Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
sebagai
variasi
dari
kebutuhan
khusus,
seperti disability,
impairment, danHandicap. Menurut World Health Organization (WHO), definisi masingmasing istilah adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada
ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.
b. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
Konsep anak berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki makna
dan spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa
(exceptional children). Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang secara pendidikan
memerlukan layanan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya.
Anak berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan
hambatan perkembangan (barier to learning and development). Oleh sebab itu mereka
memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan
perkembang yang dialami oleh masing-masing anak.
Yang
termasuk
kedalam
anak
berkebutuhan
khusus
antara
Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. tunanetra
dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (Blind) dan low vision.
Definisi Tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki lemah
penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi
memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra penglihatan
maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba
dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam
memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus
bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan braille, gambar
timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara adalahtape
recorder dan peranti lunak JAWS. Untuk membantu tunanetra beraktifitas di sekolah
luar biasa mereka belajar mengenai Orientasi dan Mobilitas. Orientasi dan Mobilitas
diantaranya mempelajari bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta
bagaimana menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari
alumunium)
Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik
dalam
berbicara
sehingga
mereka
biasa
disebut tunawicara.
Cara
berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah
dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di
setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu
cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa
tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu
yang abstrak.
Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada
dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang
muncul
dalam masa
perkembangan.
klasifikasi
tunagrahita
berdasarkan
pada
20).
Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih dititik beratkan pada kemampuan bina
diri dan sosialisasi.
Tunadaksa
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh
kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat
kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat gangguan
pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam melakukan
aktifitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang yaitu memilki
keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik, berat yaitu
memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu mengontrol gerakan
fisik.
Tunalaras
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan
emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang
yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat
disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan
sekitar.
Kesulitan belajar
Adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar
psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan
menulis
yang
dapat
mempengaruhi
kemampuan
berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal
otak,dislexia, dan afasia perkembangan. individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata
atau diatas rata-rata, mengalami gangguan motorik persepsi-motorik, gangguan
koordinasi gerak, gangguan orientasi arah dan ruang dan keterlambatan perkembangan
konsep.
c. Anggota-Anggota Tim Terkait Dalam Layanan Pendidikan Khusus
Dalam hal layanan pendidikan khusus tidak hanya faktor kebijakan saja yang
menentukan tetapi juga tim work yang mendukung, berikut ini adalah komponen tim
work :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
School counselor adalah mereka yang menangani bukan saja siswa biasa
tetapi juga siswa dengan kebutuhan khusus, pada sekolah regular.
7.
8.
9.
10.
General educational teacher adalah guru pada kelas regular yang memiliki
kemampuan untuk untuk memeberikan pelayanan bagi anak berkebutuhan
khusus.
11.
Pareducator adalah para profesinal yang bekerja di bawah arahan guru atau
professional dalam memberikan pelayanan bagi siswa berkebutuhan khusus.
12.
13.
bahwa
adanya
kemungkinan
kelak
menjadi
anak
tersebut mencakup
fisik,emosi, kognitif,dan
intuisi. Dari
Anak Autis
Memiliki anak yg menderita autis memang berat. Anak penderita autis seperti seorang
yg kerasukan setan. Selain tidak mampu bersosialisasi, penderita tidak dapat
mengendalikan emosinya. Kadang tertawa terbahak, kadang marah tak terkendali. Dia
sendiri tdk mampu mengendalikan dirinya sendiri & memiliki gerakan2 aneh yg selalu
diulang2. Selain itu dia punya ritual sendiri yg harus dilakukannya pada saat2 atau
kondisi tertentu.
Penelitian yg intensive di dunia medis pun dilakukan oleh para ahli. Dimulai dari
hipotesis sederhana sampai ke penelitian klinis lanjutan. Dan setelah banyak membaca
& mengamati, saya sebagai orang awam yg sederhana ini dapat menarik kesimpulan
sementara, yaitu:
1. Autis bukan karena keluarga (terutama ibu yg paling sering dituduh) yg tdk dapat
mendidik penderita. Anak autis tidak memiliki minat bersosialisasi, dia seolah
hidup didunianya sendiri. Dia tidak peduli dgn orang lain. Orang lain (biasanya
ibunya) yg dekat dengannya hanya dianggap sebagai penyedia kebutuhan
hidupnya. (Baca: Teory of Mind, yg ditulis oleh seorang autis).
2. Jarang sekali anak autis yg benar2 diakibatkan oleh faktor genetis. Alergi
memang bisa saja diturunkan, tapi alergi turunan tidak berkembang menjadi
autoimun seperti pada penderita autis.
3. Terjadi kegagalan pertumbuhan otak yg diakibatkan oleh keracunan logam berat
seperti mercury yg banyak terdapat dalam vaksin imunisasi atau pada makanan
yg dikonsumsi ibu yg sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam
berat yg tinggi.
4. Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yg diperlukan dalam
pertumbuhan otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur
dalam lambungnya.
5. Terjadi autoimun pada tubuh penderita yg merugikan perkembangan tubuhnya
sendiri karena zat2 yg bermanfaat justru dihancurkan oleh tubuhnya sendiri.
(3) keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri (Chaplin, h. 46, 2005).
Autistic disorder adalah adanya gangguan atau abnormalitas perkembangan pada
interaksi social dan komunikasi serta ditandai dengan terbatasnya aktifitas dan
ketertarikan. Munculnya gangguan ini sangat tergantung pada tahap perkembangan
dan usia kronologis individu. Autistic disorder kadang-kadang dianggap early infantile
autism, childhood autism, atau Kanners autism (American Psychiatric Association, h.
70, 2000). Perilaku autistic digolongkan dalam dua jenis, yaitu perilaku yang eksesif
(berlebihan) dan perilaku yang deficit (berkekurangan). Yang termasuk perilaku eksesif
adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk) berupa menjerit, menggigit, mencakar,
memukul, dsb. Di sini juga sering terjadi anak menyakiti dirinya sendiri (self-abused).
Perilaku deficit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku social kurang sesuai, deficit
sensori sehingga dikira tuli, bermain tidak benar dan emosi yang tidak tepat, misalnya
tertawa-tawa tanpa sebab, menangis tanpa seba, dan melamun.
World Health Organization's International Classification of Diseases (ICD-10)
mendefinisikan autisme (dalam hal ini khusus childhood autism) sebagai adanya
keabnormalan dan atau gangguan perkembangan yang muncul sebelum usia tiga tahun
dengan tipe karakteristik tidak normalnya tiga bidang yaitu interkasi social, komunikasi,
dan perilaku yang diulang-ulang (World Health Organozation, h. 253, 1992). WHO juga
mengklasifikasikan autisme sebagai gangguan perkembangan sebagai hasil dari
gangguan pada system syaraf pusat manusia.
Autisme dimulai pada awal masa kanak-kanak dan dapat diketahui pada minggu
pertama kehidupan. Dapat ditemukan pada semua kelas social ekonomi maupun pada
semua etnis dan ras. Penderita autisme sejak awal kehidupan tidak berhuungan
dengan orang lain dengan cara yang biasa. Sangat terbatas pada kemampuan bahasa
dan sangat terobsesi agar segala sesuatu tetap pada keadaan semula (sama).
Delapan puluh persen anak autis memiliki IQ dibawah 70 (Davison, h. 436-437, 1998)
yang bisa digolongkan juga sebagai retardasi mental. Akan tetapi autisme berbeda
dengan retardasi mental. Penderita retardasi mental menunjukkan hasil yang
memprihatinkan pada semua bagian dari sebuah tes inteligensi. Berbeda dengan
penderita autis, mereka mungkin menunjukkan hasil yang buruk pada hal yang
berhubungan dengan bahasa tetapi mereka ada yang menunjukkan hasil yang baik
pada kemampuan visual-spatial, perkalian empat digit, atau memiliki long term memory
yang baik. Mereka mungkin memiliki bakat besar yang tersembunyi.
Prevalensi nya adalah 5 : 10.000 dengan perbandingan antara anak laki-laki dan
perempuan adalah 4 : 1. Jadi anak laki-laki memiliki kemungkinan mengidap autisme
lebih esar disbanding anak perempuan.
b. Penyebab
Menurut Bruno Bettelheim, dengan pendekatan Psikoanalisis dia berpendapat bahwa
ketika seorang anak berhadapan dengan sebuah dunia yang tidak responsive yaitu
yang merusak dan menyebabkan frustrasi, anak akan menarik diri darinya dan dari
orang lain (Kendall, h. 514, 1998). Tapi pendapat ini tidak banyak memberikan bukti
ilmiah yang dibutuhkan untuk mendukung teori tersebut.
Melalui pendekatan behaviorisme, Ferster mengemukakan pendapat bahwa
dikarenakan ketidakpedulian orang tua, khususnya ibu, menghentikan pembangunan
hubungan yang menjadi reinforcerment bagi manusia untuk bersosialisasi (Davison, h.
444, 1998).
Akan tetapi autisme tampaknya tidak disebabkan oleh tigkah laku orang tua yang
dingin, tidak peduli, maupun perilaku patologis lainnya. Menurut sebuah penelitian yang
dilakukan oleh David Hansen dan Irving Gottesman dapat disimpulkan bahwa tidak ada
bukti kuat yang menunjukkan bahwa factor genetic tidak sepenuhnya berperan dalam
perkembangan autisme (Kendall, h. 514, 1998). Memang ditemukan kelainan
kromosom pada anak autis, namun kelainan itu tidak selalu pada kromosom yang sama
(Handojo, h. 14, 2003).
Diyakini bahwa gangguan tersebut terjadi pada fase pembentukan organ-organ
(organogenesis) yaitu pada usia kehamilan antara 0-4 bulan. Organ otak sendiri baru
terbentuk pada usia kehamilan setelah 15 minggu. Pada kehamilan trisemester pertama
yaitu 0-4 bulan factor pemicu autisme biasanya terdiri dari infeksi toxoplasma, rubella,
candida, logam berat (Pb, Al, Hg, Cd), zat aditif (MSG, pengawet, pewarna), obatobatan, jamu peluntur, muntah-muntah yang hebat (hiperemesis), pendarahan berat, dll
(Handojo, h. 15, 2003).
Pada proses kelahiran yang lama di mana terjadi ganggua nutrisi dan oksigenasi pada
janin ataupun pemakaian forsep juga dapat memicu terjadinya autisme. Sesudah lahir
atau post-partum, autisme juga dapat terjadi karena pengaruh infeksi pada bayi,
imunisasi MMR, dan hepatitis B, logam berat, zat pewarna, MSG, zat pengawet, protein
susu sapi (kasein), dan protein tepung terigu (gluten) (Handojo, h. 15, 2003).
Pada sebuah studi, subjek autisme menunjukkan pengurangan aktifitas otak, otak
penderita autisme sedikit lebih lebar dan berat daripada orang normal, dan syarafsyarafnya dideskripsikan sebagai tidak berkembang dengan matang (Kendall, h. 514,
1998).
Dari penelitian yang dilakukan para pakar dari banyak Negara ditemukan beerapa fakta
yaitu adanya kelainan anatomis pada lobus patietalis cerebellum dan system limbiknya.
43 % penyandang autisme mempunyai kelainan pada lobus parietalis otaknya yang
menyebabkan anak tidak peduli dengan lingkungannya. Kelainan juga ditemukan pada
otak kecil yang berfungsi pada proses sensoris, daya ingat, berfikir, belajar berbahasa,
dan proses atensi yaitu pada lobus ke VI dan VII (Handojo, h. 14, 2003).
Sel purkinye juga sangat sedikit sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin
dan dopamine yang mengakiatkan terjadinya gangguan penghantaran impuls di otak.
Selain itu ditemukan kelainan yang khas di dalam system limbic yang disebut
hipokampus dan amigdala yang mengakibatkan gangguan fungsi control terhadap
agresi dan emosi (Handojo, h. 14, 2003).
Hipokampus berpengaruh pada fungsi belajar dan daya ingat sehingga bila hipokampus
terganggu maka terjadi kesulitan menyimpan informasi baru. Perilaku yang berulangulang, aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan hipokampus (Handojo, h. 14,
2003).
Penyebab autisme menurut hasil penelitian antara lain :
a. Vaksin yang mengandung Thimerosal : Thimerosal adalah zat pengawet yang
digunakan di berbagai vaksin. Karena banyaknya kritikan, kini sudah banyak vaksin
yang tidak lagi menggunakan Thimerosal di negara maju.
b. Televisi : Semakin maju suatu negara, biasanya interaksi antara anak - orang tua
semakin berkurang karena berbagai hal. Sebagai kompensasinya, seringkali TV
digunakan sebagai penghibur anak. Ternyata ada kemungkinan bahwa TV bisa menjadi
penyebab autisme pada anak, terutama yang menjadi jarang bersosialisasi karenanya.
Dampak TV tidak dapat dipungkiri memang sangat dahsyat, tidak hanya kepada
perorangan, namun bahkan kepada masyarakat dan/atau negara.
c. Genetik : Ini adalah dugaan awal dari penyebab autisme; autisme telah lama
diketahui bisa diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya. Namun tidak itu saja,
juga ada kemungkinan variasi-variasi lainnya. Salah satu contohnya adalah bagaimana
anak-anak yang lahir dari ayah yang berusia lanjut memiliki peluang lebih besar untuk
menderita autisme. (walaupun sang ayah normal / bukan autis)
d. Makanan : Pada tahun 1970-an, Dr. Feingold dan kolega-koleganya menyaksikan
peningkatan kasus ADHD dalam skala yang sangat besar. Sebagai seseorang yang
pernah hidup di era 20 / 30-an, dia masih ingat bagaimana ADHD nyaris tidak ada sama
sekali di zaman tersebut. Pada intinya, berbagai zat kimia yang ada di makanan
modern (pengawet, pewarna, dll) dicurigai menjadi penyebab dari autisme pada
beberapa kasus. Ketika zat-zat tersebut dihilangkan dari makanan para penderita
autisme, banyak yang kemudian mengalami peningkatan situasi secara drastic
e. Radiasi pada janin bayi : Sebuah riset dalam skala besar di Swedia menunjukkan
bahwa bayi yang terkena gelombang Ultrasonic berlebihan akan cenderung menjadi
kidal. Dengan makin banyaknya radiasi di sekitar kita, ada kemungkinan radiasi juga
berperan menyebabkan autisme. Yang sudah jelas mudah untuk dihindari adalah USG hindari jika tidak perlu.
f. Folic Acid : Zat ini biasa diberikan kepada wanita hamil untuk mencegah cacat fisik
pada janin. Dan hasilnya memang cukup nyata, tingkat cacat pada janin turun sampai
sebesar 30%. Namun di lain pihak, tingkat autisme jadi meningkat. Pada saat ini
penelitian masih terus berlanjut mengenai ini. Sementara ini, yang mungkin bisa
dilakukan oleh para ibu hamil adalah tetap mengkonsumsi folic acid - namun tidak
dalam dosis yang sangat besar (normalnya wanita hamil diberikan dosis folic acid 4x
lipat dari dosis normal).
c. Karakteristik
Menurut kriteria diagnostic dalam DSM IV karakteristik penderita adalah (American
Psychiatric Association, h. 75, 2000). Harus ada sedikitnya 6 gejala dari (1), (2), dan (3),
dengan minimal 2 gejala dari (1) dan masing-masing 1 gejala dari (2) dan (3).
1. Gangguan kualitatif dalam interaksi social yang timbal balik.
a. Tak mampu menjalin interaksi social yang cukup memadai : kontak mata sangat
kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang kurang tertuju
b. Tak bisa bermain dengan teman sebaya
c. Tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain
d. Kurangnya hubungan social dan emosional yang timbal balik
2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi
a. Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tak berkembang (dan tidak ada usaha
untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara)
b. Bila bisa bicara, bicara tidak dipakai untuk komunikasi
c. Sering menggunakan bahasa aneh yang diulang-ulang
d. Cara bermain kurang variatif,kurang imajinatif, dan kurang isa meniru
e. Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku, minat, dan
kegiatan.
f. Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat khas dan
berlebih-lebihan
g. Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistic atau rutinitas yang tak ada gunanya
h. Ada gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang
i. Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda
Penderita autisme secara umum mengalami tiga jenis kesulitan, yang sering disebut the
triad of impairments, yaitu :
1. Interaksi social (kesulitan dalam menjalin hubungan social, contohnya menjauh
atau bersikap dingin dan tidak menghiraukan orang lain )
2. Komunikasi social (kesulitan dalam komunikasi baik verbal maupun non-verbal,
contohnya tidak mengerti arti dari isyarat yang umum, ekspresi wajah, dan nada suara)
3. Imajinasi social (kesulitan dalam mengembangkan permainan interpersonal dan
imajinasi, seagai contoh mempunyai hanya sedikit aktifitas imajinatif, meniru, dan hanya
mengulang-ulang)
Selain ketiga kesulitan tersebut, pola perilaku yang diulang-ulang (obsesif-kompulsif
dan perilaku ritual, seperti jalan berjinjit-jinjit, diam seperti batu, dsb) dan menolak
adanya perubahan pada hal rutin juga merupakan karkteristik penderita.
Sensori-motorik
Indikasi adanya autisme juga termasuk oversensitifitas atau kelambatan reaksi untuk
menyentuh, gerakan, penglihatan, tidak merawat diri, body awareness yang rendah,
perilaku verbal dan fisik yang impulsive.
Autisme
Pada usia dua tahun, anak normal biasanya sudah mampu untuk menyusun kalimat
dari dua kata untuk menekspresikan pikirannya yang kompleks. Anak dengan autisme
50 % dari mereka tidak pernah belajar sama sekali. Biasanya yang mereka lakukan
adalah echolalia dan pronoun reversal. Echolalia biasanya adalah pengulangan yang
luar biasa dan monoton terhadap apa orang lain katakana. Misalnya mendengar siaran
berita di televise, selang beberapa jam kemudian mereka ada yang bisa menirukan.
Pronoun reversal adalah menyebut diri mereka sendiri dengan dia atau nama mereka
sendiri (Davison, h. 440, 1998 ).
Kesendirian yang Ekstrim
Penderita autisme tidak pernah menarik diri dari masyarakat, mereka tidak pernah ikut
bergabung di dalamnya. Pada usia tiga ulan anak dengan perkembangan normal sudah
mempunyai perilaku kelekatan dengan ibunya, pada penderita autisme kelekatan tidak
muncul bahkan menolak afeksi dari orang tua. Mereka sama sekalitidak memperhatikan
apa yang dilakukan oleh orang lain, sehingga tidak memberi respon. Melihat kenyataan
ini orang tua sering salah mengira bahwa anak mereka tuli.
bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk
menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5) Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang
komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam
keterampilan berkomunikasi dua arah, membuat teman dan main bersama ditempat
bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka
untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara-caranya.
6) Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam
belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara,
komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam
hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
7) Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami
mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang
hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering
mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku
negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan
lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
8) Terapi Perkembangan
Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap
sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan
tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan
intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang
lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9) Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers).
Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi
melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode PECS ( Picture Exchange
Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk
mengembangkan ketrampilan komunikasi.
10) Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN!
(Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka
sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah
oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak.
Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses,
dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi
bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila
mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh
sendiri (biomedis).
B. Gangguan Mental
a. Pengertian Gangguan Mental
Gangguan mental atau Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded) berarti
terbelakang mental. Retardasi mental sering disepadankan dengan istilah-istilah,
sebagai berikut:
1. Lemah fikiran ( Feeble-minded);
2. Terbelakang mental (Mentally Retarded);
3. Bodoh atau dungu (Idiot);
4. Pandir (Imbecile);
5. Tolol (Moron);
6. Oligofrenia (Oligophrenia);
7. Mampu Didik (Educable);
8. Mampu Latih (Trainable)
9. Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat;
American Asociation on Mental Deficiency/AAMD mendefinisikan Retardasi mental
sebagai kelainan:
1. Yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata (Sub-average), yaitu IQ
84 ke bawah berdasarkan tes;
2. Yang muncul sebelum usia 16 tahun;
3. Yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.
Sedangkan pengertian Retardasi mental menurut Japan League for Mentally
Retarded (1992) sebagai berikut:
1. Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70 kebawah berdasarkan tes inteligensi
baku.
2. Kekurangan dalam perilaku adaptif
3. Terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18
tahun.
b. Penyebab Retardasi Mental
Retardasi mental dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Genetik.
a. Kerusakan/Kelainan Biokimiawi
b. Abnormalitas Kromosomal (chromosomal Abnormalities)
c. Anak retardasi mental yang lahir disebabkan oleh faktor ini pada umumnya adalah
Sindroma Down atau Sindroma mongol (mongolism) dengan IQ antar 20 60, dan ratarata mereka memliki IQ 30 50.
2. Pada masa sebelum kelahiran (pra-natal).
a. Infeksi Rubella (Cacar)
b. Faktor Rhesus (Rh)
mental berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri, seperti: berpakaian, makan, dan
mengurus kebersihan diri. Mereka selalu memerlukan latihan khusus untuk mempelajari
kemampuan dasar.
6. Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahta ringan dapat bermain
bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang mempunyai retardasi mental berat
tidak meakukan hal tersebut. Hal itu mungkin disebabkan kesulitan bagi anak retardasi
mental dalam memberikan perhatian terhadap lawan main.
7. Tingkah laku kurang wajar yang terus menerus. Banyak anak retardasi mental berat
bertingkah laku tanpa tujuan yang jelas. Kegiatan mereka seperti ritual, misalnya:
memutar-mutar jari di depan wajahnya dan melakukan hal-hal yang membahayakan diri
sendiri, misalnya: menggigit diri sendiri, membentur-beturkan kepala, dll.
Klasifikasi Retardasi Mental
Pengklasifikasian/penggolongan Anak Retardasi mental untuk keperluan pembelajaran
menurut American Association on Mental Retardation dalam Special Education in
Ontario Schools (p. 100) sebagai berikut:
1. Educable
Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan dalam akademik setara
dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.
2. Trainable
Mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, pertahanan diri, dan penyesuaian
sosial. Sangat terbatas kemampuanya untuk mendapat pendidikan secara kademik.
3. Custodial
Dengan pemberian latihan yang terus menerus dan khusus, dapat melatih anak tentang
dasar-dasar cara menolong diri sendiri dan kemampuan yang bersifat komunikatif. Hal
ini biasanya memerlukan pengawasan dan dukungan yang terus menerus.
Sedangkan penggolongan Retardasi mental untuk Keperluan Pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1. Taraf perbatasan (borderline) dalam pendidikan disebut sebagai lamban belajar
(slow learner) dengan IQ 70 85.
2. Retardasi mental mampu didik (educable mentally retarded) dengan IQ 50 75
atau 75.
3. Tunagrahit mampu latih (trainable mentally retarded) dengan IQ 30 50 atau IQ 35
5
4. Retardasi mental butuh rawat (dependent or profoundly mentally retarded) dengan
IQ dibawah 25 atau 30
Penggolongan Retardasi mental secara Medis-Biologis menurut Roan, 1979, adalah
sebagai berikut:
1. Retardasi mental taraf perbatasan (IQ: 68 85).
2. Retardasi mental ringan (IQ: 52 67).
3. Retardasi mental sedang (IQ: 36 51).
Down pada tahun 1886, namun baru sekitar awal tahun 1960-an ditemukan diagnosis
pastinya setelah penelitian pada kromosom penderita yang diduga mengalami down
syndrome.
Ciri dan karakteristik fisik yang nampak dari penderita down syndrome antara lain
bagian belakang kepala rata (flattening of the back of the head), mata sipit karena
adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata, alis mata miring (slatning of the
eyelids), telinga lebih kecil, mulut yang mungil,otot lunak, persendian longgar (loose
ligament) dan tangan serta kaki mungil.
Masalah-masalah kesehatan yang sering dialami anak yang menderita down syndrome
antara lain :
1. Sakit jantung berlubang
2. Mudah mendapat salesma, radang tenggorok, radang paru-paru
3. Kurang pendengaran
4. Lambat/bermasalah dalam bertutur
5. Penglihatan kurang jelas
b. Penyebab
Down Syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom ke-21. manusia
memiliki 23 pasang kromosom. Tapi pada anak down syndrome, kromosom mereka
yang ke-21 tidak sepasang (dua) melainkan tiga kromosom (trisomi). Jadi dengan kata
lain down syndrome adalah gangguan genetik. Jumlah seluruh kromosom mencapai 47
buah. Akibatnya, terjadi gangguan sistem metabolisme di dalam sel .
Hubungan seks (coitus) yang dilakukan saat pasangan atau salah satu pasangan stres,
bisa menghasilkan keturunan (anak) yang kelak mengidap down syndrome. Hipotesa
itu diungkapkan ahli penyakit down syndrome Dr. Dadang Syarief Effendi "Pada saat
coitus atau hubungan seks dimungkinkan terjadi pembuahan. Namun, jika hubungan
seks dilakukan dalam kondisi stres, pada saat pembuahan proses pembelahan
kromosom terjadi secara tidak sempurna. Secara normal, manusia memiliki 23 pasang
kromosom. Pada penderita down syndrome, kromosom nomor 21 membelah menjadi
tiga bagian (trisomi). Padahal pada mutasi yang normal, kromosom tersebut
seharusnya membelah menjadi dua bagian," katanya.
Selain stres, melahirkan di usia tua juga bisa menyebabkan anak yang dilahirkan
mengidap down syndrome. Mutasi gen pada saat sperma dan ovum bertemu,
menyebabkan hasil pembuahan terkena down syndrome.
contoh USG janin yang diprediksi mengalami Down Syndrome
c. Karakteristik
1. Bagian belakang kepala rata (Flattening of the back of the head),
2. Mata sipit karena adanya tambahan lipatan kulit sepanjang kelopak mata,
3. Alis mata miring (slanting of the eyelids),
4. Telinga lebih kecil, sehingga mudah terserang infeksi
5. Mulut yang mungil, lidah tebal dan pangkal mulut yang cenderung dangkal. Di
samping itu, otot mulut mereka juga kerap lemah, sehingga menghambat kemampuan
bicara. Pertumbuhan gigi geligi mereka pun lambat dan tumbuh tak beraturan. Gigi
yang berantakan ini juga menyulitkan pertumbuhan gigi permanen.
6. Otot lunak,
7. Persendian longgar (loose ligament),
8. Tangan mungil ruas jari kelingking mereka kadang tumbuh meiring atau malah tidak
ada sama sekali
9. Di telapak tangan mereka terdapat garis melintang yang disebut simian crease
10. Kaki yang mungil, simian crease juga terdapat di kaki mereka, yaitu di telunjuk dan
ibu jari yang cenderung lebih jauh dari pada kaki orang normal. Keadaan telunjuk dan
ibu jari yang berjauhan itu disebut juga sandal foot.
11. Hidung mereka cenderung lebih kecil dan datar. Ini tak jarang diikuti dengan saluran
pernapasan yang kecil pula, sehingga mereka sering kesulitan bernapas
12. Rambut mereka lemas, tipis, dan jarang
d. Metode Pengajaran bagi Penderita Sindrom Down
1. Mengajarkannya ketrampilan untuk merawat diri sehingga mereka menjadi mendiri
2. Melakukan kegiatan atau permainan bahasa yang dapat menarik perhatian mereka
3. Memilih alat permainan sesuai tahap perkembangan anak-anak
4. Senam otak adalah sejenis kegiatan therapy berbentuk senam yang ditujukan untuk
memberikan kondisi relaksasi pada otak. Pada umumnya senam otak hanyalah
gerakan-gerakan sederhana yang bisa dilakukan agar otak menjadi lebih rileks.
C.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Autis berasal dari kata autos yang
artinya segala sesuatu yang mengarah pada diri sendiri.
Penyebab autisme menurut hasil penelitian antara lain :
yang ke-21 tidak sepasang (dua) melainkan tiga kromosom (trisomi). Jadi dengan kata
lain down syndrome adalah gangguan genetik. Jumlah seluruh kromosom mencapai 47
buah. Akibatnya, terjadi gangguan sistem metabolisme di dalam sel
Abnormalitas kromosom yang paling umum memnyebabkan retardasi mental adalah
down syndrome. Anak-anak down syndrome menderita berbagai defisit dalam belajar
dan perkembangan. Anak-anak ini mengalami defisit memori, khususnya untuk
informasi ynag ditampilkan secara verbal. Sehingga sulit untuk belajar di sekolah.
Mereka juga mengalami kesulitan mengikuti instruksi dari guru, dan mengekspresikan
pemikiran dan kebutuhan mereka dengan jelas secara verbal dengan pendidikan yang
tepat dan dukungan yang baik mereka dapat belajar membaca, menulis, dan
mengerjakan tugas aritmatika sederhana.
Metode Pengajaran bagi Penderita Sindrom Down
1. Mengajarkannya ketrampilan untuk merawat diri sehingga mereka menjadi mendiri
2. Melakukan kegiatan atau permainan bahasa yang dapat menarik perhatian mereka
3. Memilih alat permainan sesuai tahap perkembangan anak-anak
4. Senam otak adalah sejenis kegiatan therapy berbentuk senam yang ditujukan untuk
memberikan kondisi relaksasi pada otak. Pada umumnya senam otak hanyalah
gerakan-gerakan sederhana yang bisa dilakukan agar otak menjadi lebih rileks.