Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Angiofibroma Nasofaring
Disusun oleh :
Hanna Khairat
Puti Leviana
Fuadi Sazli
Kabhithra Thiayagarajan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
secara klinis
bersifat seperti
tumor ganas
tumor jinak
pembuluh darah di
daerah nasofaring
yang secara
histologik jinak
paling sering
ditemukan pada
anak lak-laki
prepubertas dan
remaja
Angiofibroma
nasofaring
1 : 5.000-60.000
pada pasien THT.
Batasan
Masalah
Tujuan
Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Angiofibroma nasofaring
suatu tumor jinak
nasofaring yang secara
histologik jinak
mempunyai kemampuan
mendestruksi tulang dan
meluas ke jaringan
sekitarnya, seperti ke sinus
paranasal, pipi, mata dan
tengkorak
Anatomi Nasofaring
Nasofaring
suatu ruangan
yang terletak di
belakang rongga
hidung di atas
tepi bebas
palatum mole
yang secara
anatomis
termasuk bagian
faring
BATAS NASOFARING
A : dibentuk oleh
koana dan batas
posterior dari
septum nasi
Dinding bawah :
permukaan atas
dari palatum mole
& itsmus
nasofaringeal
Pendarahan
nasofaring berasal
dari cabangcabang arteri
karotis eksterna
Daerah nasofaring
dipersarafi oleh
pleksus faringeal
Perdarahan Nasofaring
Persarafan Nasofaring
Nasofaring
mempunyai
anyaman
limfatik
submukosa
yang banyak
Pada nasofaring
terdapat banyak
saluran limfe
yang terutama
mengalir ke
lateral,
bermuara di
kelenjar
retrofaring
Krause (kelenjar
Rouviere).
Struktur limfoid
ini banyak
terdapat di
dinding lateral
terutama
disekitar muara
tuba eustakius,
dinding
posterior dan
bagian
nasofaring di
palatum mole.
Struktur limfoid
ini merupakan
lengkung bagian
atas dari cincin
Waldeyer.
Epidemiologi
Paling sering ditemukan pada anak lak-laki
prepubertas dan remaja,
rentang usia 7 sampai 21 tahun
Etiologi
teori jaringan asal
teori ketidakseimbangan
hormonal
ketidakseimbangan hormonal
kekurangan hormon androgen dan atau
kelebihan hormon estrogen.
Patofisiologi
Tumor pertama
kali tumbuh
Perdarahan tumor
berasal dari arteri
maksilaris interna
dari arteri karotis.
meluas ke arah
bawah membentuk
tonjolan massa di
atap rongga hidung
posterior
membesar dan
meluas di bawah
mukosa, sepanjang
atap nasofaring
mencapai tepi
posterior septum
mendorong septum ke
arah kontralateral dan
memipihkan konka.
Perluasan Ke Intrakranial
melalui fossa
infratemporal yang
menyebabkan erosi
dasar fossa kranialis
medialis melalui
sepanjang fisura
pterigomaksilaris
dan fisura orbitalis
superior.
Perluasan tumor ke
intrakranial akan
menimbulkan
kelainan neurologis
Makroskopis
Angiofibroma nasofaring tampak sebagai massa
berlobus-lobus, kenyal, warna kemerahmerahan hingga abu-abu, berkapsul, kadang
bertangkai seperti polip
Mikroskopis
Angiofibroma nasofaring terdiri dari komponen pembuluh
darah (myofibroblast) di dalam stroma yang terbuat dari fibril
kolagen yang halus dan kasar (pseudokapsul).
Pada pertumbuhan tumor yang aktif, komponen pembuluh
darah menjadi predominan.
Dinding pembuluh darah secara umum terdiri dari endothelial
tunggal.
Dindingnya tipis, kurang serat kolagen elastis. Sel stroma
memiliki inti yang besar dan cenderung berada di sekitar
pembuluh darah. Ada banyak sel mast dan sedikit sel inflamasi
di stroma. Kurangnya lapisan muskular dan tidak adanya
kemampuanvasokontriksi berkontribusi menyebabkan
perdarahan yang masif
Manifestasi KLinis
Obstruksi nasal dan ingusan (rhinorrhea)
gejala yang paling sering terutama pada
stadium awal.
Sering mimisan (epistaksis) atau keluar darah
dari hidung (blood-tinged nasal discharge
Sakit kepala
facial swelling
Pemeriksaan Fisik
secara rinoskopi posterior akan terlihat massa
tumor (80% kasus) yang konsistensinya kenyal,
warnanya bervariasi dari abu-abu sampai merah
muda. Bagian tumor yang terlihat di nasofaring
biasanya diliputi oleh selaput lendir berwarna
keunguan, sedangkan bagian yang meluas ke luar
nasofaring berwarna putih atau abu-abu. Pada
usia muda warnanya merah muda, pada usia
yang lebih tua warnanya kebiruan, karena lebih
banyak komponen fibromanya. Mukosanya
mengalami hipervaskularisasi dan tidak jarang
ditemukan adanya ulserasi.
Pemeriksaan Penunjang
Radiologi konvensional (foto
kepala potongan anteroposterior, lateral dan posisi
Waters) akan terlihat gambaran
klasik yang disebut Holman
Miller yaitu pendorongan
prosesus pterigoideus ke
belakang sehingga fisura pterigopalatina melebar (penonjolan
anterior dari dinding posterior
sinus maksila). Disertai gambaran
perselubungan di sinus maksila.
Akan terlihat juga adanya massa
jaringan lunak di daerah
nasofaring yang dapat mengerosi
dinding orbita, arkus zigoma, dan
tulang di sekitar nasofaring
Pemeriksaan Penunjang
CT scan dengan zat kontras
akan tampak secara tepat
perluasan massa tumor
serta destruksi ke jaringan
sekitarnya. Akan terlihat
gambaran massa jaringan
lunak yang berlobus tanpa
kapsul di tengan foramen
sfenopalatina (biasanya
melebar) dan penonjolan ke
anterior dari dinding
posterior sinus maksilaris.1
Pemeriksaan Penunjang
MRI dilakukan untuk menentukan batas tumor
terutama yang telah meluas ke intra kranial.1
Angiografi arteri karotis eksterna akan
memperlihatkan vaskularisasi tumor yang
biasanya berasal dari cabang arteri maksila
interna homolateral
Staging
Klasifikasi menurut Session (1981):
Stadium IA: Tumor terbatas di nares posterior dan atau
nasofaringeal voult
Stadium IB: Tumor meliputi nares posterior dan atau
nasofaringeal voult dengan meluas sedikitnya 1 sinus
paranasal
Stadium IIA: Tumor meluas sedikit ke fossa pterigomaksila
Stadium IIB: Tumor memenuhi fossa pterigomaksila tanpa
mengerosi tulang orbita
Stadium IIIA: Tumor telah mengerosi dasar tengkorak dan
meluas sedikit ke intrakranial
Stadium IIIB: Tumor telah meluas ke intrakranial dengan
atau tanpa meluas ke sinus kavernosus
Staging
Klasifikasi menurut Fisch (1983):
Stadium I: Tumor terbatas di rongga hidung
nasofaring tanpa mendestruksi tulang
Stadium II: Tumor menginvasi fossa
pterigomaksila, sinus paranasal dengan destruksi
tulang
Stadium III: Tumor menginvasi fossa
infratemporal, orbita dengan atau regio paraselar
Stadium IV: Tumor menginvasi sinus kavernosus,
regio chiasma optik, dan atau fossa pituitary
Staging
Diagnosa Banding
Polip nasal
Karsinoma nasofaring
Rhabdomyosarcoma
Inverted papilloma
Squamous cell carcinoma
Lymphangioma
Encephalocoele
TATALAKSANA
embolisasi saja cukup untuk
menghentikan perdarahan hidung, atau dapat
diikuti dengan pembedahan untuk mengangkat
EMBOLISASI tumor.2,6
Operasi
rata-rata menyembuhkan
80% dengan terapi radiasi
Jarang digunakan
hanya untuk
penyakit intrakranial
atau rekuren
RADIOTERAPI
Radioterapi stereotaktik
(seperti sinar Gamma)
Hormonal
Penghambat reseptor testosteron
flutamide dilaporkan mengurangi
tumor stadium I dan II sampai 44%.
Preparat progesteron yaitu
dietilstilbestrol sebanyak 5 mg perhari
selama sebulan dapat meningkatkan
maturasi dan mengurangi vaskularisas
Terapi hormonal merupakan terapi
tambahan
Menurut hasil penelitian Patterson,
estradiol lebih efektif dibandingkan
stilbestrol kerana dapat terjadi atrofi
testis pada pengggunaan stilbestrol
PROGNOSIS
erosi clivus,usia
muda
perluasan
intrakranial,suplai
makanan dari
arteri karotid
interna
PROGNOSIS
Embolisasi pre operative menurunkan angka
morbiditas dan kekambuhan
KESIMPULAN
Angiofibroma nasofaring adalah
tumor jinak pembuluh darah di
nasofaring yang secara histologik
jinak,secara klinis bersifat
ganas,kerana mempunyai
kemampuan mendestruksi tulang
dan meluas ke jaringan
sekitarnya,seperti ke sinus
paranasal,pipi,mata dan
tengkorak,serta sangat mudah
berdarah dan sulit
dihentikan.Kasus ini sering terjadi
pada laki prapubertas dan remaja