Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
130801418
APLIKASI DAN INOVASI TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO
(TE) UNTUK PENGEMBANGAN SAPI POTONG
Kebanyakan hewan tidak mengalami metamorfosis selama daur hidupnya. Siklus hidup hewan tanpa
metamorfosis salah satunya adalah Sapi, ketika anak sapi lahir dari induknya bentuk tubuh anak sapi sama
dengan induknya. Anak sapi tersebut hanya mengalami perubahan ukuran saja dari anak sapi yang tadinya kecil
bertambah besar dan menjadi sapi dewasa. Ketika sapi tidak mengalami metamorfosis peluang untuk dijadikan
sebagai ternak sangat mudah dan untuk dijadikan bahan pangan juga sangat mudah. Meskipun demikian,
kecepatan pembelahan embrio awal dapat dijadikan indikator untuk menilai kualitas embrio yang akan
berdampak pada sapi tersebut.
Embrio sapi mengalami aktivasi genomnya dimulai pada stadium 8-16 sel sehingga perkembangan
embrio sampai tahap 8 sel tergantung pada genom maternal yang dibawa oleh oosit. Sebagian besar kegagalan
perkembangan embrio terjadi antara dua sel dan tahap blastosis. Alasan pemilihan hewan sapi yang saya
gunakan karena dalam industri peternakan mudah dilakukan untuk teknologi reproduksi dan dalam penggunaan
bahan pangan juga daging sapi memiliki kandungan gizi yang sangat baik.
Berdasarkan metode yang didapatkan, teknologi reproduksi yang digunakan adalah teknologi transfer
embrio, cloning dan splitting embrio dan sexing semen dan embrio. Transfer embrio membantu corpus luteum
yang baik untuk menghasilkan hormon progesteron yang cukup dalam memelihara kebuntingan sangat perlu.
Penyuntikan hCG untuk memperbaiki ovulasi yang akhirnya meningkatkan kualitas corpus luteum dapat
meningkatkan persentase kebuntingan sapi yang mendapatkan transfer embrio. Sedangkan pada cloning dan
splitting embrio, Teknik splitting ini dimasa depan mempunyai prospek yang sangat bagus, terutama pada ternak
yang mempunyai nilai ekonomis tinggi (sapi perah). Akan tetapi penyempurnaan agar tingkat keberhasilannya
lebih baik lagi dan aplikasinya lebih mudah dan murah perlu terus dilakukan.
Cloning juga akan sangat bermanfaat dalam membantu program konservasi secara in vitro (cryogenic
preservation) pada sapi. Akan tetapi upaya-upaya agar teknologi ini mempunyai manfaat ekonomis masih perlu
dikaji, disamping masalah lain yang berkaitan dengan masalah sosial. Sedangkan pada sexing semen dan embrio,
kelemahan sexing embrio adalah disamping mempengaruhi kualitas embrio juga memerlukan peralatan yang
cukup mahal dan operator yang terlatih, sehingga penerapan teknologi ini secara ekonomis masih terbatas. Pada
sexing semen, teknologi pemisahan sperma X dan Y menjadi sangat potensial digunakan untuk meningkatkan
produksi embrio baik secara in vivo maupun in vitro untuk mrnghasilkan anak dengan jenis kelamin yang
diharapkan.
Teknologi pemisahan sperma X dan Y menjadi sangat penting untuk meningkatkan nilai ekonomis dengan
meningkatkan kelahiran dengan jenis kelamin yang diinginkan oleh peternak yaitu anak betina untuk produksi
susu dan jantan untuk produksi daging. Teknologi splitting, sexing dan cloning embrio belum dalam tingkat
aplikasi dan masih memerlukan penelitian yang lebih lanjut. Aplikasi teknologi ini pada masa yang akan datang
harus mempertimbangkan efisiensi ekonomisnya.