Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pendahuluan
Jurnal Bumi Lestari, Volume 10 No. 1, Februari 2010, hlm. 105 - 112
berita sehari-hari sekarang, terkait wacana orang
tentang lingkungan. Lalu, apa yang bisa dilakukan
oleh akuntansi.
Sistem informasi akuntansi lingkungan yang
digunakan perlu dirancang dengan pendekatan
analisis sistemik, terukur dan metodik. Dengan
akuntansi lingkungan, perusahaan dapat melakukan
efisiensi dan peningkatan kualitas pelayanan secara
berkelanjutan. Selain itu, pembebanan biaya
lingkungan yang terjadi pada setiap produk dapat
dihitung secara tepat sehingga perhitungan harga
pokok produk dapat lebih realistis dan manusiawi.
Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang
melakukan kegiatan dengan menggunakan sumber
daya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Organisasi yang berorientasi pada laba
akan berusaha menggunakan sumber daya yang
dimilikinya semaksimal mungkin untuk memperoleh
laba demi kelangsungan hidupnya sehingga
berakibat pada dampak lingkungan. Kerusakan
lingkungan adalah dampak inheren bila perusahaan
sangat bernafsu untuk mengejar laba dan pemupukan
modal.
Perusahaan didirikan dengan maksud untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu untuk semua
pemangku kepentingan. Dalam mencapai tujuan
tersebut, perusahaan selalu berinteraksi dengan
lingkungannya sebab lingkungan memberikan andil
dan kontribusi bagi perusahaan atau organisasi.
Terjadi pergeseran paradigma tujuan perusahaan.
Pertama, pandangan konvensional, yaitu
menggunakan laba sebagai ukuran mutlak kinerja
perusahaan. Perusahaan dengan kinerja dan profit
yang tinggi adalah perusahaan yang mampu
memperoleh laba maksimal untuk kesejahteraan
pemangku kepentingan. Kedua, pandangan modern,
yaitu tujuan perusahaan tidak hanya mencapai laba
maksimal tetapi juga kesejahteraan sosial dan
lingkungannya (selanjutnya disebut tri bottom line
accounting atau disingkat TBLA). Pandangan ini
sekarang telah menjadi arus utama dan isu yang
sangat strategis.
Akuntansi lingkungan merupakan bidang ilmu
akuntansi yang berfungsi dan mengidentifikasikan,
mengukur, menilai, dan melaporkan akuntansi
lingkungan. Pengertian ini sesungguhnya sama
dengan definisi dari sebuah standar akuntansi. Bisa
saja, pada masa yang akan datang ada yang disebut
standar akuntansi lingkungan. Dalam hal ini,
pencemaran dan limbah produksi merupakan salah
Suartana : Akuntansi Lingkungan dan Triple Bottom Line Accounting : Paradigma Baru Akuntansi
2)
3)
2)
3)
4)
Jurnal Bumi Lestari, Volume 10 No. 1, Februari 2010, hlm. 105 - 112
standarisasi manajemen kualitas lingkungan.
Persaingan nasional maupun internasional telah
menuntut perusahaan untuk dapat
mendapatkan jaminan dibidang kualitas, antara
lain seri ISO 9000. Sedangkan untuk seri ISO
14000 dominan untuk standar internasional
dalam sistem manajemen lingkungan. Keduanya
memiliki perbedaan dalam kriteria dan
kebutuhannya, namun dalam pelaksanaannya
saling terkait, yakni dengan mengintegrasikan
antara sistem manajemen lingkungan dan sistem
manajemen perusahaan. Untuk mencapai
keunggulan dalam persaingan, dapat dilakukan
dengan menerapkan aliansi hijau. Aliansi hijau
merupakan partner diantara pelaku bisnis dan
kelompok lingkungan untuk mengintegrasikan
antara tanggung jawab lingkungan perusahaan
dengan tujuan pasar.
Motivasi eksternalitas mengkondisikan
perusahaan dan organisasi untuk melakukan
pengelolaan lingkungan secara proaktif. Sistem
manajemen proaktif merupakan sistem manajemen
lingkungan yang komprehensif yang paling tidak
terdiri dari desain lingkungan, stewardship dan
akuntansi full-costing.
Desain lingkungan, merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari proses pencegahan polusi
dalam manajemen lingkungan proaktif. Perusahaan
sering dihadapkan pada pemborosan biaya dalam
mendesain produk, misalnya produk tidak dapat
dirakit kembali, diperbaiki kembali, dan didaur ulang.
Desain lingkungan dimaksudkan untuk mengurangi
biaya pemrosesan kembali dan mengembalikan
produk ke pasar secara lebih cepat dan ekonomis.
Stewardship merupakan praktik-praktik yang
dilakukan untuk mengurangi risiko terhadap
lingkungan melalui masalah-masalah dalam desain,
manufaktur, distribusi, pemakaian atau penjualan
produk. Di beberapa negara telah muncul peraturan
bahwa perusahaan bertanggung jawab untuk
melakukan reclaim, recycling dan re-manufacturing
produk mereka. Dengan menggunakan life-cycleassesment (LCA) dapat ditentukan cara-cara
perusahaan dalam mengurangi atau mengelimasi
waste dalam seluruh tahapan, mulai dari bahan
mentah, produksi, distribusi dan penggunaan oleh
konsumen (Dias et al, 2004).
Full costing merupakan konsep pengungkapan
biaya lingkungan yang secara langsung akan
Suartana : Akuntansi Lingkungan dan Triple Bottom Line Accounting : Paradigma Baru Akuntansi
menggunakan informasi biaya tersebut (alokasi
biaya, penganggaran modal, disain proses/produk,
keputusan manajemen lain), dan skala atau cakupan
aplikasinya. Akuntansi lingkungan menggunakan
terminologi seperti full, total, true, dan life cycle untuk
menegaskan bahwa pendekatan konvensional tidak
lengkap cakupannya karena mereka mengabaikan
biaya lingkungan.
3. Triple Bottom Line Accounting
Triple Bottom Line Accounting (TBLA) adalah
suatu pengarusutamaan pengelolaan dan kepedulian
perusahaan dewasa ini. TBLA telah menjadi isu utama
dan diwacanakan dalam berbagai kesempatan dan
diwujudkan dalam tiga pilar yaitu orang, laba dan
lingkungan perusahaan. Orang berkaitan dengan
sentuhan humanisme yang dikelola oleh perusahaan.
Orang juga berkaitan dengan variabel-variabel sosial
seperti misalnya level partisipasi dalam pengambilan
keputusan dan tingkat kemampuan. Laba merupakan
variabel atau besaran ekonomik yang mencerminkan
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba
atau keuntungan. Laba adalah ideologi perusahaan,
dalam pengertian perusahaan tidak bisa hidup tanpa
laba. Akan tetapi konsep laba bukan sesuatu yang
parsial sehingga harus dikaitkan dengan pilar yang
lainnya yaitu orang dan lingkungan. Pilar ketiga yaitu
lingkungan mencerminkan simbiosis dengan
lingkungan perusahaan misalnya kualitas udara, air
dan biodervisity. Selanjutnya, TBLA akan
diimplementasikan melalui CSR (Corporate Social
Responsibilty) atau dikenal dengan tanggung jawab
sosial perusahaan.
Banyak orang-orang terkenal dan kaum
eksekutif dengan lancar menyebut CSR. CSR begitu
mulia sebagai salah satu nilai-nilai yang dianut oleh
perusahaannya. CSR tidak hanya sekadar filontrapi
(kecintaan terhadap manusia) atau hanya bahasa
impresi pengusaha saja.
CSR dapat
diimplementasikan melalui tiga domain yaitu sosial,
ekonomi, dan lingkungan. Aktivitas yang dilakukan
dikembangkan untuk mencapai citra yang baik di
mata para pemangku kepentingan perusahaan.
Seyogyanya perusahaan memperhatikan orang dan
lingkungannya. Kemitraan menjadi hal yang penting
dan merupakan wahana untuk mewujudkan hal itu.
Dalam bukunya Capitalism and Freedom
(1962), Friedman mengungkapkan bahwa tanggung
jawab sosial perusahaan yaitu memecahkan masalahmasalah sosial seperti kemakmuran dan kenyamanan
Jurnal Bumi Lestari, Volume 10 No. 1, Februari 2010, hlm. 105 - 112
memposisikan perusahaan hidup dalam lingkungan
bisnis yang kondusif dan kompetitif serta mendapat
value berupa goodwill. Dalam jangka pendek
konsekuensi dari tanggung jawab tersebut adalah
biaya yang bisa jadi menurunkan profit, namun dalam
jangka panjang biaya-biaya yang dikeluarkan
tersebut akan membuat perusahaan meraih
keunggulan jangka panjang seperti pangsa pasar
yang terus meluas dan militansi pelanggan.
Komunitas memiliki dan melindungi perusahaan
karena adanya simbiose mutualisme.
Menurut Darwin (2006) perusahaan yang
sukses dalam menjalankan CSR memiliki tiga nilai
dasar yang ditanam secara mengakar dalam
perusahaan yaitu ketangguhan ekonomi,
tanggungjawab sosial dan akuntabilitas sosial. Jika
kinerja keuangan suatu perusahaan tercermin dalam
laporan keuangan, maka kinerja CSR akan dapat
disimak melalui sebuah laporan yang disebut laporan
keberlanjutan (sustainability report).
4. Indikator TBLA (CSR)
Beberapa hal di bawah ini menjadi indikator dari
TBLA:
Lingkungan
1) Pengendalian polusi kegiatan operasi;
pengeluaran riset dan pengembangan untuk
pengurangan polusi.
2) Pernyataan yang menunjukkan bahwa
operasi perusahaan tidak mengakibatkan
polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan
peraturan polusi.
3) Pernyataan yang menunjukkan bahwa
polusi operasi telah atau akan dikurangi.
4) Pencegahan atau perbaikan kerusakan
lingkungan akibat pengolahan sumber alam,
misalnya reklamasi daratan atau reboisasi.
5) Konservasi sumber alam, misalnya mendaur
ulang kaca, besi, minyak, air dan kertas.
6) Penggunaan material daur ulang.
7) Menerima penghargaan berkaitan dengan
program lingkungan yang dibuat
perusahaan.
8) Merancang fasilitas yang harmonis dengan
lingkungan.
9) Kontribusi dalam seni yang bertujuan
untuk memperindah lingkungan.
10) Kontribusi dalam pemugaran bangunan
sejarah.
11) Pengolahan limbah.
Energi
1) Menggunakan energi secara lebih efisien
dalam kegiatan operasi..
2) Memanfaatkan barang bekas untuk
memproduksi energi.
3) Mengungkapkan penghematan energi
sebagai hasil produk daur ulang.
4) Membahas upaya perusahaan dalam
mengurangi konsumsi energi.
5) Pengungkapan peningkatan efisiensi energi
dari produk.
6) Riset yang mengarah pada peningkatan
efisiensi energi dari produk.
7) Mengungkapkan kebijakan energi
perusahaan.
Suartana : Akuntansi Lingkungan dan Triple Bottom Line Accounting : Paradigma Baru Akuntansi
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
21)
22)
23)
24)
25)
26)
27)
28)
29)
Produk
1) Pengungkapan informasi pengembangan
produk perusahaan, termasuk pengemasannya, produk.
2) Pengeluaran reset dan pengembangan
produk.
3) Pengungkapan informasi proyek riset
perusahaan untuk memperbaiki produk.
4) Pengungkapan bahwa produk memenuhi
standard keselamatan.
5) Membuat produk lebih aman untuk
konsumen.
6) Melaksanakan riset atas tingkat
keselamatan produk perusahaan.
7) Pengungkapan peningkatan kebersihan/
kesehatan dalam pengolahan dan
penyiapan produk.
8) Pengungkapan informasi atas keselamatan
produk perusahaan.
9) Pengungkapan informasi mutu produk yang
dicerminkan
dalam
penerimaan
penghargaan.
10) Informasi yang dapat diverifikasi bahwa
mutu produk telah meningkat (misalnya ISO).
Keterlibatan Masyarakat
1) Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk
mendukung aktivitas masyarakat,
pendidikan dan seni.
2) Tenaga kerja paruh waktu (part-time
employment) dari mahasiswa/pelajar
3) Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan
masyarakat.
4) Membantu riset medis.
5) Sebagai sponsor untuk konferensi
pendidikan, seminar atau pameran seni.
6) Membiayai program beasiswa.
7) Membuka fasilitas perusahaan untuk
masyarakat.
8) Mensponsori kampanye nasional.
9) Mendukung pengembangan industri local.
Sumber: dimodifikasi dari Hackston dan Milne (1999)
dalam Sembiring (2005).
5. Penutup
5.1 Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
seperti berikut.
111
Jurnal Bumi Lestari, Volume 10 No. 1, Februari 2010, hlm. 105 - 112
1)
2)
5.2 Saran
Implementasi akuntansi lingkungan dan
tanggung jawab sosial perusahaan perlu disertai
dengan monitoring dan evaluasi yang sistematik dan
terukur berupa audit lingkungan sebagai bagian dari
audit umum perusahaan. Kinerja keuangan
perusahaan perlu ditambah dengan kinerja
lingkungan. Undang-Undang perseroan terbatas
(PT) telah memberikan rumusan normatif mengenai
tanggung jawab sosial perusahaan. Hendaknya
amanah Undang-Undang tersebut dapat dijalankan
secara konsisten.
Daftar Pustaka
Darwin, Ali. 2006. Akuntabilitas, Kebutuhan, Pelaporan dan Pengungkapan CSR bagi Perusahaan di
Indonesia. Economics Business & Accounting Review. Edisi 3, September. Hal: 83-97. FE UI
Dias, Ana Claudia; Margaruda Louro; Louis Arroja; Isabel Capela. 2004. Evaluation of The Environmental
Performance of Printing and Writing Paper using Life Cycle Assesment. Management of
Environmental. Vol. 15, No. 5
Elkington, John. 1997. Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line of Twentieth Century Business.
Capstone, Oxpord
Finch, Nigel. 2005. The Motivations for Adopting Sustainibility Disclosure. MGSM Working Paper in
Management, Macquaire University, Australia.
Friedman, Milton. 1962. Capitalism and Freedom. Chicago: University of Chicago Press.
Hasibuan, Chrysanti-Sedyono. 2006. CSR Communications: A Challenge on ITS Own. Economics Business
& Accounting Review. Edisi 3, September. Hal: 71-82. FE UI
Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak. 2005. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat
Ikhsan, Arfan. 2008. Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Jafar, Muhamad dan Dista Amalia Arifah. 2006. Pengaruh Dorongan Manajemen Lingkungan, Manajemen
Lingkungan Proaktif dan Kinerja Lingkungan terhadap Public Environmental Reporting. Makalah
disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang tahun 2006
Lindrianasari. 2007. Hubungan antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas Pengungkapan Lingkungan dengan
Kinerja Ekonomi Perusahaan di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Volume 11
No.2. hal. 159-172.
Sembiring, Edy Rismanda 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial:
Study Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Makalah disajikan dalam
Simposium Nasional Akuntansi VIII, Solo.
112