Você está na página 1de 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

CARA PEMBUANGAN SAMPAH MEDIS DAN NON


MEDIS
Di Ruang 19 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

PKRS (PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT)


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL
ANWAR
MALANG
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SAMPAH MEDIS DAN NON MEDIS
Topik

: Pembuangan Sampah Medis dan Non Medis

Pokok bahasan

: Pengelompokan sampah medis dan non medis

Sub Pokok Bahasan : Sampah

Sasaran

: Pasien, keluarga pasien serta masyarakat

Waktu dan Tempat


Tempat: Ruang 19
Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang
Waktu
Alokasi waktu

: 5 Agustus 2016 Pukul 09.00


: 25 menit

Pemberi Materi

: Mahasiswa di Ruang 19

Metode

: Ceramah dan Tanya jawab

Media

: Flip Chart/LCD

Latar Belakang
Rumah sakit bersih adalah tempat pelayanan kesehatan yang dirancang,
dioperasikan dan dipelihara dengan sangat memperhatikan aspek kebersihan
bangunan dan halaman baik fisik, sampah, limbah cair, air bersih, dan
serangga/binatang pengganggu. Namun menciptakan kebersihan di rumah sakit
merupakan upaya yang cukup sulit dan bersifat kompleks berhubungan dengan
berbagai aspek antara lain budaya/kebiasaan, prilaku masyarakat, kondisi
lingkungan, sosial dan teknologi.
Jika di bandingkan dengan institusi lain mungkin jenis sampah dan limbah
rumah sakit adalah yang terkomplit, tempat yang paling banyak di kunjungi oleh
masyarakat ketika sakit ini mengeluarkan berbagai jenis sampah dan limbah.
Masyarakat di dalam lingkungan rumah sakit yang terdiri dari pasien, pengunjung
dan karyawan memberikan kontribusi kuat terhadap pengotoran lingkungan
rumah sakit.Aktivitas pelayanan dan perkantoran, pedagang asongan, prilaku
membuang sampah dan meludah sembarangan, prilaku merokok dan sejumlah

barang atau bingkisan yang dibawa oleh pengunjung/tamu menambah jumlah


sampah dan mengotori lingkungan rumah sakit.
Beberapa waktu lalu, pemberitaan mengenai sampah medis yang ditemukan
di pasaran sebagai mainan anak-anak, menjadi perhatian publik.Seperti diketahui
bahwa seharusnya sampah medis seperti alat infus, alat suntik, dan sarung tangan
harus dimusnahkan setelah digunakan, jangan sampai jatuh ke tangan masyarakat.
Hal ini mendapat tanggapan langsung dari Menteri Kesehatan RI waktu itu, dr.
Endang Rahayu Sedyaningsih MPH, di sela-sela sambutannya saat membuka
Konferensi Nasional I Promosi Kesehatan Rumah Sakit bertema New Challenges
of Health Promoting Hospital in Indonesia di Bandung, Selasa malam (6/3/12).
Apabila rumah sakit belum memiliki alat penanganan medis sendiri, harus
memiliki mekanisme kerjasama dengan rumah sakit yang lebih besar agar dapat
ditangani.Ini harus diupayakan, ujar Menkes.
Pada kesempatan tersebut Menkes menegaskan, tiga hal yang harus
diperhatikan

oleh

para

penyelenggara

pelayanan

kesehatan,

khususnya

penyelenggara rumah sakit, bahwa sarana pelayanan kesehatan harus menjadi


tempat yang aman bagi para pekerjanya, pasiennya, dan masyarakat di sekitarnya.
Limbah rumah sakit, khususnya limbah medis yang infeksius, belum
dikelola dengan baik.Sebagian besar pengelolaan limbah infeksius disamakan
dengan limbah medis noninfeksius.Selain itu, kerap bercampur limbah medis dan
nonmedis.Percampuran tersebut justru memperbesar permasalahan limbah medis.
Limbah medis sangat penting untuk dikelola secara benar, hal ini mengingat
limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan beracun.Sebagian
limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan sebagian lagi

termasuk kategori infeksius.Limbah medis berbahaya yang berupa limbah


kimiawi, limbah farmasi, logam berat, limbah genotoxic dan wadah bertekanan
masih banyak yang belum dikelola dengan baik.Sedangkan limbah infeksius
merupakan limbah yang bisa menjadi sumber penyebaran penyakit baik kepada
petugas, pasien, pengunjung ataupun masyarakat di sekitar lingkungan rumah
sakit. Limbah infeksius biasanya berupa jaringan tubuh pasien, jarum suntik,
darah, perban, biakan kultur, bahan atau perlengkapan yang bersentuhan dengan
penyakit menular atau media lainnya yang diperkirakan tercemari oleh penyakit
pasien. Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat akan beresiko terhadap penularan
penyakit. Beberapa resiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat
keberadaan rumah sakit antara lain: penyakit menular (hepatitis,diare, campak,
AIDS, influenza), bahaya radiasi (kanker, kelainan organ genetik) dan resiko
bahaya kimia.
A. Tujuan instruksional
Tujuan umum
Setelah mengikuti ceramah dan tanya jawab diharapkan pasien dapat
memahami tentang cara pembuangan sampah medis dan non medis
Tujuan khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit diharapkan pasien dapat :
a. Menjelaskan pengertian sampah medis dan non medis
b. Mengelompokan mana sampah medis mana sampah non medis
c. Mengerti bagaimana cara pembuangan yang tepat untuk sampah
B. Sub-pokok bahasan :
Menjelaskan kepada peserta penyuluhan tentang pengertian sampah

medis dan non medis


Menjelaskan kepada peserta penyuluhan bagaimana pengelompokan
sampah

Menjelaskan kepada peserta apa saja yang termasuk sampah medis


Menjelaskan kepada peserta apa saja yang termasuk sampah non

medis
Menjelaskan kepada peserta bagaimana cara yang tepat untuk
membuang sampah medis dan non medis di lingkungan

C. Kegiatan belajar mengajar


Tahap

Kegiatan

Kegiatan

Pendahuluan

mengajar
Salam

didik
Menjawab

(3 menit)

Perkenalan

Menyampaikan

Media

Ceramah

salam
Memperhatikan

Memperhatikan
dan

tujuan

peserta Metode

Menjelaskan

mendengarkan
Memperhatikan

sub-topik

dan

Penyampaian

mendengarkan
Memperhatikan

Memperhatikan

Ceramah dan Leaflet

sub-pokok

dan

Tanya jawab

bahasan

mendengarkan

tujuan belajar
Penyajian

(15 menit)

Memaparkan

Menekankan
hal

yang

Memperhatikan
dan bertanya

penting
Penutup
(5 menit)

Evaluasi
(

memberi

Memperhatikan, Ceramah dan Leaflet


bertanya

kesempatan

menjawab

pada

peserta

pertanyaan

didik

untuk

dan Tanya jawab

bertanya,memb
erikan
pertanyaan)
Menyimpul

kan seluruh

Memperhatikan
dan

kegiatan

mendengarkan

penyuluhan
Membagika

Menerima

n leaflet
Ucapan

leaflet
Memperhatikan

Menjawab

terima

kasih
Salam

salam

penutupan
D. Evaluasi
Evaluasi terstruktur

:
:

1. Meminta perizinan kepada kepala ruang 19 di RSSA Malang


2. Penyuluh mempersiapkan metode, media, dan pertanyaanpertanyaan yang akan di berikan.
3. Meminta salah satu anggota keluarga untuk mengikuti proses
penyuluhan
Evaluasi proses

1. Pasien dapat memahami terkait dengan tujuan instruksionalnya


2. Pasien dapat memahami dan menjelaskan tentang bagaimana
pengelompokan sampah medis dan non medis, apa saja yg
termasuk sampah medis dan non medis dan bagaimana cara yang
tepat untuk membuangnya
Evaluasi hasil

1. Pasien dan keluarga mampu membedakan sampah medis dan non


medis serta bagaimana cara pembuangan yang tepat

MATERI TERLAMPIR
PEMBUANGAN SAMPAH MEDIS DAN NON MEDIS
PENGERTIAN LIMBAH MEDIS
Limbah medis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi,
veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan
yang menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa
membahayakan kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu (Depkes, 2009).
Limbah padat layanan kesehatan adalah semua limbah yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan layanan kesehatan yang terdiri dari limbah medis dan non
medis, yaitu (Pruss, 2005) :
a. Limbah non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
RS di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dari halaman
yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologi.
b. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah
sitotoksis, limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
c. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen
yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia
yang rentan.
d. Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan
stock (sediaan) bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan,
dan bahan lain yang diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang
sangat infeksius.

JENIS-JENIS LIMBAH MEDIS


1. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti
jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas,
pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat
menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang
terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.
2. Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:
Limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular (perawatan intensif), Limbah laboratorium yang berkaitan dengan
pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi
penyakit menular.
3. Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan
tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
4. Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik
didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000oc

5. Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh
masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang
bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.

6. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
7. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini
dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radioimunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas. Limbah
cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik,
kimia dan biologi.
8. Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit
dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang
terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
PENGERTIAN LIMBAH NON MEDIS
Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga
menghasilkan sampah non medis atau dapat disebut juga sampah non medis.
Sampah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan
(berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan;

sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lainlain) (Arifin, 2009).
Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat
medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut (Anies, 2006: 43) :
a. Kantor/administrasi
b. Unit perlengkapan
c. Ruang tunggu
d. Ruang inap
e. Unit gizi atau dapur
f. Halaman parkir dan taman
g. Unit pelayanan
PENGARUH LIMBAH RUMAH SAKIT TERHADAP LINGKUNGAN
KESEHATAN
Depkes RI (2001) Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan
kesehatan dapat menimbulkan berbagai masalah seperti:
1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari
sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia
organik.
2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut
(korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat
menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.
3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus,
senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.
4. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai
jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti
Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.
5. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,
namun beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan
genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan
radioaktif.

PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS


Teknologi Pengolahan Limbah Medis
Konsep pengelolaan lingkungan yang memandang pengelolaan lingkungan
sebagai sebuah sistem dengan berbagai proses manajemen didalamnya yang
dikenal sebagai Sistem Manajemen Lingkungan (Environment Management
System), melalui pendekatan ini, pengelolaan lingkungan tidak hanya meliputi
bagaimana cara mengolah limbah sebagai by product (output), tetapi juga
mengembangkan strategi-strategi manajemen dengan pendekatan sistematis untuk
meminimasi limbah dari sumbernya dan meningkatkan efisiensi pemakaian
sumber daya sehingga mampu mencegah pencemaran dan meningkatkan performa
lingkungan. Hal ini berarti menghemat biaya untuk remediasi pencemaran
lingkungan ( Adisasmito, 2008:1).
Ada beberapa konsep tentang pengelolaan lingkungan sebagai berikut (Adisamito,
2009) :
a. Reduksi limbah pada sumbernya (source reduction)
b. Minimisasi limbah
c. Produksi bersih dan teknologi bersih
d. Pengelolaan kualitas lingkungan menyeluruh (Total Quality
Environmental Management/TQEM)
e. Continous Quality Improvement (CQI)

Pengelolaan limbah medis secara konvensional meliputi hal-hal sebagai berikut:


pemilahan pada sumber, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pemilahan,
pemotongan, pengolahan dan pembuangan akhir.
1. Pemilahan dan pengurangan pada sumber
Limbah dipilah-pilah dengan mempertimbangkan hal-hal yaitu kelancaran
penanganan

dan

penampungan,

pengurangan

jumlah

limbah

yang

memerlukan perlakuan khusus, dengan pemisahan limbah B3 dan non B3,


diusahakan sedapat mungkin menggunakan bahan kimia non B3, pengemasan
dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk mengurangi
biaya, tenaga kerja, dan pembuangan, pemisahan limbah berbahaya dari
semua limbah pada tempat penghasil limbah akan mengurangi kemungkinan
kesalahan petugas dan penanganan (Adisasmito, 2009).
2. Pengumpulan (Penampungan)
Sarana penampungan harus memadai, diletakkan pada tempat yang pas,
aman, dan higienis. Pemadatan merupakan cara yang paling efisien dalam
penyimpanan limbah yang bisa dibuang dan ditimbun. Namun tidak boleh
dilakukan untuk limbah infeksius dan benda tajam (Adisasmito, 2009).
3. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan pengenalan jenis limbah adalah dengan cara
menggunakan kantong berkode (umumnya dengan kode berwarna). Kode
berwarna yaitu kantong warna hitam untuk limbah domestik atau limbah
rumah tangga biasa, kantong kuning untuk semua jenis limbah yang akan
dibakar (limbah infeksius), kuning dengan strip hitam untuk jenis limbah
yang sebaiknya dibakar tetapi bisa juga dibuang ke sanitary landfill bila
dilakukan pengumpulan terpisah dan pengaturan pembuangan, biru muda
atau transparan dengan strip biru tua untuk limbah autoclaving (pengolahan
sejenis) sebelum pembuangan akhir (Adisasmito, 2009).

Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya


NO

Kategori

Warna
Kontainer

Lambang

Keterangan

Radioaktif

Merah

Kantong
boks timbal
dengan
simbol
radioaktif

Sangat

Kuning

Kantong

Infeksius

plastik kuat,
anti

bocor,

atau
kontainer
yang

dapat

disterilisasi
dengan
otoklaf
3

Limbah

Kuning

Kantong

infeksius,

plastik kuat

patologi

dan anti

dan

bocor, atau

anatomi

kontainer

Sitotoksis

Ungu

Kontainer
plastik kuat
dan

anti

bocor

Limbah
kimia dan
farmasi

Coklat

Kantong
-

plastik atau
kontainer

DAFTAR PUSTAKA
Anies, 2006. Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi mencegah dan
Menanggulangi Penyakit Menular, Elex Media Komputendo, Jakarta
Arifin M. 2009. Sanitasi lingkungan. http://inspeksisanitasi.
blogspot.com/sanitasi-lingkungan.html. Diakses pada 13 Maret 2012
Depkes RI 2009 , Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan Lainnya. Jakarta
Depkes RI, 2001. Peraturan Proses Pembungkusan Limbah Padat. Jakarta
: Departemen Kesehatan RI.
Permenkes RI nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Pruss.A, 2005, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan, Cetakan I,
Jakarta: Penerbit EGC.
Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI.
http://www.depkes.go.id
Silfa, AB. 2013. Pengelolaan Sampah Limbah Rumah Sakit dn
Permasalahannya.

http://ansharcaniago.wordpress.com/2013/02/24/pengelolaan-

sampahlimbah-rumah-sakit-dan-permasalahannya/
Wiku Adisasmito, 2009, Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit,
Jakarta : Rajawali Pers.

Você também pode gostar