Você está na página 1de 16

AKUT ABDOMEN

Oleh : Dr I Gede Ardita SpB,FINaCS


Dalam Acara : Seminar Initial Management On Emergency Cases
Tgl : 14 Maret 2015
PENDAHULUAN
Akut abdomen, merupakan salah satu keadan klinis yang sering memerlukan tindakan bedah yang
bersifat emergensi. Keadaan klinis ini merupakan suatu tantangan untuk melakukan pemeriksaan
secara paripurna untuk dapat menetukan bahwa keadaan ini memerlukan intervensi bedah dan untuk
dapat memberikan pengobatan sebelumnya secara tepat.
Banyak kelainan atau penyakit sebagai penyebab dari akut abdomen yang berasal dari ronga
abdomen tidak perlu tindakan bedah. Oleh karena itu setiap usaha yang dilakukan untuk menegakkan
diagnosa yang tepat sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula.
Diagnosa dari penyebab akut abdomen sangat bervariasi tergantung dari banyak faktor. Misalnya
appendicitis lebih banyak pada orang muda, sedangkan penyakit billiaris, obstruksi usus, ischemia
dan nekrosis usus, divertikulitis lebih banyak ditemukan pada usia lebih lanjut. Kebanyakan dari
penyebab akut abdomen ini akibat dari adanya infeksi, obstruksi, ischemia, atau perforasi.
Oleh karena penyebab dari akut abdomen ini sering merupakan kasus bedah yang perlu tindakan
bedah, maka perlu pemeriksaan yang komprehensive. Pada pemeriksaan biasanya dilakukan
pemeriksaan fisik, laboratorium dan imaging. Walaupun imaging ini mempunyai akurasi yang cukup
tinggi dalam menentukan diagnosa, namun yang paling penting adalah evaluasi menyeluruh dari
Anamnesis dan Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium dan imaging disesuaikan dengan hasil
anamnesa dan pemeriksaan phisik.
A. Definisi Akut Abdomen.
1. Akut Abdomen adalah suatu keadaan yang ditandai oleh adanya nyeri perut dan umumnya
memerlukan tindakan bedah segera.
2. Akut abdomen adalah keadaan nyeri abdomen yang tiba-tiba, kejadiannya kurang dari 24 jam
dan tidak jelas penyebabnya.(1)
3. Akut Abdomen adalah adanya nyeri yang hebat ( yang mempunyai score maksimum score
yang dijelaskan dengan VAS visual analog score yang berasal dari daerah abdominal dan
perlu segera penanganan medis).(2)
4. Akut Abdomen adalah keadaan dengan gejala yang menonjol adanya rasa sakit pada
abdomen, yang secara klinis sering memerlukan tindakan bedah emergensi.(3)
5. Akut Abdomen adalah suatu keadaan yang menunjukkan adanya keadaan patologis pada
abdomen (4)
Akut abdomen, adalah keadaan klinis yang menunjukkan ada kelainan pada abdomen yang
terjadi mendadak (kurang dari 24 jam), dengan keluhan utamanya nyeri, yang memerlukan
tindakan bedah segera.
Nyeri ini dapat bersifat nyeri viseral atau nyeri parietal. Nyeri ini dapat berasal dari keadaan
patologis beberapa organ didalam rongga abdomen atau diluar rongga abdomen, misalnya dari rongga
thorak.
1.

Nyeri parietal: Nyeri yang berasal dari adanya rangsangan peritoneum parietal yang
dipersarafi oleh saraf somatik (radik saraf segmental). Jenis nyeri ini mudah dilokalisir oleh
penderita dan dirasakan lebih keras/berat/tajam.

2.

Nyeri viseral: Nyeri yang berasal dari adanya rangsangan peritoneum viseral yang dipersarafi
oleh saraf otonom. Jenis nyeri ini sulit dilokalisir oleh penderita. Lokasi nyeri dapat
diprediksi/diperkirakan menurut asal dari organ yang sesuai dengan perkembangan embriologis
dari Foregut, Midgut dan Hindgut (gambar 1). Biasanya nyeri viseral ini akibat adanya
distensi/regangan dari organ berongga (hollow viscus).

Ket. gambar 1. :
Biru = nyeri di upper abdomen dan biasanya berasal dari esophagus distal, gaster, liver,
vesica fellea, atau pancreas.
Pink = nyeri yang dirasakan dibagian tengah abdomen atau periumbilikal,dan biasanya
berasal dari intestine, atau bagian proksimal dari kolon.
Hijau= nyeri yang dirasakan diabdomen bagian bawah, biasasnya disebabkan oleh bagian
distal kolon transversum, kolon desenden, rektum. ( vesika urinaria, ovarium, uterus, torsio
testis ).
Sifat nyeri yang lain (6)
a. Nyeri Referal (reffered pain)/Nyeri Alih adalah nyeri yang dirasakan pada tempat yang jauh dari
penyebab nyeri itu. Misalnya iritasi diaphragma, nyeri bisa dirasakan di bahu. Untuk dapat
menentukan apakah ini nyeri viseral, parietal atau reffered, sangat penting, dan biasanya dapat
dilakukan dengan anamnesa secara seksama.
b. Nyeri pindah (Spreading atau Shifting pain)
Tempat nyeri pada onset harus dibedakan dengan tempat nyeri saat presentasi/ pemeriksaan.
Nyeri akan berubah sesuai dengan perkembangan patologinya. Contohnya adalah appendisitis,
perforasi gaster atau duodenum.
c. Nyeri Kolik
Merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga, dan disebabkan oleh adanya
hambatan pasase organ tersebut, mis: obstruksi usus, batu ureter, batu empedu, peningkatan
tekanan intra luminer. Nyeri ini timbul karena adanya hipoksia dari jaringan dinding saluran.
Nyeri hilang timbul. Saat serangan penderita sangat gelisah bahkan sampai berguling guling.
d. Nyeri Proyeksi
Nyeri yang disebabkan karena adanya rangsangan saraf sensorik akibat cedera atau peradangan
saraf. Contoh: nyeri Phantoom setelah amputasi.
e. Nyeri Kontinyu
Nyeri akibat rangsangan peritoneum parietale akan dirasakan terus menerus. seperti pada
peritonitis.

f.

Hiperestesia atau Hiperalgesia


Nyeri yang dirasakan dikulit yang lebih sensitif, akibat adanya peradangan pada peritoneum
dibawahnya (peritonitis lokal atau general). Nyeri dirasakan tepat pada tempat terinfeksinya
peritoneum.

Mode Onset dan Progresivitas Nyeri.(5)


Onset dari nyeri menunjukkan asal dan beratnya proses yang terjadi. Onsetnya bisa explosive
(dalam hitungan detik), progresif cepat (dalam 1-2 jam), atau gradual (lebih dari beberapa jam).
Adanya rasa nyeri yang cepat menyebar pikirkan kemungkinan adanya ancaman didalam abdomen
seperti adanya perforasi usus atau perforasi aneurisma, kehamilan ektopik, atau abses. Adanya tandatanda sistemik (tachycardia, berkeringat, tachypnea, shock), yang segera menggantikan tanda-tanda
gangguan abdomen dan menekankan perlunya segera melakukan resusitasi dan laparotomi.
Gambaran klinis yang dramatis, dimana rasa nyeri menetap ringan kemudian berubah menjadi
lebih intens dalam waktu 1-2 jam. Gejala tersebut dapat ditemukan pada cholecystitis akut,
pancreatitis akut, strangulasi usus, infark mesenterium, kolik renal atau ureter, dan obstruksi intestine
bagian proksimal (high/tinggi).

Beberapa pasien awalnya mengeluh adanya rasa tidak enak di satu bagain abdomen yang
selanjutnya terasa menyeluruh (diffuse) diseluruh abdomen. Hal ini awalnya tidak jelas apakah ada
akut abdomen atau ada penyakit lain yang mungkin lebih kearah medikal daripada kearah bedah.
Adanya gejala-gejala gastrointestinal yang awalnya tidak didapat, dan gejala sistemik tidak ada.
Namun akhirnya, nyeri dan penemuan pada daerah abdomen semakin jelas dan terlokalisir pada
daerah yang lebih kecil/sempit. Gambaran ini dapat menunjukkan lambatnya perkembangan dari
kondisi yang mendasari atau adanya daya pertahanan tubuh yang melindungi dari proses akut.
Kategori ini bisa termasuk : appendicitis (terutama yang retrocecal atau retro ileal), hernia
inkarserata, obstruksi usus halus distal dan usus besar, peptik ulcer non-complicated, wall-off (sering
pada malignancy) perforasi, kelainan ginekologis.
Berikut adalah contoh dari lokasi dan karakter nyeri. (5)

Gejala-gejala lain yang berkaitan dengan akut abdomen:


a. Muntah
b. Konstipasi
c. Diare
d. Adanya gejala-gejala spesifik yang lain: ikterus, hematoschezia, hematemesis, hematuria, kolik
ureter atau cystitis.
B. ETIOLOGI AKUT ABDOMEN
Berikut ini persentase dari penyebab Nyeri Akut Abdomen:

Nyeri abdomen nonspesifik

30-45%

Apendisitis akuta

20-25%

Colic bilier dan cholesistitis akut

7-8%

Colic ginjal/ureter

7%

Obstruksi usus

5%

Ulkus peptikum komplikasi

4%

Retensi urin akut

4%

Pankreatitis akut

3%

Trauma

3%

Penyakit Medik

3%

Divertikulosis akut

2%

Penyakit Ginekologik

2%

Penyakit Vaskuler

2%

WORLD ORGANIZATION OF GASTROENTEROLOGY RESEARCH COMMITTEE


ON ACUTE ABDOMINAL PAIN (1979)
N

NON SPECIFIC ABDOMINAL PAIN

2623

43.0

ACUTE APPENDICITIS

1476

24.2

ACUTE CHOLECYSTITIS

541

8.9

SMALL BOWEL OBSTRUCTION

292

4.0

RENAL COLIC

209

3.4

PERFORATED PEPTIC ULCER

172

2.8

ACUTE PANCREATITIS

138

2.3

ACUTE DIVERTICULAR DISEASE

128

2.1

ALL OTHER CASES

568

9.8

(Total GYNAEC + CA COLON)

6097

Etiologi Akut Abdomen secara umum: Etiologi Bedah dan Non Bedah yang dibicarakan disini adalah
etiologi di bidang bedah. Adapun etiologi dibidang bedah ialah :

INFEKSI:

Appendisitis

Kholesistitis

Divertikulitis Meckels

Abses hepar

OBSTRUKSI:

Volvulus sigmoid

Hernia inkarserata

Invaginasi

Perlekatan usus (TB, post op)

ISKHEMIA:

Trombosis / emboli mesenterium

Hernia strangulata

Torsio ovarium

PERDARAHAN:

Trauma hepar / lien

KET

Ruptur aneurisma aorta

Pankreatitis hemoragik

PERFORASI:

Ulkus gaster

Thypoid fever

C. GEJALA KLINIS
Gejala utama akut abdomen adalah: nyeri perut, kemudian disertai dengan mual, muntah dan
obstipasi. Manifestasi akut abdomen merupakan hasil dari proses peritonitis ataupun adanya
gangguan pasase pada organ berongga (contohnya: usus, ureter).
Nyeri yang diakibatkan adanya gangguan pasase pada organ berongga bersifat kolik/
intermiten, sedangkan nyeri akibat peritonitis bersifat terus-menerus. Gejala klinis yang lain
sesuai dengan penyakit / kelainan yang mendasarinya; yang memberikan gambaran klinis yang
spesifik.
Bila nyeri disebabkan karena proses peritonitis, maka tanda peritonitis akan timbul seperti :
Takikardia, takipneu, hipotensi, febris (karena syok hipovolemik dan syok septik)
Distensi abdomen
Bising usus tidak ada
Nyeri tekan abdomen dan defans muscular
Nyeri ketok abdomen, meteorismus
Digital Rectal Examination : rektum dilatasi

Bila nyeri disebabkan karena proses ileus obstruktif, maka tanda ileus obstruktif akan timbul
seperti :
Takikardia, takipneu, hipotensi (karena syok hipovolemik)
Distensi abdomen
Bising usus meningkat/metallic sound
Meteorismus
Digital Rektal Examination : rectum kolaps

Dari keluhan nyeri yang diutarakan penderita, ada beberapa kelainan yang merupakan
diferensial diagnosis yang dipertimbangkan. Juga harus dipikirkan kemungkinan kelainan yang
tidak memerlukan tindakan bedah, seperti contoh pada tabel 21-6 (5)

Beberapa diferensial diagnosa yang mungkin perlu dipertimbangkan :


a. Gastrointestinal tract :
1. Appendicitis
2. Obstruksi intestine dan kolon
3. Perforasi peptik ulcer
4. Diverticulitis
5. Hernia inkarserata
6. Perforasi usus
7. Akut gastritis
8. Pankreatitis akut
9. Cholecystitis akut
10. Peritonitis
b. Ginekologis :
1. Ruptur ectopic pregnancy
2. Torsi tumor ovarium
3. Ruptur follicle cyst
4. Cute salpingitis
5. Dysmenorrhea
6. Endometriosis
c. Genito Urinary tract :
1. Ureter atau Renal kolik
2. Pyelonephritis akut
3. Cystitis akut
d. Vascular :
1. Ruptur aneurisma Aorta
2. Ischemic colitis akut
3. Thrombosis Mesenterium
4. Perdarahan retropeitoneal.

D. DIAGNOSIS
Seperti umumnya, untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit, perlu dilakukan anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang berkaitan dengan penegakan diagnosa.
1. ANAMNESIS
Dalam melakukan anamnesis, selain mencari tahu tentang onset nyeri, sifat nyeri, fluktuasi
nyeri, juga perlu di tanyakan kepada penderita tentang :
a. Riwayat ginekologis pada wanita
b. Riwayat pemakaian obat-obatan
c. Rirawat keluarga
d. Riwayat perjalanan
e. Riwayat operasi sebelumnya
2. PEMERIKSAAN FISIK
Sepertimana biasa dalam melakukan pemeriksaan fisik mempunyai sistematika pemeriksaan,
yang pertama adalah mencari tanda-tanda spesifik yang dapat mengkonfirmasi atau
kemungkinan menyisihkan diferensial diagnosis.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan :
a. Penilaian/observasi secara umum/general.
b. Adanya tanda-tanda sistemik
c. Perikasa apakah ada febris
d. Pemeriksaan abdomen :
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Periksa daerah ingunal / femoral kemungkinan hernia
Pemeriksaan rektal
Pemeriksaan daerah pelvis.
Pada tabel dibawah ini Table 21-4 (5), dapat dilihat keadaan-keadaan yang dapat
membantu dalam penemuan pemeriksaan fisik

3. PEMERIKSAAN TAMBAHAN :
a. Laboratorium ( darah, urin, feses, fungsi liver, fungsi ginjal )
b. Imaging :
Thorak foto
Foto abdomen 3 posisi
Angiografi
Kontras GIT
USG
CT Scan
Radionucleated scan
Endoscopy
Paracentesis
Laparoscopy
E. PENATALAKSANAAN

Rehidrasi cairan dan elektrolit

Nasogastric tube

Pasang kateter urin

Puasa

Jangan memeberikan obat yang dapat menyulitkan pada evaluasi selanjutnya.

AB dapat diberikan bila penyebab dari akut abdomen diperkirakan infeksi.

Tentukan terapi bedah darurat atau konservatif

Terapi spesifik terhadap etiologi akut abdomen

Informed consent

a. INDIKASI UNTUK EKSPLORASI BEDAH


Perlunya tindakan operasi apabila diagnosis sudah pasti, tapi kadang-kadang tindakan
bedah harus dilakukan sebelum diagnosa pasti dapat ditegakkan. Dibawah ini ada tabel
beberapa indikasi untuk tindakan urgen laparotomy / laparoscopy. Diantara pasien-pasien
dengan usia >65 tahun lebih sering memerlukan operasi ( 33% ) daripada pasien yang lebih
muda (15%).

b. PENANGANAN PREOPERATIVE
Setelah assesment awal, pemberian analgesik awal di tunda. Pada dosis yang moderat,
analgetik dapat mengaburkan penemuan pemeriksaan fisik dan mengaburkan perkembangan
selanjutnya. Memang, masa abdomen bisa menjadi lebih jelas saat spasme muskulus rektus
berkurang. Nyeri yang persisten, sering memerlukan koreksi secara bedah.
1. Pemasangan infus-line
2. Resusitasi cairan
3. Pemeriksaan laboratorium
4. Pemasangan NGT
5. Pemasangan urin kateter
6. Imformed consent
7. Pemberian AB propilaksis
APENDISITIS AKUT
A. DASAR DIAGNOSIS PENTING :
1. Nyeri abdomen
2. Anorexia, nausea, dan vomiting
3. Nyeri tekan terlokalisir di regio abdomen kanan bawah

4. Panas low grade


5. Leukositosis
B. TANDA TANDA KLINIS
Apendisitis akut mempunyai manifestasi yang bermacam-macam. Gejalanya hampir menyerupai
kelainan abdomen yang lain. Progresivitas tanda dan gejalanya dapat dipakai sebagai pegangan,
berbeda dengan penyakit lain yang bersifak fluktuatif.
1. TANDA DAN GEJALA

Yang khas, dimulai dengan rasa tidak enak di mid-abdominal diikuti dengan nausea,
anorexia, dan gangguan pencernaan.

Nyeri persisten berlanjut tapi tidak berat, kadang-kadang terasa kram yang ringan. Juga
terdapat episode muntah , dan dalam beberapa jam nyerinya berpindah ke kuadran kanan
bawah abdomen,menjadi terlokalisir dan menyebabkan rasa tidak nyaman saat berjalan,
atau batuk. Pasien bisa juga mengalami konstipasi.

Pemeriksaan pada saat ini menunjukkan nyeritekan lokal pada palpasi dengan satu jari
dan mungkin terdapat sedikit defans muskuler. Nyeri lepas atau nyeri ketok (pada
perkusi) dapat ditemukan ditempat yang sama. Peristaltik normal atau sedikit menurun.
Pada pemeriksaan pelvis dan rektal mungkin negatif.

Temperatur sedikit meningkat (mis. 37.8 C) pada yang tidak perforasi.

Inflamasi apendik pada regio kanan atas dapat menyerupai cholecystitis atau perforasi
ulkus. Bahkan apabila sekum terletak pada posisi normal, apendik yang panjang dapat
mencapai bagian lain dari abdomen, apendisitis akut pada kondisi ini sangat
membingungkan.

Ada 2 point yang secara umum harus diingat :


a. Orang dengan apendik tanpa perforasi sering tidak tampak sakit. Penemuan adanya nyeri
tekan lokal pada titik McBurney adalah dasar diagnosis.
b. Suatu pegangan yang dapat membantu, bahwa apendisitis tetap ditempatkan pada urutan atas
dalam diferensial diagnosis dari akut abdomen pada orang yang sebelumnya dalam keadaan
sehat.
2. LABORATORIUM

Rata-rata Leukosit 15.000 / L, dan 90% dari pasien > 10,000 / L.

Pada pasien, diff-count menunjukkan > 57% neutrophil. Harus ditekankan, bahwa satu
dari 10 pasien dengan apendisitis akut mempunyai jumlah Leukosit dalam batas normal,
dan mempunyai diff-count sel normal.

Apendisitis pada pasien dengan HIV menunjukkan sindrom yang sama dengan orang lain,
tapi leukosit biasanya normal.

Urin biasanya normal, tapi sedikit leukosit dan eritrosit bisa ditemukan, terutama apendik
yang letaknya retrocecal atau pelvis.

3. PEMERIKSAAN IMAGING

Hampir 50% dari pasien pad foto polosa bdomen dengan apendisitis akut akan
menunjukkan gambaran adanya air-fluid level yang terlokalisir, ileus lokal, atau
meningkatnya densitas jaringan di kuadran kanan bawah pada apendisitis akut awal.

Pada plain foto abdomen, yang menunjukkan adanya gambaran batu pada kuadran kanan
bawah dan nyeri di daerah ini sangat mendukung diagnosis apendisitis

Pemeriksaan CT-scan akan tampak dilatasi apendik, dinding yang tebal.

4. APENDISITIS PADA KEHAMILAN

Wanita hamil mempunyai kecendrungan yang sama untuk mengalami apendisitis seperti
wanita tidak hamil.

Presentasi yang paling sering adalah nyeri dan nyeri tekan pada regio abdomen kanan
bawah (sindroma klasik), tetapi pembesaran uterus akan mendorong apendik ke kuadran
kanan atas.

Panas jarang terjadi dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil.

Leukositosis adalah khas, tapi ini mungkin saja tidak ada.

Problem utama adalah mengenali kemungkinan adanya apendisitis dan melakukan


apendiktomi segera. Penundaan operasi menyebabkan resiko terjadinya perforasi dan
peritonitis lebih tinggi, oleh karena omentum tidak mampu melakuka perlindungan
terhadap infeksi.

Apendiktomi pada kehamilan sering disertai dengan kelahiran prematur. Early


apendiktomi telah dapat menurunkan angka kematian ibu < 0,5% dan fetal death < 10%

C. DIAGNOSIS DAN DIFFERENTIAL DIAGNOSIS.


Diagnosis klinis apendisitis berdasarkan adanya nyeri lokal dan nyeri tekan disertai dengan
tanda-tanda inflamasi seperti panas, lekositosis, dan kenaikan kadar C-reaktif protein.
Perpindahan rasa nyeri dari periumbilikal ke kuadran kanan bawah abdomen juga diagnosis yang
signifikan.
Bila tidak ada tanda-tanda inflamasi, diagnosis kurang pasti (false negatif) dan dalam hal ini
maka pemeriksaan CT-scan dapat membantu. Strategi yang pas pada pasien yang masih samarsamar adalah melakukan observasi pasien selama 6 jam atau lebih. Selama waktu ini pasien
dengan apendisitis rasa nyerinya dan tanda inflamasi akan bertambah, sedangkan yang bukan
apendisitis gejala ini akan menghilang.
Diagnosis apendisitis akut umumnya sulit pada pasien sangat muda dan orang tua. Pada
kelompok umur ini diagnosis apendisitis sering terlambat dan sering terjadi perforasi. Pada bayi
manifestasinya hanya lethargi, iritable, dan anorexia pada stadium awal, tetapi muntah, panas, dan
nyeri dengan berlanjutnya penyakit. Gejala-gejala klasik mungkin tidak tampak pada pasien usia
lanjut, dan diagnosis sering tidak dipertimbangkan oleh dokter. Perjalanan apendisitis pada orang
tua lebih virulent, dan komplikasi supuratif terjadi lebih awal.
False positif diagnosis (20%) pada wanita usia 20 dan 40 tahun diarahkan ke pelvic
inflamatory disease (PID) dan kedaan ginekologis lain. Dibandingkan dengan apendistis, PID
lebih sering menunjukkan nyeri tekan bilateral kuadran bawah, nyeri pada adnexa sinistra, onset
sakit dalam 5 hari setelah periode menstruasi, dan tidak disertai mual dan muntah. Nyeri tekan
pada pergerakan servix sering ditemukan pada kedua kelainan ini.
D. KOMPLIKASI
1. Perforasi
2. Peritonitis
3. Apendicial mass ( appendicial abses )
4. Pylephlebitis

E. PENGOBATAN
1. Operasi
2. Preoperatif AB sebagai propilaksis
3. Apabila tidak dilakukan operasi, maka dapat hanya diberi AB, dan dilakukan observasi.
Apabila nyeri menetap maka disarankan untuk dilakukan operasi segera.
F. PROGNOSIS
a. Walaupun angka kematian pada apendisitis akut adalah nol, namun kematian tetap bisa
terjadi.
b. Angka kematian pada apendisitis akut simpel sekitar 0,1% dan tidak pernah berubah secara
signifikan sejak 1930.
c. Penanganan pre dan pos operasi terutama pada penggantian cairan sebelum operasi , dapat
mengurangi angka kematian dari perforasi sekitar 5%.
d. Infeksi post-operasi tetap saja terjadi sekitar 30% dari pasien dengan apendisitis gangrenous
atau perforasi. Walau kebanyakan dari pasien ini survive, banyak yang menjadi kritis yang
perlu perawatan lebih lama
OBSTRUKSI
Akut abdomen dapat disebabkan karena adanya obstruksi pada usus; beberapa kelainan yang
memberikan gejala obstruksi:
1. Hernia inkarserata
Disini terjadi jepitan usus oleh cincin hernia, mengakibatkan terjadinya gangguan pasase isi
usus. Pasien tidak dapat buang air besar dan bahkan flatus. Sehingga terjadi distensi abdomen, ada
tanda-tanda obstruksi usus (darm contour dan darm steifung), bunyi usus meningkat bahkan bisa
terdengar metalik sound. Palpasi pada masa hernia menimbulkan nyeri.
2. Volvulus usus
Adalah keadaan dimana usus mengalami puntiran. Volvulus ini bisa terjadi pada usus halus
dan usus besar (kolon), terutama kolon sigmoid dimana mesokolon yang panjang sehingga
memungkinkan terjadinya puntiran. Keadaan ini memberikan rasa nyeri yang hebat terutama pada
usus halus; nyeri kemudian berangsur berkurang disertai dengan adanya gejala-gejala ileus
obtruktif.
3. Invaginasi
Adalah keadaan dimana masuknya usus bagian proksimal kedalam usus bagian distal.
Biasanya sering terjadi pada anak-anak. Sering dipicu oleh adanya hiperperistaltik (diare), adanya
perubahan pola makan dari cair ke padat, adanya kelainan pada dinding usus. Awalnya
memberikan gejala nyeri yang bersifat kolik, dengan masa jeda. Bila keadaan ini berlanjut
menunjukkan gejala distensi abdomen, teraba adanya massa pada intra-abdomen (intussuseptum).
Lebih lanjut akan terjadi gangguan vaskuler strangulata dan ischemia, disusul dengan BAB
campur darah dan lendir. Pada pemeriksaan rectal toucher bisa teraba massa seperti portio (portio
like appearance), dan pada sarung tangan terdapat feses dan darah campur lendir (slim). Bahkan
ujung intussuseptum dapat keluar dari anus (prolaps).
4. Perlekatan usus.
Keadaan ini dapat terjadi kongenital atau didapat akibat adanya infeksi TBC, adanya riwayat
operasi sebelumnya. Keadaan ini akan memberikan gejala nyeri dan adanya tanda-tanda obstruksi
usus.

PERITONITIS

Peritonitis adalah respon inflamasi atau supurasi dari peritoneum terhadap iritasi langsung.

Peritonitis dapat terjadi setelah perforasi, inflamasi, infeksi atau iskemia akibat trauma pada GIT
(gastro intestinal tract) atau GUT (genito urinary tract).

Pada tabel dibawah beberapa penyebab yang sering dari peritonitis (5)

Peritonitis dibedakan atas :


1. Peritonitis Primer
Dilihat dari sumber terjadinya kontaminasi mikrobial, maka peritonitis primer adalah peritonitis
yang disebabkan oleh infeksi monomikrobial. Atau peritonitis primer adalah pertonitis yang tidak
disertai dengan perforasi organ berongga dalam rongga abdomen. Sumber infeksinya biasanya
ekstraperitoneal yang menyebar hematogen. Peritonitis primer biasanya ditemukan pada:
penderita sirosis hepatis dengan asites, nefrotik sindrom, metastasis keganasan, dan pasien dengan
peritoneal dialisis. Kejadian peritonitis primer <5% dari kasus bedah.
2. Peironitis sekunder
Peritonitis sekunder adalah peritonitis yang terjadi akibat kontaminasi bakteri yang berasal dari
visera atau eksternal (penetrating injury). Lebih sering terjadi mengikuti adanya perforasi usus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi beratnya peritonitis: tipe bakteri atau jamur, asal dan lamanya
trauma, status nutrisi dan imun pasien.
a. KLINIS
Manifestasi peritonitis menunjukkan berat dan lamanya infeksi , umur dan keadaan umum pasien.
Penemuan fisik peritonitis dibedakan atas:
1. Tanda-tanda lokal:
Nyeri abdomen, distensi, udara bebas intra peritoneal, suara usus berkurang.
2. Tanda-tanda sistemik:
Panas menggigil, takikardia, berkeringat, takipneu, dehidrasi, oliguria, disorientasi dan
akhirnya shock. Shock akibat kombinasi adanya hypovolemia dan septikemia dengan MODS
(multiple organ dysfunction). Terjadinya shock yang rekuren tanpa dapat diketahui sebabnya,

merupakan tanda-tanda adanya sepsis. Keterlambatan diketahuinya ada peritonitis


menyebabkan angka kematian bertambah.
b. LABORATORIUM
Pemeriksaan darah: hitung sel-sel darah, cross match, arterial blood gas, elektrolit, blooding time
dan clothing time, liver dan renal fungsion test. Pemeriksaan kultur darah, urin, sputum, cairan
peritoneum harus dilakukan sebelum pemberian antibiotika.
c. TERAPI
1. Penggantian cairan dan elektrolit
2. Pemasangan NGT
3. Pemasangan kateter urin
4. Mengotrol sepsis dengan operasi
5. Antibiotika sistemik
PREOPERATIVE CARE :
1. Cairan IV.
2. Pemasangan NGT bila ada distensi
3. Pemasangan urin kateter
4. Antibiotika (AB )
a. Loading dose AB intra venous harus diberikan, setelah pengambilan cairan untuk kultur.
b. AB awal yang diberikan bisa: cephalosporin generasi ke 3, Ampicillin-Sulbactam,
ticarcilin-clavulanic acid, aztreonam atau imipenem-cilastatin untuk gram-negative coli,
atau metronidazole atau clindamycin untuk bakteri anaerobe.
c. Pemilihan ABemphirik harus segera dimodifikasi yang sesuai dengan hasil kultur dan
sensitivity test apabila ada infeksi persisten atau infeksi lagi (sekitar 15-20% pasien).
d. Antibiotika tetap diberikan sampai pasien tetap tidak panas dengan jumlah Leukosit
dalam batas normal dan diff-count dengan jenis bands, 3%.
PROGNOSIS
Secara keseluruhan mortality rate general-peritonitis sekitar 40%. Faktor-faktor yang
mempengaruhi tingginya mortality rate: tipe dari penyakit primernya dan lama sakitnya, adanya MOF
(multiple organ failure) sebelum pengobatan, umur dan kesehatan umum pasien. Mortality rate
konstan < 10% pada pasien-pasien dengan perforasi ulcer dan apendisitis; pada pasien-pasien muda;
kontaminasi bakterinya yang tidak ekstensif; lebih awal diagnosa dan terapi.

Refferensi :
1. Akut abdomen, Wikipedia, the free encyclopedia: acces tgl 07 Maret 2015.
2. CLINICAL PRACTICE; Diagnostic Approach and Management of Akut Abdominal
Pain; Murdani Abdullah, M. Adi Firmansyah; Department of Internal Medicine,
Faculty of Medicine, University of Indonesia - Cipto Mangunkusumo Hospital. Jl.
Diponegoro no. 71, Jakarta Pusat 10430, Indonesia
3. Postier, Russel G, MD ; Squires, Ronald A,MD; Akut Abdomen in Sabiston Textbook
of Surgery; 18th Edition; Saunders Elsevier;2008; 1180-1196
4. Stamos, Michael J,MD; Akut Abdomen in Current Critical Care Diagnosis &
Treatment; second edition;A Lange Medical Book;2002;748-754.
5. Doherty,Gerard M,MD; The Akut Abdomen in Current Surgical Diagnosis &
Treatment; International Edition; twelfth edition; Lange Medical Book;2006; 479491.
6. Sjamsuhidayat, R Jong,Wim de; Buku Ajar Ilmu Bedah; Edisi 2; EGC Penerbit Buku
Kedokteran;2005;182-192.

Você também pode gostar

  • Tata Laksana Sindrom Nefrotik Idiopatik Pada Anak IDAI
    Tata Laksana Sindrom Nefrotik Idiopatik Pada Anak IDAI
    Documento36 páginas
    Tata Laksana Sindrom Nefrotik Idiopatik Pada Anak IDAI
    Alissa Yunitasari
    100% (3)
  • Laporan Kasus Mata Kalazion
    Laporan Kasus Mata Kalazion
    Documento7 páginas
    Laporan Kasus Mata Kalazion
    Ferdinan Goutama
    0% (4)
  • Asites PDF
    Asites PDF
    Documento4 páginas
    Asites PDF
    Grace Akwan
    Ainda não há avaliações
  • ANATOMI
    ANATOMI
    Documento17 páginas
    ANATOMI
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • PEMERIKSAAN TKP OLEH DOKTER
    PEMERIKSAAN TKP OLEH DOKTER
    Documento11 páginas
    PEMERIKSAAN TKP OLEH DOKTER
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • Korti Ko
    Korti Ko
    Documento4 páginas
    Korti Ko
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • PENDAHULUAN
    PENDAHULUAN
    Documento11 páginas
    PENDAHULUAN
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • PR Anestesi CKD
    PR Anestesi CKD
    Documento2 páginas
    PR Anestesi CKD
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Documento16 páginas
    Bab Ii PDF
    faisalfachrurarifin
    Ainda não há avaliações
  • Derma Tote Rap I
    Derma Tote Rap I
    Documento10 páginas
    Derma Tote Rap I
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • PEMERIKSAAN TKP OLEH DOKTER
    PEMERIKSAAN TKP OLEH DOKTER
    Documento11 páginas
    PEMERIKSAAN TKP OLEH DOKTER
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • PR Anes
    PR Anes
    Documento2 páginas
    PR Anes
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • Anestesi Pada Pasien Penyakit Ginjal
    Anestesi Pada Pasien Penyakit Ginjal
    Documento15 páginas
    Anestesi Pada Pasien Penyakit Ginjal
    Huda Kamal
    Ainda não há avaliações
  • Bab Iv Pembahasan
    Bab Iv Pembahasan
    Documento4 páginas
    Bab Iv Pembahasan
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • Derma Tote Rap I
    Derma Tote Rap I
    Documento10 páginas
    Derma Tote Rap I
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • Interpretasi Ekg
    Interpretasi Ekg
    Documento5 páginas
    Interpretasi Ekg
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • Tinjauan Pustaka
    Tinjauan Pustaka
    Documento17 páginas
    Tinjauan Pustaka
    Melany Sii Penghayal
    Ainda não há avaliações
  • Tuberkulosis Anak
    Tuberkulosis Anak
    Documento8 páginas
    Tuberkulosis Anak
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • Protap Perinatologi Sanglah
    Protap Perinatologi Sanglah
    Documento80 páginas
    Protap Perinatologi Sanglah
    Manik Adityaswara
    Ainda não há avaliações
  • Tugas 3
    Tugas 3
    Documento2 páginas
    Tugas 3
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • SATELIT SIMPOSIUM 6.1 DM UPDATE DAN Hb1C OLEH DR. Dr. Fatimah Eliana SPPD KEMD PDF
    SATELIT SIMPOSIUM 6.1 DM UPDATE DAN Hb1C OLEH DR. Dr. Fatimah Eliana SPPD KEMD PDF
    Documento7 páginas
    SATELIT SIMPOSIUM 6.1 DM UPDATE DAN Hb1C OLEH DR. Dr. Fatimah Eliana SPPD KEMD PDF
    HipoAflis
    Ainda não há avaliações
  • Komplikasi
    Komplikasi
    Documento2 páginas
    Komplikasi
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • Hil
    Hil
    Documento9 páginas
    Hil
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • Penda Hulu An
    Penda Hulu An
    Documento11 páginas
    Penda Hulu An
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • Penatalaksanaan Gizi Buruk
    Penatalaksanaan Gizi Buruk
    Documento8 páginas
    Penatalaksanaan Gizi Buruk
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • Komplikasi
    Komplikasi
    Documento2 páginas
    Komplikasi
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Documento18 páginas
    Bab I Pendahuluan
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • Tumor Buli
    Tumor Buli
    Documento3 páginas
    Tumor Buli
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
    Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
    Documento1 página
    Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações
  • Immune Thrombocytopenic Purpura 2
    Immune Thrombocytopenic Purpura 2
    Documento5 páginas
    Immune Thrombocytopenic Purpura 2
    NurshadrinaHendrakaramina
    Ainda não há avaliações