun, atau zat lain ke tampuk tali pusat
G Grimace
A Active
: aktif (tonus)
R Respiration
: pernapasan
Nilai dikaji pada 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran. Bantuan medis diperlukan jika nilai
kurang dari 7. Nilai Apgar tanpa warna kulit menyingkirkan tanda ke 5, bantuan medis
diperlukan jika nilai kurang dari 6.
Tanda
frekwensi jantung
tidak ada
< 100x/mnt
upaya pernapasan
tidak ada
lambat,
tonus otot
lunglai
< 100x/mnt
tidak
baik
atau
teratur
menangis aktif
fleksi
aktif
ekstremitas
respons
reflek
tidak ada
terhadap mrangsang
Warna
meringis
minimal
biru,
tubuh
pucat
muda,
merah
ekstremitas biru
7. resusitasi
seluruh
merak muda
tubuh
Pada asfiksia ringan, apnea merupakan gejala klinik utama. Pada kasus-kasus yang berat
bayi baru lahir tampak lunglai dan pucat dengan tekanan darah rendah dan denyut jantung
lambat.
BBL
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/asuhan-pada-bayi-segerasetelah-lahir_13.html#ixzz3sKl3FWEO
posisi tidur miring ke kiri. Sarankan agar ibu berjalan, ajaklah seseorang untuk
menemaninya (suaini atau ibunya) untuk memijat atau mengosok punggungnya
atau membasuh wajahnya di antara kontraksi. Ibu diperbolehkan untuk melakukan
aktivitas sesuai menahan napasnya sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara
meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi.
c. Penolong tetap menjaga privasi ibu dalam persalinan dengan cara menggunakan
penutup atau tirai dan tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan atau
seizin ibu.
d. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi secara prosedural
yang akan dilaksanakan dan hasil pemeriksaan.
e. Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah
buang air besar atau air kecil.
f. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak mengeluarkan keringat, maka
gunakan kipas angin atau AC dalam kamar atau menggunakan kipas biasa dan
menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya.
g. Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan mencegah dehidrasi, berikan
cukup minum.
h. Sarankan ibu untuk buang air keen sesering mungkin.
i. Lakukan pemantauan tekanan darah, suhu, denyut jantungjanin, kontraksi, dan
pembukaan serviks. Sedangkan pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan selama
empat jam sebelum kala I pada persalinan, dan kemudian dokumentasikan hasil
temuan pada partograf.
Kala II (dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi):
a. Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan mendampingi ibu agar
merasa nyaman dengan menawarkan minum atau memijat.
b. Menjaga kebersihan ibu agar terhindar dari infeksi. Bila terdapat darah lendir
atau cairan ketuban segera dibersihkan.
c. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu
dengan cara menjaga privasi ibu, menjelaskan proses dan kemajuan persalinan,
menjelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan, dan keterlibatan ibu.
d. Mengatur posisi ibu dan membimbing mengejan dengan posisi berikut: jongkok,
menungging, tidur miring, dan setengah duduk.
e. Mengatur posisi agar rasa iveri berkurang, mudah mengejan, menjaga kandung
kemih tetap kosong, menganjurkan berkemih sesering mungkin, memberikan cukup
minum untuk memberi tenaga dan mencegah dehidrasi.
Kala III (dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta):
a. Melaksanakan manajemen aktif kala III meliputi pemberian oksitosin dengan
segera, pengendalian tarikan pada tali pusat, dan pemijatan uterus segera setelah
plasenta lahir.
b. Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum lahir dalam waktu 15
menit, berikan oksitosin 10 unit (intramuskular).
c. Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum lahir juga dalam waktu
30 menit, periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi, periksa adanya tanda
pelepasan plasenta, berikan oksitosin 10 unit (intramuskular) dosis ketiga, dan
periksa suhu dengan saksama dan jahit semua robekan pada servik dan vagina
kemudian perbaiki episiotomi.
Kala IV (dimulai plasenta lahir sampai satu jam):
a. Periksa fundus uteri setiap 15 menu pada jam pertama dan setiap 20-30 menit
selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, massase uterus sampai menjadi keras.
b. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan pendarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
c. Anjurkan ibu untuk minum agar mencegah dehidrasi. Tawarkan si ibu makanan
dan minuman yang disukainya.
d. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian yang bersih dan kering.
e. Biarkan ibu beristirahat, bantu ibu pada posisi nyaman. Biarkan bayi berada pada
ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai permulaan dengan
menyusui bayi karena menyusui dapat membantu uterus berkontraksi.
(Sumber: Puscliknakes-WHO-JHPIEGO, 2003)
6. Melaksanakan perencanaan
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan kebidanan menyeluruh
yang dibatasi oleh standar asuhan kebidanan pada masa intranatal.
7. Evaluasi
Evaluasi pada masa intratal dapat menggunakan bentuk SOAP sebagai berikut:
S : Data Subjektif
Berisi tentang data dari pasien anamnesis (wawancara) yang merupakan ungkapan
langsung.
0 : Data Objektif
Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik selama masa
intranatal.
A : Analisis dan interpretasi
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis,
antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya tindakan segera.
P : Perencanaan
Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri,
kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut.
(Sumber: Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus, 2004)