Você está na página 1de 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Prevalensi ablasio retina didunia adalah 1 kasus dalam 10.000 populasi.

Biasanya ablasio retina terjadi pada usia 40-70 tahun. Prevalensi meningkat pada
beberapa keadaan seperti miopi tinggi, afakia/pseudofakia dan trauma. Pada
penderita-penderita ablasio retina ditemukan adanya miopia sebesar 55%, lattice
degenerasi 20 30 %, trauma 10-20 % dan afakia/pseudofakia 30 40 %. Traumatik
ablasio retina lebih sering terjadi pada orang muda, dan ablasio retina akibat miopia
yang tinggi biasa terjadi pada usia 25-45 tahun, dan laki-laki memiliki resiko
mengalami ablasio retina lebih besar dari perempuan.
Insidensi dari ablasio retina di amerika serikat berkisar antara 1 dari 15.000
populasi, dengan prevalensi 0,3% dari total populasi. Insidensi tahunan diperkirakan
mencapai 10.000. sumber lain mengatakan bahwa hubungan umur dengan idiopatik
ablasio retina mencapai 12,5 kasus per 100.000 per tahunnya. Atau sekitar 28.000
kasus pertahun di amerika serikat.
Ablasio retina jarang terjadi pada anak-anak, tetapi kadang-kadang dapat
terjadi sebagai hasil dari retinopati akibat prematur, tumor (retinoblastoma), trauma,
atau myopia.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk menyelesaikan tugas Kepaniteraan Klinik Senior bagian Mata di
RSUD Solok.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui defenisi ablasio retina
2. Mengetahui klasifikasi ablasio retina
3. Mengetahui diagnosis ablasio retina
1

4. Mengetahui tata laksana ablasio retina


5. Mengetahui komplikasi ablasio retina
6. Mengetahui prognosis ablasio retina

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan, yang
melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola mata. Retina membentang
hampir sama jauhnya dengan badan silia dan berakhir pada tepi ora serrata.
Permukaan luar retina sensorik adalah bertumpuk dengan epitel pigmen retina dan
dengan demikian berhubungan dengan membran Bruch's, choroid, dan sclera. Di
sebagian besar tempat, retina dan epitel pigmen retina dapat dengan mudah terpisah
untuk membentuk ruang subretinal, seperti terjadi di ablasi retina. Tetapi pada diskus
optikus, ora serrata, retina dan epitel pigmen retina yang tegas terikat bersama-sama,
sehingga membatasi penyebaran cairan subretinal di ablasi retina.
Lapisan retina, mulai dari aspek dalamnya, adalah sebagai berikut:
1) lapisan membran limitan interna, merupakan membrane hialin antara retina
dan badan kaca.
2) lapisan serat saraf, yang berisi akson sel ganglion melewati ke saraf optik
3) lapisan sel ganglion
4) lapisan pleksiform dalam, yang berisi sambungan dari sel-sel ganglion
dengan sel amakrin dan bipolar
5) lapisan nukleus dalam badan bipolar, amacrine, dan sel horizontal
6) lapisan pleksiform luar, yang berisi koneksi dari bipolar dan horizontal sel
dengan fotoreseptor
7) lapisan nukleus luar sel fotoreseptor
8) lapisan membran limitan eksterna
9) lapisan fotoreseptor batang dan segmen dalam dan luar kerucut
10) Epitel pigmen retina. Lapisan dalam dari membran Bruch yang sebenarnya
adalah membran basal epitel pigmen retina.

Gambar.1 Anatomi retina

Gambar 2. Anatomi retina


Retina menerima suplai darah dari dua sumber: koriokapillaris yang berada di
luar membran Bruch, yang memasok sepertiga luar retina, termasuk pleksiform luar,
lapisan inti luar, fotoreseptor, dan epitel pigmen retina, dan arteri sentralis retina,
yang memasok dua pertiga bagian retina. fovea seluruhnya diperdarahi oleh
koriokapillaris dan rentan terhadap kerusakan retina dapat diperbaiki ketika dilepas.
Pembuluh darah retina memiliki lapisan endotel yang membentuk sawar
darah-retina. Lapisan endotel pembuluh koroid dapat ditembus. Sawar darah-retina
luar terletak setinggi lapisan epitel pigmen retina.
4

2.2 Fisiologi Retina


Retina adalah jaringan paling kompleks dimata. Sel sel batang dan kerucut
dilapisan foto reseptor mampu mengubah rangsang cahaya menjadi suatu impuls
saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan pada
akhirnya ke korteks penglihatan.
Makula bertanggung jawab untuk ketajaman penglihatan yang terbaik dan
untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea
sentralis, terdapat hubungan hampir 1 : 1 antara fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya,
dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang paling tajam. Di
retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang sama, dan
diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari susunan seperti itu
adalah bahwa makula terutama di gunakan untuk penglihatan sentral dan warna
(penglihatan fotopik) sedangkan bagian retina lainnya, yang sebagian besar terdiri
dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk penglihatan perifer dan malam
(skotopik).
2.3 Ablasio Retina
Ablasio retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan sel batang
retina dari sel epitel pigmen retina. Pada keadaan ini, sel epitel pigmen masih melekat
erat dengan membrane Bruch.
Ablasio retina adalah suatu kelainan pada mata yang disebabkan karena
terpisahnya lapisan Neuroretina dari lapisan Epitel Pigmen retina sehingga terdapat
cairan didalam rongga subretina atau karena adanya suatu tarikan pada retina oleh
jaringan ikat atau membran vitreoretina.
Istilah

ablasio retina menandakan pemisahan retina sensorik, yaitu foto

reseptor dan lapisan jaringan dibagian dalam, dari epitel pigmen retina dibawahnya.
Biasanya Ablasio retina ini adalah suatu kelainan yang berhubungan dengan
5

meningkatnya usia dan miopia tinggi, dimana akan terjadi perubahan degeneratif
pada retina dan vitreous. Ablasio retina dibagi menjadi tiga, berdasarkan
penyebabnya: ablasio retina regmatogenosa, ablasio retina traksional, dan ablasio
retina eksudatif.

Gambar 3. Ablasio retina

2.4 Klasifikasi
Pemisahan retina sensoris dari lapisan epitel retina disebabkan oleh tiga
mekanisme dasar. Tiga mekanisme dasar pemisahan retina sensoris dari lapisan epitel
retina ialah :
1. Lubang atau robekan di lapisan saraf yang menyebabkan cairan vitreous masuk
dan memisahkan antara lapisan neuro retina dan lapisan epitel pigmen. (ablasio
retina regmatogenosa).
2. Traksi dari inflamasi dan membran fibrosa vaskular pada permukaan retina,
yang terikat pada vitreous. (ablasio retina traksional)
6

3. Pengeluaran eksudat kedalam ruang subretina. Eksudat ini berasal dari


pembuluh darah retina, yang disebabkan oleh karena hipertensi, oklusi vena
retina setralis, vaskulitis, atau papil edema. (ablasio retina eksudatif)

Gambar 4. Klasifikasi ablasio retina


Ablasio retina dapat berhubungan dengan kelainan kongenital,
gangguan metabolisme, trauma (termasuk operasi mata sebelumnya), penyakit
vaskuler, tumor koroidal, miopia tinggi atau penyakit vitreous, atau
degenerasi.
2.4.1. Ablasio Retina Regmatogenosa
Ablasio retina regmatogenosa adalah lepasnya sensory retina yang disebabkan
oleh terjadinya traksi vitreoretinal. Perlekatan vitreoretinal yang kuat dapat
menyebabkan terjadinya robekan, sehingga cairan dapat masuk keantara sel pigmen
epitel dengan retina, dan terjadi pendorongan retina oleh cairan vitreous yang masuk
melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan
retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.
Ablasio retina regmatogenosa adalah kasus ablasio retina yang paling sering
terjadi. Karakteristik ablasio regmatogenosa adalah pemutusan total pada retina

sensorik. Ablasio retina regmatogenosa spontan biasanya didahului atau disertai oleh
pelepasan korpus vitreum. Miopia, afakia, degenerasi lattice, dan trauma mata
biasanya berkaitan dengan ablasio retina jenis ini.
Ablasio retina yang berlokalisasi di daerah supratemporal sangat berbahaya
karena dapat mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut pada ablasio
retina bila dilepasnya retina mengenai makula lutea.
Pada pemeriksaan fisik dapat terlihat Cell dan flare dibilik depan mata pada
ablasio retina regmatogenosa, serta terdapat pigmen dalam vitreous anterior (tobacco
dusting atau Shaffer sign).
Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna
pucat dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna
merah dan apabila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas bergoyanggoyang.
Jika diperhatikan dengan seksama terdapat satu atau lebih pemutusan retina
total, misalnya robekan berbentuk tapal kuda, lubang atrofik bundar, atau robekan
sirkumferensial anterior (dialisis retina).
Letak pemutusan retina bervariasi sesuai dengan jenis; robekan tapal kuda
paling sering terjadi di kuadran supratemporal, lubang atrofik di kuadran temporal,
dan dialisis retina di kuadran inferotemporal. Apabila terdapat robekan retina
multipel, maka defek biasanya terletak dalam 90 derajat satu sama lain. Pada ablasio
retina regmatogenosa kronis dapat disertai dengan penipisan retina, kista intraretinal,
dan fibrosis subretinal.

Gambar 5. gambaran regmatogenosa ablasi retina. Perhatikan bahwa makula terlibat


dan bahwa retina bergelombang dan memiliki warna yang sedikit buram.

Gambar 6. gambaran ablasi retina regmatogenosa melibatkan makula. Perhatikan


lipatan temporal pada fovea tersebut.
2.4.2. Ablasio Retina Traksional
Ablasio retina traksional adalah lepasnya jaringan retina yang terjadi akibat
tarikan jaringan parut pada korpus vitreous dan disertai penglihatan turun tanpa rasa
sakit. Ablasio retina akibat traksional adalah jenis tersering kedua dan terutama
disebabkan oleh retinopati diabetes proliferatif, vitreoretinopati proliferatif, retinopati
pada prematuritas, atau trauma mata, kontraktil vitreoretina, epiretina, intraretina
(sangat jarang) atau subretina membran yang mendorong neurosensory retina
menjauh dari epitel pigmen retina.
Vitreoretinopati proliferatif dapat mewakili respon penyembuhan luka yang
tidak tepat atau tidak terkontrol. Pemeriksaan mikroskopis membran ini telah
mengungkapkan komposisi selular mereka. sel epitel pigmen retina, sel glial,
fibrocytes, makrofag, dan fibril kolagen merupakan komponen penting membran
ini. sel-sel epitel pigmen retina adalah pemain utama dalam membran. Mereka
mendapatkan akses ke dalam rongga vitreous selama kerusakan retina. Telah terbukti
bahwa jumlah sel-sel epitel pigmen retina dalam rongga vitreous berkorelasi dengan

ukuran kerusakan retina. Semakin besar kerusakan semakin besar jumlah sel epitel
pigmen retina didalam rongga vitreous.
Proses patologik dasar pada mata yang mengalami vitreoretinopati proliferatif
adalah pertumbuhan dan kontraksi membran selular di kedua sisi retina dan di
permukaan korpus vitreum posterior.
Berbeda dengan penampakan konveks pada ablasio regmatogenosa, ablasio
retina akibat traksi yang khas memiliki permukaan yang lebih konkaf dan cenderung
lebih lokal, biasanya tidak meluas ke ora serata. Gaya-gaya traksi yang secara aktif
menarik retina sensorik menjauhi epitel pigmen di bawahnya. Pada ablasio retina
akibat traksi pada diabetes, kontraksi korpus vitreum menarik jaringan fibrovaskular
dan retina di bawahnya ke arah anterior menuju dasar korpus vitreum. Pada awalnya
pelepasan mungkin terbatas di sepanjang arkade-arkade vaskular, tetapi dapat terjadi
perkembangan sehingga kelainan melibatkan retina midperifer dan makula.
Traksi fokal dari membran selular dapat menyebabkan robekan retina dan
menimbulkan kombinasi ablasio retina regmatogenosa-traksional.

Gambar 7. Pasien dengan oklusi vena retina sentral komplikasi dengan oleh
neovaskularisasi pada disk dengan ablasi retina traksional berikutnya.

10

Gambar 8. pasien mengalami sclera buckling untuk ablasi retina regmatogenosa.


Sekarang, pasien menyajikan dengan vitreoretinopathy proliferasi dengan membran
yang cenderung memisahkan retina.

Gambar 9. pasien dengan diabetes retinopati proliferatif disertai ablasio retina


traksional dibagian supratemporal.
2.4.3. Ablasio Retina Eksudatif
Ablasio retina eksudatif adalah lepasnya retina yang terjadi akibat
tertimbunnya cairan di bawah retina sensorik dan terutama disebabkan oleh penyakit
epitel pigmen retina dan koroid. Kelainan ini dapat terjadi pada skleritis, koroiditis,
tumor retrobulbar, radang uvea, idiopati, toksemia gravidarum. Cairan di bawah
retina tidak dipengaruhi oleh posisi kepala. Permukaan retina yang terangkat terlihat
cincin. Pada ablasio tipe ini penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat.
Ablasio ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang
atau hilang.

11

Komposisi cairan interstisial choroidal memainkan peranan penting dalam


patogenesis dari ablasio retina serosa dan hemoragik. Komposisi cairan interstisial
choroidal pada gilirannya dipengaruhi oleh tingkat permeabilitas vaskular
koroidalis. Setiap proses patologis yang mempengaruhi permeabilitas pembuluh
darah choroidal berpotensi menyebabkan ablasi retina eksudatif. Akan tetapi
kerusakan pada epitel pigmen retina dapat mencegah pemompaan cairan dan dapat
menyebabkan akumulasi cairan dalam ruang subretinal. Beberapa inflamasi, infeksi,
pembuluh darah, kondisi patologis degeneratif, ganas, atau ditentukan secara genetik
telah diakui menyebabkan ablasio retina eksudatif.
Lepasnya retina bulosa dengan pergeseran cairan subretinal: Tergantung pada
posisi pasien, dan letak cairan terakumulasi. Segmen anterior dapat menunjukkan
tanda-tanda peradangan (misalnya, injeksi episcleral, iridocyclitis) atau bahkan
rubeosis tergantung pada penyebab yang mendasari. Dalam kasus-kasus kronis
pengendapan eksudat keras dapat dilihat, teleangiektasis pembuluh darah dapat
dilihat.

Gambar 10. eksudat di macula

2.5 Diagnosis
Ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi
dan pemeriksaan penunjang.
1) Anamnesis

12

Gejala umum pada ablasio retina yang sering dikeluhkan penderita adalah:
a. Floaters (terlihatnya benda melayang laying) yang terjadi karena adanya
kekeruhan di vitreus oleh adanya darah, pigmen retina yang lepas atau
degenerasi vitreus itu sendiri.
b. Photopsi/light flashes (kilatan cahaya), tanpa adanya sumber cahaya di
sekitarnya, yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam
keremangan cahaya atau dalam keadaan gelap.
c. Penurunan tajam penglihatan, penderita mengeluh penglihatannya
sebagian seperti tertutup tirai yang semakin lama semakian luas. Pada
keadaan yang telah lanjut, dapat terjadi penurunan tajam penglihatan yang
berat.
Pada ablasio regmatogenosa, pada tahap awal masih relative terlokalisir, tetapi
jika hal tersebut tidak diperhatikan oleh penderita maka akan berkembang menjadi
lebih berat jika berlangsung sedikit demi sedikit menuju ke arah makula. Keadaan ini
juga tidak menimbulkan rasa sakit tiba- tiba kehilangan penglihatan terjadi ketika
kerusakannya sudah parah. Pasien seperti biasanya mengeluhkan kemunculan tiba
tiba awan gelap atau kerudung didepan mata.
Selain itu perlu di anamnesa adanya faktor predisposisi yang menyebakan
teradi ablasio retina seperti adanya riwayat trauma, riwayat pembedahan sebelumnya
seperti ekstraksi katarak, pengangkatan korpus alienum inoukler, riwayat penyakit
mata sebelumnya (uveitis, perdarahan vitreus, amblopia, galukoma, dan retinopati
diabetik). Riwayat keluarga dengan sakit mata yang sama serta penyakit serta
panyakit sistemik yang berhubungan dengan ablasio retina (diabetes melitus, tumor,
sickle cell leukimia, eklamsia, dan prematuritas).
2) Pemeriksaan Oftalmoskopi
Adapun tanda tanda yang dapat ditemukan pada keadaan ini antar lain :
a.
Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat

terlibatnya makula lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan kaca
yang menghambat sinar masuk. Tajam penglihatan akan sangat terganggu
bila makula lutea ikut terangkat.
b.

Tekanan intraokuler biasanya sedikit lebih atau mungkin normal.


13

c.

Pemeriksaan funduskopi. Merupakan salah satu cara terbaik untuk


mendiagnosa ablasio retina dengan menggunakan oftalmoskop indirek
binokuler. Pada pemeriksaan ini retina yang mengalami ablasio tampak
sebagai membran abu abu merah muda yang menutupi gambaran
vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan pada ruang subretina,
didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak. Pembuluh
darah retina yang terlepas dari dasarnya berwarna gelap, berkelok kelok
dan membengkok di tepi ablasio. Pada retina yang terjadi ablasio telihat
lipatan lipatan halus. Satu robekan pada retina terlihat agak merah muda
karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya.

d.

Electroretinography (ERG) adalah dibawah normal atau tidak ada.

2.6 Tatalaksana
Penatalaksanaan ablasio retina saat ini hanya dapat dilakukan dengan operasi,
penatalaksanaan medikamentosa biasa tidak dapat mengobati penyakit ini. Beberapa
teknik operasi pada ablasio retina :
1) Scleral buckle
Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa
terutama tanpa disertai komplikasi lainnya. Prosedur meliputi lokalisasi posisi
robekan retina, menangani robekan dengan cryoprobe, dan selanjutnya dengan scleral
buckle (sabuk). Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau silikon padat.
Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung lokasi dan jumlah robekan
retina. Pertama-tama dilakukan cryoprobe atau laser untuk memperkuat perlengketan
antara retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera
sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga terjadi penutupan pada
robekan tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan subretinal
menghilang secara spontan dalam waktu 1-2 hari.

14

Gambar 11. Scleral buckling surgery


2) Pneumatic retinopexi
Pneumatic retinopexi merupakan metode yang juga sering digunakan pada
ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan tunggal pada bagian
superior retina. Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan
gelembung gas ke dalam rongga vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi robekan
retina dan mencegah pasase cairan lebih lanjut melalui robekan. Jika robekan dapat
ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal biasanya akan hilang dalam 1-2 hari.
Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kriopeksi atau laser sebelum gelembung
disuntikkan. Pasien harus mempertahankan posisi kepala tertentu selama beberapa
hari

untuk

meyakinkan

gelembung

terus

menutupi

robekan

retina.

15

Gambar 12. Pneumatic retinopexy

3) Vitrektomi
Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat
diabetes, dan juga digunakan pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus
atau perdarahan vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu dengan membuat insisi kecil pada
dinding bola mata kemudian memasukkan instrumen hingga ke cavum vitreous
melalui pars plana. Setelah itu dilakukan vitrektomi dengan vitreus cutter untuk
menghilangkan berkas badan kaca (vitreous strands), membran, dan perlekatanperlekatan. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab
ablasio.

16

Gambar 13. Vitrectomy


2.7 Komplikasi
Penurunan ketajaman pengelihatan dan kebutaan merupakan komplikasi yang
paling umum terjadi pada ablasio retina. Penurunan pengelihatan terhadap gerakan
tangan atau persepsi cahaya adalah komplikasi yang sering dari ablasio retina yang
melibatkan macula.
Jika retina tidak behasil dilekatkan kembali dan pembedahan mengalami
komplikasi, maka dapat timbul perubahan fibrotic pada vitreous (vitreoretinopati
proliferatif, PVR). PVR dapat menyebabkan traksi pada retina dan ablasio retina lebih
lanjut.
2.8 Prognosis
Penatalaksanaan bedah berhasil pada 80% pasien ablasio retina. Hasil akhir
perbaikan pada penglihatan tergantung dari beberapa factor, misalnya keterlibatan
makula. Dalam keadaan di mana ablasio telah melibatkan makula, ketajaman
penglihatan jarang kembali normal. Lubang, robekan, atau tarikan baru mungkin
terjadi dan menyebabkan ablasio retina yang baru. Suatu penelitian telah melaporkan
bahkan setelah pemberian terapi preventif pada robekan retina, 5% - 9% pasien dapat
mengalami robekan baru pada retina

17

BAB III
KESIMPULAN
Ablasio retina adalah suatu kelainan pada mata yang disebabkan karena
terpisahnya lapisan Neuroretina dari lapisan Epitel Pigmen retina akibat adanya
cairan di dalam rongga subretina atau akibat adanya suatu tarikan pada retina oleh
jaringan ikat atau membran vitreoretina. Ablasio retina merupakan suatu kegawat
daruratan karena dapat menyebabkan kebutaan bagi penderitanya. Ablasio retina
berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi tiga, yaitu ablasio retina regmantogenosa,
ablasio retina traksional dan ablasio retina eksudatif.
Penatalaksanaan ablasio retina saat ini hanya dapat dilakukan dengan operasi,
penatalaksanaan medikamentosa biasa tidak dapat mengobati penyakit ini. Terdapat
beberapa teknik dalam operasi ablasio retina antara lain, Sklera buckling yang
mendekatkan sklera pada retina yang robek, menjadikan reposisi retina lebih dekat ke
epitel pigmen retina dengan mengurangi tarikan vitreus pada retina yang robek,
pneumatic retinopexi yang digunakan digunakan pada ablasio retina tertentu yang
disebabkan robekan pada 2/3 superior yang tampak pada fundus dimana prosedur ini
memakai gelembung gas yang disuntikkan dalam ruang intravitreal untuk menekan
retina yang robek sampai retina itu melekat kembali, dan Vitrektomi bertujuan
melepaskan tarikan vitreus, drainase internal cairan subretinal, tamponade intra
okuler (udara, gas, silicon oil, cairan perfluorocarbon), dan membuat adhesi
chorioretinal memakai endolaser photocoagulation atau cryopexy.

18

DAFTAR PUSTAKA
Larkin GL. Retinal Detachment. [online]. 2009 Nov 23: Available
from:
URL: http://emedicine.medscape.com/article/798501-overview
Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. Retina & Tumor Intraokular. In:
Oftalmologi Umum. 14th ed. Widya Medika: Jakarta; 2006:197, 207-9.
Ilyas S, dkk. Ablasio Retina. Dalam: Sari Ilmu Penyakit Mata. Cetakan
ke-4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007
Lihteh Wu. Retinal Detachment, Rhegmatogenous. [online]. 2010 feb
18 : available from: URL: http://emedicine.medscape.com/article/1224737overview
Lihteh Wu. Retinal Detachment, Traction. [online]. 2010 feb 18 :
available

from:

URL:

http://emedicine.medscape.com/article/1224891-

overview
Lihteh Wu. Retinal Detachment, Exudative. [online]. 2010 feb 23 :
available

from:

URL:

http://emedicine.medscape.com/article/1224509-

overview
The Northwest Kansas Eye Clinic, located in Hays, Kansas, [online].
available from: URL: http://www.nwkec.org/005rd010.htm
Analogy with the Rods and Cones of the Eye's Retina. [online] :
available from : URL: http://hamwaves.com/antennas/diel-rod.html
Eye
anatomy.
[online]
:
available
from
:
http://www.eyesod.com/anatomy.htm
Eye disease library. [online]

available

from

URL:
:

URL:

http://www.bethesdaretina.com/library.htm

19

Você também pode gostar