Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. Liana
Umur
: 25 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Pendidikan
: SMA
Agama
: Islam
Suku bangsa
: Jawa
Alamat
:
No RM
:
Kelas
: III
Tanggal masuk : 6--02-2016
B. ANAMNESIS
Keluhan utama
Anamnesis terpimpin
Nyeri perut tembus belakang (-), pelepasan air-air (-), lendir (-), darah (-)
Demam (-), batuk (-), pusing (+). Riwayat kehamilan sekarang:
pasien
disangkal oleh pasien. Riwayat penyakit jantung sejak kecil disangkal oleh
pasien.
Riwayat obstetri:
I.
Anak pertama lahir tahun 0000, jenis kelamin perempuan, lahir secara
SC saat usia kehamilan 7 bulan
C. STATUS GENERALIS
Tanda vital
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 112x/menit
Pernapasan
: 26x/menit
Suhu
: 36,5oC
Status Generalis
Kepala
Leher
Paru
:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
bunyi
Inspeksi
: cembung (+)
Auskultasi
: massa
tekan (-)
Kimia darah
Nilai
GDS
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
66 mg/dl
13 mg/dl
0,6 mg/dl
13 U/L
13 U/L
: redup
Ekstremitas
: edema (-)
D. PEMERIKSAAN OBSTETRIK
Dilakukan tanggal 06-05-2016, pukul 12:00
Pemeriksaan luar
Leopold I : Tepi atas sympisis
Leopold 2 : Sulit dinilai
Leopold 3 : Sulit dinilai
Leopold 4 : Sulit dinilai
DJJ
:TBJ
:HIS
: (-)
Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Kimia darah (20-4-2016)
Palpasi
tumor (-) nyeri
Perkusi
Nilai
9,85x103
4,80x106
12 g/dl
223x103
K.Aorta
K.Mitral
moderate
K.Tricuspid : TR Severe
K.Pulmonal : Fungsi dan pergerakan baik
Kesan : Fungsi sistolik global dan segmental baik, Disfungsi LV, MS Severe,
MR moderate, AR mild, TR Severe, PH mild
D/ Mitral Stenosis Berat
F. DIAGNOSIS
G2P1A0 Gravid 12 minggu + Mitral stenosis berat
G. RENCANA TERAPI
- Rencana Kuretase
- Konsul jantung.
Terapi dari jantung :
1. Diuretic (furosemid) 1 ampul/12jam/iv
2. Betabloker (bisoprolol) 1 x 2,5 mg
3. Ramipril (ACE-I) 1 x 2,5 mg
H. Laporan Operasi
I. Follow UP
Follow Up
Tanggal
Selasa,
12-04-2016
Perjalanan Penyakit
S: Sesak (-), pusing (+)
O: TD 110/70mmHg N 80x/menit P
24x/menit S 36,5C
DJJ 136x/menit
Terapi
Tranfusi PRC 1 bag
Konsul jantung
Rabu,
13-04-2016
Kamis,
14-04-2016
Jumat,
15-04-2016
Sabtu,
16-04-2016
Minggu,
17-04-2016
S: O: TD 110/60mmHg N 86x/menit P
22x/menit S 36,5C
Senin,
18-04-2016
S: O: TD 110/70mmHg N 86x/menit P
22x/menit S 36,5C
Selasa,
19-04-2016
S: O: TD 120/80mmHg N 86x/menit P
22x/menit S 36,5C
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Istilah abortus digunakan untuk menunjukkan fetus yang mati atau
nonviable yang beratnya kurang dari 500 gram ketika lahir.
Penelitian Faisal dan Ahmad (1997) menemukan bahwa walaupun aborsi
dilarang oleh hukum, praktek aborsi di Indonesia, baik oleh dokter, bidan,
maupun dukun tergolong tinggi, dan cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Sampai 1997 diperkirakan dalam setahun di Indonesia terjadi 750.000
1.000.000 aborsi yang disengaja atau dengan risiko 16,7 22,2 aborsi per
kelahiran hidup. Menurut Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) yang mencakup perempuan kawin usia 15 49 tahun menemukan
bahwa tingkat aborsi pada tahun 1997 diperkirakan 12 persen dari seluruh
kehamilan yang terjadi. Angka tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil
analisa data
Namun menurut Darwin (2000), sejak tahun 2000 diperkirakan kasus
aborsi terjadi sebanyak 2 juta kasus per tahun. Hal ini tidak sesuai dengan
KUHP yang melarang aborsi tanpa pengecualian, sementara UU No. 23 Tahun
1992 tentang kesehatan (UUK) melarang dilakukannya aborsi kecuali ada
indikasi medis dan dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa ibu.
Penyakit jantung merupakan penyebab utama komplikasi ibu pada wanita
hamil. Hingga 20% dari kehamilan pada pasien dengan penyakit jantung
diperberat oleh gagal jantung, hipertensi dan aritmia. kejadian komplikasi
dari penyakit jantung pada obstetri dan neonatal juga lebih sering ditemui
dibandingkan dengan wanita tanpa penyakit jantung Meskipun penyakit
jantung rematik menurun di seluruh dunia, itu masih merupakan penyebab
penting dari masalah katup dengan mitral stenosis menjadi lesi umum (90%) .
Patofisiologi stenosis katup mitral pada kehamilan. Sebagian besar pasien
hamil dengan mitral stenosis didiagnosis selama kehamilan.
Umumnya
perubahan
hemodinamik
yang
berhubungan
dengan
kehamilan.
(Abortus
provocatus
hormon
kehamilan,
Human
Chorionic
untuk
menyediakan
oksigen,
nutrisi
dan
Janin
menunjukkan
aktivitas
motorik
yang
Termasuk
peningkatan volume darah dan curah jantung (CO), dan penurunan resistensi
vaskuler dan tekanan darah (BP). 2
Pada wanita hamil akan terjadi probahan hemodinamik karena
peningkatan volume darah sebesar 30-50% yang dimulai sejak trimester
pertama dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-34 minggu dan
menetap sampai aterm. Sebagian besar peningkatan volume darah ini
menyebabkan meningkatnya kapasitas rahim, mammae, ginjal, otot polos dan
system vascular kulit dan tidak memberi beban sirkulasi pada wanita hamil
yang sehat. Peningkatan volume plasma (30-50%) relatif lebih besar
dibanding peningkatan sel darah (20-30%) mengakibatkan terjadinya
hemodilusi dan menurunya konsentrasi hemoglobin. Peningkatan volume
darah ini mempunyai 2 tujuan yaitu pertama mempermudah pertukaran gas
pernafasan, nutrien dan metabolit ibu dan janin dan kedua mengurangi akibat
kehilangan darah yang banyak saat kelahiran. 4
Peningkatan volume darah ini mengakibatkan cardiac output saat
istirahat akan meningkat sampai 40%. Peningkatan cardiac output yang terjadi
mencapai puncaknya pada usia kehamilan 20 minggu. Pada pertengahan
sampai akhir kehamilan cardiac output dipengaruhi oleh posisi tubuh. Sebagai
akibat pembesaran uterus yang mengurangi venous return dari ekstremitas
bawah. Posisi tubuh wanita hamil turut mempengaruhi cardiac output dimana
bila dibandingkan dalam posisi lateral kiri, pada saat posisi supinasi maka
cardiac output akan menurun 0,6 l/menit dan pada posisi tegak akan menurun
sampai 1,2 l/menit
4. Aspek Medikolegal abortus provocatus medicinalis Kodeki BAB II Butir
7d
Seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi
hidup makhluk insan
Sumpah Hiprocates
Saya tidak akan memberikan obat yang mematikan kepada siapa pun
meskipun diminta, atau menganjurkan kepada mereka untuk tujuan itu. Atas
dasar yang sama, saya tidak akan memberikan obat untuk menggugurkan
kandungan.
Lafal Sumpah Kedokteran
Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan.
Deklarasi Oslo (1970)
a. Abortus buatan legal hanya dilakukan sebagai suatu tindakan terapeutik yang
keputusanya disetujui secara tertulis oleh 2 orang dokter yang dipilih berkat
kompetensi profesional mereka dan prosedur operasionalnya dilakukan oleh
seorang dokter yang kompeten diinstalasi yang diakui suatu otoritas yang sah,
dengan syarat tindakan tersebut disetujui oleh ibu hamil bersangkutan, suami,
atau keluarga.
b. Jika dokter yang melaksanakan tindakan tersebut merasa bahwa hati
nuraninya tidak membenarkan ia melakukan pengguguran itu, ia berhak
mengundurkan diri dan menyerahkan pelaksanaan tindakan medik itu kepada
teman sejawat lain yang kompeten.
c. Yang dimaksud indikasi medis dalam abortus buatan legal ini adalah suatu
kondisi yag benar-benar mengharuskan diambil tindakan tersebut sebab tanpa
tindakan tersebut dapat membahayakan jiwa ibu atau adanya ancaman
gangguan fisik, mental, dan psikososial jika kehamilan dilanjutkan, atau
resiko yang sangat jelas bahwa anak yang akan dilahirkan menderita cacat
mental, atau cacat fisik yang berat.
Hukum
UU. Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 75-77
1. Pasal 75
a. Setiap orang dilarang melakukan aborsi
b. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan: Indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia
dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/ atau janin,
yang menderita penyakit berat dan/ atau cacat bawaan, maupun yang
tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup
diluar kandungan.
c. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehat pra tindakan dan
diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh
konselor yang kompeten dan berwenang.
2.
Pasal 76
a. Aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 hanya dapat dilakukan:
Sebelum kehamilan berumur 6 minggu dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis.
b. Oleh
tenaga
kesehatan
yang
memiliki
keterampilan
dan
3. Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari
aborsi sebagaimana dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) dan (3) yang tidak
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan per- Undang-undang-an.
KUHP
1. Pasal 299,
a. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya
supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa
karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
b. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau
menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia
seorang tabib, bidan, atau juru obat, pidananya ditambah sepertiga.
c. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
2. Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama
empat tahun.
3. Pasal 347
a. Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun.
b. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun
4. Pasal 348
a. Barang siapa dengan sengaja menggunakan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun enam bulan.
b. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan
pidana penjara paling lama tujuh tahun.
5. Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan
berdasar kan pasal 346, ataupun membantu melakukan salah satu kejahatan
dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat
dditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan
pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.
UU No.23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan
Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta
rupiah).
Pada penjelasan UU No.23 Tahun 1992 Pasal 15 dinyatakan sebagai berikut :
1. Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan
apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama,
norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai
upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat
diambil tindakan medis tertentu.
2. Ayat (2)
Butir (a) : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar benar
mengharuskan diambil tindakan medis tertentu, sebab tanpa tindakan medis tertentu
itu, ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut.
Butir (b) : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu
adalah tenaga yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukannya, yaitu
seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.
Butir ( c ) Hak utama untuk memberikan persetujuan ada pada ibu hamil
yang bersangkutan, kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat
memberikan persetujuannya, dapat diminta dari suami atau keluarganya.
Butir (d) : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki
tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan telah ditunjuk oleh
pemerintah.
3. Ayat (3)
Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan dari pasal ini
dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu
hamil atau janinnya, tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan kewenagan
bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk.
Abortus buatan legal, yaitu abortus buatan yang sesuai dengan ketentuan
ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 15 UU No.23 Tahun 1992 tentang
kesehatan, yakni harus memenuhi hal sebagai berikut :
a. Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan
tersebut;
b. Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan;
c. Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau
keluarganya
d. Pada sarana kesehatan tertentu.
Berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, maka tindakan aborsi tidak
diperbolehkan apapun alasannya di luar alasan medis. Ketentuan dalam KUHP Bab XIX
Pasal 346, 347, 348, 349 dan Pasal 299 tersebut dilandasi suatu pemikiran atau
paradigma bahwa anak yang masih dalam kandungan merupakan subjek hukum sehingga
berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum. Selain itu, apabila dilihat dari aspek hak
asasi manusia bahwa setiap orang berhak untuk hidup maupun mempertahankan
hidupnya sehingga pengakhiran kandungan (aborsi) dapat dikualifikasikan sebagai
tindakan yang melanggar hak asasi manusia. Dengan kata lain paradigma yang digunakan
adalah paradigma yang mengedepankan hak anak (pro-life). Oleh karena itu dalam
KUHP tindakan aborsi dikualifikasikan sebagai kejahatan terhadap nyawa. Adapun yang
dapat dikenai sanksi pidana berkaitan dengan perbuatan aborsi adalah perempuan yang
menggugurkan kandungannya itu sendiri dan juga mereka yang terlibat dalam proses
terjadinya aborsi seperti dokter, bidan atau juru obat.
Aborsi apabila ditinjau dari prespektif hak perempuan diatur dalam Undang
Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Ada kasus-kasus
tertentu yang membuat perempuan hamil harus memutuskan untuk melakukan aborsi
Sebagai contoh hamil karena perbuatan kriminal yaitu akibat terjadinya kehamilan yang
tidak dikehendaki karena perkosaan. Hal ini juga didukung dengan pasal 15 ayat (1) dan
(2) Undang-Undang Kesehatan Nomor 13 tahun 1992 dipahami sebagai wujud adanya
perlindungan terhadap hak perempuan, maka logikanya alasan medis sebagai upaya
untuk meyelamatkan jiwa ibu hamil harus dapat pula diberikan kepada perempuan yang
mengalami trauma psikis akibat kejahatan seksual. Bila Undang Undang Kesehatan
memberikan kewenangan tenaga kesehatan untuk menyatakan seorang perempuan yang
sedang hamil harus diaborsi dengan alasan medis dan untuk pelaksanaannya harus
dengan persetujuan perempuan yang bersangkutan, suami atau keluarganya, maka
tentunya perempuan itu sendiri sebagai orang yang mempunyai hak atas fungsi
reproduksinya juga berwenang untuk mengambil keputusan atas dirinya sendiri apabila
dirasakan kehamilan itu membawa penderitaan atau trauma berkepanjangan. Keputusan
untuk melakukan aborsi dalam kasus seperti ini baru dapat dikatakan legal atau
dibenarkan oleh hukum apabila ada persetujuan dari tenaga ahli seperti Psikiater atau
Psikolog.
5.
berkat
kompetensi
profesional
mereka
dan
prosedur
BAB III
PEMBAHASAN