Você está na página 1de 5

ANALISA PEMBERIAN TERAPI

OKSIGEN PADA PASIEN DI ICU


Juniartha Semara Putra
ANALISA PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN PADA PASIEN DI ICU
Data
Pasien Wyn Mekar Rupini, 31 tahun, post op hari 0 reseksi meningioma terpasang O 24 lpm dengan
menggunakan kanula nasal. Pada pemeriksaan RR 20 x/mnt, auskultasi tidak ditemukan wheezing dan
ronchi suara napas dalam batas normal, gerakan dada kiri dan kanan simetris.
Adapun ulasan materi dan analisa terapi oksigen sebagai berikut,
Indikasi terapi oksigen
Adapun indikasi terapi oksigen adalah
1.

Gagal napas akut dengan disertai retensi CO2 atau tanpa disertai retensi O2.

2.

Pada gangguan Infark myokard akut

3.

Pada pasien dengan syok

4.

Keracunan sianida

5.

Kebutuhan meningkat

6.

Pada pasien hampir tenggelam

7.

Pasien dengan pasca anestesi.


Analisanya
Pada pasien Wyn Mekar Rupini diberikan terapi oksigen karena pasien telah pasca anestesi dengan yang
lama operasi yaitu selama 4 jam (dari pukul 09.00-12.00 wita). Jadi tujuan pemberian oksigen adalah untuk
melakukan denitrogenisasi agar kadar N2O dalam darah dalam darah habis sehingga pasien tidak hipoksia
pasca operasi.
Disamping itu pasien bedah trepanasi akan terjadi trauma pada otak dan gangguan sirkulasi otak sehingga
kebutuhan oksigen pasti meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme pasca operasi untuk proses
penyembuhan.
Tujuan terapi oksigen

1.

Untuk melakukan koreksi terhadap gangguan hipoksemia atau hipoksia dan mencegah terjadinya hipoksia
dan hipoksemia.

2.

Mengobati keracunan

3.

Sebagai fasilitas eleminasi pada jaringan tubuh.

4.

Tujuan terapi oksigen adalah untuk meningkatkan tekanan partial oksigen dalam alveoli, mengurangi beban
kerja sistem pernafasan dan mengurangi beban kerja jantung.

5.

Memperbaiki tingkat oksigenasi pada penderita yang oxygen carrying capacitynya rendah, seperti pada
penderita anemia.

6.

Mendorong reabsorbsi udara dalam rongga-rongga tubuh ( pada penderita dengan pneumocephalus atau
pneumotoraks)
Analisanya
Pemberian oksigen pada pasien Wyn Mekar Rupini bertujuan untuk mencegah terjadinya hipoksia dan
hipoksemia pasca operasi, mengurangi beban kerja sistem pernafasan dan mengurangi beban kerja jantung
serta memperbaiki tingkat oksigenasi pada penderita yang oxygen carrying capacitynya rendah karena
pasien pasca operasi.
Konsep dasar terapi oksigen
Dengan meningkatkan pasokan oksigen dalam tubuh diharapkan dapat meningkatkan fraksi oksigen (FiO2)
pada pasien dengan tanpa menggunakan ventilator dan meningkatkan ventilasi alveolar pada pasien yang
menggunakan ventilator.

Dengan meningkatnya edaran oksigen dalam tubuh maka akan meningkatkan isi O2 dalam darah arteri
serta akan dapat meningkatkan / mempertahankan curah jantung normal.
Dengan terapi oksigen maka dapat meningkatkan pelepasan O2 ke jaringan. Untuk memenuhi keutuhan
oksigen tersebut maka terapi harus dilakukan secara kontinyu.
Analisanya
Pada pasien Wyn Mekar Rupini diberikan oksigen dapat meningkatkan pasokan oksigen dalam tubuh
diharapkan dapat meningkatkan fraksi oksigen (FiO2) dalam tubuh. Disamping itu Dengan meningkatnya
edaran oksigen dalam tubuh maka akan dapat meningkatkan isi O2 dalam darah arteri serta akan dapat
meningkatkan / mempertahankan curah jantung normal dan dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan
pelepasan oksigen kedalam seluruh jaringan tubuh.
Jenis terapi oksigen
Terapi oksigen yang lazim dilakukan
1.

Normobarik
Terapi ini mempergunakan O2 dengan tekanan 1 atmosfir dan lazim di lakukan pada pasien pada umumnya
dengan kebutuhan normal.

2.

Hiperbarik
Terapi oksigen ini mempergunakan O2 tekanan tinggi (> 1 atm) dalam ruangan khusus. Terapi ini dilakukan
untuk pasien pada kasus khusus.
Analisanya
Pada pasien Wyn Mekar Rupini, diberikan terapi oksigen dengan jenis normobarik karena hanya diperlukan
O2 dengan tekanan 1 atmosfir saja, bila dilakukan terapi oksigen hiperbarik dapat menyebabkan gangguan
peningkatan tekanan intrakranial. Sedangkan pada pasien ini tekanan intra kranial tidak boleh tinggi.
Metode / alat terapi oksigen
Kriteria alat yang dipergunakan untuk terapi oksigen adalah

1.

FiO2 mudah diatur

2.

Tidak menimbulkan akumulasi CO2

3.

Tahanan jalan napas minimal

4.

Efisien

5.

Mudah diterima / enak dipakai


Cara pemberian oksigen
Ada 2 cara pemberian oksigen
Low flow system dan High flow system

1.

Low flow system


Pemberian tambahan oksigen dengan cara low flow system berarti bahwa gas yang diberikan lewat system
ini tidak mencukupi kebutuhan total volume nafas semenit penderita, sehingga sebagian dari volume nafas
yang diperlukan oleh penderita didapat dari udara atmosfir, sedangkan gas yang kaya dengan oksigen
didalam reservoir juga diinspirasi. Yang termasuk reservoir disini termasuk reservoir anatomi, rongga
masker atau reservoir yang terpasang pada alat.
Pemberian oksigen dengan cara ini meliputi kanula nasal, sungkup muka yang simple, sungkup muka
dengan rebreathing partial, sungkup muka yang non-rebreathing

a.

Kanula nasal
Terbuat dari selang plastik yang sangat ringan dan mudah menggunakannya. Berdasarkan besarnya aliran
gas oksigen, maka dengan alat ini dapat dihasilkan udara inspirasi dengan FiO2 dengan rentang dari 0,24
0,44. Aliran gas maksimal dengan alat ini adalah 6 L/mnt, karena aliran gas yang lebih besar dari 6
L/mnt ini, tidak akan menghasilkan FiO2 yang lebih besar, dapat menimbulkan krusta dari sekrit hidung,
menyebabkan mukosa hidung menjadi kering, dan epistaksis.
Keuntungan pemberian oksigen dengan alat ini :

Murah
Ditolerir dengan baik oleh penderita

Makan dan minum penderita tidak terganggu


Dapat digunakan pada penderita PPOM
Dapat digunakan dengan alat humidifikasi
Kerugiannya :

b.

Dapat menimbulkan lecet di hidung dan belakang telinga


Menimbulkan kekeringan dan iritasi mukosa nasal
Sungkup muka simple
Menggunakan sungkup muka, menyebabkan bertambahnya volume reservoir oksigen diluar reservoir
anatomi, sehingga dapat diusahakan FiO 2 yang lebih besar. Besarnya aliran oksigen biasanya 5 L/mnt atau
lebih besar. Hal ini diperlukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya rebreathing dan untuk mencegah
penumpukan gas CO2. Alat ini tidak dilengkapi dengan kantong reservoir oksigen. Aliran gas lebih besar
10L/mnt tidak akan meningkatkan FiO 2. Sungkup ini mempunyai lobang disamping kanan dan kiri untuk
memungkinkan udara atmosfir masuk saat penderita melakukan inspirasi dan membuang gas expirasi ke
udara luar.
Keuntungannya :

Sederhana dan ringan


Dapat digunganakan dengan alat humidifikasi
Dapat menghasilkan FiO2sampai 0,60
Kekurangannya :

c.

Dapat mengganggu saat berbicara


Dapat mengganggu saat penderita mengeluarkan sputum (termasuk saat makan dan minum)
Mengganggu keberadaan pipa nasogastrik
Dirasakan tidak nyaman bagi penderita dengan cedera di wajah
Dapat menyebabkan mata menjadi kering dan teriritasi
Sungkup muka dengan rebreathing partial
Hampir sama dengan sungkup muka simple, hanya pada alat ini ditambahkan kantong reservoir oksigen.
Kantong reservoir ini lebih besar dari volume reservoir anatomi, sehingga memungkinkan mendapatkan
FiO2 lebih besar dari 0,60. Sungkup harus pas dengan wajah penderita dan aliran gas harus sedemikian
besarnya agar kantong mengempes hanya sekitar 1/3 nya saat inspirasi (reservoir tetap mengembang).
Saat inspirasi penderita menghirup udara nafas dari sungkup muka, kantong reservoir, dan lewat lobanglobang pada sisi samping dari sungkup. Saat ekspirasi, sekitar 1/3 udara expirasi akan masuk ke kantong
reservoir, tetapi gas expirasi ini sesungguhnya berasal dari udara didalam ruang rugi, yang kaya dengan
oksigen, terhumidifikasi dan hangat serta mengandung sedikit CO 2. Bila aliran gas O2 cukup besar untuk
memungkinkan reservoir tidak mengempes saat inspirasi, maka tidak akan terjadi penumpukan gas CO 2 di
dalam kantong reservoir
Keuntungannya

Dapat menghasilkan FiO2 > 0,60 (untuk penderita dengan hipoksia moderat sampai berat).
Oksigen dari ruang rugi anatomi dimanfaatkan kembali
Kerugiannya

Bila aliran gas tidak cukup, resiko rebreathing CO 2 dapat terjadi.


Karena mulut tertutup, penderita hipoksemia berat dapat mengalamiclaustrophobia
Sungkup muka dapat mengganggu aktifitas makan, minum dan batuk penderita
Aliran gas 15L/mnt, mungkin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan volume ventilasi semenit penderita
sesak nafas berat

Aliran oksigen tinggi dapat menimbulkan kekeringan dan iritasi mata.

d.

Sungkup muka nonrebreathing


Berbeda dengan sungkup muka partial rebreathing, sungkup muka ini dilengkapi dengan kantong
reservoir, hanya pada alat ini ada kelep searah yang dipasang antara kantong reservoir dan sungkup dan
pada lobang exhalasi sungkup. Jadi pada alat ini ada dua kelep searah, yang tidak memungkinkan terjadinya
udara ekspirasi masuk kedalam kantong reservoir (kelep direservoir akan tertutup) dan dipihak lain, seluruh
udara exhalasi dibuang lewat lobang pada sisi samping sungkup (kelep searah terbuka). Pada saat inspirasi
kelep searah pada reservoir akan terbuka dan kelep searah pada lobang dibagian samping sungkup akan
tertutup, sehingga hanya udara dari reservoir yang akan di inspirasi oleh penderita. Besarnya aliran gas dari
sumber gas harus sedemikian besarnya agar reservoir tetap mengembang saat penderita melakukan
inspirasi. Bila sungkup menempel ketat pada muka penderita dan gas yang diberikan berupa oksigen murni,
maka dengan alat ini dapat diperoleh FiO 2 1,0. Karena biasanya sungkup tidak menempel ketat di muka
penderita (ada celah kebocoran), biasanya FiO2yang dapat dicapai adalah sekitar 0,8 0,9
Keuntungannya
Dapat menghasilkan FiO2 > 0,8. Ini bermanfaat pada penderita yang mengalami hipoksemia berat di saat
mana tindakan intubasi endotrakeal tidak dapat dikerjakan.
Kerugiannya

Ketatnya tempelan sungkup pada muka penderita, dirasakan tidak nyaman

2.

High Flow System

Aktifitas makan, minum, batuk dan mengeluarkan reak terganggu


Iritasi pada mata akibat aliran gas yang tinggi
Terapi oksigen menggunakan alat dengan high flow system, artinya bahwa aliran gas dari alat tersebut
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan volume nafas semenit penderita tersebut. Sistem ini dipilih untuk
digunakan pada penderita dengan ventilasi yang bervariasi (dalam, tidak teratur, dangkal). Disini FiO 2 yang
dihasilkan konstan. Termasuk system ini adalah sungkup Venturi dan sistem aerosol volume besar yang
mencakup high-humidity face mask, high-humidity face tent, high-humidity tracheostmy collar atau
mask dan high-humidity T piece.
Venturi mask
Menyerupai sungkup muka yang dilengkapi alat tambahan berupa jet adapter yang ditempatkan antara
sungkup dengan selang ke sumber gas oksigen. Ukuran Jet adapternya bermacam-macam, tergantung pada
macam besar FiO2 yang dihasilkannya.
Prinsip kerja venturi mask.
Bila gas mengalir akibat suatu tekanan, dengan kecepatan yang tinggi melalui suatu lubang yang sempit
dari jet adapter, akan terbentuk suatu tekanan subatmosfir disekitar aliran gas. Hal ini menyebabkan udara
luar terisap masuk melalui lobang-lobang yang terdapat pada adapter. FiO 2dapat diatur dengan mengubah
besarnya celah udara pada adapter. Dengan alat ini volume udara yang masuk kedalam venturi besar dan
volume gas yang kaya dengan oksigen mencukupi kebutuhan volume ventilasi semenit.
Analisanya
Pasien Wyn Mekar Rupini diberikan oksigen dengan kanula nasal 4 lpm, hal ini disebabkan karena pasien
telah dilakukan perawatan di recovery room sebelumnya, sehingga kebutuhan oksigen yang diberikan saat
ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pasca operasi, karena peningkatan kebutuhan untuk
proses penyembuhan dari operasi dan memenuhi kebutuhan oksigen sirkulasi pada otak. Untuk itu pilihan
yang tepat pemberian O2 adalah terapi oksigen dengan menggunakan kanula nasal karena tanpa
memerlukan tekanan yang tinggi. Disamping itudengan kebutuhan FiO2 adalah 0,24 0,44 dan aliran gas
maksimal dengan alat ini adalah 6 L/mnt. Keuntungannya adalah dapat ditolelir dengan baik oleh pasien,
makan dan minum penderita tidak terganggu, serta O2 yang gunakan telah dihumidifikasi terlebih dahulu
sehingga dapat meminimalkan terjadinya kekeringan mukosa hidung.
Komplikasi terapi oksigen
Komplikasi yang dapat terjadi pada terapi oksigen

1.

Terhadap respirasi

Narkosis CO2, dapat terjadi pada pasien dengan kendali napasnya bergantung pada hipoksemia, misalnya
pada eksaserbasi akut bronkitis kronis. Pasien mengalami koma karena depresi napas yang berakibat pasien
meninggal. Pada pasien tersebut harus segera diatasi dengan ventilasi mekanik.
2.

Keracunan O2
Terjadi akibat pemberian oksigen dengan FiO2 > 60% dalam jangka waktu lama (> 150 jam). Kelainan yang
timbul berupa kongesti kapiler, penebalan membran, edema interstitiel / alveolar, konsolidasi dan atelektasis
yang menyebabkan displasia bronko pulmoner. Makin tinggi FiO2 dan makin lama pemberian O2 maka
displasia yang diderita makin berat. Sehingga kejadian sulit dibedakan dengan masalah primer paru.
Analisanya
Pada pasien Wyn Mekar Rupini tidak ditemukan terjadinya komplikasi karena saat pemberian oksigen telah
dilakukan pengawasan yang optimal dan pemberian oksigen sesuai dengan instruksi dan kebutuhan pasien
denganpasca operasi.

Referensi
Soeparman & Sarwono W, (1998), Ilmu penyakit dalam Jilid II Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume I, EGC, Jakarta
Barbara E.,(1999), Rencana Asuhan keperawatan Medikal- Bedah Volume III, EGC, Jakarta
Barbara C. long,( 1996), Perawatan Medikal Bedah : suatu pendekatan proses keperawatan,Alih bahasa Yayasan
ikatan alumni pendidikan keperawatan bandung,Yayasan IAPK, Bandung
Hudak & Gallo, ( 1997), Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta
Marylin E doengoes. (2000). Rencana Asuhan keperawatan Pedoman untuk Perencnaan /pendokumentasian
Perawatan Pasien. EGC.Jakarta.
Barry A Shapiro & William T Peruzzi : Clinical Application of Blood Gases
Lynelle N B Pierce

: Mechanical Ventilation and Intensive Respiratory Care

Gloria Oblouk Darovic : Hemodynamic Monitoring

Você também pode gostar