Você está na página 1de 10

ANTARA GAYAGEUM DAN GAMELAN

Sebelumnya tidak pernah terpikirkan bahkan untuk bermimpi pun aku tidak berani,
tapi yah inilah kenyataan yang aku hadapi. Sekarang aku tengah berdiri di bandara Incheon,
bandar udara terbesar di Korea Selatan, yang arsitekturnya waooow banget menurutku,
*udik dikit nggak apalah*. Dan aku mulai mencari-cari namaku di kertas yang biasanya di
bawa oleh para penjemput di bandara ini. Hemmm, sudah berulangkali aku menelusuri dan
aku belum juga menemukan namaku. Huh, gimana nasibku kalau sampai tidak ada yang
datang menjemputku? Sebelum berangkat ke sini aku hanya diberitahu bahwa nanti sudah
ada dari pihak panitia yang akan menjemputku setibaku di Incheon. Yah, sudahlah, daripada
aku kecapekan sendiri sebaiknya aku tunggu saja dulu, dan akupun menghempaskan
badanku ke sebuah kursi yang empuk di ruang tunggu. Koperku aku taruh di samping
kakiku, walaupun aku jarang bepergian, aku tahu bahwa aku harus berhati-hati terhadap
segala kemungkinan yang ada, konyol sekali kan kalau barang-barangku sampai raib hanya
gara-gara aku lengah, di negeri orang lagi. Setelah menyelonjorkan kakiku aku mulai
mengeluarkan bacaanku, yang tak lain dan tak bukan adalah buku tentang gamelan, alat
musik tradisional jawa. Kedatanganku ke sini juga berkat pengetahuanku tentang gamelan
ini, sehingga aku mendapat kesempatan untuk diundang oleh Gungnip gukakwon, yaitu
pusat nasional untuk pementasan seni tradisional Korea khususnya untuk bidang musik dan
tari, untuk memberikan suatu seminar mengenai gamelan di sini, lagi-lagi memikirkan hal
itu bisa membuatku tersenyum-senyum sendiri. Aku sangat bangga bisa berada di sini,
terlebih bisa menerangkan tentang kebudayaanku di negeri orang, tentu menjadi suatu
kebanggaan tersendiri untukku.

Asyik aku menekuni bacaanku, tiba-tiba ada yang menyapaku dalam bahasa Inggris,
dan spontan aku mendongak.
Halo, selamat siang, apakah benar anda nona Asyika dari Indonesia? Yang diundang oleh
gungnip gukakwon untuk memberikan seminar mengenai gamelan?
oh iya, benar itu saya.
Dan pria itu langsung mengulurkan tangannya kepadaku untuk berkenalan,
Perkenalkan, nama saya Lee Sin, saya merupakan salah satu anggota dari gungnip
gukakwon maaf membuat anda menunggu lama.
Dan akupun segera menyambut jabatan tangannya,
Perkenalkan, nama saya Asyika. Oh iya tidak apa-apa, saya kira belum lama saya
menunggu
Dan kemudian, kami berdua pun meninggalkan bandara Incheon dan menuju Seoul.
Sepanjang perjalanan, aku tak henti-hentinya mengamati pemandangan Korea Selatan yang
begitu indah, pemandangan yang selama ini hanya bisa kusaksikan lewat drama Korea
ternyata benar adanya, pemandangannya begitu menawan hingga membuatku tak sanggup
berkata-kata. Lee Sin sendiri tidak banyak berkata-kata, aku mengira kalau dia pendiam,
atau mungkin bahasa Inggrisnya kurang bagus, entahlah. Tapi tidak enak juga apabila harus
berdiam-diaman seperti ini, sehingga kemudian aku memutuskan untuk memulai
percakapan.
Lee Sin, bisakah kamu ceritakan kepadaku mengenai gungnip gukakwon?
Kulihat sekilas terjadi perubahan di raut mukanya, yang tadi begitu pendiam menjadi lebih
cerah dan terlihat berseri-seri dalam hatiku aku bimbang sendiri, duh kenapa sih aku cepat
sekali tertarik pada orang yang baru aku kenal. Aku menikmati setiap ekspresi yang dia
tampilkan, segala gerak gerik yang dia lakukan, padahal baru beberapa jam yang lalu kami
bertemu.
Baiklah, tentu saja. Katanya sambil tersenyum
*duh, senyumnya itu tidak kalah menawan.
Gungnip gukakwon merupakan pusat nasional untuk pementasan seni tradisional Korea
yang terletak di Seoul, bermula dari zaman kerajaan Silla pada abad keenam, dibentuk

suatu kelompok pemain musik istana untuk memeriahkan acara-acara kenegaraan, dan
kemudian seiring perkembangan waktu namanya pun silih berganti. Kemudian pada masa
pemerintahan Raja Sejong di Dinasti Joseon, organisasi ini mau pesat dan kemudian
dinamakan Jangakseo yang memiliki arti Institut Musik, kemudian namanya berganti lagi
ketika pemerintahan Raja Sejong berakhir. Hingga pada masa penjajahan Jepang, gaung
organisasi musik ini sudah jarang terdengar karena tekanan Jepang atas budaya Korea.
Hingga kemudian, pada tanggal 10 April 1951, mantan pemain musik istana yang tersisa
mendirikan gungnip gukakwon di Busan, dan kemudian dipindahkan ke Seoul pada tahun
1955, dan pindah ke Gangnam pada tahun 1988 sampai sekarang. Terangnya panjang
lebar.
Dan akupun hanya manggut-manggut mendengarkan semua penjelasan panjang lebar
tersebut.
Menarik sekali, berarti Korea selatan merupakan bangsa yang sangat menghargai
kebudayaannya ya , dukungan dari pihak pemerinta juga besar ya?
Tentu saja, kebudayaan merupakan warisan dari leluhur yang harus kita jaga dan
perhatikan. Katanya sambil lagi-lagi melontarkan senyuman mautnya.
Dan akupun termenung mendengarkan penjelasannya tadi, huh, seandainya saja di
negaraku pemerintah lebih perhatian lagi, tentunya lebih mudah untuk menjaga kebudayaan
Indonesia yang beraneka ragam ini, dan ada baiknya terdapat juga pengenalan budaya sejak
dini sehingga budaya tetap terjaga dan terlestarikan. Dan dalam renunganku itu, tiba-tiba
saja aku tertidur. Dan aku baru terbangun ketika ada tepukan halus di pundakku,
Asyika, mari bangun. Kita sudah sampai di hotel.
Aku mencoba bangun, namun entah kenapa rasanya berat sekali. Kepalaku juga terasa
sangat pusing, bahkan untuk membuka mata saja rasanya tak sanggup, entah apa yang
terjadi dengan badanku ini. Kurasakan tepukannya makin keras, namun aku tak sanggup
menjawab, badanku seperti mati rasa. Dan kurasakan tangannya menyentuh dahiku, dan

kudengar dia mengatakan sesuatu dalam bahasa yang tidak kumengerti.Dan langsung saja
dia membopongku ke dalam hotel. Di dalam kamar, dia mengompresku dan akupun
kembali tertidur.
Ketika akhirnya terbangun, aku melihat dia ternyata menunggui aku hingga tertidur
di kursi. Dan dengan suaraku yang serak kupanggil dia,
Lee Sin
Dengan segera dia terbangun dan mendekat kepadaku
Asyika, kenapa kamu tidak bilang kalau badanmu tidak tahan dingin bahkan hingga kamu
sakit seperti ini.
Dan akupun segera meminta maaf kepada dia karena telah membuat dia repot seperti ini,
kukatakan bahwa aku juga tidak menyadari kalau badanku tidak kuat menahan dinginnya
hawa di kota ini, kebetulan memang cuaca disini sedang dingin, dan memang sebelum
berangkat aku agak flu hingga kondisi badanku menjadi seperti ini. Dan dia pun tersenyum,
dan berkata bahwa aku tidak merepotkan sama sekali, dan menyuruhku untuk makan dulu
makanan yang telah di sediakan oleh pihak hotel, dan kalo ada apa-apa diharap segera
menghubungi dia. Sebelum pergi dia meninggalkan kartu namanya dan berkata bahwa
keesokan harinya, bila keadaanku telah membaik, dia akan mengajakku untuk melihat-lihat
gungnip gukakwon, mumpung besok aku tidak ada kegiatan karena seminarku baru
diadakan lusa.Yah, waktu 4 hari di sini memang harus aku manfaatkan dengan sebaikbaiknya untuk mempelajari budaya negara ini sekaligus memperkenalkan budayaku sendiri.
Aku merasa kalau kondisi badanku semakin membaik, walau aku terpaksa memakai baju
berlapis-lapis, karena jaket tebalku tidak cukup untuk menahan rasa dingin ini, dan
akibatnya penampilanku pun menjadi lucu. Ah tak apa, daripada aku pingsan memalukan
lagi, merepotkan orang lain lagi, yang baru saja aku kenal lagi hadeh.
Dan keesokan harinya, sesuai janjinya, Lee Sin datang menjemputku.
Sudah merasa lebih baik sekarang?

Iya, terimakasih sekali untuk kemarin, sekali lagi saya mohon maaf karena telah
merepotkan. Kataku sambil menundukkan badan.
Ah tidak apa-apa.
Dan berangkatlah kami berdua menuju Gungnip gukakwon, dan akupun sekali lagi dibuat
takjub oleh berbagai seni musik dan seni tari tradisional Korea yang keren-keren. Aku juga
diperkenalkan dengan berbagai pengurus, anggota, dan pimpinan pusat kesenian yang telah
mengundangku kesini. Pimpinan dari pusat kesenian ini bernama Pak Lee Dong Wuk, dia
sangat kharismatik dan sangat baik, dia menjelaskan banyak sekali mengenai seni
tradisional Korea yang membuatku semakin takjub saja. Namun, dari berbagai kesenian
yang ada dan telah ditampilkan , aku sangat tertarik pada alat musik gayageum.
Apakah anda dapat menerangkan kepadaku mengenai gayageum? kataku sambil
menatap gayageum secara terus menerus. Aku benar-benar tertarik terhadap alat musik
tersebut, karena tadi sudah kusaksikan sendiri penampilan Lee Sin yang sedang memainkan
gayageum, keren sekaliiiii.
Gayageum adalah alat musik petik tradisional Korea Selatan yang bentuknya menyerupai
Kecapi dengan 12 senar. Dan di bagian belakang dari gayageum ini terdapat 3 buah lubang
yang berbentuk awan, bulan, dan bintang yang membantu suara dari petikan senar untuk
beresonansi. Awan, bulan, dan bintang ini melambangkan semua suara yang ada di alam,
yang disatukan kemudian membentuk musik yang indah
Dan akupun *lagi-lagi* terpesona dengan penjelasannya Sepulangnya dari tempat tersebut,
dia mengajakku untuk makan terlebih dahulu di restoran yang bagus sekali, dan setelah itu
baru kami jalan-jalan. Sempat aku tergelincir, dan dengan sigap dia pun menahan badanku.
Makin lama, jantungku makin berdebar tidak karuan rasanya. Entah, dia merasakan hal
yang sama atau tidak *lhoh ini kok malah aku yang jadi kegeeran*. Dan sejak kejadian tadi,
tangannya yang hangat pun menggenggam tanganku, membelah jalan yang ramai ini. Aku

tidak bisa pulang terlalu malam, karena besok aku harus mengisi seminar. Jadi Lee Sin
mengantarku ke hotel. Ketika sedang bersiap-siap untuk tidur, ternyata dia menelepon,
kami mengobrol sebentar dan kemudian dia mengucapkan selamat malam. Haduh, mabuk
kepayang aku dibuatnya.
Namun, keesokan harinya aku menyesal karena telah dibuat mabuk kepayang oleh
Lee Sin. Pagi-pagi dia sudah menjemputku, akupun agak gugup karena ini momen
pertamaku untuk berbicara di dunia internasional mengenai gamelan. Namun seolah
mengerti akan kegelisahanku, dia menepuk bahuku, bahkan menggandeng tanganku waktu
berjalan menuju ke dalam ruangan. Jujur aku sangat tersanjung dengan sikapnya ini,
sungguh sosok laki-laki yang sangat ideal dan sangat kudambakan. Dan aku lihat, dia pun
baik dan perhatian denganku, mungkinkah?
Dan akupun dapat melalui seminar itu dengan baik dan bahkan menadapat tanggapan yang
sangat baik dari peserta yang ada. Akhirnya semua dapat terlewati dengan baik, aku sangat
senang sekali sampai rasanya tidak dapat aku ungkapkan dengan kata-kata. Namun,
kebahagiaan hari ini, ternyata harus diwarnai dengan hal yang mengejutkan bagiku. Ketika
hendak meninggalkan pusat kesenian, tiba-tiba datang seorang wanita yang kemudian
langsung membentak-bentak Lee Sin, walaupun aku tidak mengerti dengan kata-kata yang
dia ucapkan, namun dari raut mukanya aku dapat menebak apa yang sedang terjadi. Dan,
terserah lah tindakanku ini mau dianggap pengecut atau tidak, tapi aku memilih pergi dan
langsung naik taksi yang pertama lewat, dan aku langsung menyebutkan hotel tempatku
menginap. Hatiku rasanya begitu tercabik-cabik, ternyata Lee Sin sudah memiliki pacar,
aku saja yang terlalu berharap dengan perlakuan dia. Mungkin tadi pacarnay cemburu
karena melihat aku berjalan dengan Lee Sin. Begitu sampai di hotel aku segera
meninggalkan pesan pada resepsionis bahwa aku tidak mau diganggu oleh siapapun, jadi

aku tidak mau menerima telepon dan juga tidak mau menerima tamu. Sesampai di kamar,
aku segera menelpon pimpinan gungnip gukakwon, bapak Lee Dong Wuk, bahwa besok
aku menumpang taksi saja dan tidak perlu di antar. Walaupun pada awalnya beliau
keberatan, akhirnya beliau mengabulkannya juga. Dan akupun tertidur dalam keadaan
menangis. Baru tiga hari aku disini, sudah mengalami manisnya cinta, sekaligus ternyata
harus menerima kenyataan cintaku gugur sebelum bersemi.
Pagi-pagi sekali aku sudah check out, aku sengaja memilih pagi- pagi karena
khawatir Lee Sin akan datang menyusulku,entah apa yang harus kulakukan kalau dia
sampai menyusulku. Yah, lebih baik seperti ini, lebih baik aku kembali ke negara asalku
dan melupakan dia. Hah..., aku menghela nafas panjang. Dan akupun meninggalkan seoul
dan menuju ke Incheon dengan perasaan yang tidak menentu. Setelah sampai di bandara,
akupun menunggu di sana menunggu hingga pesawatku berangkat. Iseng-iseng sebaiknya
aku membaca buku mengenai gayageum yang sempat aku beli kemarin.
Dan seperti de javu, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil namaku. Akupun
mendongak, dan tidak mempercayai penglihatanku sendiri. Lee Sin berdiri tegak di
depanku.
asyika, aku hendak menjelaskan mengenai persoalan kemarin kepadamu.
Sudah, tidak ada yang perlu kau jelaskan, aku sudah tahu. Kemarin itu pacarmu kan, maaf
kalau selama ini aku membuat hubunganmu dengan dia menjadi begini.
Sesaat dia terdiam, dan tiba-tiba dia memelukku. Reflek aku menolak pelukannya dan
berusaha melepaskan diri, namun dia tetap memelukku erat seakan-akan tidak mau
melepaskanku.
Tolong, jangan bersikap seperti itu kepadaku. Aku mencintaimu. Dari awal bertemu aku
sudah tertarik padamu. Ayame bukan siapa-siapa, dia suka padaku, namun aku sama sekali
tidak mencintainya, aku hanya mencintaimu.

Aku terdiam, dan bingung harus bersikap bagaimana. Namun ternyata, yang memecah
kediaman itu adalah pengumuman dari pihak bandara yang menyatakan bahwa sebentar
lagi pesawatku akan berangkat. Perlahan aku melepaskan pelukannya, dan berkata :
Maaf, aku harus segera masuk ke dalam pesawat.
Tapi Asyika..
Aku tak berani menatapnya, namun aku segera melangkah ke gate keberangkatan. Dan aku
rasa, memang harus berakhir di sini. Walau aku mencintainya seperti apapun, negara kami
berbeda, dan kehidupan kamu juga berbeda. Seperti gayageum dan gamelan, walau samasama merupakan alat musik tradisional suatu negara, mereka tetap memiliki perbedaan
karakteristik dan mereka berasal dari negara yang berbeda.
Penerbangan kali ini aku hanya terdiam sambil memandang keluar. Selamat tinggal
Korea Selatan, selamat tinggal Gayageum, dan Selamat tinggal Lee Sin. Terimakasih untuk
semuanya.
Seminggu telah berlalu sejak kepulanganku, ketika pada suatu hari ketika aku
sedang membimbing anak-anak didikku untuk belajar gamelan, ada seseorang yang
mengantarkan bunga untukku. Aku bertanya kepada pengantarnya,
Ini kiriman bunga dari siapa ya mas?
Oh, dari mas itu mbak. Ujarnya sambil menunjuk ke sosok laki-laki yang duduk di
bangku taman. Dan seketika itu jantungku berdegup dengan cepat, karena kuyakin sosok itu
adalah Lee Sin, dan kulihat dia berjalan menuju ke arahku. Aku terdiam dan tak bisa
berkata-kata ketika sosoknya sudah berdiri tepat di hadapanku.
Asyika, aku benar-benar mencintaimu. Makanya aku datang kemari, maukah kamu
menikah denganku?
Aku benar-benar terkejut dengan lamarannya yang begitu mendadak ini, namun aku sudah
tahu jawaban apa yang kuberikan. Tanpa mengucapkan apapun aku langsung menghambur
ke pelukkanya.
Lee Sin, aku mencintaimu. Kataku sambil berbisik di telinganya
aku juga katanya sambil tersenyum mesra dan mempererat pelukkannya.

Walaupun gamelan dan gayageum berasal dari negara yang berbeda, namun kami akan
selalu bersama, dan menjaga serta melestarikan alat musik tradisional tersebut. Mulai dari
diri sendiri, lingkungan sekitar, hingga kemudian menuju ke seluruh masyarakat

SINOPSIS
Asyika mendapatkan undangan menjadi pembicara di suatu seminar mengenai gamelan di
pusat kesenian Korea Selatan, gungnip gukakwon. Di sana dia bertemu dengan Lee Sin,
salah satu anggota pusat kesenian tersebut yang mahir memainkan gayageum. Dan asyika
pun jatuh cinta kepadanya, namun ternyata cintanya harus gugur sebelum berbunga, karena
ternyata Lee Sin sudah memiliki pacar. Dalam kehampaannya, asyika harus kembali ke
Indonesia, walaupun ternyata ketika di bandara Incheon Lee Sin menyusulnya, dan
menerangkan bahwa sebenarnya dia mencintai asyika. Namun asyika sudah teguh pada
keputusannya, bahwa dia harus melupakan Lee Sin. Tidak di sangka seminggu kemudian
Lee Sin menyusul ke Indonesia dan melamarnya. Sama seperti gamelan dan gayageum
berasal dari negara yang berbeda, mereka memutuskan akan selalu bersama, dan menjaga

serta melestarikan alat musik tradisional tersebut. Mulai dari diri sendiri, lingkungan
sekitar, hingga kemudian menuju ke seluruh masyarakat

Nama : Astika Prasiddha Sasyri Wilatikta


Biografi singkat
: Saat ini sedang kuliah di Teknik Geologi UGM, memiliki hobi
menulis, jalan-jalan dan makan hehehe
No hp : 082137482865
e-mail : astika_prasiddha@yahoo.co.id
alamat : Perumahan Banteng Utama III/ no 38, Jalan Kaliurang Km 8. Yogyakarta
untuk surat dapat dialamatkan ke Jurusan Teknik Geologi UGM, Jalan Grafika 2,
Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta

Você também pode gostar