Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam ilmu kedokteran radiodiagnostik
merupakan salah satu cabang ilmu
yang
bertujuan untuk membantu penegakan diagnose
suatu penyakit. Penegakan diagnose dilakukan
dengan memanfaatkan sinar X yang akan
menghasilkan gambaran bayangan radiografi
laten. Adapun untuk mengubah bayangan laten
menjadi gambaran nyata memerlukan proses
yang terdiri dari: pembangkitan (developing),
pembilasan
(rinsing), penetapan
(fixing),
pencucian (washing), pengeringan (driying).
Suatu proses pengolahan film radiografi
akan menghasilkan beberapa limbah yang pada
umumnya dapat mengganggu kesehatan tubuh
manusia yang bersifat berbahaya dan beracun,
yaitu terdiri baik dari limbah padat, cair, dan gas
yang mengandung zat-zat kimia.
Limbah merupakan suatu bahan yang
terbuang atau yang dibuang dari hasil aktivitas
manusia maupun proses alam yang tidak atau
belum mempunyai nilai ekonomis, bahkan dapat
mempunyai nilai negatif karena penanganan
untuk
membuang
atau
membersihkan
membutuhkan biaya yang cukup besar,
disamping itu juga dapat mencemari
lingkungan.
Menurut Nova Rahman, 2009. Developer
adalah cairan yang digunakan untuk proses
pembangkitan (developing).
Developer
tersusun dari :
Developing agent : Bahan di dalam
developer yang mampu merubah
perak halogen menja diperak logam.
Accelerator : Untuk mempercepat proses
pembangkitan.
Restainer : Untuk mengolah reduksi
yang berlebihan,terutama kristal
AgBr yang tidak terkena eksposi.
Preservative : Bahan di dalam
developer untuk mencegah atau
menangkal terjadinya oksidasi pada
developer agent.
Selvent : Sebagai pelarut, yang
biasanya menggunakan air.
Buffer : Terdapat di dalam
developer, berfungsi untuk
menjaga pH developer agar stabil
dan keaktifanya tetap konstan.
3
Menambah wawasan
dan
pengetahuan bagi mahasiswa tentang
pengolahan limbah developer dan dapat
lebih banyak menyediakan
referensi-referensi
buku
tentang
pengolahan limbah radiologi.
1.4.2
1.4.3
Bagi Peneliti
Mampu menambah wawasan dan
pengetahuan tentang proses
pengolahan limbah radiologi.
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAAN PUSTAKA
Dalam bab ini terdapat beberapa referensireferensi yang mendukung topik masalah yang di
angkat, kerangka konsep, definisi operasional.
BAB III METODE PENELITIIAN
Dalam bab ini di jelaskan metodelogi
penelitian, alat dan bahan, langkah kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Limbah Secara Umum
Limbah bahan berbahaya dan beracun,
disingkat limbah B3, adalah sisa suatu usaha atau
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun yang karena sifat, konsentrasinya,dan
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan atau merusak
lingkungan hidup, dan dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lain.
(Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1999)
Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan
oleh limbah tergantung pada jenis dan
karakteristik
limbah.Berdasarkan
karakteristiknya, limbah dapat digolongkan 4
bagian meliputi, limbah cair, limbah padat,
limbah gas dan partikel, dan limbah B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun).
Ciri-ciri limbah yang termasuk B3 adalah:
mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun,
menyebabkan
infeksi,
bersifat
korosif.Adapun faktor yang mempengaruhi
kualitas limbah diantaranya,volume limbah,
kandungan bahan pencemar, dan frekuensi
pembuangan limbah.
Secara garis besar zatzat yang terdapat
didalam air limbah secara detail (kandungan
dan sifat-sifatnya), mempunyai sifat yang
dibedakan menjadi tiga bagian besar antara lain
sifat fisik,kimia dan biologis. Cara pengukuran
yang dilakukan untuk mengetahui sifat tersebut
dilaksanakan secara berbedabeda sesuai dengan
keadaannya.Analisa jumlah dan satuan biasanya
diterapkan untuk penelaahan bahan kimia,
sedangkan analisa dengan menggunakan
penggolongan banyak diterapkan apabila
menganalisa kandungan biologisnya.
a.
BAB V PENUTUP
b.
c.
4
air limbah. Sifat biologis ini diperlukan
untuk mengukur kualitas air terutama bagi
air yang dipergunakan sebagai air minum
serta untuk keperluan lainnya.
Limbah adalah zat sisa yang dihasilkn
sebagai akibat dari aktivitas manusia, aktivitas
alam, perkembangan industri dan modernisasi.
Limbah dapat digolongkan menjadi beberapa
jenis, yaitu : sampah yang mudah membusuk
(Garbage), sampah yang tidak membusuk
(Rubbish), sejenis abu hasil dari proses
pembakaran (Ashes), bangkai hewan (Dead
animal), sampah atau kotoran yang berserakan di
jalan (Street sweeping), benda padat dan benda
cair yang sudah
tidak terpakai dari sisa industry.
2.2 Dampak limbah bagi kesehatan
Timbunan sampah dapat menjadi tempat
pembiakan lalat yang dapat mendorong
penularan infeksi, timbunan sampah dapat
menimbulkan penyakit yang terkait dengan
tikus,.Penyakit diare, kolera, tifus menyebar
dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat
bercampur air minum.Penyakit demam berdarah
(haemorhagic fever) dapat juga meningkat
dengan cepat di daerah yang pengelolaan
sampahnya kurang memadai, Penyakit jamur
dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit),
Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai
makanan.Salah satu contohnya adalah suatu
penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk kedalam
pencernaaan
binatang
ternak
melalui
makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
2.3 Limbah Radiologi
Limbah radiologi adalah Sisa dari hasil
kegiatan radiologi yang menghasilkan limbah
yang berupa cair, padat, dan gas di antaranya
limbah cair yang berdampak bagi kesehatan
maupun lingkungan yang meliputi :
2.4 Pengertian Developer
Menurut Nova Rahman, 2009. Developer
adalah cairan yang digunakan untuk
proses pembangkitan (developing). Developer
tersusun dari :
5
Bahan ini biasanya
digunakan pada perosesing
manual.bahan
ini
juga
mempunyai sifat dapat breaksi
dengan
air
sehingga
menghasilkan NaOH sebagai
cadangan. Fungsi NaOH selain
sebagai
accelerator
juga
berfungsi sebagai penetralisir
asam sebagai hasil reaksi oleh
developer yaitu HBr.
NaOH (Natrium Hidroksida)
Bersifat sangat mudah
menarik CO2 dari udara, oleh
karena itu bahan dan jenis ini
harus selalu di simpan dengan
wadah yang tertutup rapat
karena jika tidak akan mudah
terjadi oksidasi yang bias
memperpendek
umur
dari
developer .
2.4.3 Bahan penahan (restrainer).
Fungsi bahan penahan adalah untuk
mengendalikan aksi reduksi bahan
pembangkit terhadap kristal yang tidak
tereksposi, sehingga tidak terjadi kabut
(fog) pada bayangan film. Bahan yang
sering digunakan adalah kalium
bromida.
6
mengendalikan pembengkakan
penyerapan uap air.
akibat
2.6 Fixing
Merupakan tahap ke tiga dari pengolahan film,
yang memiliki tujuan sebagai berikut :
a) Menghentikan
proses
pembangkitan
sehingga tidak ada lagi perubahan
bayangan pada film.
b) Untuk melarutkan perak bromide yang
tidak terkena eksposi, sehingga bagian dari
film yang tidak terkena eksposi tersebut
akan bening (tidak berwarna). Ini akan
memudahkan kita untuk menganalisa film
tersebut.
Larutan fixing memiliki komponen
sebagai berikut :
2.6.1 Fixing agent (agen fiksasi)
Fixing agen adalah bahan yang mampu
mengkonversi senyawa perak halida
(AgBr) menjadi senyawa yang larut
dalam air. Beberapa tugas/ fungsi dari
fixing agen adalah :
a) bereaksi dengan perak halida
menjadi senyawa yang larut
dalam air.
b) tidak merusak gelatin (lapisan
film).
c) tidak meninggalkan efek yang
berarti pada
gambaran
tampak yang terbentuk.
Bahan yang digunakan sebagai
fixing agent diantaranya adalah :
a. Sodium Thiosulfat (Na2S2O3)
Sodium thiosulfat adalah fixing
agen yang paling umum digunakan,
biasa dikenal dengan nama hypo.
Reaksi antara hypo dengan perak
halida menghasilkan zat polysillabic
(banyak/ bersuku-suku) yang larut
dalam air
Na2S2O3 + AgBr
Na3Ag(S2O3)2 + NaBr
sodium
thiosulfat +
perak
halida menjadi sodium sulfat dari
asam
mono argento
dithiosulfat + sodium bromide.
Dibuat dengan melarutkan
sodium thiosulfat bubuk dalam air,
namun
dapat
juga
dengan
mencampurkan sodium thiosulfat cair
dengan air.Efek yang terjadi pada
saat berhadapan langsung dengan zat
ini adalah rasa tajam di belakang
mulut.
b.
Amonium Thiosulfat
Fixing agen lain yang digunakan
adalah
Amonuim
thiosulfat
((NH4)2S2O3), umumnya
zat
ini
digunakan dalam bentuk cairan pekat.
Reaksi antara amonium thiosulfat
dengan perak halida adalah :
7
(stabilizer)
dan
(preservative).
bahan
penangkal
2.6.3 Stabilizer
Stabilizer adalah bahan yang digunakan
untuk mencegah mengendapnya unsur S.
biasanya digunakan sulfit, bisulfit atau
metasulfit.Apabila menggunakan asam cuka
(CH3COOH) maka preservativenya adalah
natrium
sulfit (Na2SO3).
2.6.4 Buffer
Buffer memiliki fungsi untuk menjaga
kestabilan pH dari larutan fixer dikisaran 4,05,0. Perubahan pH ini disebabkan karena ikut
terbawanya larutan developer yang bersifat
basa, sehingga menaikan pH larutan fixer.
Larutan buffer yang umunya digunakan adalah
pasangan asam asetat (CH3COOH) dan
natrium asetat (CH3COONa) atau
natrium sulfite (Na2SO3) dan natrium
bisulfit.
2.6.5 Hardener
Lapisan emulsi akan mengalami
pembengkakan selama processing, hal ini
dikarenakan film menyerap uap air.
Pembengkakan ini akan terlihat jelas pada
proses rinsing dan washing, sebenarnya
pembengkakan telah terjadi sejak film
memasuki proses developing dan fixing, akan
tetapi karena larutan yang digunakan pada
proses developing dan fixing memiliki
konsentrasi garam yang tinggi maka
pengembangan yang terjadi pada film hanya
sedikit dan tidak terlihat jelas.
Peranan dari proses hardener yaitu :
a). suhu pada processing dapat
lebih tinggi (terutama pada proses
otomatis).
b). emulsi (gelatin) menyerap air lebih
sedikit, sehingga akan lebih cepat
kering.
c). film tidak mudah rusak akibat
tekanan, goresan dan gangguan fisik
lainya.
Bahan hardener yang digunakan adalah :
a. Chrome potassium alum
(K2SO4Cr2(SO4)24 H2O)
b. Potassium alum (K2SO4Al2(SO4)324
H2O)
c. Aluminium klorida (Al2Cl)
2.6.6 Solvent
13
aaaaaas
12
11
10
Alkali
Larutan
Air Laut
Darah
8
2.7 PROSES
PENGOLAHAN LIMBAH SECARA
KIMIA
7
NETRAL 7,0
Susu
Air
6
A
2
1
0
Jus
Getah
Asam
2.7.1 Netralisasi
Netralisasi adalah reaksi antara asam dan
basa menghasilkan air dan garam. Dalam
pengolahan air limbah, pH diatur antara 6,0
9,5. Di luar kisaran pH tersebut, air limbah akan
bersifat racun bagi kehidupan air, termasuk
bakteri.
Jenis bahan kimia yang ditambahkan tergantung
pada jenis dan jumlah air limbah serta kondisi
lingkungan setempat. Netralisasi air limbah
yang bersifat asam dapat menambahkan
Ca(OH)2 atau NaOH, sedangkan bersifat basa
dapat menambahkan H2SO4, HCl, HNO3,
H3PO4, atau CO2 yang bersumber dari flue
gas.
Netralisasi dapat dilakukan dengan dua
system, yaitu: batch atau continue, tergantung
pada aliran air limbah. Netralsasi system batch
biasanya digunakan jika aliran sedikit dan
kualitas air buangan cukup tinggi. Netralisasi
system continue digunakan jika laju aliran besar
sehingga perlu dilengkapi dengan alat kontrol
otomatis.
2.7.2 Presipitasi
Presipitasi adalah pengurangan bahanbahan terlarut dengan cara penambahan bahan bahan kimia terlarut yang menyebabkan
terbentuknya
padatanpadatan.
Dalam
pengolahan air limbah, presipitasi digunakan
untuk menghilangkan logam berat, sufat,
9
Nam
a
Varia
bel
Definisi
1.Li
mba
h
devel
oper
pH pada
larutan
yang
bersifat
alkali
dengan
rentang
nilai 9,5
10,7
menurut
Ball dan
Prince
( 1995 )
2
Peng
olaha
n
limb
ah
Penamba
han air ke
dalam
limbah
developer
dengan
perbandin
gan 1:1,
1:2, 1:3,
1:4, 1:5
dan
seterusny
a hingga
pH
mendekat
i pH
netral.
Cara
Ukur
Dengan
mencelup
kan pH
mater ke
dalam
larutan
developer
Al
at
U
ku
r
p
H
m
ete
r
Skala
Ukur
Ratio
Ha
sil
U
ku
r
Ni
lai
p
H
814
Dengan
p
Ratio Ni
mencelup H
lai
kan pH
m
p
meter ke
ete
H
dalam
r
+7
larutan
developer
yang
sudah di
campur
air
dengan
perbandin
gan 1:1,
1:2, 1:3,
1:4, 1:5
cc dan
seterusny
a hingga
pH
mendekat
i pH
netral.
dengan melibat kan bakteri aerob. Yaitu
bakteri/jasad renik yang didalam aktivitas
kehidupan nya senantiasa membutuhkan
kehadiran oksigen. Proses anaerob adalah
sebaliknya, yaitu tidak membutuhkan kehadiran
oksigen dalam aktivitas kehidupannya. (Sugeng
Abdullah, 2000)
Alat dan
bahan
yang di
butuhkan
pH meter
dan
limbah
developer
PROSES
Pengukura
n pH
limbah
developer
dan
pencampu
ran Air
OUTPUT
1. Pengukuran
1. Pengukuran
penurunan
pH
limbah
penurunan pH limbah
developer
developer mendekati
mendekati
pH NetralpH
Netral
2. limbah
2. limbah developer di
developer di uji
uji sebelum
sebelum
dan dan
sesudahdidi campur
sesudah
campur
dengandengan
air
air
10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian
ini adalah deskritif kuantitatif dengan pendekatan
eksperimental, dengan jalan melakukan percobaan
langsung pengukuran pH limbah developer
menggunakan alat berupa pH meterterhadap
penurunan pH limbah developer setelah dicampur
dengan menggunakan air.
3.2 Waktu dan Tempat
3.2.1 Waktu Penelitian
Pada tanggal 12 Juni 2014
3.2.2 Tempat Penelitian
Pengambilan sampel limbah developer
di lakukan di RSUD dr.H. Bob Bazar
SKM dan Dinas Kesehatan Kalianda
Lampung selatan.
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
1. pH meter
2. Gelas Ukur
3. spuit
4. Pengaduk
5. Sarung tangan
6. Ember
3.3.2 Bahan
1. Limbah cairan developer
2. Air
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Prosedur oprasional pH meter
pH air
11
b) Coding
: Merubah data
sebelum dan sesudah
di campur air.
c) Tabulating : Keseluruhan data
yang di peroleh dari
editing dalam hal ini
tabel.
d) Finising : Mencatat hasil
penelitian dan
menarik kesimpulan
dari penelitian yang
telah di lakukan
3.6.2 Analisa Data
Analisa data di lakukan secara
deskritif
eksperimental
dengan
mengukur pH larutan limbah developer
yang di tambahkan air dengan
perbandingan 1:10, 1:100, 1:500,
1:1000,
dan
seterusnya
sampai
mencapai pH mendekati netral.
BAB IV
12
4
1:1000
7,19
1:1500
6,42
Skala
pH
8,52
1:100
8,43
1:500
7,99
13
Dalam setiap pergantian cairan limbah
developer yang sudah tidak terpakai dan 5 liter
liquid developer yang dilarutkan menjadi 20 liter.
Larutkan developer, jika sudah menjadi limbah
developer, sebelum dibuang ke lingkungan
sebaiknya, limbah dicampur dengan air dengan
perbandingan 1:1000 atau + 20 liter limbah
developer :20.000 liter air.
Limbah developer yang sudah dicampur air
dengan mendekati pH netral, maka limbah tersebut
sudah ramah lingkungan karna kandungan yang
terdapat di dalam limbah developer menggunakan
proses pengenceran dengan menambahkan air pada
limbah sehingga menurunkan kosentrasi kadar zat
beracun/tingkat berbahayanya turun. (Peraturan
Pemerintah No 18 tahun 1999)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari uraian hasil dan pembahasan pada
penulisan karya tulis ilmiah ini dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1). Pengolahan limbah developer dengan pH
awal 8,99 dan pH air 6,23, selanjutnya di
lakukan pelarutan limbah developer dengan
air menggunakan perbandingan 1:10, 1:100,
1:500, 1:1000, 1:1500.
2). Hasil pengukuran pH diperoleh pada
perbandingan 1:10 dengan nilai pH 8,52,
1:100 dengan nilai pH 8,43, 1:500 dengan
nilai pH 7,99, 1:1000 dengan nilai pH 7,19,
dan 1:1500 dengan nilai pH 6,42.
3).
5.2 Saran
1.
2.