Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh:
Divorian Adwiditanra
04054821618083
04054811416031
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap lubang pada sekat atrium yang menyebabkan adanya hubungan
antara atrium kanan dan kiri disebut dengan Defek Sekat Atrium. Penyakit
Defek Sekat Atrium terhitung sebanyak 10% dari seluruh penyakit jantung
kongenital dan berkisar antara 22-40% penyakit jantung kongenital pada usia
dewasa, tipe terbanyak adalah ostium secundum dengan 60-70% kasus.
Kasus ini lebih banyak menimpa kaum wanita dengan rasio 2:1
dibandingkan dengan kaum laki-laki. Insiden penyakit ini secara pasti sukar
ditentukan karena penyakit ini cukup sulit terdeteksi karena bising jantungnya
yang tidak mudah didengar dan lebih sering asimptomatis . Sebagian besar
pasien yang mengidap penyakit ini memang tidak bergejala, tapi beberapa
menunjukkan gejala mudah lelah dan sesak saat beraktivitas. Gejala yang nyata
membutuhkan waktu 30-40 tahun untuk muncul dan berkembang.
Berdasarkan variasi kelainan anatominya, defek sekat atrium dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu defek sekat atrium tipe primum (tipe 1) dan
defek sekat atrium tipe sekundum (tipe 2). Defek sekat atrium tipe 1
disebabkan oleh defek yang terjadi pada septum primum yang gagal
berkembang mencapai bantalan endokardium, terkadang pula bantalan
endokardium itu sendiri yang gagal berkembang sehingga ostium primum akan
tetap terbuka, defek tipe ini hanya sekitar 30% dari seluruh defek sekat atrium.
Defek sekat atrium tipe sekundum (tipe 2) merupakan defek sekat atrium yang
paling sering terjadi terhitung 70% dari kasus defek sekat atrium, tipe ini
terbagi menjadi beberapa tipe berdasar lokasi defek, seperti defek pada fossa
ovalis yang paling sering terjadi akibat patensi foramen ovale yang
memungkinkan darah mengalir dari atrium kanan dan kiri, sedangkan defek
tipe sinus venosus vena cana superior dan inferior merupakan tipe defek yang
sangat jarang terjadi.
BAB II
STATUS PEDIATRIK
A. IDENTIFIKASI
Nama
: An. HM
Usia
: 16 tahun
: SRN
Nama Ibu
: DS
Suku Bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Alamat
MRS
No. Medrec
: 938920
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis (28 Juli 2015)
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama
: Sesak nafas
Keluhan tambahan : 6 bulan SMRS, pasien merasakan sesak. Sesak dirasakan ketika
pasien melakukan aktivitas. Sesak berkurang ketika istirahat, timbul
sesak tidak diakibatkan oleh debu, cuaca ataupun makanan. Pasien juga
mengeluhkan dadanya berdebar-debar saat sesak. Dada berdebar-debar
tidak berkurang dengan istirahat. Tidak ada nyeri dada yang dirasakan
saat sesak. Selanjutnya pasien berobat ke praktek dokter umum, namun
keluhan tidak berkurang.
2 minggu SMRS, pasien merasakan sesak yang semakin
memberat, berdebar-debar saat sesak dan merasakan sangat lemah serta
merasa capek dengan aktivitas yang tidak terlalu berat. Batuk (+)
demam (-). Mual (-) muntah (-). Kemudian pasien berobat ke dokter
lalu dirujuk ke RSMH untuk dilakukan operasi.
2. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat sering berhenti bila menyusu (-)
Riwayat biru saat bayi (-)
3. Riwayat kehamilan ibu dan kelahiran anak
Masa Kehamilan
Partus
Tempat
Ditolong oleh
Tanggal
BB
PB
: 9 bulan 10 hari
: Secsio cesara
: Rumah Sakit
: Dokter Spesialis Kandungan
: 16 september 2000
: 3500 gram
: 47 cm
Lingkar kepala
: Ibu lupa
4. Riwayat makanan
a. ASI
5. Riwayat imunisasi
Imunisasi Dasar
BCG
DPT 1
Hib 1
Polio 1
Hepatitis
B1
Campak
V
V
V
V
V
DPT 2
Hib 2
Polio 2
Hepatitis
V
V
V
B2
V
DPT 3
Hib 3
Polio 3
Hepatitis
B3
V
V
V
Perkawinan
: 1 kali
Umur
Pendidikan
: SMA
Ayah
Kakak
(P)
Kakak (L)
os (P)
7. Riwayat perkembangan
Gigi Pertama: Usia 7 bulan
Berbalik
: Usia 3 bulan
: Usia 9 bulan
Berdiri
: Usia 12 bulan
Berjalan
Berbicara
Kesan
b. Kesadaran
: Compos mentis
c. Tekanan darah
: 110/60 mmHg
d. Temperatur
: 36,5oC
e. Pernapasan
: 24 x/m
f. Nadi
: 92 x/m
g. Berat Badan
: 60 kg
h. Tinggi Badan
: 164 cm
Status gizi
BB/U
: P 75
TB/U
: P 50- P 75
BB/TB
: 114,28
Hidung
Mulut
b. Leher
c. Thorax:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Tidak dilakukan
Auskultasi
Cor : BJ I-II normal, murmur sistolik grade iii/6 ICS II-III linea
parasternal sinistra, thrill (-), gallop (-)
d. Abdomen:
Inspeksi
: Datar, lemas
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
: Timpani
Bed rest
Farmakologi
-
Furosemid 2 x 5 mg (PO)
Captopril 2 x 3 mg (PO)
PTU 3 x 15 mg (PO)
F. PROGNOSIS
Quo ad Vitam
: Dubia
Quo ad Functionam
: Dubia
G. Follow-up
Tanggal
28 Juli 2015
(-),
Penatalaksanaan
sesak
Edukasi
Furosemid 2 x 5
sedang
Sens: compos
RR:
mentis,
38x/menit,
SI(-)
Thorax: simetris, retraksi
BJ
I-II
Captopril 2 x 3
mg (PO)
HR:
162x/menit, T: 37,0 C.
Kepala: NCH (+), CA (-),
(-)
Cor:
mg (PO)
PTU 3 x 15 mg
(PO)
Monitor
Vital
normal,
hipertiroid
S: demam
(-),
sesak
Edukasi
Furosemid 2 x 5
sedang
Sens: compos
RR:
38x/menit,
mentis,
mg (PO)
-
mg (PO)
HR:
162x/menit, T: 37,0 C.
Kepala: NCH (+), CA (-),
Captopril 2 x 3
PTU 3 x 15 mg
(PO)
SI(-)
Thorax: simetris, retraksi (-)
Cor: BJ I-II normal,
murmur sistolik gr 4/6
ICS II-II dan ICS IV LPS
sinistra, gallop (-)
Pulmo: Ves (+) ronkhi
(-) , Wheezing (-)
Abdomen: datar, lemas,
hepar/lien tidak teraba,
bising usus (+) normal
Ekstremitas:
akral
hangat, sianotik (-),
A: VSD +PDA
30 Juli 2015
hipertiroid
S: demam
(-),
sesak
Edukasi
Furosemid 2 x 5
sedang
Sens: compos
RR:
mentis,
38x/menit,
SI(-)
Thorax: simetris, retraksi
BJ
I-II
normal,
Captopril 2 x 3
mg (PO)
HR:
162x/menit, T: 37,0 C.
Kepala: NCH (+), CA (-),
(-)
Cor:
mg (PO)
PTU 3 x 15 mg
(PO)
Monitor
Vital
Ekstremitas:
hangat, sianotik (-),
A: VSD +PDA +
hipertiroid
akral
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Defek Septum Atrium (DSA) merupakan keadaan dimana terjadi defek
pada bagian septum antar atrium sehingga terjadi komunikasi langsung
antara atrium kiri dan kanan.Defek Septum Atrium dapat terjadi di bagian
manapun dari septum atrium, tergantung dari struktur septum atrium yang
gagal berkembang secara normal.
2. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti, diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen.
Faktor faktor tersebut antara lain:
1. Faktor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetik: kelainan kromosom
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu: sebelumnya mengikuti program KB oral
atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide,
dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu)
b. Ibu menderita penyakit infeksi: rubella
c. Pajanan terhadap sinar X
Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adalah multifaktorial.
Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum
akhir bulan kedua kehamilan, oleh karena pada minggu ke-delapan
kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai. Pada faktor genetik, hal
yang penting kita perhatikan adalah adanya
menderita penyakit jantung. Hal lain yang juga berhubungan adalah adanya
Pada Atrial Septal Defect, aliran darah yang ada di atrium sinistra bocor ke
atrium dextra karena ada defect di septum interatrial-nya yang disebabkan
oleh gagalnya menutup sebuah septum maupun karena adanya gangguan
pertumbuhan. Karena tekanan di ventrikel sinistra yang memompa darah ke
seluruh tubuh lebih besar maka darah dari atrium dextra tidak dapat masuk
ke atrium sinistra sehingga dapat dikatakan darah jalan dari tekanan tinggi
ke tekanan rendah (dari Atrium Sinistra ke Atrium Dextra). Di atrium dextra
dan ventrikel dextra terjadi overload darah yang mengakibatkan hipertrofi
atrium dan ventrikel dextra. Darah kemudian masuk ke arteri pulmonalis
melewati katup pulmonal, yang otomatis terlalu sempit untuk jalan darah
yang begitu banyak. Hal ini disebut stenosis pulmonal relative. Akibatnya
arteri pulmonalis menjadi dilatasi. Selanjutnya terjadi turbulensi disana
yang menyebabkan terjadinya bunyi murmur systole.
d. Diagnosis
Defek Septum Atrium sekundum lebih sering terjadi pada perempuan
dengan rasio 2:1 antara perempuan dan pria.Defek septum atrium (DSA)
sering tidak terdeteksi sampai dewasa karena biasanya asimptomatik dan
tidak memberikan gambaran diagnosis fisik yang khas. Walaupun angka
kekerapan hidup tidak seperti normal, cukup banyak yang bertahan hidup
sampai usia lanjut.
a. Gejala klinis
Penderita DSA sebagian besar menunjukkan gejala klinis sebagai berikut:
Dispneu deffort dan atau kelelahan ringan adalah gejala awal yang
paling sering ditemui.Pada bayi kurang dari 1 tahun jarang sekali
S2. Tanda ini adalah khas pada patologis DSA dimana defek jantung yang
tipe lain tidak menyebabkan suara splitting pada S2 yang menetap. Sianosis
jarang ditemukan, kecuali bila defek besar atau common atrium, defek sinus
koronarius, kelainan vaskular paru, stenosis pulmonal, atau bila disertai
anomali Ebstein.
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk DSA ini dapat dilakukan dengan beberapa
cara,antara lain:
Foto Thoraks
Foto thoraks standar dapat sangat membantu diagnosis defek septum
atrium. Pada pasien dengan defek septum atrium dengan pirau yang
bermakna, foto thoraks AP menunjukkan atrium kanan yang menonjol, dan
dengan konus pulmonalis yang menonjol. Pada foto AP biasanya tampak
jantung yang hanya sedikit membesar dan vaskularisasi paru yang
bertambah sesuai dengan besarnya pirau, seperti pada defek septum
ventrikel, vaskularisasi paru tampak meningkat bila Qp/ Qs > 2:1.
Elektrokardiografi
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien masuk ke rumah sakit dengan keluhan utama sesak disertai jantung
yang berdebar-debar. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan berbagai pemeriksaan penunjang, makapada pasien ini di diagnosis
menderita kelainan jantung kongenital yakni berupa defek septum atrium tipe
sekundum besar. Pasien tidak pernah mengeluhkan penyakit jantung sebelumnya.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa pasien dengan defek septum atrium
(DSA) sering tidak terdeteksi sampai dewasa karena biasanya asimptomatik dan
tidak memberikan gambaran diagnosis fisik yang khas.
Keluhan pada defek septum atrium biasanya timbul pada dekade ke-2 atau
ke-3 kehidupan. Gejala yang timbul adalah sesak napas ketika beraktivitas dan
atau berdebar-debar. Munculnya gejala ini berhubungan dengan peningkatan
shunt dari kiri ke kanan. Pada pasien keluhan sesak yang timbul terjadi akibat
adanya shunt dari atrium kiri ke atrium kanan. Seseorang dengan DSA memiliki
septum (dinding) yang terbuka di antara atrium. Sebagai hasilnya, darah yang
teroksidasi dari atrium kiri akanmengalir melalui lubang pada septum ke dalam
atrium kanan, sehingga terjadi percampuran dengan darah rendah oksigen dan
terjadi peningkatan jumlah total darah yang mengalir menuju paru-paru.
Akibatnya adalah terjadi kelebihan volume darah pada jantung kanan yang pada
akhirnya menyebabkan pembesaran atrium dan ventrikel kanan serta dilatasi arteri
pulmonalis.Hal ini dapat dilihat dari hasil pada foto thoraks yaitu ditemukan
adanya kardiomegali, dari hasil ekokardiografi didapatkan kesan berupa hipertrofi
ventrikel kanan dan atrium kanan. Hasil pemeriksaan pada pasien ini sesuai
dengan beberapa literatur yang ada.
Defek septum atrium tipe sekundum adalah tipe yang paling banyak
ditemukan, terjadi pada 1 dalam 1500 kelahiran hidup, dengan 65-75% wanita.
Pemeriksaan ekokardiografi dapat membantu menentukan lokasi defek septum,
arah pirau, ukuran atrium dan ventrikel kanan, keterlibatan katup mitral, misalnya
prolaps yang sering terjadi pada DSA. Pada pasien ini didapatkan lokasi defek
yaitu pada daerah sekundum.
DAFTAR PUSTAKA