Você está na página 1de 21

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Tinjauan Medis

1.

Pengertian
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci),
melekat pada sekomi tepat dibawah katup iloesekal. Apendisitis berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosonannya tidak efektif dan
lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi
(apendisitis), (Brunner dan Suddarth, 2002).
Apandisitis mengacu pada radang apendiks, suatu tambahan seperti kantong yang tak
berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis
adalah obstruksi luman oleh fases yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis
mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson dan Goldman 1989).

2.

Etiologi
Penyebab apendisitis paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah dan rongga
abdomen, adalah penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat, kira-kira 7% dari
populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka, pria
lebih sering dipengaruhi daripada wanita dan remaja lebih sering pada orang dewasa. Meskipun
ini dapat terjadi pada usia berapa pun, apendisitis paling sering terjadi antara usia 10 dan 30
tahun.

3.

Patofisiologi
Apendisitis terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat,
kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau benda asing. Proses inflamasi
meningkatkan tekanan intra luminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat
secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen.
Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.

4.

Manifestasi Klinis
Nyeri kuadran kanan bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ruangan, mual,
muntah, dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik McBurneg (gambar 37.2) bila
dilakukan tekanan nyeri tekan lepas (hasil atau intensifikasi dari nyeri bila tekanan dilepaskan)

mungkin dijumpai. Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare
tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar di belakang
sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumber, bila ujungnya ada pada pelvis, tandatanda ini dapat diketahui hanya pada pemeriksaan rectal. Nyeri pada defekasi menunjukkan
ujung apendiks berada dekat rektum, nyeri pada saat berkemih atau uretes, adanya kekakuan
pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi.
Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan bawah/ apabila apendiks telah
rupture, nyeri menjadi lebih menyebar, distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik, dan
kondisi pasien memburuk.
Pada pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi. Tanda-tanda
tersebut dapat sangat meragukan. Menunjukkan obstriksi usus atau proses penyakit lainnya.
pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai ia mengalami reptor apendiks. Insidens perforasi
pada apendiks lebih tinggi pada lansia karena banyak dari pasien-pasien ini mencari bantuan
perawatan kesehatan tidak secepat pasien-pasien yang lebih mudah.
5.

Pemeriksaan Diagnostik
Diagnostik diagnosa didasarkan pada pemeriksaan fisik lengkap dan tes laboratorium dan
sinar-X hitung darah lengkap dilakukan dan akan menunjukkan peningkatan jumlah darah putih.
Jumlah leukosit mungkin lebih besar dari 10.000/mm3 dan pemeriksaan ultrasound dapat
menunjukkan densitas kuadran kanan bawah atau kadar aliran udara terlokalisasi.

6.

Penatalaksanaan
Pembedahan di indikasikan bila didiagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan
cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan analgesic dapat diberikan setelah didiagnosa
ditegakkan.
Apendiktomi (pembedahan untuk mengangkap apendiks) dilakukan sesegera mungkin
untuk menurunkan risiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi emon atau
spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan lapareskopi, yang merupakan metode terbaru
yang sangat efektif.

7.

Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang menjadi
peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai 32%. Insidens lebih tinggi pada

anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala
mencakup demam dengan suhu 37,7oC atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri atau nyeri
tekan abdomen yang kontinyu.

B.

Tinjauan Keperawatan
Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan,
merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk
mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Proses keperawatan terdiri dari
lima tahap, yaitu : pangkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

1.

Pengkajian

a.

Aktivitas istirahat

1).

Gejala

kelemahan, kelelahan

2).

Tanda

tachikardi, tachipnea

b.

Eliminasi

Gejala

: Konstiipasi pada awitan awal

Tanda

: nyeri abdomen

c.

Makanan/Cairan

Gejala
Tanda
d.

: mempertahankan keseimbangan cairan.

Nyeri/kenyamanan

Gejala
Tanda
2.

: mual/muntah, anoreksia

: nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus.


: Perilaku berhati-hati, berbaring ke samping atau terlentang dengan lutut ditekuk.

Diagnosa Keperawatan
Sesuai dengan taori ada beberapa diagnosa keperawatan yang dapat kita angkat, yaitu :

a.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada apendisitis.

b.

Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatannya berhubungan dengan kurang
informasi.

c.

Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

d.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah praoperasi.

3.

Perencanaan

a.

Nyeri berhubungan dengan peradangan pada apendisitis


Tujuan

: Distensi jaringan usus oleh inflamasi

Kriteria hasil : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol


Intervensi :
1. Kaji nyeri, lokasi, karakteristik, integritas nyeri dengan (skala 0-10)
Rasional : Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan, perubahan
pada karakteristik nyeri.
2. Kaji tanda-tanda vital
Rasional : Perubahan tanda-tanda vital merupakan indikator terjadinya nyeri.
3. Ajarkan teknik relaksasi misalnya napas dalam.
Rasional : teknik relaksasi (napas dalam) dapat meningkatkan suplai O 2 ke jaringan sehingga
nyeri berkurang.
4.

Lakukan massa pada daerah nyeri


Rasional : dapat mengurangi nyeri

4. Penatalaksanaan pemberian obat analgetik


Rasional : Obat analgetik dapat mengurangi nyeri.
b.

Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatannya berhubungan dengan kurang
informasi.
tujuan

Kurang terpajan atau mengingat, salah informasi, tidak mengenal sumber

informasi.
Kriteria hasil :

Komplokasi, berpartisipasi dalam program pengobatan

Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
Rasional : Sebagai dasar untuk intervensi dan lanjutannya.
2. Dikusikan tentang pengobatan yang diberikan dan efek samping obat
Rasional : Pemahaman tentang penyakit dapat meningkatkan kerja sama dengan program
terapi.
3. Berikan informasi untuk membatasi efektifitas guna mencegah kelelahan.
Rasional : Berikan penjelasan tentang penyakit dan proses pengobatannya.
c.

Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Tujuan

: Kecemasan berkurang

Intervensi

1. Beri penjelasan kepada klien tentang penyakitnya.

Rasional : Meningkat pengetahuan klien tentang penyakitnya.


2. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan keluhannya
Rasional : Mendengarkan keluhan agar klien merasa lega dan merasa diperhatikan, beban
yang dirasakan dapat berkurang.
3. Libatkan keluarga klien dalam rencana keperawatan terhadap penyakitnya.
Rasional : Keterlibatan keluarga dalam perawatan dapat mengurangi kecemasan
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang
Rasional : agar klien tidak merasa bosan dalam menghadapi perawatan.
d.

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah praoperasi

Tujuan

inflamasi peritoneum

Kriteria hasil : mempertahankan keseimbangan cairan


Intervensi :
1.

Awasi TD dan nadi


Rasional :

2.

tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler

Awasi masukan dan haluara : catat warna urine /konsentrasi, berat jenis
Rasional :

penurunan haluara urine pekat dengan peningkatan berat jenis diduga dehiderasi

/kebutuhan peningkatan cairan


4. Auskultasi bising usus catat kelancaran flatus , gerakan usus
Rasional : indikator kembalinya peristaltik, kesiapan untuk pemasukan per oral
4.

Berikan perwatan mulut sering dengan perhatian khusus pada perlindungan bibir
Rasional :

dehidrasi mengakibatkan bibir dan mulut kering dan pecah-pecah

4. Implementasi
Pelaksanaan perawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
untuk memperoleh pelaksanaan yang efektif dituntut pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
berhubungan/komunikasi dengan anak dan keluarga.
Ada 2 hasil diharapkan dalam pelaksanaan perawatan, yaitu
a.

Adanya bukti bahwa klien sedang dalam proses menuju kepada tujuan atau telah mencapai
tujuan tersebut.

b.

Adanya bukti bahwa tindakan-tindakan perawatan yang diterima oleh klien.


Proses pelaksanaan perawat mencakup 3 hal :

a.

Melaksanakan rencana keperawatan yaitu segala informasi yang mencakup dalam rencana
keperawatan merupakan dasar atau pedomen dalam intervensi perawatan.

b.

Mengidentifikasi reaksi/tanggapan klien dalam mengidentifikasi reaksi klien dituntut upaya


yang tidak tergesa-gesa dan cermat serta teliti, agar menemukan reaksi-reaksi klien sebagai
akibat tindakan perawatan yang diberikan.

c.

Mengevaluasi tanggapan/reaksi klien dengan cara membandingkan terhadapsyarat-syarat


dengan hasil yang diharapkan.

5.

Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan dalam asuhan keperawatan yang telah
dilakukan sebagai berikut :
a. Apakah tujuan keperawatan sudah tercapai atau belum
b. Apakah masalah yang ada telah teratasi
c. Apakah perlu pengkajian kembali
d. Apakah timbul masalah baru.

BAB II
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan dibahas pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Tn P dengan
pre op apendisitis. Klien masuk rumah sakit tanggal 5 April 2005, dirawat di ruang interna
selama 2 hari dengan data yaitu : pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A.
I.

Pengkajian Data
Biodata

a.

Identitas Pasien

1.

Nama

: TN P

2.

Umur

3.

Agama

: Islam

4.

Suku/Bangsa

: Makassar/Indonesia

5.

Pendidikan

Sarjana

6.

Pekerjaan

Pensiunan

7.

Status

: Kawin

8.

Alamat

Jl. Malino BT Kaluku

9.

Pendapatan

Tidak tentu

Laki-laki

10. Jenis Kelamin

50 tahun

b.

Nama Penanggung

1.

Nama

: Ny M

2.

Umur

33 tahun

3.

Jenis Kelamin

Perempuan

4.

Pekerjaan

IRT

5.

Hubungan dengan klien : Istri

II.
A.
1.

Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama

keluhan utama

: Sakit perut kanan bawah

Klien merasakan sakit perut 2 hari yang lalu.

a.

Penyebab/Pencetus

Klien mengatakan tidak tahu penyebab sakit perut

b.

Sifat Keluhan

hilang timbul

c.

Lokasi penyebaran

pada abdomen

3.

Hal-hal yang memperberat keluhan : pada saat beraktivitas

4.

Hal-hal yang memperingan keluhan : istirahat, minum obat.

5.

Keluhan lain yang menyertai :

6.

Pertolongan obat yang pernah diberikan : tidak diketahui

B.

Riwayat kesehatan masa lalu

Klien kurang nafsu makan.

Klien sudah pernah mengalami penyakit yang sama sejak 3 bulan yang lalu

III. Pemeriksaan Fisik


A.

Keadaan umum klien : Nampak lemah

B.

Kesadaran composmentis (GCS : 15)

C.

Tanda-tanda vital :

1.

Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

2.

Nadi

: 16 x/m

3.

Pernapasan

: 24 x/m

4.

Suhu

: 36oC

D.

Tinggi badan : 160 cm

E.

Berat badan : 50 kg

F.

Pemeriksaan Fisik

1.

Kepala
a. Insfeksi

Bentuk kepala : simetris kiri dan kanan

Keadaan rambut dan hygiene kepala


Warna rambut : putih beruban
Penyebaran rambut merata : tidak ada alopesia (kebotakan)
b. Palpasi

Tidak mudah rontok

Tidak teraba benjolan

2.

Muka

a. Inspeksi
-

Struktur muka simetris kiri dan kanan

Ekspresi wajah meringis

Wajah tampak pucat


b. Palpasi

Tidak ada nyeri tekan

Tidak ada benjolan pada muka

3.

Mata
a. Inspeksi

Tidak terdapat udema pada palpebra

Tidak terjadi icterus pada sklera

Posisi mata simetris ki/ka

Konjungtiva tidak ada tampak anemis

Fungsi penglihatan baik


b. Palpasi

Tidak ada nyeri tekan.

Memakai alat bantu.


4.

Hidung dan sinus


a. Inspeksi

Tidak terdapat cairan/secret hidung

Fungsi penciuman baik

Struktur hidung simetris ki/ka


b. Palpasi

5.

Tidak ada nyeri tekan pada sinus


Telinga
a. Inspeksi

Struktur telinga simetris ki/ka

Lubang telinga tidak berisi serumen

Pendengaran baik

Tidak memakai alat bantu pendengaran

b. Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
6.

Mulut
a. Inspeksi

Keadaan gigi lengkap

Tidak memakai gigi palsu

Tidak terdapat peradangan pada gusi

Bibir kering

Kemampuan bicara baik

Keadaan lidah bersih


7.

Tenggorokan
a. Inspeksi

Tidak nyeri pada saat menelan

Tidak ada keculitan saat menelan


8.

Leher
a. Inspeksi

Tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfa

Tidak ada distensi venajubularis

Tidak terdapat pelebaran venajubularis


b. Palpasi
-

Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe

Tidak ada pelebaran venajubularis

9.

Thorax dan pernapasan


a. Inspeksi

Bentuk dada simetris ki/ka

Irama pernapasan mengikuti gerakan dada

Frekuensi pernapasan 16 x/m

Tipe pernapasan : normal


b. Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan
c. Auskultasi

- Suara napas vesikuler


- Bunyi tambahan tidak ada
d. Perkusi
- Sonor
10. Jantung
a. Inspeksi
- Tidak nampak ictus cerdis
b. Palpasi
-

Tidak teraba denyut apek 3 jari dibawah papilla mammae pada intra kostalis.
c. Perkusi
- Tidak teraba pembesaran jantung
d. Auskultasi
- Bunyi jantung I dan II murni
- Bunyi jantung pekak
- Bunyi tambahan tidak ada.

11. Abdomen
a. Inspeksi
-

Tidak ada pembesaran pada abdomen

Tidak ada bekas luka pada abdomen

b. Palpasi
- Teraba benjolan pada abdomen kanan bawah
- Ada nyeri tekan abdomen kanan bawah
c. Auskultasi
-Penstaltik 11 x/m
d. Perkusi
- Tympani.
12. Genitalia
Tidak dilakukan pengkajian karena keluarga klien mengatakan tidak ada masalah.
13. Ekstremitas
Ekstremitas atas
-

Motorik : pergerakan terbatas

Kekuatan otot : 4

Sensori : peka terhadap ransangan suhu

Refleks : normal
Ekstremitas bawah

Motorik : pergerakan terbatas

Refleks : patella
IV.

Pola Kegiatan Sehari-hari


a.

Nutrisi
pola makan :
sebelum sakit : 2-3x/hr
selama sakit :klien malas makan
pola minum
sebelum sakit : 8 gelas/hari
selama sakit : kurang dari 8 gelas/hari

b.

Eliminasi bab
Pola bab
Sebelum sakit : 2x/hari (kuning coklat)
Selama sakit : tidak pernah BAB
Pola BAK
Sebelum sakit : 3-4x/hari
Selama sakit : 1-2x/hari

c.

Personal hygine
Mandi
Sebelum sakit :2x/hari
Selama sakit : 1x/hari
Sikat gigi
Sebelum sakit : 2x/hari
Selama sakit : 1x/hari

d.

V.
-

Istrahat tidur
Tidur malam
Sebelum sakit : 8 jam
Selama sakit: 4 jam

Kesehatan Sosial
Interaksi dengan keluarga, perawat atau tim kesehatan lain dan pasien yang lainnya.

Orang yang paling terdekat dengan klien adalah istri dan anak-anaknya.

VI. Data Spritual


-

Klien beragama Islam dan taat beribadah

Klien percaya akan karunia yang diberikan

VII.

Data Psikologis

Klien measa sedih terhadap penyakit yang dideritanya

Harapan klien terhadap kesehatannya agar dia bisa sembuh total seperti semula.

Hubungan klien dengan perawat baik dan bisa bekerjasama dengan baik.

VIII. Pemeriksaan Laboratorium


HB

: 9,0 gram/m

HL

17,800

LED : 50

B.

Analisa Data
NO
1.

DATA
DS :
Klien mengeluh nyeri abdomen

ETIOLOGI
Peradangan pada

MASALAH
Gangguan rasa nyaman nyeri

apendiks

bagian kanan bawah


DO
Klien nampak meringis
Vital Signs
TD : 120/80 mmHg

2.

: 16 x/m

: 24 x/m

: 36oC

DS : Klien mena-nyakan tentang

Kurang pengetahuan tentang

penyakitnya.

penyakit dan pengobatannya

DO :
- Klien nampak sering bertanya
- Klien nampak khawatir
Vital Signs
TD : 120/80 mmHg

3.

: 16 x/m

: 24 x/m

: 36oC

DS :
Klien menyatakan cemas bila
mengingat penyakitnya
- Klien merasa khawatir tentang
kondisi yang dialaminya sekarang
DO :
- Klien nampak gelisah

Kecemasan
Perubahan status
kesehatan

- Ekspresi wajah tegang


- Klien dan keluarga selalu bertanya
tentang kondisinya.
Vital Signs
TD : 120/80 mmHg

4.

: 16 x/m

: 24 x/m

: 36oC

DS :
- Klien mengeluh mual
DO :

Kekurangan volume cairan


Perforasi usus

- Klien mengeluh muntah-muntah


- Turgor bibir nampak kering
Tanda tanda vital
TD : 120/80 mmHg
N

: 16 x /m

: 24 x /m

: 36 oC

C. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peradangan pada apendisitis
2. Kurang pengetahuan tentang proses penyakitnya dan pengobatannya berhubungan
dengan kurang informasi.:
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah praoperasi

No

Hari/tanggal

06/05/2005

Diagnose

Tujuan

Intervensi

keperawatan
Gangguan rasa

Nyeri akan

nyaman nyeri b/d

berkurang/hilang

karakteristik, dan integritas

peradangan pada

kriteria :

nyeri dengan skala (0-10)

apendisitis ditandai

Klien tidak

dengan :

mengeluh nyeri

Klien mengeluh

lagi pada saat

nyeri abdomen

beraktivitas

bagian kanan bawah

Klien dapat

DO :

bergerak dengan

Klien nampak

leluasa

meringis
-

Tanda-tanda vital

Nyeri tekan

dalam batas

(+) pada

normal.

1. Kaji nyeri, lokasi,

1. T

s
2. P

2. Kaji tanda-tanda vital

k
3. T

3. Ajarkan teknik relaksasi


misalnya napas dalam

(n

la
4. D

4. Lakukan masase pada daerah


nyeri

5. O

5. Penatalaksanaan pembe-rian

abdomen

obat analgetik.

kanan
bawaH
Tanda tanda
vital
TD : 120/80 mmHg

2.

: 16 x/m

: 24 x/m

: 36oC

Kurang pengetahuan

Pengetahuan klien 1. Kaji tingkat pengetahuan

1. 1. S

proses penyakitnya

tentang proses

dan pengoba-tannya

penyakit dan

inte
2.
3. 2. p

b/d kurang

pengo-batannya

informasi.

meningkat dengan

Klien menanyakan

kriteria :

tentang proses

Klien menyatakan

klien tentang penyakit-nya.


2. Diskusikan tentang pengobatan yang diberikan dan

pen

efek samping obat.

kat

nga
4.

penya-kitnya.

telah memahami

Klien nampak

tentang penyakit

membatasi aktivitas gu-na

bertanya

dan

mencegah kelelahan.

Klien nampak

pengobatannya.

khawatir

Klien kooperatif
dalam program

3. Berikan informasi untuk

4. Jelaskan prosedur tin-dakan


pembendahan

pengo
3.

5. 3. B

pen

tan
6.
7. 4. M
an

kan

rika

Kecemasan

Rasa cemas

berhubungan dengan

teratasi dengan

ten

perubahan status

kriteria :

cem

kesehatan ditandai

Klien mengerti

me

dengan :

tentang penyakit

Klien menyatakan

atau kondisi yang

cemas bila

dialaminya.

mengingat

Klien kooperatif

penyakitnya.

dalam perawatan

Klien merasa kha-

dan pengobatan.

watir tentang kondisi Ekspresi wajah


yang dialaminya sekarang.

tegang

1. Kaji tingkat kecemasan klien. 1. 1. D

2. Beri kesempatan klien untuk


mengungkapkan keluhannya.

dap

kec
3. Beri informasi tentang
perawatan yang diper-lukan
selama dirawat

tegang
selalu bertanya
tentang kondisnya.

kel

me

Ekspresi wajah
Klien dan keluarga

inte
2. 2. D

4. Ciptakan lingkungan yang


nyaman dan tenang

8.
4.

Kekurangan volume Kekurangan volu


cairan berhubungan

me cairan teratasi

dengan muntah

dengan kriteria :

praoperasi ditandai

Klien tidak

dengan :

mengeluh mual

DS :

Klien

Klien mengeluh

tidak mengeluh

mual

muntah-muntah

DO :

Tanda-tanda vital
TD

muntah-muntah

mmHg

Turgor bibir nampak

: 16 x /m

kering

: 24 x /m

Tanda-tanda vital

: 36 oC

: 120/80

mmHg
N

: 16 x /m

: 24 x /m

: 36 oC

1. U

2. Anjuran pemasukan cairan

d
2. M

peoral secara bertahap


3. observasi tanda-tanda vital

c
3. T

Klien mengeluh

TD

1. Kaji tingkat dehiderasi klien

: 120/80

u
4. U

4. penatalaksanaan pemberian
cairan imfus

c
3.

N
o
1

Tanggal

Implementasi
1. Mengkaji tingkat nyeri,
lokasi, karakteristik dan
integritas
hasil : klien mengeluh nyeri
2. Mengukur tanda-tanda vital,
hasil :TD : 120/80
x/m

S : - S: klien mengatakan
abdomen masih terasa sakit.
O :- O: Ekspresi wajah nampak

nyeri dengan skala (0-10)

mmHg

Evaluasi

S : 36oC N : 16
P : 24 x/m

meringis, pasien rencana


operasi
Tanda-tanda vital
TD : 120/80 mmHg

S:36oC

N : 16 x/m

P : 24 x/m

A : Masalah belum teratasi


3. Mengajarkan teknik
relaksasi,
hasil : Klien menarik napas
dalam (inspirasi lebih
panjang dari eksparasi)
dengan melakukan
sebanyak 5 kali kolaborasi.
4. Kolaborasi pemberian obat

P : Lanjutkan intervensi
Kaji tingkat nyeri
Observasi tanda-tanda vital
Ajarkan teknik relaksasi
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat analgetik.

analgetik , hasil : Obat


2

sudah diminum.
1. Mengkaji tingkat

S: Pengetahuan klien tentang proses

pengetahuan klien tentang

penyakit dan pengobatannya

penyakitnya, hasil : klien

meningkat

belum mengetahui
penyakitnya.
2. Memberikan informasi
untuk membatasi aktivitas

O :- O : Klien nampak sering


bertanyA. Klien mampak
khawatir
A: Masalah belum teratasi

guna mencegah kelelahan,


hasil : klien mengerti
dengan informasi yang
disampaikan.
3. Menjelaskan kepada klien

P : P: Lanjutkan intervensi. Kaji


tingkat pengetahuan. Kaji
tentang prosedur tindakan
keperawatan yang dilakukan.

tentang prosedur, tindakan

Kolaborasi pemberian Obat

keperawatan, hasil : klien


mengetahui prosedur
tindakan keperawatan
4. Megkolaborasikan
pemberian obat analgetik,
hasil : obat sudah dominum
3.

1. Mengkaji

tingkat S : Klien masih merasa cemas

kecemasan klien, hasil : terhada penyakitnya


klien masih nampak cemas
O: Klien nampak gelisah
2. memberikan
kesempatan
A: Masalah belum teratasi
klien untuk mengungkapkan
P : Lanjurkan intervensi
keluhannya, hasil : klien
Kaji tingkat kecemasan klien
merasa diperhatikan.
Dengarkan semua keluhan
3. Memberikan
informasi
Bantu untuk mengidentifikasi cara
tentang perawatan yang
untuk memahami berbagai
dilakukan selama sakit,
perubahan akibat penyakit dan
hasil: klien mengerti tentang
penanganannya.
pengobatannya
4. Memberikan
dorongan Beri dorongan spiritual pada klien
spiritual pada klien, hasil :
klien nampak lebih tenang.
4.

S: klien mengatakan masih mual


1. Menganjurkan
cairan

pemasukan O: klien mengeluh muntah-muntah

secara

bertahap, turgo bibir klien masih nampak

hasil : klien nampak minum kering


air putih
2. Mengobservasi tanda-tanda
vital,

hasil

: TD

120/80 mmHg
N

: 16 x /m

: 36oC

klien masih nampak cemas, masih


terpasang infuse
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intevensi
Kaji tingkat dehidrasi klien
Anjurkan masukan cairan secara

P
3. Melanjutkan

: 24 x /m

bertahap

Pemberian Observasi tanda-tanda vital

cairan infuse, hasil : infus Lanjutkan pemberian cairan infuse


terpasang
4. Memberi

Beri minum obat cotrimizasoel


minum

obat cotrimizesoel, hasil :


obat sudah diminum
1.

Você também pode gostar