Você está na página 1de 94

ASMA BRONKIAL

Definisi :
Penyakit saluran napas dengan karakteristik berupa meningkatnya reaktivitas trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan sehingga terjadi penyempitan saluran napas yang dapat
hilang dengan atau tanpa pengobatan. Peningkatan reaktivitas tersebut dihubungkan dengan
proses inflamasi.
Kriteria Diagnosis :
Riwayat batuk-batuk disertai sesak berulang dengan atau mengi akibat factor pencetus.
Diagnosis Banding :
Penyakit paru Obstruktif Kronik (PPOK), gagal jantung (asma kardial)
Pemeriksaan Penunjang :
- Laboratorium: jumlah esinofil dara dan sputum
- Foto rontgen dada
- Spirometri
- Uji tusuk kulit
- Uji bronkodilator, atas indikasi
- Uji provokasi bronkus, atas indikasi
- Analisis gas darah, atas indikasi
Terapi :
Non Medikamentosa
- Penatalaksanaan asma akut di Instalasi Gawat Darurat
Semua pasien asma yang berobat ke instalasi gawat darurat harus dinilai derajat
beratnya asama sesuai dengan klasifikasi. Umumnya pasien asma yang datang keruang
gawat darurat telah mencoba obat yang rutin dipakai atau telah diberikan pengobatan
oleh sejawat sebelumnya, sehingga setiap pasien asma yang datang kegawat darurat
harus dianggap berat (karena keadaan ini mengancam nyawa)
Tata Laksana di Instansi Gawat Darurat
1. Pemberian oksigen (saturasi > 90%)
2. Inhalasi agonis dgn nebulizer, tiap dosis dapat diulang 20 mnt utk satu jam
pertama. Dapat diberikan bersama-sama dengan antikolinergik pada asma derajat
berat.
3. Steroid sitemik diberikan bila tidak ada respons terhadap pengobatan dengan
nebulasi agonis atau bila pasien telah mendapat steroid oral sebelumnya, atau
pasien termasuk asma akut dengan derajat berat.
4. Bolus aminofilin IV yang dilanjutkan dengan drip dapat diberikan pada pasien
dengan serangan asma akut derajat berat.

Tabel Klasifikasi Beratnya Asma Akut


Ringan
Sedang
Sesak

Berat

Berjalan,
dapat
berbaring
Beberapa
kalimat
mungkin
gelisah
Meningkat

Lebih suka
duduk

Membungkuk

Satu kalimat
umumnya
gelisah

Kata gelisah

Meningkat

> 30 x/menit

Biasanya
tidak ada

Biasanya ada

Ada

Ringan
sedang
> 70 80 %

Keras

Keras

50 70 %

< 50 % (<100
l/menit)

> 60 mm Hg

PCO2

Normal (tes
biasanya tidak
diperlukan)
< 45 mm Hg

SO2

> 95 %

91 95 %

< 60 mm Hg
(mungkin
sianosis)
> 45 mm Hg
(mungkin
gagal napas)
< 90 %

Cara bicara
kesadaran
Frekuensi
napas
Retraksi otot
bantu napas

Mengi
APE%
terhadap
standar
(sesudah
terapi)
PO2

< 45 mm Hg

Gagal nafas
mengancam

Mengantuk
atau bingung

Gerakan
paradoksal
torakoabdomi
nal
menghilang
Menghilang

Penilaian di IGD
Bila dalam waktu 1-2 jam ada perbaikan sesuai dengan criteria, pasien dapat
meninggalkan instalasi gawat darurat
Kriteria pemulangan tersebut yaitu :
a. Pemeriksaan jasmani terdapat perbaikan
b. Respons pengobatan baik
c. Respons menetap paling tidak 60 mnt setelah pemberian bronkodilator
berakhir.
Dalam upaya penilaian tersebut pasien dapat diobservasi 1-3 jam kemudian
dengan pemberian agonis b2 tiap 60 menit. Bila setelah masa observasi terus
membaik, pasien dapat dipulangkan dengan pengobatan sbb (3-5 hari) :
a. Inhalasi agonis diteruskan
b. Steroid oral diteruskan
c. Penyuluhan dan pengobatan lanjutan
d. Antibiotikan diberikan bila ada indikasi
e. Perjanjian kontrol berobat

Bila setelah observasi 1-2 jam tidak ada perbaikan atau pasien termasuk golongan
resiko tinggi, pemeriksaan jasmani tambah berat APE > 50% dan < 70% atau tidak
ada perbaikan hipoksemia (dari hasil analisis gas darah), pasien harus dirawat.
2

Pada semua pasien yang masuk instalasi gawat darurat perlu diidentifikasi tandatanda resiko tinggi, yaitu:
a. Sedang atau baru saja lepas dari pemakaian steroid sistemik
b. Mempunyai riwayat inap dalam waktu 12 bulan terakhir
c. Riwayat intubasi karena asma
d. Mempunyai masalah psikososial atau psikiatri
e. Ketidaktaatan pengobatan asma
Penatalaksanaan di Ruang Rawat Inap
Ada istilah yang sering dijumpai pada penanggulangan asma akut dirumah sakit yaitu :
Hospital care: waktu yang diperlukan untuk penatalaksanaan asma akut dirumah
sakit > 24 jam observasi
Obesrvation stays: waktu yang diperlukan untuk penatalaksanaan asma akut < 24
jam
Konsensus memberikan beberapa criteria untuk pasien masuk rawat inap, yaitu :
1. Respons yang tidak adekuat dalam 1-2 jam terapi
2. Obstruksi berat yang menetap (APE < 40% standar)
3. Riwayat asma berat yang memerlukan perawatan
4. Kelompok resiko tinggi
5. Gejala yang berlangsung lama sebelum ke UGD
6. Kesulitan transportasi dari rumah ke UGD
7. Kesulitan bila perawatan dilakukan di rumah
-

Pengobatan diruang Rawat Inap


Pemberian oksigen sesuai dengan kebutuhan yang dapat dipandu dengan hasil
analisis gas darah. (Analisis gas darah dilakukan bila APE 30-50% dari nilai
prediksi
Inhalasi agonis b2 dan ipatropium bromida dapat diberikan 60 mnt atau lebih
sesuai kebutuhan
Steroid sistemik tiap 6 jam. Pemberian secara oral cukup efektif sepanjang
absorbsinya masih baik. Diperlukan paling sedikit 4 jam utk menilai efeknya.
Kortikosteroid sistemik dapat diberikan pada:
1 Serangan asma berat
2 Inhalasi b2 gagal memberikan perbaikan
3 Serangan masih terjadi meskipun pasien dalam terapi kortikosteroid
4 Serangan asma sebelumnya memerlukan kortikosteroid oral
Aminofilin IV
Ontibiotikan diberikan bila ada infeksi (pneumonia)
Hidrasi diberikan sesuai kebutuhan
Bila dengan perawatan pasien mengalami perbaikan, dapat direncanakan berobat jalan.
Kriteria pasien dapat berobat jalan sbb :
Bila interval pemakaian bronkodilator aerosol > 4 jam
Pasien mampu berjalan secara leluasa
Pasien tidak terbangun tengah malam atau pagi hari dan memerlukan inhalasi
Pemeriksaan jasmani normal atau mendekati normal
Nilai APE atau KVP 1 70% dari nilai standar setelah terapi agonis b2 aerosol
Pasien memahami cara pemakaian obat inhaler dengan benar
Pasien membuat perjanjian untuk kontrol
3

Penatalaksanaan di Ruang Intensif


Semua pasien yang datang ke instalasi gawat darurat maupun dalam perawatan inap
bila pada keadaan seperti dibawah ini ditemukan.
Adapun indikasi perawatan diruang intensif adalah :
Tidak berespons terhadap upaya pengobatan awal diunit gawat darurat atau
bertambah beratnya serangan/buruknya keadaan setelah perawatan 6-12 jam
Adanya penurunan kesadaran dan tanda-tanda henti napas
Hasil pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dengan kadar PO2
< 60 mmHg, dan atau PCO2 > 45 mmHg walaupun mendapat pengobatan oksigen
yang adekuat
Pada kondisi tersebut diatas walaupun telah diberikan pengobatan optimal, pasien
memerlukan intubasi bila ada kecenderungan kelelahan bernapas dan atau kenaikan
PCO2. Pengobatan lainnya sesuai dengan penatalaksanaan diruang perawtan dengan
tambahan bila diperlukan tambahan agonis b2 dapat diberikan IM atau drip, selain
pemberian drip aminofilin

Penyulit :
Pneumotoroaks, gagal nafas, PPOK

ALERGI IMUNOLOGI
ASMA BRONKIAL
Algoritme

Asma akut

Anamnesis

Nebulasi beta 2 agonis tiap 20 menit selama 1 jam pertama


Aminopilin 5-6 mg/kgBB/menit
Kortikosteroid intravena (bila respons dari terapi diatas kurang baik atau pasien sudah biasa menggunakan steroid)

Nilai klinis selama 1 jam

Ruang intensif

baik

Kurang baik / tidak memuaskan

Sesak berat

Sesak ringan

Observasi 2 jam nilai kembali beratnya asma

Tetap baik

Kortikosteroid tiap 6 jam


Beta agonis tiap 4 jam
Aminofilin 5-6 mg/kgBB/menit

memburuk
Rawat

buruk

baik

Pulang dengan obat untuk beberapa hari dan surat kontrol poliklinik

SYOK ANAFILAKTIK
Definis :
Kumpulan gejala yang segera timbul setelah pasien terpajan oleh allergen atau factor pencetus
nonalergen. Reaksi tersebut merupakan reaksi sistemik atau yang melibatkan beberapa organ
sehingga merupakan keadaan darurat yang potensial dapat mengancam nyawa.
Kriteria Diagnosis :
Hipotensi, takikardia, vasokonstriksi perifer, oliguria
Diagnosis Banding :
Syok kardiogenik, syok hipovolemik
Pemeriksaan Penunjang :
- Laboratorium: darah dan urin
- EKG
- Analisis gas darah
Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan pada dasarnya ditujukan untuk mengembalikan sirkulasi yang adekuat, dan
memberikan ventilasi yang baik. Ini dapat dibagi dalam 2 kategori utama, yaitu: terapi segera
dan terapi suportif yang harus ditambah dengan penyelidikan penatalaksanaan tindak lanjut,
dan bila mungkin dilakukan upaya pencegahan.
Tindakan Segera :
1. Hentikan prosedur seperti memberi media kontras
2. Pasang turniket misalnya sesudah sengatan tawon
3. Letakkan pasien terlentang pada dasar keras, horizontal, dgn kaki ditinggikan 30-40
derajat. Posisi trendelenburg tidak dianjurkan. Bila pasien tidak sadar, lakukan gerakan
tripel (ekstensi kepala, mendorong mandibula kedepan dan membuka mulut). Bila
pasien mengalami henti napas segera lakukan 2 kali ventilasi buatan., kalau mungkin
dengan O2 murni. Bila terdapat sumbatan jalan napas akibat edema laring, lakukan
intubasi trakea. Bila ini tidak mungkin, sebagai alternatif adalah krikotiroidotomi atau
paling tidak fungsi membrana kortikotroid dengan jarum berlumen besar. Setelah 2
kali ventilasi buatan awal, segera raba arteri karotis atau arteri femoralis. Bila
berdenyut tetapi pasien tetap henti napas, teruskan ventilasi buatan sampai timbul
ventilasi spontan dan adekuat. Tetapi bila tidak teraba denyut, berarti pasien
mengalami henti jantung, segera lakukan kompresi jantung luar 15 kali yang
kemudian diikuti 2 kali ventilasi buatan (1 ventilasi = 1,5 detik), seterusnya lakukan
resusitasi jantung paru menurut standar yang baru.
4. Bila pasien tidak mengalami henti jantung, terapi farmakologis anafilaksis hendaknya
dimulai dengan adrenalin sedini mungkin. Adrenalin merupakan obat pilihan untuk
terapi akut anafilaksis, karena segera melawan manifestasi yang mengancam nyawa,
seperti bronkokonstriksi dan hipotensi dengan meninggikan c.AMP dalam sel mast
dan basofil. Efek agonis beta juga meningkatkan kegiatan inotropik dan kronotropik
miokard. Efek agonis meninggikan tahanan vascular sistemik total dan menaikkan
tekanan diastolic untuk memperbaiki aliran koroner. Gabugan efek adrenalin ini akan
meningkatkan curahan jantung, transpor oksigen, tekanan arterial yang kesemuanya
dapat memperbaiki perfusi sistemik. Reaksi yang hebat memerlukan suntikan IV 3-5
ml larutan 1:10.000 adrenalin untuk dewasa dan 0,01 ml/kg utk anak. Dalam keadaan
darurat dapat dipakai vena femoralis atau vena lidah. Instilasi intratrakeal langsung
6

5.
6.
7.
8.
9.

yang memberikan absorpsi cepat ke dalam system vascular, dapat diberikan lewat pipa
trakeal atau transkutan. Cara pemberian terakhir ini diindikasikan bilaman terjadi
kolaps vascular akut yang menyebabkan vena perifer sulit dikanulasi. Pada reaksi
yang lebih ringan, adrenalin dapat diberikan lewat IM atau SK. Dalam hal ini 0,3-0,5
larutan 1:1000 (0,3-0,5 mg) diberikan untuk orang dewasa, 0,01 ml/kg utk anak. Dosis
ulangan seperlunya dapat diberikan setiap 5-10 menit. Etil noradrenalin memberikan
efek samping yang lebih sedikit dari adrenalin. Dosis kecil adrenalin atau
etilnoradrenalin dapat disuntikkan lokal pada tempat sengatan serangga untuk
mendapatkan efek vasokonstrisi. Aminofilin merupakan obat lainyang bermanfaat
yang dapat diberikan IV jika bronkospame menetap setelah pemberian adrenalin.
Aminofilin secara efektif mencegah pelepasan mediator dengan menghambat
fosfodiesterase, suatu enzim yang diperlukan untuk metabolisme CAMP intraselular.
Untuk dewasa dan anak dosis pertama 5-6 mg/kg., diberikan perinfus selama 20 menit,
dilanjutkan dengan kontinue 0,4-0,9 mg/kg/jam. Infus diatur untuk mempertahankan
kadar serum 10-20 mcg/ml.
Bila tidak ada respons terhadap terapi diatas, berikan adrenalin atau noradrenalin
(1mg/ml diencerkan 10x utk dewasa dan diberikan pelan-pelan). Hendaknya
disediakan defibrillator.
Intubasi trakeal/krikotorotomi/trakeostomi
Lakukan kompresi jantung luar
Beri adrenalin intrakardiak terutama bila terlihat jelas bendungan vena
Pertimbangkan kompresi jantung terbuka sebagai upaya terakhir

Terapi Suportif
1. Upayakan kembali menyeimbangkan cairan dan elektrolit. Koreksi hipovolemia
segera merupakan sasaran penting dalam terapi syok anafilaksis. Terapi cairan
meninggikan tekanan arterial dan curah jantuk dengan melawan asidosis laktat.
Meskipun peninggian mendadak pada permeabilitas vascular sering hanya
berlangsung sebentar, pasien tetap hipovolemik dan sangat membutuhkan cairan.
Kehilangan plasma sebaiknya diganti dengan titarasi pengganti plasma dalam jumlah
yang sama, yaitu dengan cairan koloid seperti human serum albumin 5% albumin
serum manusia atau kanji hidroksietil 6%
2. Teruskan pemberian O2, terutama bila pasien sianosis
3. Beri kortikosteroid IV: 100-200 mg, hidrokortison (ekuivalen) untuk dewasa rata-rata
4. Beri antihistamin IV, misal prometazin 0,2 mg/kg. Antihistamin yang menghambat
efek perifer histamin melalui inhibisi kompetitif reseptor histami dan kortikosteroid
yang dapat meningkatkan reaksi jaringan terhadap agonis beta dan menghambat
sistesis histamin, merupakan terapi sekunder dan tidak mempunyai peran dalam
penatalaksanaan keadaan yang mengancam nyawa akut.
5. Hindari sedativa, narkotika, tranquilizer dan obat hipotensi lain
6. Pasien diobservasi minimal 4 jam sesudah anafilaksis
7. Dua puluh empat jam berikutnya hindari vasodilator seperti alcohol, panas (mandi air
panas), dsb
8. Pada paru edema membran jarang terjadi dan hendaknya diberi terapi dengan ventilasi
kendali tekanan positif (IPPV), tekanan akhir ekspirasi positif (PEEP) dan pengisian
volume.
Penyulit :
Syok ireversibel, multi organ damage (kerusakan beberapa organ)

URTIKARIA KARENA OBAT


Definisi :
Salah satu manifestasi alergi obat dan merupakan reaksi alergi tipe I => melibatkan IgE
(manifestasi lain selain urtikaria adalah angiodema sampai dengan anafilaksis)
Kriteria Diagnosis :
- Kelainan dikulit berupa bentol, merah dan gatal setelah 30-60 menit obat masuk
enteral/parenteral. Kadang-kadang bisa timbul 7-10 hari kemudian
- Riwayat alergi obat sebelumnya dengan jenis yang sama (susunan kimianya)
- Riwayat atopi/keluarga atopi lebih sering terjadi
- Menghentikan obat yang dicurigai dan menilai klinisnya ada perbaikan/tidak
- Tes imunodiagnostik => tes kulit dan RAST
Diagnostik Banding :
Urtikaria karena makanan, gigitan serangga
Terapi :
Non medikamentosa
- Hindari obat-obat (allergen yang sudah diketahui menyebabkan alergi)
- Bila terjadi pada waktu pemberian satu macam obat atau lebih, hentikan semua
pemakaian obat, atau terbatas obat yang dicurigai saja
- Ganti obat-obat tersebut dengan obat yang sama farmakokinetiknya dengan rumus
kimia berbeda
- Bila membutuhkan terapi obat tetapi tidak ada alternatif pengganti dan reaksi yang
terjadi tidak berat/tidak mengancam nyawa obat dapat diteruskan dengan didampingi
obat simtomatis
- Bila reaksi yang timbul agak berat dan obat harus tetap diberikan, harus dilakukan
desensitasi dirumah sakit
- Penyuluhan untuk menghindari obat-obat yang harus dihindari
Medikamentosa
- Antagonis histamin 1
- Steroid dosis rendah
Penyulit :
- Bila urtikaria tersebut disertai dengan adanya syok/prasyok => lihat penatalaksanaan
anafilaksis
- Bila terlihat angiodema dan tanda-tanda menjadi lebih berat (mual, lemas) =>
observasi tensi, nadi, suhu, pernapasan selama 12-24 jam dengan memasang IV line

URTIKARIA KARENA OBAT


Algoritme

Riwayat alergi / urtikaria obat

Adakah obat alternatif lain

Ada

Tidak ada

Obati dengan obat tersebut

Tes kulit atau laboratorium

Ada

Tidak

Tes provokasi

Negatif

Positif

Negatif

Berikan obat
Desentisasi
hati - hati atau pikirkan kembali alternatif
Teruskanlain
pengobatan

PENATALAKSANAAN SYOK
Syok
Suatu sindroma yang ditandai kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan perfusi
dan fungsi seluler.
Stadium dan tanda-tanda syok
Parameter
Tekanan darah

Stadium I
(Compensate
d)

STADIUM II
(Decompensate
d)

STADIUM III
(Irreversible)

N/

Denyut
jantung

sampai

Tekanan Nadi
Pernafasan

Curah Jantung
Kesadaran
Produksi Urin
Perabaan
Kulit
N
*

sampai
*

GELISAH

Impaired/Obtn
ded

ANURI

N/

DINGIN *

COMA

MOTTLED

DINGINGIANOSIS

: Normal / Tidak Berubah


: Menurun
: Meningkat
: Pada stadium awal dari syok septik,dapat terjadi peningkatan curah
jantung dan kulit yang teraba hangat.

ETIOLOGI
Syok hipovolemik (perdarahan,GE+Dehidrasi,peritonitis,pankreatitis dsb)
Syok kardiogenik
Syok obstruksi vascular (emboli paru masif, Tension Pneumothorax,dsb)
Syok distributif dan lain-lain (Sepsis,Anafilaksis,Neurogenik<Kritis Addison dsb).
KOMPLIKASI
Koagulasi Intravaskular Diseminata (DIC)
ARDS
Gagal Ginjal Akut
Tujuan Penatalaksanaan Syok
10

Pengenalan/diagnosis yang cepat dan tepat keadaan syok


Koreksi kelainan awal sesuai diagnosis
Koreksi akibat lanjutan/komplikasi syok
Mempertahankan fungsi organ vital
identifikasi dan mengatasi faktor2 yang memperberat

Kelima tujuan tersebut harus dilakukan secara bersamaan dan terarah, untuk memperoleh
hasil terapi yang optimal.

PENATALAKSANAAN
A. Perawatan Umum
Pasang infus : D5%,P2 atau RL
Ambil contoh darat untuk pemeriksaan : BJ plasma, Hb, gula darah BUN,Kreatinin
serum,analisa gas darat,elektrolit dan golongan darah-reaksi silang
Pasang kateter CVP, infus di percepat sampai tekanan vena sentral antara 5-10 cm H2O
Bila CVP 5 Cm H2O,lakukan tes beban cairan dengan P2 diberikan dengan kecepatan
20ml/menit dalam 10-15 menit ( 200-300 ml selama 10-15 menit),CVP diperiksa setiap 3
menit
- bila CVP tetap ------- syol hiporokemik
- bila CVP cepat meningkat ---------- syok kardiogenik, atau sudah terdapat kelebihan
cairan (Fhid Overload)
Bila CVP 15 cm H2O< Kelebihan cairan positip,sangat mungkin syok kardiogenik
Periksa EKG,pasang monitor jantung
Pasang kateter Foley,ukur produksi urin setiap jam ( normal lebih dari 20 ml/jam)
Berikan O2 lewat kateter hidung bila syok berat.
PERAWATAN KHUSUS
I.

Syok hipovolemik
Letakkan penderita dalam posisi datar, kalau perlu trendelenberg.
Bila penyebabnya pendarahan akut, mintakan darah.
Lakukan fluid replacement dengan infus RL atau PZ tetesan cepat, sampai perfusi
jaringan perifger tampak membaik. Biasanya diperlukan 1-2 liter cairan dalam 1 jam
pertama.
Bila tekanan darah tetap belum membaik dalam 1 jam, dapat ditambahkan cairan koloid
(haemacel atau dextran 40) tetesan cepat. Pemberian cairan ini tidak boleh lmelebihi 1
liter dalam 24 jam.
fluid replacement dapat diberikan sapai 2-4 kali jumlah darah yang diperkirakan hilang.
Pada syok hipovolemik bukan karena pendarahan, pemberian cairan kristaloid dapat
dilakukan dengan perkiraan defisit cairan atau dengan pengukuran BJ plasma.
Defesit cairan : BJ plasma 1.025 x BB x 4 ml
0.001

II.

Syok septik
Observasi temperatur aksila dan rektal, monitor jantung, produksi urin, analisa gas darah
secara berkala
11

a)
b)
c)
d)

Lakukan biakan kuman dan tes kepekaan antibiotikan dari bahan darah, urin, ujung kateter
infus, sputum, luka operasi dan tempat lain yang diduga sebagai sumber infeksi
Tes faal hemostatis (termasuk ts untuk terjadinya DIC)
Pertahankan CVP antara 10-12 cm H2O
Antibiotika kombinasi secara intravena
Gentamycin 60-80 mg tiap 8 jam atau derivatnya : amikin 250-500 mg tiap 12 jam, atau
Dibekacin 50-100 mg tiap 12 jam, ditambah Ampicilin-Cloxacilin 1-2 gram tiap 3-6 jam
Gentamycin + cephalosporin 1-2 gram setiap 6-12 jam
Lincomycin 600 mg tiap 8-12 jam + gentamycin atau cephalosporin
Metronidazol 500-1000 mg setiap 8-12 jam + gentamyc8in, cephalosporin atau ampicilin.

Bila terdapat gangguan faal ginjal hindari pemakaian derivat gentamycin, dan dapat
dipakai cefotaxim 3-6 gram sehari.
Bila tekanan darah tidak dapat meningkat, dapat diberikan Vasopressor :
a) Dopamin,diawali dosis 2-5 mg/kg BB/menit, dan dapat ditingkatkan,hingga terdapat
respon peningkatan urin/tekanan darah. Dosis maksimal adalah 20 mg/kg/menit.
b) Isoproterenol (Isoprel)
0,2 2 mg (1-10 ampul ) dilarutkan dalam 500 ml D 5% dalam bentuk tetesan,dengan
kecepatan 1-10 mcg permenit sampai tekanan darah naik.
Pemberian obat vasodilator atau alpha blocker dapat di pertimbangkan bila TD tetap
tidak maningkat dengan terapi diatas.
a) Chlopromazin 2-5 mg diberikan I.V, diulang tiap 1-4 jam sampai tampak reaksi dari
tekanan darah
b) Phenoxybenzamin 1 mg/kg BB dalam 500 cc D5% selama 1 jam
Meskipun masih dipertentangkan,pemberian steroid dalam dosis tinggi jangka pendek
dapat di coba pada penderita yang gagal dengan pemberian obat diatas
Bila ada gangguan faal hemostatis,perbaiki bila di perlukan dapat dilakukan tindakan
bedah pada luka-luka yang di duga menjadi sumber infeksi
III. Syok Kardiogenik
Pasang kateter CVP,bila ada Kateter Swan-Ganz
Pertahankan CVP sekitar 10-15 cm H2O
Cari penyebab syok, bila mungkin terapi kausal
Dapat dikonsultasikan ke bagian cardiologi
IV.

Protap Penatalaksanaan Syok Anafilasis

1. Hentikan pemberian obat penyebab anafilaksis


2. Upayakan segera mendapat bantuan tenaga
3. Penderita tidurkan terlentang dengan kaki lebih tinggi, bebaskan jalan nafas,periksa
orofaring bila ada gigi palsu,segera di lepas
4. Berikan adrenalin lar. 1:1000, 0.2 0.5 ml subkutan
5. Berikan oksigen : menggunakan oxygen mask, flow 4.6 L/min
6. Pasang infus dengan larutan Ringer Laktat atau PZ
Bila tekanan darah tak teratur : digrojok (20 ml/Kg BB)
Bila tekanan darah sistole < 100 mmHg -- 500 ml dalam jam
Bila tekanan darah sistole > 100 mmHg -- 500 ml dalam 1 jam
7. Bila tekanan darah tak terukur atau sistole < 100 mmHg langsung diberikan :
12

Adrenalin 1 : 1000 1 ml diencerkan dengan PZ menjadi 10 ml digunakan 2-3 ml diberikan


dengan dosis sama setelah 10 menit.
8. Bila gagal memasang infus berikan adrenalin 1 : 1000, 0.2 0.5 ml intra muskuler
9. Setelah infus terpasang langsung diberikan :
Diphenhydramin 6- 80 mg/iv
Solu cortef 200 mg/iv
10. Bila terdapat wheezing berikan :
Aminophylin 1 amp (240 mg)/iv perlahan2 dalam 20 menit
11. Bila sampai tahap ini infus belum dapat terpasang tekanan darah tetap rendah
atau tak terukur upayakan untuk segera di pindahkan ke ICU anestesi
12. Bila tekanan darah dapat normal dan keadaan klinis penderita membaik perlu
dilakukan observasi tanda-tanda vital secara ketat selama 6 jam berturutturut. setelah itu dapat dilakukan berkala tiap 2 jam bila keadaan tetap stabil
baik.
Perhatian :
Sisa obat dalam ampul atau semprit/ataupun sempritnya jangan di buang..

13

SEMBAB ANASARKA
DEFINISI :
Timbunan cairan yang berlebihan dalam rongga interstisiil pada seluruh tubuh
TUJUAN:
Mengurangi /menghilangkan timbunan cairan yang berlebihan pada organ-organ vital
PELAKSANAAN;
Kemungkinan penyebabbya/diagnosa banding
Penyebabnya :
Sirosis hati
-HipoAlbumin-tekanan onkotik menurun
-Edema ansarka
Penatalaksanaan
- Diet tinggi kalori (30-50 kal/BB/BB/hari),protein sedang (40-60 g/hari,rendah garam
(3g/hari)
- Influs albumin,bila Albumin <2,5 g/dl
Defisit Alb : 0,8 X BB X (3,5 Alb kini)
-Diuretik hemat kalium : Spironolakton 200 mg 400 mg/hari
Sindroma Nefrotik
Protein uria hipo albumintekanan onkotik menurunedema anasarka
Penatalaksanaan :
Diet tinggi kalori (30-50 kal/BB/hari), tinggi protein (100 150 g/hari), rendah garam (3
g/hari)
Kortikosteroid : bila minimal lesi
Diuretik : Furosemid 40 mg 80 mg/hari
Malnutrisi
HipoAlbumin tekanan onkotik menurun
Edena anasarka
Penatalaksanaan :
Diet tinggi kalori (30-50 kal/BB/hari), tinggi protein (100 - 150 g/hari),rendah garam ( 3
g/hari)
Infus Albumin
Mengatasi jenis penyebab malnutrisinya
Gagal jantung hidrostatik meningkat edema anasarka
Penatalaksanaan:
Digitalis
Diuretik : Furosemid 40 80 mg/hari
14

DIARE KRONIK
Definisi :
Diare, yaitu buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah padat, kandungan air
tinja lebih banyak dari biasanya, lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi tidak
menunjuk pada berapa frekuensi diarenya. Definisi lain tetap memakai criteria frekuensi,
yaitu buang air besar encer, lebih dari 3 kali sehari. Buang air besar encer atau air ini
dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 15
hari sejak awal diare.
Kriteria Diagnosis :
- Diare
- Lama lebih dari 15 hari
Diagnosis Banding :
Kelainan pancreas, kelainan usus halus dan usus besar, kelainan PEM dan tirotoksikosis,
kelainan hati, kelainan psikis.
Pemeriksaan Penunjang :
- Pemeriksaan tinja: cair, setengah cair atau bercampur darah, pemeriksaan parasit
(amuba, giardia, cacing, jamur) leukosit, eritrosit, lemak tinja, pH tinja, bau tinja,
volume tinja, kultur kuman tinja.
- Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap (HB, MCV,MCH,MCHC), kadar feritin
darah, SI-IBC, kadar vit. B-12 darah, serologi amuba, widal, pemeriksaan
imunodefisiensi.
- Pemeriksaan anatomi usus
Barium enema/colon in loop (didahului BNO)
Klasifikasi Pankreas
Keganasan
Obstruksi usus parsial
Kelainan kolon lain
Kolonoskopi, ileoskopi dan biopsy utk pemeriksaan histopaology
Barium follow through atau enterocysis bila ada kecurigaan kelainan ileumyeyunum
Gastroskopi dan duodeno-yeyunoskopi proksimal
Dapat dilakukan biopsy untuk pemeriksaan histopatologis. Bagian distal
yeyunum dan ileum tidak dapat dibiopsi sehingga bila ada kecurigaan didaerah
ini harus dilakukan laparotomi
ERCP: membantu melihat abnormalitas pancreas. Bila dengan pemeriksaan
BNO sudah tampak klasifikasi pancreas, ERCP tidak perlu dilakukan. Biopsi
papilla vateri penting dilakukan utk melihat adanya keganasan.
Ultrasonografi abdomen, dilakukan utk mendeteksi limforma, TBC usus,
pankreatitis kronik, keganasan kolon dll
CT scan abdomen: diperlukan bila dicurigai adanya massa diperut.
- Fungis usus dan Pankreas
Tes fungsi ileum dan yeyunum
Tes fungsi pancreas
Tes Schillilng
CEA dan Ca 19-9
15

Terapi :
Non Farmakologis
Penyuluhan dan Penerangan
- Diet lunak tidak merangsang tinggi kalori dan protein dan bila alergi susu hewani, bila
tidak tahan laktosa diberikan rendah laktosa, bila maldigesti lemak diberikan rendah
lemak, dll
- Bila penyakit Crohn dan colitis ulserosa diberikan rendah serat
- Istirahat dan tirah baring
- Pertahankan minum yang baik untuk mencegah dehidrasi, bila perlu infus cairan utk
dehidrasi.
Farmakologis
- Bila sesak nafas berikan oksigen, infus utk memberikan cairan dan elektrolit yang
cukup sesuai kebutuhan
- Antibiotik dapat diberikan bila jelas ada infeksi. Bila penyebab suatu
parasit/amuba/glardia dapat diberikan metronidazol. Alergi makanan, susu atau
pemakaian antibiotik dan obat-obatan, diobati dengan menghentikan makanan/obat
yang menyebabkan alergi tersebut.
- Keganasan/polip diobati dengan pengangkatan kanker/polip dengan operasi atau
radiasi atau poliptektomi untuk polip jinak
- Pada tuberkolosis usus diberikan enzim
- Diare karena penyakit endokrin harus diobati kelainan endokrinnya
- Malabsorbsi deatasi dengan memberikan enzim
- Kolitis diobati dengan memberikan obat sesuai jenis colitis yang didapat
- Kolitis Chron dan colitis ulserosa diberikan obat sulfasalazin atau 5-Asa dapat
dikombinasi dengan kortikosteroid
- Diare psikogen memerlukan pendekatan dan simpati dari dokter yang merawat, serta
obat penenang.
- Diare pada turis dapat diberikan kotrimoksazol atau tetrasiklin atau ampisilin
- Penyakit sprue tropik atau seliak diberikan tetrasiklin dimulai dosis 3x500 mg, lalu
dikurangi 3x250 mg sampai 6 bln.
- Bila perlu selain obat untuk penyakit dasarnya, dapat diberikan obat anti diare
simptomatik.
Penyulit :
Dehidrasi sampai syok hipovolemik, sepsis, gangguan elektrolit dan asam basa/gas darah,
gagal ginjal akut dan kematian
Perawatan Rumah Sakit :
Bila hemodinamik buruk dirawat diruang gawat darurat atau ruang perawatan intensif
penyakit dalam sampai stabil, lalu dilanjutkan dirawat diruang penyakit dalam biasa.
Prosedur / Tindakan yang Mungkin Diperlukan :
- Barium enema, BNO
- Ileokolonoskopi, Gastroduodenojejunoskop
- ERCP
- USG
- Tes H2 Breath
- Tes fungsi pancreas
- Tes elastase tinja
- Tes Schilling
16

Arteriografi a mesenterika

Sarana Baku :
- Mikroskop
- Foto rontgen utk fluoroskopi
- Gastroduodenojejunoskop
- Ileo-kolonoskop panja
- Alat arteriografi
- Alat CT Scan
- Alat H2 breath
Algoritme

Penderita Diare Kronik

Anamnesis, pemeriksaan fisis


Pem. Tinja, DPL, hitung jenis,PAP TB, kimia darah, BNO, Sigmoidoskopi

Diagnosis (50 %)
Pem: anatomi usus, fungsi usus dan pankreas, CEA, thin layer chromatogrsaphy,dll

Diagnosis (85-90%)

Infektif: parasit, bakteri,Noninfektif:


jamur, virusinflamasi,
Campuran
osmotik, sekretorik, malabsorpsi asam empedu, gangguan motilitas, kolitis iskemik, kolitis radiasi

Pemeriksaan tinja

Diare steatorea

Diare tidak berdarah dan tidak steatorik


Diare berdarah

Peny. Pankreas, peny. Mukosa usus, defisiensi garam empedu, sindrom pasca-gasterektomi
Eksogen,
infeksi HIV
+ patogen, gang.
Motilitas, sindrom usus iritabel
Peny. Usus inflamatorik, kanker kolon, disentri amuba,
TBgiardiases,
kolon, parasit,
enterokolitis
radiasi/iskemik

17

DILATASI LAMBUNG AKUT


Definisi :
Dilatasi lambung akut yaitu dilatasi lambung yang akut
Kriteria Diagnosis :
- Nyeri Abdomen Akut
- Perut distensi
- Muntah-muntah
- Syok
- Pada foto BNO didapatkan dilatasi lambung
Diagnosis Banding :
Pankreatitis akut, trombosis a mesenterika, kolesistitis akut, gastritis akut
Pemeriksaan Penunjang :
- Darah perifer lengkap
- Elektrolit
- Ureum kreatinin
- Foto Abdomen (BNO) 3 posisi
- Endoskopi bila keadaan sudah membaik
Terapi :
- Puasa
- Pasang NGT, isap secara kontinyu
- Nutrisi parenteral total dengan memperhatikan kecukupan jumlah cairan kalori dan
elektrolit
- Keseimbangan cairan ditentukan dari jumlah cairan yang keluar melalui urin, NGT
dan IWL
- Medikamentosa
Metoklopramid 3x1 amp
Prostigmin 1x1 amp
- Mengatasi factor penyebab
Penyulit :
Dehidrasi, syok, pepsis
Perawatan Rumah Sakit :
Akut di Gawat Darurat lalu di HCU/ICU
Prosedur / Tindakan Yang Mungkin Diperlukan :
- BNO polos atau 3 posisi
- Foto dada
- USG Abdomen
Sarana Baku :
- Foto Rontgen
- Alat USG Abdomen

18

DILATASI LAMBUNG AKUT


Algoritme
Dilatasi Lambung Akut

Anamnesis
Pemeriksaan fisis

Foto polos abdomen 3 posisi

Selang nasogastrik diisap secara tertutup


Puasa, nutrisi parenteral total
cairan 2-2,5 l/hari
kalori 25-30 kal/kgBB ideal (100 -1500 kal/hari)
lemak dan protein sesuai kebutuhan
natrium 3-4 mEq/kgBB/hari
kalium 1-1,5 mEq/kgBB/hari

Metoklopramid 3 x 10 mg
Prostigmin 1 x 1 ampul
Terapi penyakit dasar

Realimentasi bila keadaan baik

19

HEMATEMESIS MELENA
Definisi :
Hematemesis adalah muntah darah berwarna hitam ter yang berasal dari saluran cerna bagian
atas. Melena yaitu buang air besasr darah berwarna hitam ter yang berasal dari saluran cerna
bagian atas. Yang dimaksud dengan saluran cerna bagian atas yaitu saluran cerna diatas
ligamentum Treitz. Mulai dari jejunum proksimal, duodenum, gaster dan esofagus.
Kriteria Diagnosis :
- Muntah dan BAB darah warna hitam ter
- Sindrom dyspepsia, bila ada riwayat makan obat NSAID, jamu pegel linu, alkoho,
yang menimbulkan erosi/ulkus peptikum
- Keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat, dapat disertai gangguan kesadaran.
- Dapat terjadi syok hipovolemik
Takikardia
Perabaan dingin
Kulit pucat
Kesadaran kompos mentis sampai apatis
Diagnosis Banding :
- Hemoptoe
- Hematokezia
- Bila pasti hematemesis melena, etiologi :
Pecah varises esofagus
Pecah varises kardia
Pecah varises fundus
Kenainan non varises
Gastropati hipertensi portal
Gastritis erosive
Tukak peptic
Tukak stress
Robekan Mallory Weiss
Keganasan SCBA
Penyakit sistemik
Pemeriksaan Penunjang :
- Laboratorium
Darah perifer lengkap
Hemostasis lengkap atau masa perdarahan / masa pembekuan, masa
protrombin
Elektrolit (Na, K, Cl)
Pemeriksaan fungsi hati: kolinesterase, albumin/glubolin, SGOT
SGPT, petanda hepatitis B dan C
- Endoskopi SCBA diagnostik untuk melihat sumber perdarahan
- Ultrasonografi hati menunjukkan adanya hipertensi portal dan atau sirosis hati /
hepatoma
- CT Scan hati, V. portal/abdomen atas
- Foto dada: kadang-kadang menunjukkan adanya aspirasi darah di saluran napas.

20

Terapi :
Non Farmakologis
- Penyuluhan dan penerangan
- Tirah baring
- Puasa bila penyebab hematemesis-melena yaitu pecahnya varises esofagus, sedangkan
penyebab lain tak usah puasa, pasien mendapat nutrisi parenteral total sampai
perdarahan berhenti lalu diganti diet hati I (DHI) cair bertahap diganti DHII, DHIII,
DHIV oral.
- Pada pasien non varises / tidak ada penyakit hati kroni/sirosis hati:
DLI=>DLII=>DLIII lunak=>DLIV
- Kompres es melayang untuk menghentikan perdarahan lambung dan duodenum.
Farmakologis
- Transfusi darah PRC (sesuai jumlah perdarah yang terjadi dan Hb) sampai Hb + 10 gr
% utk kasus pecah varises
- Pada kasus non varises, transfusi PRC sampai Hb 12 gr%
- Sementara menunggu darah dapat diberikan pengganti plasma atau NaCl 0,9% atau
RL
- Infus cairan dan elektrolit bila ada tanda syok hipovolemik
- Pemberian loading cairan atas dasar perhitungan sbb:
- Jika tanda syok ditemukan pada posisi berbaring, kehilangan cairan diperkirakan
sebesar 50%. Maka : 1 jam pertama: guyur cairan dan evaluasi tekanan darah, nadi,
kesadara. Jika tekanan sistolik > 100 mmHg, selanjutnya infus sesuai dengan kondisi
pasien (tetapi utk pasien dgn usia > 50 thn atau penyakit koroner jantung, kecepatan
pemberian cairan setengahnya).
- Jika tanda-tanda syok itu ditembukan dalam posisi duduk, kehilangan cairan
diperkirakan sekitar 30%. Pada kondisi ini guyur sampai dgn 2 kolf, bila tekanan
sistolik >100 mgHg infus sesuai kondisi pasien.
- Jika memungkinkan, pasang monitor CVP. Pasang selang lambung (NGT) utk
melakukan bilasan dgn air es tiap 6 jam, mengeluarkan bekuan-bekuan darah dan
dapat memperkirakan jumlah perdarahan secara kasar.
- Untuk penyebab non varises :
Injeksi antagonis reseptor H2 atau penghambat pompa proton
Sitoprotektor: sukralfat 3-4 x 1gr atau cetraxate 3-4 x 1tablet atau misoprostol
3 x 1 tablet.
Antasida
Injeksi vitamin K untuk pasien dgn penyakit hati kronik atau sirosis hati
- Untuk penyebab varises :
Somatostatin bolus 250 ug, drip 250 micro-g/jam intravena atau octreotide 0,1
mg/2jam per drip. Pemberian diberikan sampai perdarahan berhenti atau bila
mampu diteruskan 3 hari setelah skleroterapi/ligasi varises esopagus.
Propanolol dimulai 2x10 mg dosis dapat ditingkatkan sampai tekanan diastolic
turun 20 mmHg atau denyut nadi turun 20%.
Isosorbid mononitrat/dinitrat 3x1 tablet perhari
Metoklopramid 3x10 mg/hari dapat menurunkan tekanan intra varises
esofagus.
- Bila ada gangguan hemostasis obati sesuai kelainan, misal DIC=>heparin, fibrinolisis
primer=> asam traneksamat, defisiensi factor pembekuan=> FFP, dll.
21

Pada pasien dengan pecah varises / penyakit hati kronik/sirosis hati diberikan :
Laktulosa 4x1 sdm
Neomisin 4x500 mg
Obat ini diberikan sampai tinja kuning/normal

Tindakan Khusus
- Pemasangan balon SB-tube untuk diagnostik dan terapeutik
- Tindakan endoskopi tujuan :
Diagnostik (menentukan penyebab perdarahan)
Terapeutik
1. Jika varises esofagus: skleroterapi dengan etoksisklerol atau lisgasi
skeloterapi dilakukan berkala dgn selang 1-2 minggu sampai terdapat
tanda-tanda sklerotik/obliterasi
2. Jika varises fundus: skleroteraoi dengan histoakril atau kombinasi ligasi +
skleroterapi etoksisklerol
3. Jika kelainan non varises :
4. Ulkus: injeksi adrenalin 1:10.000 peri lesi (hati-hati pada pasien usia
tua/pasien PJK)atau injeksi etoksisklerol 1-1,5% perilesi.
5. Non ulkus (erosi) bilas lambung dengan air es atau disemprot air +
adrenalin 1/20.000.
- Prosedur bedah: dilakukan sebagai tindakan emergensi atau efektif. Bedah mergensi
diindikasikan bila pasien masuk dalam keadaan gawat I-II
Yang dimaksud dalam keadaan gawat, yaitu :
Gawat I, jika dalam 8 jam pertama diperlukan transfusi darah lebih dari 2 lt utk
mempertahankan sirulasi yang adekuat
Gawat II, jika dalam 24 jam pertama diperlukan transfusi darah lebih dari 2 lt
untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat
Gawat III, Jika perdarahan berlum berhenti dalam waktu 3x24 jam sejak pasien
dirawat.
Bedah efektif (shunt) dilakukan khusus untuk Child A dilakukan 6 minggu setelah
perdarahan berhenti.
- Pemasangan TIPS: dilakukan oleh ahli radiology
Penyulit :
Syok hipovolemik, aspirasi peneumonia, gagal ginjal akut. Sindrom hepatorenal, koma
hepatikum, anemia karena perdarahan.
Perawatan Rumah Sakit :
Diruang rawat gawat darurat sampai stabil atau diruang perawatan intensif penyakit dalam.
Setelah itu dirawata diruang penyakit dalam biasa.
Prosedur / Tindakan yang Mungkin Diperlukan :
Endoskopi SCBA diagnostik dan terapeutik
Sarana Baku :
- EKG
- Foto dada
- Gastroduodenoskop
- Set perlengkapan endoskopi

22

Hematemesis Melena
Algoritme

Hematemesis dan

Dengan gangguan
Hemodinamik

Tanpa gangguan
Hemodinamik

Atasi hipovolimia

NaCl, RL, Plasma Expander

Transfusi darah biasa (PRC)

Selang Nasogastrik

Bilas dgn air es tiap 6 jam


sampai jernih

Anamnesis dan pemeriksaan fisis

Perdarahan terus

Infus/tranfusi sesuai kebutuhan


Selang nasogastrik
Bilas air es
Obat hemostatik
Monitor Hb/Ht, tekanan darah

Anamnesis, pemeriksaan fisis

Perdarahan berhenti

esofagogastroduodenoskopi

Dengan varises

Skleroterapi darurat

Selang S B
Obat penurun tekanan portal
Obat penurun tekanan varises
esofagus

Terapi konservatif diteruskan

Perdarahan terus

Tanpa varises

Gastritis erosif
Ulkus peptikum
Robekan mallory Weiss
Tumor

Terapi konservatif (antasid,


sukralfat, penghambat H2,
PPI, hemostatik)

Perdarahan berhenti

Gawat I/II
operasi

Terapi konservatif

23

HEMATOKEZIA
Definisi :
Hematokezia yaitu buang air besar darah segar berwarna merah yang berasal dari saluran
cerna bagian bawah
Kriteria Diagnosis :
- Buang air besar berwarna merah muda segar sampai merah tua (berasal dari saluran
cerna bagian bawah mulai dari yeyunum distal ligamentum Treitz sampai anus) dapat
akut atau kronik. Pada perdarahan kronik peranal feses berwarna biasa, hanya dapat
dites dengan pemeriksaan benzidin atau kolon albumin (perdarahan tersembunyi)
- Demam bila penyebabnya infeksi usus
- Keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat, bila ada penyebab sistemik misal
demam tifoid kesadaran dapat terganggu
- Nyeri perut diatas umbilicus seperti kejang/kolik atau perut kanan bawah yang hilang
timbul, dapat akut atau kronik, dapat ditemukan massa.
- Dapat disertai diare sampai dehidrasi
- Dapat terjadi syok hipovolemik
- Bising usus menurun atau menghilang
- Berat badan dapat menurun
- Ada riwayat kontak dengan pasien lain, memakan makanan yang tidak biasanya,
mendapat terapi antibiotik, penyakit kardiovaskular. Dapat disertai gejala ekstra
intestinal seperti kelainan kulit (eritema nodosum, pioderma gangrenosa), sendi
(arthritis) dan radang mata
- Fistula ani (rectal toucher, pada penyakit Crohn)
Diagnosis Banding :
- Melena (perdarahan SCBA)
- Penyebab hematokezia dapat didiagnosis banding :
Hermoid
Infeksi usus
Kolitis amuba
Demam tifoid
TBC usus
Liman infektif lain
Penyakit usus inflamotorik (IBD)
Kolitis ulseratif
Penyakit Chron
Divertikulosis kolon dan atau usus halus
Angiodisplasia
Tumor kolon dan/atau usus halus
Kolitis iskemik
Kolitis radiasi
Pemeriksaan Penunjang :
- Laboratorium
Darah perifer lengkap tiap 6 jam, analisis gas darah elektrolit darah
Pemeriksaan hemostasis lengkap
24

Pemeriksaan etiologi: Kultur-Widal-Gall, serologi ameba, serolbogi IDT


ameba, kultur Salmonella-Shigella feses urin, pemeriksaan mikroskopik parasit
difeses
Kolonoskopi, ileoskopi dan bila perlu jejunoskopi untuk menentukan sumber
perdarahan. Dapat dilakukan biopsy untuk memastikan penyakitnya. Pada demam
tifoid pemeriksaan kolonoskopi sebaiknya dilakukan setelah demam menghilang dan
keadaan umum baik.
BNO 3 posisi untuk melihat adanya perforasi usus
Kolon in loop kontras ganda atau enteroclysis dilakukan bila tidak memiliki fasilitas
endoskopi atau pemeriksaan kolonoskopi mengalami hambatan/kesulitan factor teknis
atau untuk melihat adanya divertikel sbg sumber perdarahan
Ultrasonografi abdomen: menunjukkan adanya tumor kolon atau usus halus dan
metastasisnya
CT scan abdomen (dilakukan bila dengan pemeriksaan ultrasonografi diagnosis belum
jelas atau perlu untuk membantu tindakan beda) menunjukkan adanya tumor kolon
atau usus halus dan metastasisnya.
Foto dada: melihat metastasis tumor ganas usus
EKG: bila ada sumbatan koroner, memperkuat diagnosis colitis iskemik walaupun
dapat ditemukan pada semua penyakit usus.

Terapi :
Non Farmakologis
- Penyuluhan dan penerangan mengenai penyakit/pengobatan pada pasien dan
keluarganya
- Tirah baring
- Puasa (mengistirahatkan usus), pasien mendapat nutrisi parenteral total sampai
perdarahan berhenti. Sesudah itu baru mendapat diet bubur saring => diet bubur kasar
=> diet nasi tim => diet nasi biasa.
Farmakologis
- Transfusi darah PRC/WB sampai HB>10 gr%
- Infus cairan untuk mengatasi syok dan pengawasan cairan kelainan elektrolit (lebih
diutamakan sebelum anamnesis dan pemeriksaan fisis)
- Pengobatan infeksi:
Demam tifoid: kloramfenikol (dosis bertahap 4x500 mg sampai 2 hari bebas
panas alau 4 x 250 mg sampai 5 hari bebas panas atau pefloksasin 1 x 400 mg
7 hari atau kuinolon lain)
Ameba : metronidazol atau seknidazol atau tinidazol (4x500 mg)
TBC usus: OAT
Kompliokbater: eritromisin 2x500 mg/hari
Kolitis infektif lain tergantung jenis kuman
Kolitis inflamotorik (IBD)
Sulfasalazin 2-4 gr/hari atau
5-ASA 1-2 g/hari, kortikosteroid 20-40 mg/hari
Kolitis sistemik: vasodilator
- Bila ada kelainan hemostasis, diobati sesuai kelainannnya:
KID: Heparin sesuai protocol diawali 5000 U
Fibrinolisis primer: asam traneksamat
Defisiensi factor pembekuan darah: FFP atau factor tertentu atau vitamin K
Tindakan khusus: pada polip kolon dilakukan polipektomi endoskopi
25

Prosedur bedah: dilakukan bila pasien masuk dalam keadaan gawat darurat
seperti SOP hematemesis melena. Yang dimaksud gawat :
Gawat I : jika dalam 8 jam pertama diperlukan transfusi darah
lebih dari 2 liter untuk mempertahankan sirkulasi yang
adekuat
Gawat II : jika dalam 24 jam pertama diperlukan transfusi darah
lebih dari 2 liter untuk mempertahankan sirkulasi yang
adekuat
Gawat III : jika perdarahan belum juga berhenti dalam waktu 3x24
jam sejak pasien dirawat.

Penyulit :
Syok hipovolemik, gagal ginjal akut, anemia perdarahan
Perawatan Rumah Sakit :
Diruang gawat darurat sampai stabil atau diruang intensif penyakit dalam
Prosedur / Tindakan yang Mungkin Diperlukan :
- Kolonoskopi, endoskopi SCBA
- SG abdomen
- EKG
- CT scan abdomen
Sarana Baku :
- Alat EKG
- Fluroskopi
- Alat kolonoskopi, alat endoskopi SCBA
- Foto dada

26

IKTERUS OBSTRUKTIF
Definisi :
Ikterus obstruktif yaitu iksterus yang disebabkan peningkatan bilirubin direk / indirek dalam
darah dan tubuh pasien disebabkan adanya obstruksi intra atau ekstra hepatic.
Kriteria Diagnosis :
- Mata ikterus dengan atau tanpa ikterus di kulit
- Demam ada atau tidak ada
- Nyeri perut kanan atas atau sekitar umbilicus dengan atau tanpa penjalaran
- Gatal-gatal pada kulit
- Urin seperti tea tua
- Feses seperti dempul bila obstruksi total
- Anoreksia, berat badan menurun, gejala dispepsi
- Laboratorium bilirubinuria, hiper bilirubinuria, transaminase meningkat, alkali
fosfatase dan gama GT meningkat
Diagnosis Banding :
Etiologi: tumor papilla vateri, batu duktus, koledukus, tumor kaput pancreas, tumor klatskin,
Ascaris pada duktus koledukus, kolangiokarsinoma, hepatoma.
Pemeriksaan Penunjang :
- Non Invasif :
USG Abdomen
CT Scan abdomen
- Invasif
Endoscopic retrograde cholangio-pancreatography
Percutaneus transhepatic cholangiography
Terapi :
- Awal : Dekompresi traktus biller dengan cara pemasangan kanul nasobiller atau
pemasangan stent
- Lanjut :
Perendoskopi dengan melakukan ekstraksi batu saluran empedu
Operasi sesuai dengan indikasi
Penyulit :
Kasus datang dalam keadaan lanjut khususnya bila etiologi adalah karsinoma
Perawatan Rumah Sakit :
- Dirawat diruang rawat inap biasa untuk persiapan proses diagnostik dan terapi. Proses
diagnostik dan terapi awal khususnya untuk dekompresi traktus biller dilakukan
diruang prosedur penyakit dalam dengan fasilitas foto rontgen
- Bila perlu dapat dilakukan diruang operasi dengna fasilitas foto rontgen, bila perlu
anastesi
- Dapat dilanjutkan tndakan operatif sesuai dengan indikasi diruang operasi, lalu pindah
ke ICU lalu keruang rawat inap biasa lagi.
Prosedur / Tindakan yang Mungkin Diperlukan :
- USG

CT Scan abdomen
ERCP dengan drainase biller
Operasi billo digestif

Sarana Baku :
- EKG
- Alat foto rontgen
- Alat USG
- Alat CT Scan
- Duedonoskop pandang samping untuk ERCP, dsb
Ikterus Obstruktif
Algoritme
Ikterus Obstruktif

Anamnesis
Pemeriksaan fisis
Laboratorium, USG, Ct Scan
ERCP diagnostik, PTC diagnostik
Ikterus Obstruktif

Obstruktif ekstrahepatik

ERCP terapeutik
Drainase bilier
NBD atau stent

Gagal

operasi

PTBD

Obstruktif intrahepatik

Konservatif
Operasi
PTBD

ILEUS PARALITIK
Definisi :
Ileus paralitik adalah keadaan abdomen akut berupa kembung/distensi usus karena usus tidak
dapat bergerak (mengalami gangguan motilitas), pasien tak dapat buang air besar.
Kriteria Diagnosis :
- Perut kembung (distensi), meteoristik, bising usus menurun atau menghilang
- Muntah, bisa disertai diare
- Dapat disertai panas
- Keadaan umum pasien sakit ringan sampai berat, dapat disertai gangguan kesadaran
- Dapat terjadi syok
- Penyakit penyerta/hal yang meningkatkan resiko: batu empedu, trauma, tindakan
bedah diabdomen, DM, hipokalemia, obat spasmolitik, pankreatitis akut, pneumonia
dan semua jenis infeksi tubuh.
- Pada colok dubur: rectum tidak kolaps, tak ada kontraksi
Diagnosis Banding :
Ileus Obstruktif
Pemeriksaan Penunjang :
- Laboratorium
Darah perifer lengkap
Amilase serum urin-lipase serum urin
Gula darah (NIDDM), Kalium Serum => elektrolit dan analisis gas darah
- Foto abdomen 3 posisi: bila ada tanda ileus paralitik terlihat gambaran herring bone
dan distensi usus, tidak terdapat air fluid level (ileus obstruktif)
- Ultrasonografi pancreas/abdomen atas: menunjukkan infeksi/radang pancreas,
kandung empedu, ginjal, adanya abses hati CT Scan pancreas abdomen atas
(dilakukan bila pada pemeriksaan ultrasonografi-diagnosis belum jelas atau perlu
untuk membantu tindakan bedah), menunjukkan adanya pembesaran pancreas, kista
atau abses pancreas.
- Foto dada: menunjukkan adanya pneumonia/bronkopneumonia
- EKG: melihat adanya hipokalemia
Terapi :
Non Farmakologis
- Penyuluhan dan penerangan
- Tirah Baring
- Puasa, pasien mendapat nutrisi parenteral total sampai tulang usus positif atau mulai
buang angin didubur
- Pasang selang lambung (NGT) untuk dekompresi udara disaluran cerna bagian atas
dan selang rectal mengeluarkan udara dari saluran cerna bagian bawah.
- Kateterisasi saluran kencing untuk mengukur jumlah urin per 24 jam
Farmakologis
- Infus cairan untuk mengatasi syok dan pengawasan cairan-kelainan elektrolit. Ratarata diperlukan cairan 2,5-3 lt tiap hari, disertai elektrolit.
- Natrium/kalium sesuai kebutuhan per 24 jam

Nutrisi parenteral yang adekuat, diusahakan sesuai kebutuhan kalori basasl (25-30
kalori per kgBB per hari atau dapat 1000-1500 kalori/hari) ditambah kebutuhan
tambahan lain
Dapat diberikan prostigmin 3x1 amp IV utk memacu motilitas usus.
Terapi etiologi seperti :
Antibiotika: untuk menanggulangi infeksi sesuai penyebab
Pada pankreatits akut, bila pasien mampu dapat diberikan somatotastin IV 1
amp perjam perdrip dalam dekstrosa 5% atau octreotide SK 3x1 amp @ 0,1
mg/hari. Pemberian diberikan 3-5 hari.
Bila sudah ada bisisng usus / mulai kentut mulai diberikan DLI bubur saring
=> DL II bubur kasar => DL III nasi tim => DL IV nasi biasa.

Penyulit :
Syok hipovolemik, septikemia sampai syok sepsis, malnutrisi
Perawatan Rumah Sakit :
Diruang rawat gawat darurat sampai stabil atau diruang perawatan intensif penyakit dalam
Prosedur / Tindakan yang Mungkin diperlukan :
- EKG
- Foto dada dan BNO 3 posisi
- USG Abdomen, CT Scan abdomen
Sarana Baku :
- EKG
- Alat foto rontgen
- Alat Laboratorium
- Alat USG & CT Scan abdomen

Ileus Paralitik
Algoritme
Ileus Paralitik

Anamnesis
Pemeriksaan fisis
Laboratorium
Foto abdomen 3 posisi

Suportif
Puasa/nutrisi parenteral total
Cairan 2,5-3 liter
Kalori 1000-1500 kalori/hari
Natrium/kalium sesuai kebutuhan 24 jam
Lemak dan protein sesuai berat badan

Terapi etiologi
Infeksi : antibiotika
Pankreatitis : sesuai penatalaksanaan kelainan pankreas
Efek obat antispasmodik/kolinergik : hentikan

KOLESISTIS AKUT
Definisi :
Kolesistitis akut yaitu peradangan kandung empedu yang akut
Kriteria Diagnosis :
- Nyeri perut kanan atas
- Tanda Murphy
- Demam
Diagnosis Banding :
Pankreatitis akut, trombosis a. mesenterika, ileus paralitik, dilatasi lambung akut, perforasi
usus.
Pemeriksaan Penunjang :
- Laboratorium
Hb, Ht, Leukosit, trombosit
Fungsi Hati, SGOT, SGPT
- Ultrasonografi
- Hemostasis
Terapi :
- Istirahat baring
- Pasang NGT
- Infus mengganti cairan yang hilang dan keseimbangan elektrolit nutrisi
- Injeksi petidin untuk menghilangkan rasa sakit
- Antibiotika adekuat / spectrum luas misal sefalosporin atau ampisilin, garamisin atau
penisilin
- Observasi tiap jam keadaan umum, luas daerah nyeri tekan abdomen. Jika makin
meluas pertimbangkan tindakan operasi
- Tindakan operatif :
Segera setelah perawatan 3 hari
Efektif: setelah perawatan 6 minggu
Penyulit :
Perforasi, sepsis
Perawatan Rumah Sakit :
Akut di Gawat Darurat lalu di HCU/ICU
Prosedur / Tindakan yang Mungkin Di Perlukan :
- USG Abdomen
- CT Scan Abdomen
Sarana Baku :
- Alat USG
- CT Scan Abdomen

Kolesistitis Akut
Algoritme
Kolesistitis Akut

Anamnesis
Pemeriksaan fisis
Laboratorium
USG

Medikamentosa
Enalgetik / petidin
Atropin sulfas, antikolinergik lain
antibiotika

Puasa (nutrisi parenteral total)


Selang nasogastrik
Infus cairan + elektrolit

Gagal

operasi

Darurat sampai dengan 3 hari perawatan


Elektif 6 minggu perawatan

PANKREATITIS AKUT
Definisi :
Pankreatitis akut yaitu reaksi peradangan pankreatitis yang akut
Diagnosis Klinis :
- Keadaan umum pasien seperti sakit dyspepsia sedang sampai berat, gelisah kadang
disertai gangguan kesadaran.
- Demam
- Ikterus, gangguan hemodinamik, syok dan takikardia bising usus menurun atau
menghilang
- Penyakit penyerta yang meningkat resiko: batu empedu, trauma, tindakan bedah
diabdomen, DM, alkoholisme, hiperparatiroidisme, ulkus peptikum
Diagnosis Banding :
Perforasi ulkus peptikum, kolangitis akut, apendistis akut, nefrolitiasis kanan akut, infark
miokard akut inferior.
Pemeriksaan Penunjang :
- Laboratorium
Klasifikasi berat/prognosis pankreatitis: Kriteria Ranson
Darah perifer lengkap, amilase serum urin, lipase serum urin, gula darah,
kalsium serum (menurun), LDH Serum (meningkat utk prognosis), fungsi
ginjal (BUN, kreatinin, utk prognosis), SGOT/SGPT (meningkat untuk
prognosis), analisis gas darah dan elektrolit darah.
Pemeriksaan etiologi: IgM sitomegalovirus, kultur Widal-Gall, Serologis,
Laptospira, dll
- Foto Abdomen 3 posisi: utk melihat ileus paralitik/obstruksi atau perforasi
- Ultrasonografi pancreas/abdomen atas: untuk menunjang diagnosis pankreatitis atau
kelainan pancreas lainnya
- CT scan pancreas / abdomen atas: menunjang diagnosis pankreatitis dengan
komplikasi atau kelainan pancreas lainnya
- Foto dada: melihat kelainan paru
Terapi :
Fase Akut
- Non Farmakologis
Penyuluhan dan penerangan
Tirah baring
Puasa, pasang infus utk nutrisi parenteral total sampai amilase dan lipase
serum normal/mendekati normal dan pada selang nagogastrik tidak keluar
cairan empedu
- Farmakologis
Analgetik dan sedatif untuk menanggulangi rasa nyeri
Infus cairan untuk mengatasi syok dan pengawasan cairan-kelainan elektrolit,
rata-rata diperlukan cairan 3-6 liter tiap hari, disertai elektrolit terutama kalium
dan kalsium serta gula darah.
Pasang selang lambung untuk mengeluarkan cairan lambung-duodenum,
menghambat sekresi pancreas.

Obat antikolinergik seperti SA 0,5 mg, atau propantheline bromide 30 mg parenteral tiap 8-12
jam. Pemberian cukup 2-3 hari saja.
- Antibiotik bila ada infeksi
Penisilin G 600.000 unit 2 kali sehari, streptomycin 0,5 gr, ampisilin atau sefalosporin
atau dapat diberikan tetrasiklin 4 kali 250 mg/hari
- Bila pasien mampu dapat diberikan obat :
Penghambat sekresi enzim-enzim pancreas seperti somatostatin 250 mikro gr/jam per
drip intravena atau octriotide subkutan 3x1 amp a 0,1 mg/hari. Pemberian diberikan 35 hari.
- Prosedur bedah: pada infeksi berat berupa cairan drainase cairan
Sesudah serangan akut
- Ditujukan untuk mencegah serangan berulang, dengan menanggulangi penyakit
dasarnya
- Pasien diberi diet rendah lemak, dengan porsi makan sedikit tapi sering, untuk
mengurangi sekresi pancreas
- Antikolinergik, analgetik dan sedatif untuk mengurangi rasa sakit bila timbul
- Menghindarkan alcohol, makan banyak dan kegemukan
Penyulit :
- Lokal
Pseudokista pancreas, abses pancreas, peradangan hemoragik, nekrosis organ-organ
sekitar, pembentukan fistel, ulkus duodenum, ikterus obstruksi, asites
- Jarak Jauh :
Sepsis
Kelainan paru
Kardiovaskular
Tromboflebitis, DIC, syok
Susunan Saraf Pusat
Steatonekrosis (bercak lemak pada omentum dan peritoneum, nekrosis lemak
pada jaringan, subkutan, mediastinum, pleura, nekrosis tulang)
Perubahan gastrointestinal nekrosis dinding duodenum
Kolon
Perdarahan pancreas melalui duktus pankreatikus
Trombosis v. Porta dengan perdarahan varises, perdarahan nekrosis arteri
didalam dan sekitar pancreas.
Ginjal, metabolic
Perawatan Rumah Sakit :
- Diruang Gawat Darurat sampai stabil atau diruang perawatan intensif penyakit dalam
- Pada keadan berat dapat dirawat di ICU/HCU dan lalu setelah itu pindah keruang
perawatan biasa
- Pada keadaan ringan sedang dapat dirawat diruang perawatan penyakit dalam biasa
Prosedur / Tindakan yang Mungkin Diperlukan :
- ERCP diagnostik dan bila perlu terapeutik
- Bedah (laparotomi utk drainase dan lavase abdomen)
Sarana Baku :
- EKG
- Foto Dada

USG
CT Scan Abdomen
Duodenoskop pandang samping utk ERCP dan asesorinya
Fluoroskop utk ERCP

Catatan :
- Utk prognosis, ditambah dgn pemeriksaan laboratorium LDH serum, SGOT/SGPT,
Ht, Bun, PO, arteri, defisit basa, albumin serum
- Nutrisi parenteral secara bertahap diganti parsial kombinasi enteral diet hati I lalu
hanya oral DH II, DH III, DH IV

Pankreatitis Akut
Algoritme

Pankreatitis Akut

Puasa

Nutrisi parenteral
total

Selang nasogastrik

Atasi syok

Cairan 3 6 liter/hari
ERCP diagnostik
dan terapeutik

Tidak teratasi

Operatif
(drainase cairan)

Medikamentosa

Analgetik/sedatif

Sulfas atropin 30 mg/probanthin


30 mg (8-12 jam)

Antibiotik (ampisilin, garamsin,


sefalosporin)

Okreotid 3 x 0,05-0,1 mg atau


somatostatin 250 mcg/jam drip

PANKREATITIS KRONIK
Definisi :
Pankreatitis kronik yaitu reaksi peradangan pankreatitis yang kronik
Secara patogenesis dibagi dalam :
- Bentuk klasifikasi
- Bentuk stenosis
- Bentuk idiopatik
Kriteria Diagnosis :
- Nyeri ulu hati menjalar ke punggung kiri, kontinyu ringan dan menekan atua berat dan
tajam
- Penurunan berat bada
- Diare steatorea kronik
- Diabetes
Diagnosis Banding :
Kanker pancreas
Pemeriksaan Penunjang :
- Laboratorium
Hemoglobin
Masa perdarahan, masa pembekuan
Gula darah nuchter dan 2 jam PP, HbA1C
Amilase serum urin dan lipase serum urin
CRP
- Ultrasonografi dan CT Scan abdomen atas (tiap tahun)
- ERCP
Terapi :
Pengobatan Penyakit Dasar
- Hindari alcohol, obati hiperkalsemia dan hiperlipidemia
- Jika ada batu kandung empedu dilakukan kolesistektomi dgn membersihkan duktus
koledukus. Obati bila ada obstruksi duktus pankreatitis dengan ERCP terapeutik atau
operasi
- Konservatif
Berat
a. Rawat rumah sakit, istirahatkan pancreas, puasa, infus nutrisi
parenteral total
b. Setelah keadaan membaik mulai nutrisi oral, suplemen enzim,
antagonis Reseptor H2
Ringan
a. Berobat jalan, suplemen enzim, antagonis reseptor H2 analgetik
nonmorfin ringan untuk nyeri
b. Bedah: menghilangkan obstruksi duktus pankreatikus dan
mengurangi tekanan yang meningkat: kolesistektomi, drainase
dan reseksi pancreas.
c. ERCP terapeutik: pada batu dilakukan litotripsi, stingterotomi,
drainase.

Penyulit :
Malnutrisi, abses pancreas, kanker pancreas, perdarahan

Perawatan Rumah Sakit :


Bervariasi tergantung berat ringan penyakit. Pada keadaan berat dapat dirawat di ICU/HCU
dan lalu setelah itu pindah keruang perawatan biasa. Pada keadaan sedang dapat dirawat
ruang perawatan penyakit dalam biasa. Keadaan ringan biasanya tidak perlu perawatan cukup
berobat jalan.
Prosedur / Tindakan Yang Mungkin Diperlukan :
- ERCP diagnostik dan bila perlu Terapeutik
- Bedah (laparatomi untuk drainase dan lavase abdomen)
Sarana Baku :
- EKG
- Foto dada
- USG
- CT Scan abdomen
- Duodenoskop pandang samping untuk ERCP & asesorinya
- Fluoroskop utk ERCP

Pankreatitis Kronik
Algoritme
Pankreatitis Kronik

Puasa
ERCP diagnostik dan terapeutik
Medikamentosa
Nutrisi parenteral total/persial
Analgetik/sedatif
Selang nasogastrik
Sulfas atropin 30 mg/probathin
30 mg (8-12 jam)
Antibiotika (ampisilin, garamisin,
sefalosporin)
Okreotid 3 x 0.05-0.1 mg SK atau
somatostatin 250 mcg/jam drip
Enzim
Antikolinergik - antimuskarinik

Tidak teratasi
operatif

TROMBOSIS ARTERI MESENTERIKA


Definisi :
Trombosis arteri mesenterika yaitu penyumbatan arteri mesenterika superior/interior
Kriteria Diagnosis :
- Usia pasien lanjut, memiliki penyakit yang memudahkan emboli, memiliki penyakit
vascular aterosklerotik, riwayat penyakit stroke, insufisiensi vascular perifer , keadaan
hiperkoagulasi, aorta disekans dan trauma
- Nyeri abdomen akut, usus hipoaktif
- Tanda aterosklerosis, hilangnya pulsasi perifer
- Stenosis / trombosis a. mesenterika pada arteografi
Diagnosis Banding :
Pankreatitis akut, gastritis akut, kolesistitis akut, dilatasi lambung akut
Pemeriksaan Penunjang :
- Darah perifer lengkap dan hemostasis lengkap, masa pembekuan, masa perdarahan
dan masa protrombin, agregasi trombosit
- Pemeriksaan arteriografi a mesenterika untuk diagnosis pasti
Terapi :
- Puasa
- Pasang NGT
- Nutrisi parenteral total dengan memperhatikan jumlah cairan (2,5-3 lt/24 jam), kalori
dan elektrolit
- Antibiotika spectrum luas, golongan sefalosporin
- Evaluasi keadaan kardiopulmoner untuk persiapan tindakan operasi emergensi
- Tindakan operatif dilakukan setelah keadaan pasien optimal
Penyulit :
Nekrosis usus, dehidrasi, sepsis
Perawatan Rumah Sakit :
Akut di Gawat darurat lalu di HCU/ICU
Prosedur / Tindakan Yang Mungkin Diperlukan :
- Arteriografi a mesenterika superior/interior
- USG abdomen
- Kolonoskopi
Saranan Baku :
- Alat arteriografi
- Kolonoskop
- Alat USG Abdomen

Trombosis Arteri Mesenterika


Algoritme
Spasma

Trombosis

Anamnesis
(nyeri setelah makan)

Suportif
(kolitis iskemik akut)

Anamnesis
(spasme + pendarahan SCBB)
Pemeriksaan fisis (sakit berat)
Arteriografi

Analgetik, vasodilatansia

Gagal

Operatif

(kegagalan terapi suportif, kolitis iskemik kronik, kolitis gangrenosa)

IKTERUS
BATASAN :
Ikterus adalah penumpukan bilirubin dalam darhm sehingga menyebabkan pigmentasi kuning
dalam plasma,yang akan menimbulkan pewarnaan pada jaringan, pada umumnya terjadi bila
kadar bilirubin serum lebih dari 2-2.5 mg/dl (N:0.3-1.0 mg/dl)
TUJUAN :
Protab dimaksudkan sebagai DIASNOSTIK WORK-UP penderita dengan uikterus dalam
upaya menentukan jenis penyebab ikterus.
PROSEDUR :
Beberapa cara pemeriksaan penderita dengan ikterus:
Pemeriksaan Laboratorium untuk Tes Faal Hati :

Aminotransferase,Alkaliposfatase, 5-Nucleotidase,Gamma
Glutamyl Transpeptidase

Bilirubin, Asam empedu dan Amoniak

Albumin, Faal Hemostatis,Kolesterol dan derivatnya


Pemeriksaan yang dapat menentukan Kausa Penyakit Hati:

Alfa Foetoprtein,Virus Marker dsb


Pemeriksaan Imaging:
Ultrasonografi, CT Scanning, MRI, Scanning Hati-Limpa, PTC dan ERCP
Tes Faal Hati yang rutin di periksa:
Bilirubin dan Urobilin Urine
Bilirubin direk dan Indirek
Aminotransferase (SGOT) dan SGPT)
Alkalilosfatase
Gamma Glutamiyl Transpeptidase (GGT)
Albumin,Globulin dan Globulin Gamma (Elektroforesis Protein)
Pemeriksaan Penunjang Penderita Ikterus
Ikterus Obstruktif:
Akaliposfatase-GGT
Kolesterol-Albumin-Globulin-Globulin Gamma
SGOT-SGPT
Ikterus Parenkimatous:
SGOT dan SGPT
Kolesterol-Albumin-Globulin-Globulin Gamma
PPT
Alkaliposfatase-GGT
Alfafoetoprotein dan Marker Virus

Ikterus Hemolitik:
Anemia dan retikulositosis (Darah Lengkap)
Perhatikan Kemungkinan Crigle Naizar Sindrome
Perhatikan tanda Dekompensasi atau Portosistemik Shunt
Sebagai indikator ikterus yaitu pemeriksaan Bilibirium dan Urobilin dalam urine serta
Bilirubin Direk dan Indirek. Dengan parameter tersebut ikterus dapat dibai menjadi Ikterus
Hemolitik, Obstruktif dan Parenkimatus. Adapun pemeriksaan yang penting untuk penderita
ikterus adalah sebagai berikut (Lihat Gambar 1):
IKTERUS

UROBILIN
BILIRUBIN
HEYMANS VAN DEN BERG

UROBILIN NEGATIF
BILIRUBIN POSITIF KUAT
BILI DIREK 16 mg%
BILI TOTAL 20 mg%

OBSTRUKTIF
(INTRA HEPATAL
EKSTRA HEPATAL)

UROBILIN POSITIF
BILIRUBIN POSITIF
BILI DIREK 5 mg%
BILI TOTAL 9 mg%

PARENKIMATUS
(HEPATITIS CIRRHOSIS
HEPATITIS HEPATOMA)

UROBILIN POS KUAT


BILIRUBIN NEGATIF
BILI DIREK 1 mg%
BILI TOTAL 5 mg%

HEMOLITIK
(IKTERUS HEMOLITIK
& ANEMIA HEMOLITIK)

Ikterus obstruksi apabila urobilin negatif,Bilirubin positip kuat serta bilirubin direk.Ikterus
parenkimatus apabila urobilin positip,bilirubin positip dan bilirubinemia baik direk maupun
indirek meningkat setara. Ikterus Hemolitik apabila urobilin positip kuat, bilirubin negatip
serta bilirubinemia indirek.Penyebab dari ikterus obstruktif bisa intrahepatal dan
ekstrahepatal:Ikterus parenkimatus penyakit hati dan ikterus hemolitik umumnya penyakit
darah hemolitik.
Apabila kita menduga bahwa penderita tsb mengidap Ikterus Obstruktif (Urobilin
negatip,bilirubin positip kuat, bilirubinemia direk) maka pemeriksaan selanjutnya adalah ALP,
GGT, 5 Nucleotidase yang diharapkan meningkat.Serum Aminotransferase umumnya normal.
Bila faal hati masih baik, kolesterol bisa meningkat, albumin normal sedangkan apabila faal
hati masih baik, kolesterol bisa meningkat, albumin normal sedangkan apabila faal hati sudah
terganggu
kemungkinan kolesterol dan albumin rendah.Untuk menentukan apakah
obstruksinya Intra atau Ekstrahepatal banyak cara yang bisa dilakukan tetapi yang terpenting
adalah pemeriksaan Ultrasonografi. Apabila pada USG terdapat pelebaran dari saluran
empedu ekstrahepatal,maka penyebab obstruksi adalah ekstrahepatal.Bila dugaan kuat
obstruksi kearah intrahepatal maka penyebab tersering adalah hepatitis tipe kolestatis akibat
Hepatitis A. Namun demikian kita harus tetap waspada kemungkinan penyebab lain dari
Intrahepatal seperti tumor dan sebagainya. Bila dugaan kuat kearah obstruksi ekstrahepatal,
maka pemeriksaan lanjutan yg dianjurkan adalah PTC, ERCP, CT-scan, MRI hingga ketemu
penyebabnya yang umumnya adalah Tumor atau Batu Empedu.

Gambar 2.
IKTERUS OBSTRTUKTIF

ALP MENINGKAT / GGT MENINGKAT


5 NUCLEOTIDASE MENINGKAT
KOLESTEROL MENINGKAT / MENURUN
SGOT / SGPT NORMAL / MENINGKAT
ALBUMIN NORMAL / MENURUN
USG (PELEBARAN SALURAN EMPEDU)

EKSTRAHEPATAL
PTC
ERCP
CT-SCAN
MIRI

INTRAHEPATAL
(HEPATITIS A)

TUMOR
BATU

Apabila kita menduga bahwa penderita tersebut mengidap Ikterus Hemolitik (Urobilin positip
kuat, bilirubin negatip, bilirubinemia indirek) maka pemeriksaan selanjutnya adalah
menentukan apakah ada tanda anemia hemolitik dengan pemeriksaan darah lengkap serta
retikulosit (paling mudah adalah dengan pemeriksaan Flowcytometri-TH3) serta pemeriksaan
tes-tes penyebab hemolitik.Apabila ternyata penderita tersebut bukan anemia hemolitikmaka
perlu dipikirkan sebab lain dari Ikterus hemolitik yaitu gangguan uptake atau kanjugasi dari
bilirubin. Apabila setelah diperiksa adalah bukan anemia hemolitik maka pikirkanlah
penyebab lain dari Ikterus hemolitik yaitu gangguan konjugasi seperti SINDROMA Crigler
Naijar dan gangguan uptake seperti gagal jantung dan Portosystemic shunt.
Gambar 3
IKTERUS HEMOLITIK

DARAH LENGKAP
RETIKULOSIT
HAPUSAN DARAH

HEMOLISA

GANGGUAN KONJUGASI
(GLIBERT CRIGLER-NAIJAR)

GANGGUAN UP-TAKE
(GAGAL JANTUNG
PORTOSYSTEMIC SHUNT)

Beberapa tes faal hati lain, yang menggambarkan jenis penyakit hati, dapat dilihat pada tabel
1.
Test

Obstructive

AST and ALT (SGOT and


SGPT)

Parenchymal
-

Alkaline phosphatase
Albumin

Prothrombin time

Bilirubin

y Glutamyl transpeptidase
(GGT)

5 Nucleotidase

N-

Apabila kita menduga bahwa penderita tersebut mengidap Ikterus Parenkitamus (Urobilin
Positif, Bilirubin Positif, Bilirubinemia direk-indirek) maka pemeriksaan selanjutnya
ditujukan untuk mencari apakah penyebab dari penyakit hatinya.
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah SGPT-SGOT, Kolesterol, Albumin-Globulin, Gamma
Globulin, PPT dan Alkaliphosphatase. Apabila hasil yang didapat SGOT-SGPT sangat tinggi
sedang yang yang lain dalam batas normal maka penyebabnya adalah Hepatitis akut yang
kausanya dicari dengan memeriksa Marker Virus. Apabila hasil yang didapat kolesterol
rendah, albumin rendah dengan ratio albumin-globulin terbalik, globulin tinggi, globulin
gamma tinggi serta PPT memanjang, maka penyebabnya adalah penyakit hati yang kronis
termasuk Hepatitis Kronik Aktif, Cirrhosis Hepatitis atau Hepatoma. Apabila hasil yang
didapat hanya alkaliphospatase yang tinggi dan ditopang dengan peningkatan dari
alfafetoprotein yang tinggi, maka kemungkinan diagnosa adalah hepatoma.

Gambar 4.
IKTERUS PARENKIMATUS

SGOT / SGPT
KOLESTEROL
ALBUMIN / GAMMA GLOBULIN
PPT
ALKALI PHOSPHATASE

SGOT / SGPT
SANGAT TINGGI

KOLESTEROL RENDAH
RATIO ALB / GLOB TERBALIK
GAMMA GLOBULIN
MENINGKAT
PPT MEMANJANG

HEPATITIS AKUT

PENYAKIT HATI KRONIK


(HEPATITIS KRONIS /
CIRRHOSIS HEPATITIS )

CARI KAUSA
(MARKER VIRUS)

ALKALIPHOSPHATASE
MENINGKAT
ALFA FETOPROTEIN
MENINGKAT

HEPATOMA

ABSES HATI
Definisi :
Abses hati adalah rongga patologis berisi jaringan nekrotik yang timbul dalam jaringan hari
akibat infeksi amuba histologik
Kriteria Diagnosis :
- Demam
- Ikterus
- Hepatomegali yang nyeri tekan
- Leukositosis
- USG rongga dalam hati
- Aspirasi pus (+)
Diagnosis Banding :
- Hepatoma
- Kolesititis
- TBC Hati
- Aktinomikosis Hati
Pemeriksaan Penunjang :
- USG hati dan fungsi aspirasi
- Darah perifer
- Serologi Amuba
- Kultur Pus
Terapi :
- Tirah baring
- Diet tinggi kalori dan protein
- Metronidazol 4x500-750 mg/hari selama 5-10 hari bila abses ameba
- Antibiotika spectrum luas/atau sesuai hasil kultur kuman bila piogenik
- Kombinasi metronidazol dan antibiotika bila dikira abses campuran
- Aspirasi pus dengan atau tanpa pemberian obat intra abses
- Drainase secara operatif bila perlu
Penyulit :
Ruptur Abses

HEPATOMA
Definsi :
Hepatoma merupakan tumor ganas hati promer yang sering dijumpai dinegara kita dan
umumnya disertai sirosis hepatis yang disebabkan infeksi virus hepatitis B atau C
Kriteria Diagnosis :
- Sirosis hepatitis yang memburuk atau disertai nyeri abdomen kanan atas
- Hepatomegali yang keras disertai nyeri
- Berat badan yang cenderung turun
Diagnosis Banding :
Abses hati
Pemeriksaan Penunjang :
- Tes faal hati akan memperlihatkan gambaran seperti sirosis disertai kenaikan forfatase
alakali dan gamma GT
- Pertanda virus hepatitis B dan C
- Serum alfa-feto protein
- USG hati menunjukkan adanya lesi fokal atau difus
- CT scan abdomen untuk mengetahui ekstensi tumor
- Aspirasi jarum halus atau biopsy hati jarum besar
- Angiografi dengan lipiodol bila gambaran USG meragukan dan serum AFP tidak
mengikat
Terapi :
- Reseksi tumor
- Injeksi alcohol perkutan bila diameter tumor < 3 cm
- Transarterial embolization atau infusion bila diameter tumor > 3 cm
Penyulit :
Perdarahan varises esofago-gastrik atau gastropati, koma hepatic, ruptur tumor spontan, koma
hipoglikemia
Hepatoma

Hepatoma
Algoritme
Operabel

Inoperabel

Tumor trombus (-)


Reseksi

Tumor trombus (+)

Transplantasi hati

Kemo-embolisasi dengan lipiodol

Kemo dengan lipiodol

HEPATITIS VIRAL AKUT


Definisi :
Hepatitis viral akut ialah inflamasi akibat infeksi virus hepatitis yang berlangsung selama
kurang dari 6 bulan.
Kriteria Diagnostik :
- Mual, anoreksia, malaise, urin gelap
- Ikterus, hepatomegali yang kenyal dan nyeri tekan
- Peningkatan SGOT dan SGPT lebih dari 3 kali nilai normal
Diagnosis Banding :
- Hepatitis akibat obat
- Hepatitis alkoholik
- Penyakit saluran empedu
- Leptospirosis
Pemeriksaan Penunjang :
- SGOT, SGPT, bilirubin serum
- IgM anti HAV, HbsAg, IgM anti HBc, anti HCV, anti HEV
- Biopsi hati (bila faal hati tidak kembali normal setelah 6 bulan)
Terapi :
- Tirah baring
- Diet seimbang
- Terapi suportif sesuai kondisi pasien
Penyulit :
Hepatitis fulminan, kolestasis berkelanjutan, hepatitis kronik
Perawatan Rumah Sakit :
- Muntah terus menerus
- Keadaan umum makin melemah
- Uji faal hati memburuh

KOLESITIS AKUT
Pada hampir semua pasien dengan kolesitis akut didapatkan adanya sumbatan di duktus
sistikus oleh batu empedu. Inflamasi bacterial merupakan bagian integral dari kolesititis akut.
Kriteria Diagnosis :
- Nyeri yang sering timbul pada malam hari didaerah epigastrium atau abdomen kanan
atas dapat berlangsung sampai 30-60 menit
- Demam akibat invasi bakteri
- Tanda peritonitis lokal di abdomen kanan atas dengan tanda Murphy positif
- Lekositosis pada pemeriksaan darah tepi
- Ikterus biasanya menunjukkan adanya batu disaluran empedu
Diagnosis Banding :
Angina pectoris, infark meokard akut, apendistis akut retrosaekal, tukak peptic perforasi,
pankreatitis akut dan obstruksi intestinal
Pemriksaan penunjang :
- USG hati dan kandung empedu
- Kultur darah
Terapi :
- Tirah baring
- Cairan intravena (tergantung kebutuhan)
- Diet lunak
- Antibiotika parenteral (terutama untuk bakteri gram negatif)
- Kolesistektomi operatif atau laparoskopi darurat bila ada empiema
- Serial USG untuk mendeteksi penyakit empiema
Penyulit :
Gangren atau empiema kandung empedu, abses hati, pembentukan fistula, perforasi kandung
empedu dan peritonitis umum.

Kolesistitis Akut
Algoritme

Kolesistitis Akut

Rawat inap
Ruang Penyakit Dalam/
Bedah
Terapi
Tirah baring
Cairab intravena
Diet lunak
Mengurangi nyeri dengan petidin
antibiotika

Sembuh ( sebagian besar )

Fulminan ( jarang, dengan penyulit gangren / empiema

Kolesistektomi operatif / laparoskopi elektif

Kolesistektomi operatif / laparoskopi darurat

SIROSIS HATI
Definisi :
Sisrosis hepatis adalah stadium akhir penyakit hati menahun dimana secara anatomi
didapatkan proses fibrosis difus dengan pembentukan nodul regenerasi dan nekrosis
Berdasarkan morfologi ada 3 tipe sirosis hati yaitu: makronodular, mikronodular dan
campuran. Etiologi sirosis meliputi virus (B,C, delta), alcohol, gangguan metaboli, kolestasis,
imunologi, zat toksikdan obat serta kriptogenik
Kriteria Diagnosis :
- Stigmata penyakit hati kronik
- Hepato splenomegali
- Asites dan edema tungkai pada keadan dekompensasi
Diagnosis Banding :
Hepatitis kronik aktif
Pemeriksaan Penunjang :
- Tes faal hati menunjukkan rasio albumin / globulin terbaik pada sirosis lanjut
- Pertanda virus hepatitis B dan C
- USG abdomen atas memperlihatkan gambaran hati denga permukaan tidak rata, ujung
tumpul, parenkim inhomogen yang dapat disertai splenomegali dan asites
- Biopsi hati untuk melihat etiologi dan aktivitas sirosis
- Endoskopi saluran cerna untuk melihat varises esofago gastric bila ada hematemesis
atau dengan melena
- Fungsi abdomen untuk analisis cairan asiters bila ada dugaan Peritonitis Bakterial
Spontan
Terapi :
- Tergantung etiologi sementara interferon untuk sirosis yang disebabkan virus
- Diet hati
- Roboransia
- Mengatasi penyulit
- Sirosis hati kompensasi tidak memerlukan perawatan
- Sirosis hati dekompensasi atau yang disertai penyulit perlu rawat inap di ruang rawat
penyakit dalam
Penyulit :
Perdarahan varises esofago gastric dan gastropati hipertensi portal, koma hepatic, peritonitis
bakterialis spontan, asites masif

Sirosis Hati
Algoritme
Sirosis hati

Kompensasi

Dekompensasi (ikterus, asites )

Evaluasi berkala tes faal hati dan USG


Antivirus untuk sirosis dengan etiologi virus B atau C yang masih replikasi

Tanpa penyulit
Diit hati
Diuretik
Roboransia

Rawat inap

Dengan penyulit
Atasi penyulit
Diit
Roboransia

DEHIDRASI PADA USIA LANJUT


Definisi :
Berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih danyak dari natrium
(dehidrasi hipertonik) atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yang sama (dehidrasi
isotonic) atau hilangnya natrium lebih banyak daripada air (dehidrasi hipotonik).
Kriteria Diagnosis :
Diagnosis dini dehidrasi seringkali sulit ditegakkan pada pasien usia lanjutk karena gelaja
klasik (lidaj kering, turgor berkurang, mata cekung) mungkin tidak ada. Sangat penting untuk
mengetahui apakah pasien bersiko mengalami dehidrasi dan selanjutnya segera
mengintervensinya sedini mungkin.
-

Dehidrasi Hipertonik : Na serum > 145 mEq/liter, osmolaritas serum > 290 mosm/liter
Dehidrasi Isotonik: Na serum 135 - 145 mEq/liter, osmolaritas serum 280 - 290
mosm/liter
Dehidrasi Hipotonik : Na serum < 135 mEq/liter, osmolaritas serum < 280 mosm/liter

Beberapa criteria yang dapat digunakan :


- Riwayat asupan cairan yang kurang atau kehilangan cairan yang berlebihan melalui
panas, keringat, takipnea, muntah atau diare.
- Pada pemeriksaan fisik terdapat gangguan kesadaran (confusion), hipotensi, jumlah
urin sedikit (oliguria)
- Rasio ureum/kreatinin3 25, umunya kadar natrium plasma > 145 mmol/L dan
osmolalitas serum > 290 mosm/liter, walaupun ada dehidrasi dengan kadar natrium
osmolalitas serum normal atau rendah.
Pemeriksaan Penunjang :
- Pemeriksaan ureum
- Kreatinin
- Kadar Natrium plasma
- Osmolaritas serum
- CVP
Terapi :
- Cairan kristaloid (NaCl atau dekstrosa 5%) secukupnya, jangan kurang tetapi juga
jangan berlebihan. Pemberian cairan harus sangat hati-hati untuk menghindarai
kelebihan volume cairan dan hiponatremia.
- Jumlah cairan yang dibutuhkan dapat dihitung dengan rumus :
Defisit cairan (liter) : Cairan tubuh tultal (TBW) yang diinginkan TBW saat
ini
TBW yang diinginkan = kadar Na/ 140 x TBW saat ini.
TBW saat ini = *50% x berat badan, *wanita 45%
- Pada dehidrasi ringan dapat diberikan terapi cairan per oral 1500-2500 ml/24 jam (30
ml/kgBB/24 jam) untuk kebutuhan dasar (pemeliharaan), ditambah penggantian defisit
cairan dan kehilangan cairan yang masih berlangsung
- Menghiutng kebutuhan cairan sehari, termasuk jumlah insessible water loss, amat
perlu dilakukan setiap hari. Perhatikan tanda-tanda kelebihan cairan seperti ortopnu,
sesak napas, perubahan pola tidur atau sonfusion. Pada keadaan kelebihan cairan dapat
diberikan diuretic.

Pada pasien dehidrasi yang memerlukan cairan infus dapat diberikan NaCl 0,9% atai
dekstrosa 5% engan kecepatan 25-30% dari defisit cairan total per hari pada dehidrasi
isotonic. NaCl 0,45% diberikan pada dehidrasi hipernatremik.

Penyulit :
Gagal Ginjal
Perwatan Rumah Sakit :
Pasien feriatri dengan dehidrasi sebaiknya dirawat diruang rawat geriatric atau ruang rawsat
penyakit dalam agar terapi cairan yang diberikan dapat adekuat (oral atay oarenteral)
Pengamatan dan pencatatan asupan cairan (infus, minum, makan cair) dan keluaran cairan
(urin, feses, cairan per NGT) amat diperlukan.
Prosedur/Tindakan yang mungkin diperlukan :
Pemasangan CVP atau nutricath untuk mengetahui kecukupan jumlah cairan yang
dibutuhkan.
Sarana Baku :
- Lembar pencatatan asupan dari keluaran cairan
- Cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau dekstrosa 5%)
- Pemeriksaan elektrolit, ureum/kreatinin dan Osmolaritas

DEPRESI
Kriteria Diagnosis :
Depresi pada pasien usia lanjut umumnya tidak memberikan gejala da tanda yang khas dan
spesifik. Seringkali depresi dan penyakit-penyakit fisik terjadi bersama-sama pada pasien usia
lanjut.
Beberapa gejala depresi yang dapat digunakan sebagai kreteria diagnosis al :
Mood depresif
Kehilangan kesenangan dalam hampir semua aktivitas, hampir sepanjang hari
Turun atau meningkatnya berat badan yang bermakna
Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
Retardasi psikomotor atau agitasi psikomotor hampir setiap hari
Rasa lelah atau hilang energi hampir setiap hari
Rasa tidak berguna atau rasa bersalah yang tidak sesuai hampir setiap hari
Kurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi hampir tiap hari
Pikiran-pikairan hendak bunuh diri berulang
Perlu dibedakan antara gejala dan tanda depresi yang disebabkan oleh penyakit fisik yang
merupakan akibat gangguan afektif atau psikiatri.
Beberapa factor biaologis, fisik, psikologis dan social dapat merupakan factor predisposisi
terjadinya deptesi pada orang usia lanjut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
Pertanyaan untuk menepis gejala deptresi atau penggunaan skala depresi (table 1&2)
mungkin dapat menolong dalam menentukan pasien geriatric dengan depresi.
Adanya gejala somatic yant tidak dapat dijelaskan dengan periksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, terutama bila terjadi relatif tiba-tiba perlu dicurigai sebagai
depresi.
Obat-obat yang digunakan untuk mengobati penyakit medik harus dipertimbangkan
sebagai penyebab gejala dan tanda depresi.
Kriteria diagnosis standar harus merupakan dasar untuk mendiagnosis berbagai bentuk
depresi pada pasien usia lanjut, tetapi beberapa perbedaan membedakan depresi pada
usia lanjutd dibandingkan pasien usia muda.
Episode depresi mayor harus dibedakan dari diagnosis lain seperti berkabung,
gangguan bipolar, gangguan distimik dan gangguan penyesuaian dengan afek depresi.
Diagnosis Banding :
Demensia
Pemeriksaan Penunjang :
Skala depresi feriatri
Terapi :
- Tujuan terapi adalah menghilangkan gejala depresi, mengurangi relaps dan rekurensi,
mem[erbaiki kualitas hidup memperbaiki kesehatan, menurunkan mortalitas.
- Modalitas terapi antara lain
Terapi Suportif
Informasi dan dukungan
Perubahan lingkungan
Aktivitas fisik dan mental

Psikoterapi

Obat

Keterlibatan keluarga dan teman


Minat dibangun dan diasuh terus menerus
Individu
Kelompok
Antidepresan trisklik dan obat-obat terkait
Monoamine Oksidase Inhibitors
Litium
Sedatif untuk anksietas dan agitasi
Antipsikotik untuk psikosis yang terkait
Terapi elektrokonvulsi

Penyulit :
Malnutrisi (pasien tidak mau makan), pneumonia (akibat imobilisasi dan berbaring terus),
akibat obat-obatan antidepresi yang digunakan.
Perawatan Rumah Sakit :
Pasien geriatric dengan depresi sebaiknya dirawat dibangsal geriatri atau bangsal psikiatri
(khusus geriatri). Nutirisi sangat perlu diperhatikan, karena umumnya pasien geriatri dengan
depresi mengalami malnutrisi. Bila perlu dapat dipasang flocare/NGT agar kebutuhan nutrisi
dapat terpenuhi. Pasien dirawat oleh tim geriatri yang terdiri oleh ahli ilmu penyakit dalam
konsultan geriatri, ahli jiwa geriatri, perawat geriatri, ahli rehabilitasi medis geriatri, ahli gizi
secara interdisipliln.
Prosedur/Tindakan yang Mungkin Diperlukan :
Terapi elektrokonvulsi mungkin diperlukan pada depresi mayor yang berat. Terapi ini aman
dan efektif, bahkan bila terdapat demensia sekalipun atau terdapat penyakit lain.
Sarana Baku :
- Skala depresi geriatri
- Uji fungsi kognitif (mini mental state examination)

DIZZINESS
Definisi :
Pusing disertai sensasi ketidak seimbangan
Kriteria Diagnosis :
- Vertigo : pusing terasa seperti berputar, terdapat distorsi persepsi gerakan. Dapat
terjadi akut maupun kfonik, terus menerus maupun tergantung posisi kepala.
Disekuilibrium : pusing terasa seperti bergoyang, rasa tak seimbang seakan akan mau
jatung.
- Fainting (= near syncope)
Pusing dirasakan sebagai keluhan akan pingsang
Pusing non spesifik
Keluhan tak jelas berhubungan dengan salah satu dari ketiga jenis pusing
tersebut diatas : biasanya disertai gangguan psikogenik.
Diagnosis Banding :
Sinkop (pingsan), serangan TIA atau stroke in evolusio
Pemeriksan Penunjang :
EKG, CT Scan, faal tiroid, elektronistagmografi
Terapi :
Terapi sementara dengan betahistin-mesilat 3x6 mg sambil mencari kausa
Penyulit :
Mual, muntah, instabilitas (hilang keseimbanga), jatuh, fraktur, isolasi
Perawatan :
Pasien dapat berobat jalan kecuali bila muntah rerus menerus atau dicurigai terdapat
gangguan aliran pembuluh darah serebral
Prosedur yang Mungkin Diperlukan :
Elektroensefalografi, audiografi, pemeriksaan neuro-otologi
Sarana Baku :
EKG

Dizziness
Algoritme
Dizziness

Anamnesis

Near-syncope

Evaluasi kardiologi (lihat sinkop)

Vertigo/disequilibrium

Evaluasi penyakit labirin atau susunan saraf pusat

Pusing non-spesifik

Pertimbangkan evaluasi psikiatrik

Termasuk pemeriksaan tanda vital pada berbagai posisi, kardiologi, pijatan


sinus karotis, pemeriksaan neurologi dan hiperventilasi

Penyakit
kardiovaskular

Penyakit labirin

Penyakit
SSP

psikiatri

Terapi dan pantau

Respons terapi tidak optimal


atau diagnosis tidak jelas

Pertimbangkan pemeriksaan
khusus / rujuk

Defisit sensori
multipel

FRAKTUR FEMUR
Definisi :
Fraktur femur adalah patahnya tulang hip atau leher femur, yang biasanya dikaitkan dengan
osteoporosis. Fraktur femur merupakan masalah yang sering dihadapi oleh pasien geriatri,
sering menimbulkan imobilisasi yang selanjutnya akan mengakibatkan berbagai komplikasi
yang amat serius, bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Kriteria Diagnosa :
- Nyeri pada lokasi tulang femur yang patah
- Gerakan terbatas atau tidak dapat digerakkan sama sekali
- Terdapat perbedaan panjang tungkai bawah
- Tanda-tanda inflamasi pada lokasi tulang yang patah
Pemeriksaan Penunjang :
Foto tulang femur dan pelvis kanan dan kiri, AP dan lateral
Terapi :
- Terapi pembedahan merupakan pilihan utama agar mobilisasi dapat lebih cepat
dilakukan dan pasien terhindar dari berbagai penyulit akibat imobilisasi (lihat topik
imobilisasi). Lokasi fraktur (intrakapsular atau intertrokanter) dan derajat
displacement menentukan terappi pembedahan yang sesuai.
- Reduksi tertutup dan fiksasi interna dipilih untuk fraktur intrakapsular nondisplaced
atau displaced ringan. Fraktur intrakapsular yang sangat berjauhan patahan tulangnya
lebih efektif diobati dengan mengganti kaput femur dengan endoprostese.
- Untuk fraktur intertrokanter nondisplaced dan displaced lebih efektif diterapi dengan
reduksi terbukan dan fiksasi interna untuk mempercepat mobilisasi pasca operasi.
Fraktur jenis ini tidak begitu mengancam viabilitas kaput femur, tetapi sering
menyebabkan perdarahan dan nyeri yang hebat.
- Setelah operasi dilakukan, secepat mungkin (2-3 hari pasca operasi) pasien diusahakan
untuk bergerak.
- Hindari penggunaan NSAID sebagai analgetik, karena dapat memicu timbulnya
perdarahan saluran cerna.
- Bila operasi pembedahan tidak mungkin dilakukan, terpaksa pasien harus menjalani
pemasangan traksi yang mungkin beresiko terjadi berbagai komplikasi akibat
imobilisasi.
Penyulit :
- Confusion, infeksi saluran kemih, gangguan irama jantung, pneumonia, depresi dan
gagal jantung
- Gangguan fungsi kognitif, depresi dan perubahan status mental sementara merupakan
predictor memanjangnya lama perawatan dan sangat sering dijumpai pada orang usia
lanjut dengan fraktur.
Perawatan Rumah Sakit :
- Pasien fraktur femur harus dirawat dirumah sakit, ruang rawat ortopedi atau ruang
rawat geriatri dimana perawatnya terlah terlatih untuk perawatan pasien dengan
imobilisasi
- Pasien seyogyanya dilakukan tindakan pembedahan untuk mempercepat mobilisasi,
dapat dilakukan dengan reduksi terbuka atau tertutup, dengan atau tanpa penggantian
kaput femur.
- Pasca operasi sebaiknya dihindarkan posisi adduksi dan endorotasi

Prosedur/tindakan yang mungkin diperlukan :


- Penggantian kaput femur
- Pembedahan dengan reduksi terbuka/tertutup dengan fiksasi interna
- Pemasangan traksi sementara pra tindakan pembedahan atau menetap (bila tidak
memungkinkan untuk pembedahan)

HIPERTERMIA
Definisi :
Heat stroke didefinisikan sebagai kegagalan untuk memelihara suhu tubuh dan ditandai
dengan temperatur core > 40,6 C, disfungsi sisterm saraf pusat yang berat dan anhidrosis.
Kriteria Diagnosis :
- Heat cramps, temperatur normal, berkeringat banyak sekali dan kejang otot yang nyeri
- Heat exhaustion, sangat lemah, mual, muntah, hipotensi postural, takikardia, sinkop,
suhu berkisar dari normal sampai 39C
- Heat stroke, suhu 40,6C atau lebih, tidak berkeringat/kering, gangguan kesadaran,
kolaps pembuluh darah, dapat berkembang kearah koma, kegagalan multiorgan dan
kematian.
Pemeriksaan Penunjang :
- Heat exhaustion: EKG, Elektrolit
- Heat Stroke : EKG, elektrolit, ureum dan kreatinin, jumlah urin, pemeriksaan
miologin
Terapi :
- Heat cramps diterapi dengan larutan garan atau bila kejang berat dapat diberikan 1
liter NaCl 0,9% intravena selama 2-3 jam
- Heat exhaustion diberikan cairan NaCl 0,9% atau 0,45 dengan atau tanpa cairan
dekstrosa 5%, dengan kecepatan pemberian tergantung pada kondisi klinis. Pasien
harus ditempatkan di tempat yang sejuk dan diobservasi diruang gawat darurat atau
ruang rawat akut.
- Heat stroke pasien harus dibungkus dengan handuk basah dingin, ditambah batu es.
Tiupkan kipas anging kearah pasien. Ukur suhu secara teratur dan sesering mungkin.
Pendinginan tubuh dihentikan bila suhu sudah mencapai 39C untuk mencegah
hipotermia. Benzodiazepin harus diberikan bila terdapat agitasi. Intubasi mungkin
diperlukan. Pasien harus dimonitor diruang rawat intensif (ICU).
Penyulit :
Gagal jantung kongestif dan aritmia, gagal ginjal, edema serebral, kuning dan gagal hati,
rabdomiolisis, kaoagulasi intravaskular diseminata, gangguan elektrolit dan asam basa,
pneumonia aspirasi dan sepsis, dehidrasi dan syok.
Perawatan Rumah Sakit :
Pasien dengan hipertermia harus dirawat dirumah sakit, diobservasi diruang rawat akut atau
gawat darurat. Bila pasien mengalami heatstroke, perlu dirawat di ICU.
Prosedur / Tindakan yang mungkin diperlukan :
Pemadangan Intubasi
Sarana Baku :
- Ice packs
- Ice-water immersion
- Kipas angin

HIPOTERMIA
Definisi :
Hipotermia sebagai temperatur inti (rectum, esofagus, timpani) dibawah 35C
Kriteria Diagnosis :
- Suhu <= 35C
- Hipotermia ringan : suhu turun sampai 32C, disertai confusion, bicara tak jelas kulit
dingin dan ataksia.
- Hipotemia sedang: suhu antra 28-32C, tidak ada menggigil, otot kaku, denyut
jantung dan pernafasan berkurang, hipotensi dan stupor sampai koma. Aritmia atrium
dan ventrikel mungkin terjadi
- Hipotermia berat: suhu dibawah 28C, koma, syok dan apnu.
Pemeriksaan Penunjang :
- Ureum
- Kreatinin
- Glukosa darah
- Darah lengkap
- EKG
Terapi :
- Gunaklan ICU (utk temperatur dibawah 30C)
- Pertahankan monitor EKG secara terus menerus
- Hindari pemasangan CVP karena iritabilitas miokrad
- Obati sepsis
- Berikan terapi cairan intravena (kaji secara individual)
- Atasi hyperglikemia
- Hati-hati dalam mengkoreksi asidosis metabolic dengan bikarbonat
- Monitor analisis gas darah untuk mengkaji fungsi paru
- Terapi oksiger, suction, dam intubasi endotrakea mungkin dibutuhkan
- Monitor foto paru, karena pneumonia sering terjadi
- Pada miksedema, terapi dengan levotiroksin dkortikosteroid
Semua upaya harus dilakukan untuk mengkaji dan menatalaksana penyakit medik yang ikut
berperan seperti infeksi, hipotiroidisme, hipoglikemia
Stabilkan kondisi pasien dan segera lakukan tekhnik rewarming khusus, karena aritmia berat,
asidosis dan gangguan elektrolit dan cairan biasanya akan berespons hanya setelah rewarming
dilakukan.
Tekhnik rewarming :
- Rewarming pasif
- Rewarming eksternal aktif
- Rewarming inti (core) aktif
Penyulit :
Aritmia, henti jantung paru, bronkopneumenia, pneumonia aspirasi, edema paru, pankreatitis,
perdarahan gastrointestinal, nekrosis tubular akut (ATN), trombosis intravaskular
Perawatan Rumah Sakit :

Pasien dengan hipotermia harus dirawat di rumah sakit. Untuk temperatur dibawah 30C,
harus dirawat di ICU.

Prosedur / Tindakan yang Mungkin Diperlukan :


- Balon intragastrik
- Irigasi kolon
- Hemodialisis atau dialysis peritoneal
- Inhalation rewarming
- Intubasi endotrakea
Sarana Baku :
- Material pembungkus
- Selimut elektrik
- Botol panas
- EKG Monitor
- Oksigen

IMOBILISASI
Definisi :
Kesulitan atau ketidakmampuan bergerak yang umunya merpakan hasil akhir dari berbagai
penyakit atau impairment pada pasien geriatri, baik fisik maupun mental atau aktibat tindakan
iatrogenik.
Kriteria Diagnosis :
Tidak mampu untuk bergerak (duduk, berpindah tempat, berjalan) secara mandiri, sebagian
besar waktunya digunakan untuk berbaring atau duduk saja.
Pemeriksaan Penunjang :
Evaluasi status fungsional menggunakan indeks ADL Barthez/Katz
Terapi :
- Atasi penyebab imobilisasi seperti penyakit-penyakit fisik, mental atau lingkungan
yang tidak mendukung
- Latihan lingkup gerak sendi pada seluruh sendi, mula-mula pasif kemudian aktif
- Penguatan otot-otot
- Latihan mobilitas ditempat tidur, tubuh dimiringkan kekanan dan kekiri tiap 1-2 jam
sekali, latihan transfer, latihan duduk dan selanjutnya latihan berjalan.
- Latihan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari, menggunakan alat Bantu, latihan
tangan dan ekstermitas atas dan evaluasi sensorik/persepsi.
- Penyesuaian lingkungan hidup pasien geriatri agar bisa tetap mandiri
- Terapi rekreasi diperlukan untuk pasien diruang rawat kronik atu panti rawat werda.
Penyulit :
Ulkus dekubitus, hipotensi ortostasis, pneumonia, infeksi saluran kemih, konstipasi,
osteoporosis, atrofi otot, kontraktur, depresi.
Perawatan Rumah Sakit :
Pasien dengan imobilisasi umumnya memerlukan perawatan untuk penyakit akut yang
mendasari seperti pneumonia atau fraktur femur, atau penyulit akut yang ditimbulkannya
seperti ulkus dekubitus derajat 2-4 atau pneumonia aspirasi.
Prosedur/Tindakan yang Mungkin Diperlukan :
- Latihan pasif dan aktif: pasien dimiringkan kekanan dan kiri tiap 2 jam sekali
- Pemanasan: dengan diatermi
- Hidoterapi
- Ultrasonografi
- Transcutaneus electrical nerve stimulation
Sarana Baku :
- Kasur dekubitus: untuk pasien yang bed ridden (tirah baring total)
- Modalitas terapi fisik

INKONTINENSIA URIN
Definisi :
Keluarnya urin tanpa dikehendaki dalam jumlah yang cukup banyak atau sering sehingga
menimbulkan masalah social, psikologis, ekonomi dan kesehatan.
Kriteria Diagnosis :
Mengompol, urin tak bisa ditahan, menyebabkan konsekuensi social dan atau kebersihan yang
tidak menyenangkan.
Inkontinensia urin bersifat akut bila terjadi mendadak, sementara, dan dapat diobati.
Inkontinensia urin kronik bersifat menetap, tak bisa disembuhkan tetapi bisa dikurangi
gejalanya, dapat diklasifikasikan sebagai inkontinensia fungsional, urgensi, stress, overflow
dan campuran.
-

Inkontinensia fungsional merupakan inkontinensia tanpa gangguan pada system


saluran kemih, merupakan akibat ketidakmampuan mencapai toilet (lumpuh,
imobilitas, kelemahan) sehingga tidak dapat berkemih secara normal.
Inkontinensia urgensi merupakan inkontinensia akibat ketidak mamapuan untuk
menunda kemih begitu sensasi untuk berkemih muncul, jumlah urin sedikit, frekuensi
berkemih sangat sering.
Inkontinensia stress, disebabkan oleh kelemahan otot dasar panggul, muncul pada
saat batuk, bersin atau keadaan mengedan.

Diagnosis Banding :
Inkontinensia akut, inkontinensia persisten (inkontinensia urgensi, inkontinensia stress,
inkontinensia campuran)
Pemeriksaan Penunjang :
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang paripurna dan rinci
- Urinalisis : ISK dapat mencetuskan terjadinya inkontinensia (leukosit urin banyak)
- Kultur urin : dilakukan bila dicurigai ada ISK
- Gula darah : bila meningkat menimbulkan poliuria, mencetuskan inkontinensia urin.
- Kalsium serum : dapat menimbulkan diuresis osmotic bila kadarnya meningkat
- Kartu catatan berkemih : membantu menentukan tipe dan penyebab inkontinensia
- Tes urodinamik
Terapi :
- Non Farmakologis
Koreksi penyebab yang mendasari, seperti hipertrofi, prostat, sikbala, infeksi
saluran kemih, diuretic, gula darah tinggi, dll
Latihan menahan kemih dengan tekhnik relaksasi dan distraksi sehingga
frekuensi berkemih 6-7 kali sehari
Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditenutkan sesuai
dengan kebiasaan pasien
Latihan otot dasar panggul, dengan konstraksi berulang-ulang otot dasar
panggul agar otot dsar panggul menjadi lebih kuat dan uretra dapat tertutup
dengan baik.
Pasien dengan trauma medulla spinalis, stroke atau demensia mungkin
memerlukan pemasangan kateter jangka panjang atau selamanya.

Farmakologis :
Bila terapi non farmakologik tidak dapat menyelesaikan masalah inkontinensia urin,
dapat dipertimbangkan dengan obat-obatan :
Antikolinergik (relaksasi kandung kemih) utk inkontinensia urgensi
Agonis alfa : untuk inkontinensia stress
Antidepresan trisklik
Estrogen topical

Pembedahan
Dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress atau tipe campuran stress
dan urgensi, bila terapi nonfarmakologis dan farmakologis diatas tidak berhasil
Inkontinensia tipe overflow memerlukan tindakan pembedahan untuk
menghilangkan retensi urin.

Penyulit :
Dekubitus, Infeksi saluran kemih : karena penggunaan kateter agar tidak mengompol, jatuh
(terutama bila ngompol malam hari), menyebabkan fraktur, depresi, isolasi, ketergantungan
pada orang lain dan alat (kateter atau pampers)
Perawatan Rumah Sakit :
Inkontinensia urn memerlukan perawatan rumah sakit bila penyebab atau komplikasi yang
ditimbulkan memerlukan perawatan, misalnya terdapat ISK, gagal jantung atau dekubitus.
Prosedur / Tindakan yang perlu dilakukan :
- Kateterisasi menetap (indwelling) dipasang bila :
Terdapat inkontinensia overflow, infeksi simtomatik atau gangguan fungsi
ginjal akibat retensi urin
Retensi urin yang tidak dapat dikoreksi secara pembedahan atau obat-obatan.
Retensi urin tidak dapat diatasi dengan kateterisasi intermitten
Luka dekubitus atau iritasi yang terkontaminasi oleh inkontinensia urin
Perawatan pasien denganpenyakit terminal yang mengalami kesulitan
mengganti pakaian/celana
- Sistoskopi : bila terdapat hematuria, tumor kandung kemih, sistitis interstisial, infeksi
saluran kemih berulang
- Evaluasi urodinamik: dicadangkan bagi pasien yang gagal terapi atau perlu intervensi
pembedahan
Sarana Baku :
- Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik lengkap dan paripurna
- Kartu catatan berkemih
- Analisis urin, kultur urin
- Residu urin pasca berkemih
- Sistometri
- Pampers
- Kateter
- Urinal

Inkontinensia Urin
Algoritme
ya

Apakah IU Akut ?

Tentukan dan obati penyebab reversibel (DRIP)


Pengkajian klinik
Riwayat Penyakit
Pemeriksaan fisik
Urinalisis
Residu pasca berkemih
Tes sederhana saluran kemih bawah

Memenuhi kriteria rujukan

Ya

Evaluasi urodinamik, urologi dan kebidanan

Terapi
Perilaku dan/atau obat untuk IU ergensi, stres, atau urgensi campuran dan IU stres
Perilaku dan terapi suportif untuk IU fungsional

Apakah IU persisten

Ya Ya

INSTABILITAS DAN JATUH


Definisi :
Instabilitas mengandung pengertian ketidakmampuan seseorang mempertahankan postur
tubtuh melawan gravitasi bumi sehingga terpajan pada kemungkinan jatuh.
Kriteria Diangnosis :
Bila terdapat satu atau lebih factor intrinsic yang berpengaruh terhadap terjadinya jatuh maka
seseorang dikatakan memiliki kecenderungan instabilitas.
Faktor resiko Intrinsik :
- Gangguan penglihatan, misalnya katarak, gangguan persepsi visual, gangguan visus,
gangguan adaptasi gelap serta glare tolerance
- Gangguan pendengaran
- Gangguan vestibular
Riwayat infeksi/operasi telinga
Obat-obatan: Aminoglikosida, Kuindin, Furosemid
BPPV (benigne paroxysmal positional vertigo)
- Perubahan reseptor proprioseptif
Neuropati perifer
Spondiloartosis servikal
- Gangguan saraf pusat
- Gangguan sisterm muskuloskeletal
Artosis, artitis
Kelemahan otot, hipotrofi
Kontraksi, kontraktur
Deformitas
- Penyakit sistemik
Hipotensi postural, penyakit kardiovaskular
Berbagai penyakit paru
NIDDM gula darah belum terkontrol
- Depresi
- Obat-obatan: benzodiazepin, antidepresan, anti hipertensi, diuretic, fenotiazin.
Faktor resiko Ekstrinsik :
Lebih kurang 70% jatuh terjadi dirumah seperti akibat terpeleset, tersandung benda-benda
kecil yang tak terlihat, terantuk tangga atau permukaan yang tidak rata atau saat menuruni
tangga, terjerat tali, kain atau sepatu.
Pemeriksaan Penunjang :
Lebih ditujukan untuk mencari factor resiko intrinsic
Terapi :
- Umum
Mengobati penyakit yang merupakan factor resiko intrinsic
- Khusus :
Edukasi :
Waspada timbulnya keluhan pusing segera setelah makan

Tidur dengan elevasi kepala bila terdapat hipotensi persisten


Bila duduk dikursi (bukan sofa) harus sedemikian rupa sehingga kaki
menyentuh lantai dengan bagian dalam sendi lutut membentuk sududt 90
Gunakan sepatu dengan sol yang tidak licin atau terlalu banyak menimbulkan
friksi
Bila perlu menggunakan alat Bantu jalan

Penyulit :
Fraktur femur, vertebra atau pergelangan tangan, memar, hematom subdura, imobilisasi,
isolasi
Perawatan :
- Ambulasi atau bergantung tempat perawatan semula
- Biasanya pasien dirawat karena penyakit
Tindakan yang mungkin diperlukan :
- Fisioterapi untuk menjaga kemampuan mempertahankan keseimbagan
- Tindakan lain tergantung penyulit yang timbul

KEADAAN KONFUSIONAL AKUT / KEBINGUNGAN


Definisi :
Sindrom mental organi yang ditandai dengan gangguan kognitif global, perubahan kesadaran
dan aktivitas psikomotor, gangguan siklus tidur, terjadi akut dan fluktuatif.
Kriteria Diagnosis :
- Gangguan kognitif global
Gangguan proses berpikir, disorientasi (waktu, tempat dan orang)
Gangguan daya ingat, terutama jangka pendek
Gangguan persepsi: halusinasi (visual dan/atau auditori)
- Gangguan perhatian
Kewaspadaan dapat meningkat atau menurun namun mudah beralih perhatian dan
hilang timbul
- Penurunan kesadaran
Kesadaran diri sendiri dan lingkungan berkurang: tanggapan terhadap rangsangan dari
luar menurun
- Perubahan siklus tidur
Pagi dan siang hari mengantuk, pusing atau tidur, sedangkan malam hari tak dapat
tidur atau agitatif
- Perubahan aktivitas psikomotor
Hiperaktif: gelisah, agitatif, hyperalert
Hipoaktif: lesu, lunglai, hypoalert
Diagnosis Banding :
- Demensia
- Psikosis fungsional
Skizoprenia
Mania
- Kelainan neurologis, misalnya CVD atau TIA
Pemeriksaan Penunjang :
Diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis penyebab/pencetus.
- Elektrolit darah (terutama natrium dan kalium)
- Analisis gas darah
- Ureum darah dab kreatinin
- Gula darah
Terapi :
- Pasang infus NaCl 0,9% dengan kecepatan 22 tetes/menit, pasang oksigen dgn dosis 4
lt/mnt. Rehidrasi bila terdapat gejala dan tanda dehidrasi, antisipasi kemungkinan
penurunan volume intravaskular tanpa respon takikardial
- Ambil sample darah untuk pemeriksaan gula darah, analisis gas darah, elektrolit dan
ureum (segera). Lakukan pemeriksaan neurologis untuk mendeteksi defisit nuerologis
fokal adakah CVD atau TIA
- Tujuan utama terapi ialah mengatasi factor pencetus, yaitu:
Penyakit primer di SSP
Penyakit sistemik yang sekunder mempengaruhi otak
Intoksikasi obat antikolinergik

Putus obat hipnotik-sedatif. Penatalaksanaan suportif meliputi eliminasi


polifarmasi dan menghindari obat antikolinergik. Bila perlu diberikan
haloperidol 0,5 mg dua kali sehari (dlm keadaan gaduh gelisah).

Penyulit :
Fraktur femur, tangan, vertebara (akibat jatuh), hipotensi sampai renjatan (akibat injeksi
neuroleptik terlalu cepat untuk mengatasi agitasi), trombosis vena dalam (akibat diktat terlalu
lama karena agitasi atau penurunan kesadaran), emboli paru.
Perawatan :
Pada saat masuk pasien diobservasi di IGD min. 24 jam, utk selanjutnya bila tak terdapat
renjatan nonkardiak dapat dipindahkan ke IW maupun ruang rawat inap
Penatalaksanaan psikiatri geriatric dan rehabilitasi medik sudah termasuk dlm tata kerja Tim
Terpadu Geriatri rumah sakit. Konsultasi neurology dilakukan atas indikasi.
Prosedur / Tindakan yang Mungkin Diperlukan :
- Elektrokardiogrfi
- Foto dada
- CT Scan
- Kultur darah dan/atau urin, mikroorganisme dan uji resistensi
- Rehabilitasi medik sesuai indikasi
Sarana Baku :
- Alat pemeriksaan analisis gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, gula darah
- Elektrokardiogram
- Radiologi untuk foto dada
- Mikfobiologi untuk pemeriksaan biakan

Keadaan Konfusional Akut/Kebingungan


Algoritme
Keadaan konfusional
akut/kebingungan

Kelainan neurologik

Ya

Tidak

Rawat neurologis /
rawat bersama

Cari faktor
pencetus lain

Terapi sesuai
faktor pencetus

KONSTIPASI
Definisi :
Terdapat keluahan sulit buang air besar dengan frekuensi kurang dari tiga kali seminggu.
Kriteria Diagnosis :
- Frekuensi defekasi kurang dari tiga kali seninggu
- Disertai perubahan pola defekasi normal, yaitu menjadi sulit/keras/disertai nyeri
Catatan : Mengobati pasien geriatri dengan konstipasi semata-mata berdasarakan criteria
tersebut diatas tak seluruhnya benar, mengingat adanya variasi individual. Buang air besar
satu kali seminggu bila tanpa keluhan tidak selalu dapat dianggap konstipasi.
Diagnosis Banding :
- Konstipasi duhubungkan dengan beberapa hal seperti :
Penggunaan obat :
Kodein, aluminium hidroksida, kalsium karbonat, antidepresan trisklik, antidepresan
litium, antikolinergik, Ca-channel blocker terutama verapamil, analgetik narkotik alin,
kurangnya mobilitas dan aktivitas fisik, kurang minum dan diet rendah serat.
- Kegananasan
- Inersia/atonia kolon
- Sindrom usus iritabel
Pemeriksaan Penunjang :
- Kolonoskopi dan/atau barium enema hanya dikerjakan bila terdapat kecurigaan
terhadap keganasan
- Pemeriksaan waktu transit kolon, dapat membedakan penyebab konstipasi
Akibat ketidakmampuan ekspulsi feses, atau
Inersia kolon
- Pemeriksaan motilitas kolon, untuk mengevaluasi aktivitas kolon distal dan rectum.
Dapat pula membedakan spasme periodic pada sindrom usus intabel dari atonia kolon.
Terapi :
Selalu dicoba dengan bantuan colok dubur, perbaikan diet (tinggi serat, minimal 25 gr sehari,
cukup asupan airdan mobilisasi sesuai kemampuan) bila gagal dapat dibantu dengan obat.
Langkah awal dapat memakai preparat bulking agent yang dalam tahap lanjut atau bila tak
memberi hasil optimal dapat dibantu berturut-turut dengan emolien lalu saline kemudian
larutan hiperosmotik dan terakhir stimulan.
Medikamentosa :
- Bulking Agent
Mengandung serat tinggi bersifat hidrolik
Paling aman
Kontraindikasi obstruksi
- Emolien
Identik adanya pelunak feses
Misalnya minyak mineral dan garam docusate
Bekerja dengan cara menurunkan tegangan permukaan
Sebaiknya digunakan sebagai obat tambahan

Efek samping dapat mengganggu absorbsi vitamin yang larut lemak pada
pasien dengan gangguan menelan atau gangguan refleks gag dapat mengalami
aspirasi dan pneumonia.
Laksatif dan enema saline
Merupakan garan magnesium dan sodium fosfat
Bekerja sebagai larutan hiperosmola, menyebabkan sekresi air ke kolon serta
meningkatkan motilitas kolon melalui sekresi hormon koesistokinin
Dipakai sebagai ajuvan bila dalam dua hari berturut-turut tak berhasil dengan
bulking agent.
Efek samping: hipermagnesima dan hipokalsemia, merusak mukosa rectum
pada pemakaian kronik.
Larutan hiperosmolar
Misalnya laktulosa
Merupakan disakarida semisintetik, bekerja menarik air ke lumen
Tidak dicerna oleh enzim pancreas maupun usus halus dan akan mengalami
metabolisme dengan bantuan bakteri kolon menghasilkan hydrogen dan asam
organic yang pada giliriannya akan menambah efek osmotic
Efek samping: dapat menggangu transport elektrolit maupun motilitas kolon.
Laksatif stimulan
Misalnya bisakodil (fenolftalein) dan emedine (hasil metabolisme antrakulnon
derivat cascara, senna dan aloe)
Bekerja langsung merangsang pleksus mienterikus
Efek samping: kerusakan pleksus mienterikus, dermatitis, reaksi
fotosensitivitas, sindrom Steve Johnson
Minyak kastor termasuk stimulan, berisi asam risinoleat. Bekerja menghambat
absorbsi glukosa dan natrium, merangsang sekresi air dan elektrolit melalui inhibsi
enzim Na-K-ATP-ase dan meningkatkan c-AMP intrasel.
Efek samping: gangguan keseimbangan air dan elektrolit.
Lain-lain
Golytely dan colyte
Bekerja melalui mekanisme pengasatan kolon
Kontraindikasi: obstruksi

Penyulit :
Impaksi feses, diare, ulkus sterkoral, hermatoskezia, perforasi, fisuraani, prolaps anus,
hermoroid, megakolon, volvulus, karsinoma.
Perawatan :
Biasanya tak memerlukan perawatan
Prosedur / Tindakan yang mungkin diperlukan :
- Klisma diruang rawat sehari
- Mobilisasi bertahap sesuai kemampuan
Sarana Baku :
Perlengkapan Klisma

Konstipasi
Algoritme

Berhubungan dengan obat/penyakit yang mengganggu motilitas

Tidak
Ya
Kelainan pada RT

Ganti obat
Atasi penyakit dasar

Tidak

Ya

Akut, disertai nyeri dan perdarahan

Atasi penyakit anorektal


Tidak
Ya
Sigmoidoskopi fleksibel

Abnormal

Normal

Kolonoskopi atau Ba-enema + sigmoidoskopi


Normal

Abnormal
Pemeriksaan waktu transit kolon +/- motilitas kolon untuk mengevaluasi mekanisme konstipasi
Latihan buang air besar dan diet tinggi serat

Terapi sesuai kelainan

Atonia kolon :

Gangguan defekasi :

Laxatif stimulan / enema


Betanekol klorida

Feses keras : supi, serat dan pelunak feses Suplemen serat


Prolaps : operasi
+/- antispasmodik
+/- terapi stres

Irritable bowel:

OSTEOPOROSIS PADA USIA LANJUT


Definisi :
Berkurangnya massa tulang sampai ambang fraktur
Kriteria Diagnosis :
Densitas masa tulang 2-5 kali simpang baku atau kurang dari nilai rata-rata untuk dewasa
muda.
Pemeriksaan Penunjang :
- Densitometri tulang
- Lysylpyridinoline urin
- Osteokalsin
- Kadar Ca urin 24 jam
- Kadar Ca plasma
- Alkali fosfatase
Terapi :
- Pertahankan aktivitas
- Asupan kalsium 1000 mg/hari
- Cukup mendapat sinar matahari
- Estrogen alamiah 0,625 mg/hari dikombinasi dengan preparat progesterone, atau
preparat selective estrogen receptor modulator. Bila spotting amat mengganggu dapat
diganti Tibolone 1x2,5 mg (harus dgn pertimbangan seksama).
- Kalsitonin sintetis 50 IU 3 kali sehari subkutan atau intra muscular
- Vitamin D 400 800 IU per hari.
Penyulit :
Fraktur, Imobilisasi
Perawatan :
Ruang rawat inap atau jalan tergantung penyulit yang timbul
Prosedur / Tindakan yang Mungkin Diperlukan :
- Foto Vertebra, pergelangan tangan, leher femur
- Pemasangan korset
Sarana Baku :
- Radiologi tulang
- Pemeriksaan kadar Ca urin 24 jam
- Pemeriksaan kadar Ca plasma

SINKOP
Definisi :
Hilang kesadaran selintas disertai hilangnya tonus postural sembuh spontan tanpa
memerlukan resusitasi.
Kriteria Diagnosis :
- Hilang kesadaran selintas disertai kemampuan mempertahankan posisi / postur tubuh
- Kesadaran pulih dengan sendirinya tanpa tindakan resusitasi
Diagnosis Banding :
Pusing, TIA, CVD, Stroke in evolusio, anemia, aritmia
Pemeriksaan Penunjang :
- Hemoglobin : adakah anemia
- EKG : adakah aritmia
- Analisis gas darah dan elektrolit
Terapi :
Untuk mengurangi risiko sinkop berulang :
- Hentikan penggunaan obat yang mengurangi aliran darah ke serebral
- Jika menengok atau menolehkan kepala harus hati-hati
- Hindari pemakaian kerah kemeja yang terlalu ketat
- Perubahan posisi dari berbari ke berdiri harus dilakukan perlahan-lahan, lakukan
dorsofleksi kaki beberapa menit sebelum berdiri.
- Penuhi kebutuhan cairan denganminum secara teratur
- Berkemih sambil posisi duduk (pria)
- Obat antiaritmia hanya diberikan pada kasus aritmia dengan gejala
Penyulit :
Jatuh, Fraktur, hematoma subdural, isolasi, kematian mendadak
Perawatan :
Biasanya tak perlu rawat inap
Prosedur yang mungkin diperlukan :
- Elektroensefalografi
- Ekokardiografi
- CT Scan
Sarana Baku :
- EKG
- HB meter

SINKOP
Algoritme
Sinkop

Anamnesis dan pemeriksaan fisis

EKG, laboratorium, pijat sinus karotis

Defisit neurologis fokal atau kejang


Penyakit jantung, emboli paru

Neurologi

Idiopatik

Stres situasional hipotensi

Kecurigaan penyakit jantung


Rawat

Ya

Tidak

Pulang + R/ atau observasi

Pengkajian ulang

Diagnosis pasti

Kambuh

Diagnosis tak dapat ditegakkan

Terapi

Pulang

Holter monitoring

Diagnosis (+)

Terapi

Diagnosis (+)
Observasi ulang

ASIDOSIS METABOLIK
Definisi :
Ketidakseimbangan asam akibat produksi bikarbonat berkurang / ekskresi bikarbonat urin
yang berlebihan atau akibat adanya penambahan asam dalam tubuh yang berlebihan.
Kriteria Diagnosis :
- Penurunan pH dan penurunan kadar HCO3 dalam plasma
- Gejala fisik napas Kussmaul ( cepat dan dalam )
Diagnosa Banding :
Anion Gap = (Na+) ((Cl-)+(HCO3-))

(normal = 8-12 mEq/liter)

Anion Gap normal


a. Pengeluaran bikarbonat melalui usus (diare, fistula usus halus, fistula fankreatokutaneus,
ureterosigmoidostomi)
b. Pengeluaran bikarbonat melalui ginjal (renal tubular acidosis, pemberian penghambat
karbonik anhidrase)
Anion Gap meningkat, asidosis laktat, ketoasidosis, gagal ginjal kronik, salisilat, methanol,
etilen glikol.
Pemeriksaan Penunjang :
- Analisis gas darah
- Kadar Na, K, Cl, Ca dalam serum
Terapi :
1. Ditujukan kepada penyakit dasar
2. Koreksi asidosis bila HCO3 < 16 mEq/liter, koreksi sampai kadar HCO3 mencapai 16
mEq/liter
Penyulit :
Pernafasan kussmaul, hiperkalemia
Sarana Baku :
Sarana laboratorium yang dapat melakukan pemeriksaan analisis gas darah dari kadar Na, K,
Cl dalam darah.

BATU SALURAN KENCING


Kriteria Diagnosis :
Gejala
- Nyeri/kolik ginjal dan saluran kencing
- Pinggang pegal
- Gejala infeksi saluran kencing
- Kencing berdarah
Tanda
- Nyeri ketok kostovertebrata
- Nyeri tekan perut bagian bawah
- Terdapat tanda balotemen
Diagnosis banding :
Nefrokalsinosis, lokasi bat: batu ginjal, batu ureter, batu vesika; jenis batu: asam urat,
kalisium, struvite.
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium
- Urin lengkap, pH, sedimen
- Biakan urin dan tes resistensi kuman
- Darah, ureum, kratinin, kalsium, albumin, fosfor hormaon paratiroid, asam urat.
- Ekskresi urin 24 jam : kalsium, sitrat, oksalat, asam urat.
Radiologi
- USG abdomen
- BNO/IVP
- Optimum : pielografi ante atau retrograd, renogram
Biokimia
- Analisis batu
Terapi :
Non farmakologis
- Batu kalsium, diet rendah kalsium
- Batu urat, diet rendah urat, aluporinul
- Minum banyak (2,5 liter/hari) bila fungsi ginjal masih baik
Farmakologi
- Antispasmodik bila ada kolik
- Antibiotika bila ada infeksi
- Batu kalsium, kalsium sitrat
- Batu kalsium, aluporinol
Bedah
Pielotomi, PCN, ESWL, nefrostomi
Penyulit :
Kolik, obstruksi, infeksi saluran kemih, gangguan fungsi ginjal.
Prosedur yang mungkin diperlukan :

Operasi pengangkatan batu saluran kemih dan nefrostomi


Tindakan diagnostis invasive misalnya RPG, APG

Sarana Baku :
- Foto BNO-IVP, USG Ginjal
- Laboratorium : kadar Ca, P, asam urat di darah dan urin, analisis batu, kultur urin.

GAGAL GINJAL KRONIK


Kriteria Diagnosis :
- Penyakit berlangsung lama, progresif dan ireversibel
- Gejala tidak khas, bisa didapatkan gelaja berikut :
Lemas, mual, muntah, sesak nafas, pucat
Kencing berkurang
-

Tanda
Anemis, kulit kering
Edema tungkai atau muka
Dapat disertai tanda bendungan paru

Laboratorium
HB <= 10 g%
Ureum > 50 mg%
Kreatinin > 2 mg%
Tes kliren kreatinin < 75 ml/menit

Diagnosis Banding :
- Gagal ginjal akut
- Payah jantung
- Diagnosis etiologi GGK
Glomerulopati primer dan sekunder
Penyakit ginjal obstruksi dan infeksi
Nefritis interstisalis kronik
Penyulit :
Gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, gangguan keseimbangan cairan,
osteodistrofi renal, payah jantung.
Pemeriksaan Penunjang :
* Laboratorium
- Darah tepi lengkap
- Urin lengkap
- Fungsi ginjal (ureum, kreatinin, tes kliren kreatinin)
- Profil lemak
- Hemastosis lengkap
- Elektrolit (Na, K, Cl, P, Mg)
- Asam urat serum
- Albumin, globulin
- Gula darah (puasa, 2 jam postprandial)
- Analisis gas darah
- Pemerikasaa hormon paratiroid (PTH)
- Periksaan imunologi
* Poto polos perut
* USG Ginjal
* Renogram

*
*
*
*

Foto dada
Elektrokardiografi
Ekokardiografi
Biopsi ginjal

Terapi :
Non Farmakologis
- Pengaturan asupan protein, kalori, cairan dan elektrolit
Farmakologis
- Substitusi asam amino atau ketoanalog
- Pengikat fostat
- Pemberian preparat kalsium
- Pemberian preparat vitamin D3
- Pemberian asam folat, preparat besi
- Eritropoietin
- Pengobatan pengganti: dialysis (peritoneal atau hemodialisis) atau transplantasi ginjal

HIPERKALEMIA
Kriteria Diagnosis :
Kadar kalium (K) dalam plasma > 5 mEq/liter
Diagnosis Banding :
- Pseudohiperkalemia
Lisis sel (rabdomiolisis, luka bakar, hemolisis, lisis, tumor)
Leukositosis berat
Bendungan vena terlalu kuat pada saat pengambilan sample darah
- Peningkatan ekskresi K melalui ginjal
Asupan K yang tinggi (obat-obatan atau makanan yang mengandung K atau
pemberikan KCl yang berlebihan)
Perpindahan K dari intrasel ke luar sel
# Nekrosis sel (obat-obatan)
# Depolarisasi sel (suksinikolin, intoksikasi digitalis, arginin)
# Defisiensi hormon atau penghambat kerja hormaon (insulin,
beta-2- agonis, aldosteron)
# Asidosis metabolic
# Hiperosmolalitas
# Paralisis periodik hiperkalemik
- Penurunan ekskresi kalium melalui ginjal
Hipoaldosteonisme
# Destruksi kelenjar adrenal, insufisiensi adrenal (pemberian heparin jangka
lama).
# Keadaan kadar rennin yang rendah (destruksi apparatus juksta-glomerular,
nefritis interstisial, infeksi NSAID, metisilin, deposit urat atau amiloid,
diabetes mellitus, penghambatan beta-adrenergik).
# Keadaan kadar Angiotensin-II rendah (penghambat ACE, aktivitas
converting-enzym yang rendah)
Masalah ginjal
# Tak ada respon terhadap aldosteron (antagonis aldosteron, kadar Na urin
rendah, nefritis interstisial)
# Volume cairan yang melalui tubuli distal kurang (gagal
ginjal akut)
# Obat-obatan atau bahan yang bersifat nefrotoksik
Gangguan pada sel tubulus
# Hambatan pada channel-Na (amilorid)
# Hambatan transpor Na pada membran baso lateral (triamteren)
# Hambatan pada channel-K
# Gangguan pintas (shunt) Cl
Pemeriksaan Penunjang :
- Kadar K dalam plasma
- Analisis gas darah
- Kadar ureun dan kreatinin
- Kalium dalam urin 24 jam
- Creatinin phosphokinase
- Kadar aldosteron darah bila dianggap perlu
- Kadar digoksin bila dianggap perlu

Terapi :
- Bila K mencapai 7 mEq/liter, keadaan darurat, segera ditanggulangi (keadaan akut)
Langkah pertama beri kalsium glukonat 10%, 10-20 ml diberi intravena bolus
dalam 3-5 menit
Langkah selanjutnya, natrium bikarbonat 44 mEq (50 ml) intravena bolus
dalam beberapa menit, dapat ditambahkan sesuai hasil analisis gas darah yang
masuk. Dapat juga dengan memberikan 50 gram glukosa bersama insulin 15
unit intravena.
Kemudian hemodialisis pada keadaan gagal ginjal
- Kadar K < 7 mEq/liter (sub akut)
Resin pengikat kalium
Hemodialisis gagal ginjal
Penyulit :
Gangguan fungsi neuromuscular (kelemahan, parasilis flaksid, distensi abdomen, diare),
bradikardia, fibrilasi ventrikel, henti jantung.
Sarana Baku :
Laboratorium yang dapat melakukan pemeriksaan kalium dalam darah dan urin.

HIPERNATREMIA
Kriteria Diagnosis :
Kadar natrium dalam serum > 144 mEq/liter
Diagnosis Banding :
- Asupan natrium berlebihan
Pemberian natrium bikarbonat berlebihan dalam bentuk oral maupun injeksi
Pemberian garan natrium dalam jumlah berlebihan.
- Diertai penurunan berat badan
Pengeluaran air bukan dari ginjal (kadar Na urin sewaktu < 20 mEq/liter
dengan volume urin yang minimal)
# Melalui kulit (demam, luka bakar, keringat berlebihan)
# Melalui usus (diare, fistula, muntah, pipa nasogastrik)
# Melalui paru
- Pengeluaran air melalui ginjal (volume urin besar)
Ekskresi osmol < 1 mosm/menit, pengeluaran air tanpa Na (diabetes insipidus,
sentral, diabetes insipidus nefrogenik) Bila dengan pemberian vasopresin,
osmolalitas meningkat > 300 mosm, keadaan ini adalah diabetes insipidus
sentral
Pemeriksaan penunjang :
- Kadar Na dalam serum
- Kadar Na dalam urin sewaktu
- Osmolalitas sewaktu
Terapi :
- Bila pasien dehidrasi atau syok, atasi dengan NaCl 0,9%, kemudian lanjutkan dengan
butir 2
- Bila pasien tidak dehidrasi atau syok, berikan NaCl 0,45%.
- Bila hipernatermia disebabkan asupan natrium berlebihan, berikan diuretic bersama
cairan fisiologis bebas natrium.
- Bila diabetes insipidus, berikan vasopresin
- Bila diabetes mellitus (diuresis osmotic), kendalikan gula darah dengan insulin.
Koreksi atau penurunan natrium sebaiknya tidak lebih dari 1 mEq/liter/jam. Penurunan yang
cepat dapat menyebabkan edema otak dan kematian.
Penyulit :
Rasa haus, penurunan berat badan, takikardia, hipotensi, demam, delirium, koma.
Sarana Baku :
Laboratorium yang dapat melakukakan pemeriksaan Na dalam serum dan urin serta
pemeriksaan osmolalitas darah maupun urin.

HIPERTENSI
Definisi :
Hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau melebihi 140 mm Hg sistolik dan atau sama
atau meleihi 90 mm Hg diastolic pada seseorang yang tidak sedang makan obat anti
hipertensi.
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah
Optimal
Normal
Normal tinggi
Derajat (grade) 1
Subkelompok: borderline
Derajat (grade) 2
Derajat (grade) 3
Hipertensi sistolik terisolasi
Subkelompok: borderline

Sistolik
< 120
< 130
130-139
140-159
140-149
160-179
180
140
140-149

Diastolik
< 80
< 85
85-89
90-99
90-94
100-109
110
90
90

Catatan :
Klasifiksasi ini sesuai dengan definisi WHO/ISH 1999
Bila tekanan sistolik dan diastolik masuk klasifikasi yang berbeda, maka dimasukkan ke
dalam klasifikasi yang nilai tekanannnya lebih tinggi.
Istilah ringan, sedang, dan berrat ditiadakan untuk menghinidarkan kaitan dengan
prognosis hipertensi karena kelompok ringan prognosisnya tidak selalu ringan
Kriteria Diagnosis :
Karena banyak factor dapat mempengaruhi tekanan darah maka untuk diagnosis hipertensi
perlu pengukuran tekanan darah beberapa kali dan dapat pula pada beberapa kunjungan.
Spigmomanometer air raksa cukup memadai, namun harus kerja baik, sedang alat lain harus
ditera sedikitnya 6 bulan sekali.
Diagnosis banding :
Tekanan darah yang meninggi tetapi bukan hipertensi, seperti white coat hipertensi, akibat
rasa nyeri, peningkatan tekanan intraserebral, ensefalitis akibat obat kokain dsb.
Pemeriksaam untuk diagnosis :
Pemeriksaan Dasar
Pengukuran tekanan darah yang sesuai standar, tidak hanya sekali, bila perlu dapat pada lebih
sekali kunjungan.
Syarat standar pengukuran tekanan darah :
- Diukur setelah pasien duduk dan istirahat beberapa menit diruangan yang tenang.
- Cuff standar yaitu dengan balon 12-13 cm lebar dan panjang 35 cm, orang gembuk
atau anak perlu alat yang sesuai dan dipasang setinggi jantung.
- Tekanan sistolik = suara fase I dan tekanan diastolic = fase V
- Pengukuran pertama harus kedua sisi lengan untuk menghindarkan kelainan pembuluh
darah perifer.
- Harus diukur juga tekanan darah sewaktu berdiri pada maula, pasien DM atau keadaan
yang sering timbul hipotensi ortostatik.

Pemeriksaan Mencari factor Resiko Hipertensi :


Faktor resiko penting untuk menentukan resiko hipertensi dari stratifikasi terhadap kejadian
komplikasi kardiovaskular yaitu :
- Resiko untuk stratifikasi
Derajat hipertensi
Wanita > 65 tahun
Laki > 55 tahun
Perokok
Kolestrol total . 250 mg% (6,5 mmol/L)
Diabetes
Riwayat kelurga penyakt\it kadriovaskular dini
- Resiko lain yang mempengaruhi prognosis
Kolesterol HDL rendah
Kolesterol LDL meningkat
Mikroalbuminuria pada diabetes
Toleransi glukosa terganggu
Obesitas
Tidak berolahraga (secondary life style)
Fibrinogen meningkat
Kelompok resiko tinggi tertentu, sosio ekonomi, ras, geografik
- Kerusakan organ sasaran
Hipertrofi vertikel kiri
Proteinuria/kreatinin 1,2-2 ,g%
Penyempitan a. retrina lokal/umum
Tanda aterosklerosis pada a. karotis, a. ilaka, aorta
- Tanda klinis kelainan dengan penyakit
Penyakit serebrovaskular
Strok iskemik
Perdarahan serebral
TIA
Penyakit Jantung
Infark miokard
Angina pectoris
Revaskularisasi koroner
Gagal jantung kongestif
Retinopati hipertensi lanjut :
Perdarahan atau eksudat
Edem papil
Penyakit ginjal
Nefropati dibetik
GGK (kreatinin . 2 mg%)
Penyakit lain
Diseksi aneurisma
Penyakit arteri (simtomatik)
Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan rutin harus dilakukan seperti :

- Urinalisis terutama untuk deteksi adanya gula darah, protein, gula


- Kimia darah untuk K, kreatinin, gula darah puasa, total kolesterol
- EKG
- Radiologi, foto dada
- Sesuai penyakit penyerta
- Kolesterol HDI, LDL, trigliserida, asam urat
- Plasma Renin Activity (PRA), aldosteron, katekkolamin urin
- Ekokardiografi bila diduga KOS (kerusakan organ sasaran), seperti adanya LVH
- USG pembuluh darah besar
- USG ginjal bila diduga kelainan ginjal
Catatan :
Harus diperhitungkan factor harga pemeriksaan dan sarana yang tersedia serta kegunaan
dalam tatalaksana hipertensi dan factor kemampuan sosioekonomi pasien.
Terapi :
- Stratifikasi hipertensi harus dilakukan terlebih dahulu sebagai dasar penatalaksanaan
hipertensi, karena pengelompokkan hipertensi tersebut dapat meramalkan risiko serta
komplikasi hipertensi. Mulai terapi, kapan observasi dulu dan kapanharus segera
dengan obat anti hipertensi ditentukan oleh stratifikasi tersebut.
Tabel 2. Stratifiksi Risiko Penentu Prognosis Hipertensi
Tekanan darah (mmHg)
Faktor risiko lain &
penyakit penyerta

I.
II.
III.
IV.

tanpa faktor
risiko
Faktor
risiko 1-2
Ada 3 atau
lebih risiko atau
DM atau KOS
Ada
kelainan klinik
terkait

Derajat 1
TDS 140 159 atau
TDD 90 99

Derajat 2
TDS 160 179 atau
TDD 100-109

Risiko ringan

Risiko sedang

Derajat 3
TDS 180
atau
TDD 90-110
Risiko tinggi

Risiko sedang

Risiko sedang

Risiko sangat tinggi

Risiko tinggi

Risiko tinggi

Risiko sangat tinggi

Risiko sangat tinggi

Risiko sangat tinggi

Risiko sangat tinggi

Target terapi : menurunkan tekanan darah menjadi normal atau mendekati normal, dan
pada keadaan khusus lebih rendah daripada 120/80 mmHg.
Tujuan : mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi
kardiovaskular. Faktor resiko yang ada pada pasien juga harus diobati seperti
hiperlipidemia, diabetes.
Strategi terapi hipertensi :
Strarifikasi pasien sesuai tekanan darahnya dan factor resiko yang menyertai.
Resiko ringan mulai terapi nonfarmakologi atau modifikasi gaya hidup dan
monitor tekanan darah serta factor resiko selama 6-12 bulan, bila TD masih =
atau > 150/95 mmHg mulai obat anti hipertensi. (OAH)
Resiko sedang mulai terapi nonfarmakologi atau modifikasi gaya hidup dan
monitor tekanan darah serta factor resiko selama 1-3 bulan, bila TD tetap =
atau > 140/90 mmHg mulai OAH.
Risiko tinggi dan sangat tinggi segera mulai OAH bersama modifikasi gaya
hidup diagnosis pasti.

Instalasi terapi hipertensi, sesuai rekomendasi WHO/ISH dengan mengingat kondisi


likal/pasien, berdasdarkan pertimbangan dan prinsip sbb :
Mulai dosis rendah yang tersedia, naikkan bila respon umum belum optimal.
Kombinasi dua obat, dosis rendah lebih baik daripada satu obat dosis tinggi.
Bila tidak ada respom satu obat, respon minim atau ada efek samping, ganti
OAH yang lain.
Pilih yang kerja 24 jam, sehingga hanya sehari sekali yang akan meningkatkan
kepatuhan.
Pasien dengan DM dan insufisiensi ginjal terapi mulai lebih dini, yaitu pada
tekanan darah normal tinggi.
- Pemilihan OAH
Tersedianya jenis OAH ditempat pasien
Penyakit penyerta atau factor resiko kardiovaskular yang ada pada pasien
Adanya tanda klinis kerusakan organ sasaran, penyakit kardiovaskular,
penyakit ginjal dan DM
Adanya penyakit lain yang membatasi atau sinergistik dengan OAH yang akan
digunakan
Adanya variasi respon OAH golongan lain
Adanya interaksi dengan obat lain yang sedang digunakan pasien
Efek OAH terhadap resiko kardiovaskular
- Kombinasi OAH, bila 1 OAH tidak bisa menurunkan tekanan darah sesuai target, atau
tekanan darah masih dalam batas hipertensi, terkendali dengan 1 obat, tetapi efek
samping bermakna maka perlu kombinasi OAH. Kombinasi yang efektif adalah :
Diuretik dengan beta-bloker
Diuretik dengan ACEI atau antagonis All
Antagonis (dehidropidine dengan beta-bloker
ACEI dengan antagonis kalsium
Alfa-bloker dengan beta-bloker
Kombinasi harus dari golongan atau kelas berbeda, pilih yang punya efek aditif dan jangan
yang mempunyai mekanisme kerja yang sama, atau efek samping yang sama.
Tabel 3. Petunjuk Pemilihan Obat Anti Hipertensi
Golongan OAH

Indikasi utama

Indikasi lain

Kontraindikasi

Kontraindikasi
lain

Diuretik

Gagal jantung
Manulahipertensi
Sistolik

Dibetes

Gout

Dislipidemia
Laki-laki
Seksual aktif

Beta-bloker

Angina pektoris
Post infark
Miokard
Takiaritmia

Gagal jantung
Hamil
Diabetes

Dislipidemia
atlit
dan orang yang
aktif olahraga PPV

ACEI

Gagal jantung
Disfungsi LV
Post Infark
Miokard
Nefropati
Diabetik

Asma dan
PPOM(Penyakit
paru obstruktif
menahun)
Heart block(AV
blok gr 2 atau 3)
Hamil
Hiperkalemiasste
nosis a
Renalis bilateral

Antagonis
kalsium

Angina pektoris
Manula

PPV

Heart block (AV


blok grade 2 atau

Gagal jantung
Kongestif

Hipertensi
Sistemik
Alfa-bloker

Hipertropi
Prostat

Antagonis all

Batuk pada
ACEI

3 dengan
verapamil atau
diltiazem)
Intoleransi
Glukosa
Distipidemia
Gagal jantung

(diltiazem
atau
verapamil)
Hipotensi ortostatik

Hamil
Stenosis a.
Renalis bilateral
hiperkalemia.

Penyulit :
- LVH secara EKG atau Ekokardiogram atau Radiologis
- Proteinuri dan gangguan fungsi ginjal
- Aterosklerosis pembuluh darah besar yang dideteksi dengan USG atau Radiologi
- Penyempitan arteri retina
Sarana Baku :
- Tensi meter dengan beberapa ukuran chuff
- Laboratorium
- EKG
- Radiologi
- USG
- Ekokardiografi

Hipertensi
Algoritme
Skema inisiasi terapi

Terapi Pemeliharaan setelah Stabil ( Follow up )


OAH dalam terapi inisiasi

Tekanan darah target tercapai


Resiko
Tinggi & sangat tinggi
sedang & ringan
kontrol tiap 3 bulan kontrol tiap 6 bulan
monitor TD & faktor monitor TD & faktor resiko
resiko
perketat modifikasi gayaperketat modifikasi
gaya hidup
hidup

Tekanan darah target tidak


tercapai
Dalam 3 bulan
Tidak ada respon, ganti obat atau
kombinasi obat lain dosis rendah
Respon kurang naikkan dosis
tambah obat lain atau ganti
kombinasi dosis rendah

Efek samping terjaadi


Ganti obat atau kombinasi
obat lain dosis rendah
atau kurangi dosis dan
tambah obat lain

Tetap tidak terkendali


Konsul spesialis ( Dr atau klinik )

HIPERTENSI KRISIS
Definisi :
Hipertensi krisis adalah hipertensi yang sering sangat meningkat dan dengan tekanan darah
diastolic lebih dari 120 mmHg. Hipertensi ini memerlukan penurunan tekanan darah segera
meskipun tidak perlu menjadi normal, untuk mencegah atau membatasi terjadinya kerusakan
organ sasaran.
Kriteria Diagnosis :
- Hipertensi emergensi (darurat): hipertensi dengan tekanan darah diastolic > 120
mmHg yang memerlukan penurunan tekanan darah segera (menit samapi satu jam)
ditandai adanya salah satu kelainan seperti dibawah ini :
Perdarah intrakranial
Ensefalopati
Angina pectoris tidak stabil (unstable)
Infark miokard
Gagal jantung kiri dengan edema paru
Dissecting aneurisma aorta
Eklampsia
Krisis pada feokromositoma
Gagal atau insufisiensi ginjal akut
Hematuria
- Hipertensi urgensi (gawat): hipertensi dengan tekan darah diastolic > 120 mmHg yang
memerlukan penurunan tekanan darah tidak amat segera, target tekanan darah dapat
dicapai dalam beberapa jam. Misalnya hipertensi dengan salah satu gejala.
Hipertensi berat (stage 3 JNC VI)
Adanya edema papil
Komplikasi organ sasaran hipertensi yang progresif
Hipertensi perioperasi
Hipertensi karena nyeri atau stress
- Accelerated hypertension : hipertensi berat, tekanan darah diastolic > 140 mmHg
disertai kelainan mata (retinopati) berupa edema papil atau perdarahan dan eksudasi.
Diagnosis Banding :
Harus dibedakan dengan hipertensi tinggi yang bukan krisis, misalnya akibat hipoksia, nyeri,
kandung kemih penuh (distended), yang perlu dideteksi dan bila dihilangkan penyebabnya,
tekanan darah akan menurun.
Kelainan lain, biasanya kelainan neurology dibawah ini perlu dikenali, karena keadaan ini
tidak memerlukan penurunan tekanan darah yang sangat segera namun biasanya timbul
mendadak, seperti gagal jantung kiri akut, penyakit serebrovaskular, tumor otak, epilepsy,
ensefalitis, porfiria intermiten akut, anksietas akut dengan sindrom hiperventilasi, uremia
dengan overload, perdarahan subarakhnoid, trauma kepala, lupus dengan vaskulitis serebral
obat (kokain, fenilkidin), hiperkalsemia.
Pemeriksaan untuk Diagnosis :
- Pemeriksaan mulai dari anamnesis dan pengukuran tekanan darah beberap kali sesuai
standar pengukuran tekanan darah untuk menghindarkan tekanan darah tinggi yang
bukan krisis.

Pemeriksaan lain adalah mencari factor penyebab pencetus hipertensi seperti bruit,
gejala uremia, neoplasma endokrin yang multiple, tumor abdomen (kista) tanda
kelainan organ sasaran.

Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan EKG foto dada, USG abdomen, urinalisis, darah perifer lengkep dengan ureum,
kreatinin dan ekeltrolit darah. Funduskopi untuk melihat adanay perdarahan atau edema papil.
Memantau tanda atau gejala kelainan neurology, retinopati, gagal jantung, diseksi aorta.
Terapi :
Target terapi hipertensi emergensi adalah penurunan Mean Arterial Blood Pressure (MABP
tekanan darah rata-rata arteri) tidak lebih 25% dalam beberapa menit sampai 2 jam dan
kemudian menjadi 160/100 dalam 2-6 jam, perlu tekanan darah diukur setiap 15-30 menit,
penurunan terlalu cepat dapat menyebabkan iskemia renal, serebral atau jantung.
Target terapi hipertensi urgensi adalah penurunan sama seperti hipertensi emergensi terapi
dalam waktu 24-48 jam.
Setelah target tercapai harus diikuti program terapi hipertensi jangka panjang. Antihipertensi
yang dipilih dapat peroral atau parenteral sesuai fasilitas yang tersedia. Obat peroral, semua
obat antihipertensi yang bekerja cepat seperti loop diuretic, penghambat beta, penghambat
ACE, antagonis alfa-2, antagonis kalsium. Sediaan parenteral lebih disukai karena monitor
dan pemberian obat dapat lebih diatur sesuai derajat penurunan tekanan darah, sedang efek
sampir per oral/sublingual sukar diprediksi. Namun bila dengan parenteral tekanan darah
masih lebih dari 180/120 mmHg maka dapat ditambahkan obat oral diatas dan kalau perlu
obat yang masa kerjanya panjang.
Penyulit :
Terjadinya kerusakan organ sasaran akibat tingginya tekanan darah (bukan proses
aterosklerosis akibat hipertensi jangka panjang) yaitu timbulnya atau makin beratnya keadaan
tersebut seperti perdarahan intraserebral, ensefalopati hipertensi, iskemia atau infark miokard,
edema pdiseksi aorta, infark serebral, retinopati berupa perdarahan atau edema papil, gagal
ginjal akut, anemia hemolitik mikroangiopati.
Tindakan yang mungkin perlu dilakukan :
Mpmotpr tekanan darah setiap 15-30 menit
Sarana Baku :
- Tensimeter yang bekerja baik dengan berbagai ukuran cuff (panjang dan lebar) sesuai
standar baku alat dan cara pengukuran tekanan darah.
- Ruang periksa yang cukup memadai
- Alat penunjang : tensimeter air raksa yang memadai, EKG, monitor tekanan darah bila
mungkin, laboratorium yang memadai, radiology, CT Scan.

Você também pode gostar