Você está na página 1de 5

REVITALISASI KEARIFAN PENDIDIKAN KESENIAN KETOPRAK

DALAM MENCIPTAKAN MANUSIA BERMORAL PADA ZAMAN ERAMODERN

Oleh
Priscillia Putri Aringgit
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Semarang
Surel: liaprisil1@gmail.com

ABSTRACT
Age-modern era begins with the onset of local wisdom begins to fade. Where the modern-day era is more like an
instant thing. Cultural values also fade likes tata-krama, unggah-ungguh. Culture ketoprak is one of the arts
which inherent in the lives of the besides wayang kulit and wayang people. Ketoprak Art is no longer even
recognized. In fact, ketoprak is a form of performing arts traditional raised stories daily, stories the people who are
in java in the formofcereal offering drama with language java dialogue and accompanied gamelan music. Art
contains a lot of moral values that will help the development or revitalization of the moral man. Therefore, this
article tries to analyze based on a literature review and the real condition. Can art educational media Ketoprak as
moral human formation that can be seen from the dialogues (language) used in the arts Ketoprak and views Daei
stories contained in Ketoprak.

Keywords : Era-Modern Age, Wisdom Revitalization of Education, Arts Ketoprak, Human Moral

ABSTRAK
Zaman era-modern berawal mulainya kearifan budaya lokal mulai memudar. Dimana zaman eramodern ini lebih menyukai hal yang instan. Nilai-nilai budaya pun lutur seperti tata krama,
unggah-ungguh. Kesenian ketoprak merupakan salah satu kesenian yang melekat dalam
kehidupan masyarakat selain wayang kulit dan wayang orang. Kesenian ketoprak pun sudah tidak
lagi dikenal. Padahal kesenian ketoprak adalah suatu bentuk seni pertunjukan tradisional yang
mengangkat cerita sehari-hari, cerita-cerita rakyat yang ada di Jawa dalam bentuk sajian drama
dengan dialog bahasa Jawa dan diiringi dengan musik gamelan. Kesenian ini banyak sekali
mengandung nilai-nilai moral yang akan membantu pembangunan atau revitalisasi manusia
bermoral. Oleh karena itu tulisan ini mencoba mengupas berdasarkan kajian literatur dan kondisi
rill. Mampukah kesenian ketoprak sebagai media pendidikan pembentukan manusia bermoral
yang dapat dilihat dari dialog-dialog (bahasa) yang digunakan dalam kesenian ketoprak dan dilihat
daei cerita yang terkandung dalam ketoprak.
Kata Kunci : Zaman Era-Modern, Revitalisasi Kearifan Pendidikan, Kesenian Ketoprak,
Manusia Bermoral

PENDAHULUAN
Mulainya abad ke-21, merupakan zaman dimana pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern-canggih semakin cepat. Perubahan demi perubahan terus menerus terjadi yang
akan melahirkan suatu perkembangan maju dan cepat serta tanpa ada batasnya. Sistem
komunikasi yang sekarang mudah diakses tanpa batas seakan-akan dunia menjadi kecil dan
berada dalam genggaman. Seluruh dunia tumbuh dengan nilai-nilai modern, begitu pula untuk
negara Indonesia yang sedang mengalami masa transisi dari masyarakat tradisional ke masyarakat
modern.
Semakin cepatnya zaman modern ini pun akan membawa banyak tantangan-tantangan
yang akan dihadapi berupa kemajuan maupun keprihatinan. Sebagai contoh nyata berupa
kemajuan yaitu harapan-harapan tinggi hubungan internasional yang akan diperolehnya kerjasama
ekonomi-perdagangan antar negara. Akan tetapi bersamaan dengan kemajuan tersebut,
keprihatian negara yang sangat serius yaitu terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya yang akan
mengarah pada krisis identitas budaya bangsa.
Dikarenakan era modern yang semakin canggih, banyak masyarakat mulai meninggalkan
kearifan budaya yang diwariskan dari nenek moyang. Salah satu kearifan budaya dari nenek
moyang yaitu ciri khas suatu daerah atau wilayah tertentu yang memiliki nilai kebudayaan,
berkembang dalam lingkup lokal dari generasi ke generasi. Karena masyarakat akan cenderung
lebih memilih hal-hal yang rasional seperti pemikiran-pemikiran dari bangsa barat.
Salah upaya untuk mencegah hilangnya kearifan budaya suatu daerah yaitu mengenakan
kearifan budaya kepada generasi muda. Kearifan ciri khas suatu daerah tersebut berbentuk
pengetahuan yang akan menghasilkan sebuah hasil kreatifitas dan inovasi. Kearifan budaya
tersebut berkembang melalui tradisi lisan dari mulut ke mulut maupun pendidikan formal
ataupun pendidikan informal. Seperti yang tertanam pada kurikulum pendidikan yang akan
mengembangkan pembelajaran tanpa menghilangkan kearifan budaya lokal.
Kurikulum pendidikan merupakan kerangka dasar pembentukan kompetensi yang
diperlukan siswa. Dalam rangka mencegah hilangnya kearifan lokal suatu daerah, pemerintah
memasukkan materi pendidikan berbasis kearifan lokal ke dalam kurikulum muatan lokal di
sekolah, baik Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, maupun Sekolah Menengah Atas.
(Esmiyati, 2012).
Contoh kearifan budaya di masyarakat Jawa, pendidikan kesenian ketoprak yang berangsurangsur hilang dan masyarakat cenderung lebih menyukai teater modern yang menceritakan
percintaan yang dialami di bangsa barat seperti Romeo-Juliet. Hal tersebut sangat disayangkan
karena ketoprak sendiri memiliki banyak manfaat. Manfaat tersebut digunakan untuk Indonesia
yang akan menghadapi berbagai ancaman krisis identitas budaya.
Sangat disayangkan jika kebudayaan ketoprak harus pudar begitu saja sehingga perlu
dikembangkan dan dilestarikan. Kesenian ketoprak dapat digunakan sebagai media penanaman
karakter agar generasi muda dapat mengenal sopan-santun dan tata krama. Melalui kesenian
ketoprak yang merupakan budaya tradisional Jawa itu diharapkan mampu menumbuhkan
kecintaan masyarakat, utamanya generasi muda dan anak-anak agar lebih menghargai nilai-nilai
seni daerah. (Ariesty, 2015).
Kesenian ketroprak yang mempunyai banyak manfaatnya diantaranya dapat mengajarnya
tata krama (unggah-ungguh basa), sopan santun, dan menciptakannya rasa hormat kepada orang
tua. Kesenian ketoprak yang memberikan generasi muda dalam berbudi pekerti dan

mempunyainya daya tarik tersendiri untuk dapat menyeimbangkan dengan masa era-modern.
maka diharapkan kesenian ketroprak ini dapat berkembang kembali dan menjadikan suatu
pendidikan bermakna yang akan mewujudkan manusia bermoral baik.
Brebes merupakan salah satu daerah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terkenal
dengan daerah produksi telor asin dan bawang merah. Di daerah tersebut beriklim trofis dan
memiliki banyak sekolah-sekolah yang berdaya saing tinggi. Salah satunya SD N 03 Brebes
merupakan sekolah favorit di brebes dan dimana sekolah tersebut menerapkan kebudayaan
ketoprak yang mempengaruhi pendidikan moral peserta didik yang sangar baik.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa persoalan revitalisasi dalam membangun pendidikan
kesenian ketoprak menjadi hal yang penting untuk dikembangkan sebagai penanaman pendidikan
bermoral. Mengingat pentingnya kebutuhan pendidikan moral pada era-Modern, maka tujuan
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh evaluasi pendidikan kesenian ketoprak dalam
pembentukan moral peserta didik dan untuk mengetahui seberapa penting pendidikan kesenian
ketoprak diterapkan di berbagai jenjang pendidikan di indonesia.
Landasan Teori
Apakah Manusia Bermoral ?
Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat
(1): Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan Nilai Moral adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh manusia (orang
dewasa) yang terencana untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik (anak, generasi
penerus) menanamkan ketuhanan, nilai-nilai estetik dan etik, nilai baik dan buruk, benar dan
salah, mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban, akhlak mulia, budi pekerti luhur agar mencapai
kedewasaannya dan bertanggung jawab. (Ahmad Nawawi:2010)
Jadi manusia yang bermoral akan mampu membedakan antara mana yang benar dan yang
salah, dan setiap tindakan dan perbuatannya sendiri dapat dipertanggungjawabkannya. Karena
setiap anggota masyarakat, apalagi seorang pemimpin harus memiliki tata krama. Tata krama
akan berkaitan dengan cara mengerjakan sesuatu agar pantas dan tidak menyunggung perasaan
orang lain.
Perjalanan hidup manusia secara bersama-sama akan harmonis bila diatur dengan tata
krama. Oleh sebab itu, setiap dunia kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan
akan berlaku secara almiah, anggun, dan tertib asalkan masing-masing berpegang tegung pada
tata krama. Apalagi pada Era-Modern sekarang, harus terus berpegang teguh pada tata krama,
agar tidak terbawa arus globalisasi yang membawa banyak budaya asing. Tetaplah percaya
manusia yang bermoral adalah mereka yang teguh pada ikatan tata krama, unggah-ungguh basa.
Dampak dari pelanggaran tata krama adalah kerugian pada diri sendiri, terutama yang
tampak secara fisik karena pelanggaran tata krama mudah dilihat oleh mata. Sumber malapetaka
yang paling besar berasal dari mulut karena lebih menyakitkan. Seperti pepatah mulutmu adalah
harimau-mu. Oleh karena itu, kesopan-santunan dalam bertutur kata sangat diperlukan dan
diperhatikan agar masing-masing mampu menjaga kehormatannya.

Menurut Nasrudiin:2008:134 menyatakan bahwa Selain tata krama, sopan santun, juga
perlu dipahami istilah unggah-ungguh. Konsep luhur unggah-ungguh dan munggah-mungguh
berkaitan denagn hubungan bersama orang lain yang tetap memperhatikan empan papan waktu
dan tempat, posisi, status, jabatan, dan kedudukan seseorang.
Teori perkembangan pertimbangan moral menurut Kohlberg yaitu perkembangan sosial
dan moral manusia terjadi dalam tiga tingkatan besar yaitu: (a) tingkatan moralitas prakonvensional,
yaitu ketika manusia berada dalam fase perkembangan remaja awal, yang belum menganggap
moral sebagai kesepakatan tradisi sosial, (b) tingkat moralitas konvensional, yaitu ketika manusia
menjelang dan mulai memasuki fase perkembangan masa remaja, yang sudah menganggap moral
sebagai kesepakatan tradisi sosial, (c) tingkat moralitas pascakonvensional, yaitu ketika manusia telah
memasuki fase perkembangan masa remaja dan pasca remaja, yang memandang moral lebih dari
sekedar kesepakatan tradisi sosial.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif-deskriptif. Peneliti terlibat
langsung dalam melakukan observasi, wawancara, diskusi, serta mempelajari kajian pustaka yang
relevan. Subyek penelitian adalah peserta didik, guru dan kepala sekolah di SD N 03 Brebes.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian dari kesenian ketoprak di SD N 03 Brebes, maka diperolehnya nilai-nilai
pendidikan moral sebagai berikut:
a. Nilai moral sopan santun
b. Nilai moral tata krama
c. Nilai moral menghargai orang lain
d. Nilai moral cinta lingkungan
Nilai-nilai pendidikan moral tersebut mencerminkan bahwa sebagai peserta didik
dibutuhkan perilaku budaya jawa yang dipegang teguh untuk menciptakan sikap, kepribadian,
dan gaya, serta perilaku orang Jawa menjadi sosok yang empatik, halus, santun, toleran, fleksibel,
dan menyukai keharmonisan.
Dalam hasil tersebut bahwa penanaman pendidikan kesenian ketoprak menjadikan
manusia bermoral yang sangat diperlukan pada era-modern saat ini. Penanaman menjadikan
manusia bermoral ini diperlukan penanaman sejak dini dan harus dikelola secara serius.
Dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan program yang berkualitas. Diperlukannya
dalam perhitungan jumlah jam pelajaraan yang memadai, program yang jelas, teknik dan
pendekatan proses pembelajaran yang handal serta fasilitas yang memadai.
Jika hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka segeralah terciptanya banyak
manusia-manusia bermoral yang bermuculan lainnya. Tentunya manusia bermoral yang memiliki
moral yang baik, akhlak mulia, budi pekerti yang luhur, empati, dan tanggung jawab. Sehingga di
berita, maupun siaran TV tidak akan terlihat lagi sebuah kekerasaan maupun tawuran dll,
melainkan saling tolong-menolong, saling membantu, saling menghargai, saling menyayangi, rasa
empati, jujur, dan tidak korup maupun bertanggung jawab.
Seperti orang asing mengenal kita (Bangsa Indonesia) sebagai manusia yang ramah-tamah.
Karena jangankan untuk memukul ataupun membunuh, untuk mengejek ataupun mengluarkan
kata-kata kotor pun tidak boleh karena dinilai melanggar nilai-nilai moral.

Seperti yang terkandung pada kesenian ketoprak yang menampilkan cerita-cerita berasal
dari cerita wayang, hanya kadang diberikan penambahan maupun perubahan sedikit. Contohnya
cerita cupu manik yang dipentaskan di SD N 03 Brebes yang ditampilkan dalam bentuk ketoprak.
Pendidikan kesenian ketoprak ini sering menyampaikan pesan terhadap penontonnya. Tentunya
pesan yang bermoral dan baik untuk masa depannya.
Cerita ketoprak seperti pementasan berbagai karakter kehidupan seperti: guyonan,
kesedihan, kebahagiaan, kegagalan, keburukan sampai menakutkan. Peserta didik akan dituntut
untuk mendalami dalam bermain peran mereka sendiri terhadap lakon yang diperankan. Dengan
demikian, kesenian ketoprak menjadi media penting dalam penciptaan manusia bermoral.
Kearifan dalam kesenian tersebut memiliki makna yang positif dan berperan dalam membentuk
manusia bermoral pada secara keseluruhan Bangsa Indonesia.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa revitalisasi kesenian ketoprak akan mampu
menghadapi persaingan pada era-modern denga membentuknya manusia-manusia bermoral di
Bangsa Indonesia. Kesenian ketoprak digunakan untuk wadah pendidikan menuju manusia
bermoral yang bertujuan untuk mengembalikan tata krama, unggah-ungguh, sopan santun pada
generasi muda yang saat ini mulai pudar terkikisnya zaman era-modern ini. Karena mayoritas
generasi sekarang lebih senang dengan budaya yang praktis dan instan. Mereka semakin tidak
mengenalnya sopan santun, tata krama. Kesenian ketoprak perlu dikenalkan kepada generasi
sekarang untuk membentuk manusia bermoral yang akan kaya akan budaya jawa. Oleh sebab itu,
diharapkan kesenian ketoprak dapat dikembangkan di daerah-daerah lainnya.
Daftar Pustaka
Harefa Andrias. 2001. Pembelajaran di Era Serba Otonomi. Jakarta: Kompas.
Nasution. 2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Anshory Nasruddin, Sudaesono. 2008. Kearifan Lingkungan Dalam Perspektif Budaya Jawa. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Maran Rafael Raga. 2007. Manusia & Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Esmiyati dkk. 2012. Jurnal Pembudidayaan Bandeng Juwana Berbasis Kearifan Lokal Sebagai Muatan
Lokal Untuk Menumbuhkan Sikap Konservasi Siswa. FMIPA UNNES.
Fujiastuti Ariesty. Jurnal Pendidikan Karakter Melalui Budaya Jawa (Ketoprak). FKIP. UAD.
Nawawi Ahmad. 2010. Jurnal Pentingnya Pendidikan Nilai Moral Bagi Penerus. FIP. UPI Bandung.

Você também pode gostar