Você está na página 1de 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segala sesuatu yang terdapat pada kehidupan memiliki penyusun terkecil
yang membentuk sistem tertentu, termasuk pada makhluk hidup. Berdasarkan
hierarki organisasi kehidupan, sel merupakan unit terkecil yang menyusun
sistem kompleks pada makhluk hidup. Kelompok sel tertentu akan membentuk
jaringan yang kemudian membentuk organ. Organ-organ tertentu saling
bekerjasama untuk menjalankan suatu sistem organ, sehingga mampu
menopang kehidupan suatu organisme. Hal tersebut didukung dengan adanya
organisme bersel satu (uniseluler) yang mampu hidup hanya dengan satu sel,
sedangkan makhluk hidup lainnya tersusun atas banyak sel (multiseluler). Hal
ini menunjukkan bahwa sel merupakan unit struktural dan fungsional dasar
bagi organisme hidup (Campbell, et al., 2007).
Sel yang satu dapat berbeda dengan lainnya, namun tetap memiliki
persamaan karakteristik tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa sel memiliki
struktur khusus yang menjadikannya mampu menopang sistem kehidupan.
Mempelajari sel berarti mempelajari unit dasar kehidupan seluruh makhluk
hidup di dunia. Robert Hooke yang mengawali penelitian tentang sel telah
memicu berbagai penemuan-penemuan penting pada bidang biologi, bukan
hanya tentang sel tetapi juga penemuan penting lainnya, diantaranya
mikroskop.
Disisi lain, air merupakan kebutuhan vital bagi kehidupan khususnya
makhluk hidup. Sebagaian besar permukaan Bumi merupakan wilayah perairan
dan ketersediaan air tersebut digunakan makhluk hidup untuk berbagai macam
aktivitas kehidupan, termasuk oleh aktivitas dalam tubuh makhluk hidup.
Reaksi kimia pada seluruh makhluk hidup terjadi pada lingkungan aqueous
dalam sel (Postlethwait & Hopson, 2006). Oleh karena itu, sel tersusun atas 7090% air (Campbell, et al., 2007). Dengan demikian, tubuh makhluk hidup juga
sebagian besar terisi oleh molekul air.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sel dan air
merupakan dua faktor penting dalam kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan
adanya penjelasan secara rinci mengenai sel dan air, baik dalam hal karakter

khusus, struktur, fungsi, serta perkembangan penelitian yang mendukung


penjelasan tentang sel dan air.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1. Mendeskripsikan tentang sel, terutama struktur dan keterkaitannya terhadap
fungsi
2. Mendeskripsikan tentang air, khususnya struktur, sifat, dan peranannya
dalam kehidupan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sel
Sel merupakan unit struktural dan fungsional pada makhluk hidup.
Makhluk hidup uniseluler hanya memiliki satu sel sebagai wujud
kehidupannya, sedangkan organisme multiseluler memiliki beberapa sel yang
terdiferensiasi untuk menjalankan fungsi yang berbeda pada tubuhnya.
Manusia merupakan salah satu contoh organisme multiseluler yang memiliki
sedikitnya 1014 sel yang bervariasi dalam hal ukuran, bentuk dan fungsi
khususnya (Nelson & Cox, 2004).
1. Sejarah Perkembangan Penemuan Sel
Pada tahun 1965, Robert hooke mengamati sayatan tipis gabus pohon
menggunakan mikroskop cahaya yang masih sangat sederhana. Hooke
menemukan bahwa gabus tersebut tersusun atas kotak-kotak kecil yang
banyak. Hal ini kemudian menuntunnya untuk mengamati lebih banyak
bagian pohon tersebut, diantaranya akar, batang, dan bagian tumbuhan paku.
Pengamatan tersebut menunjukkan hal serupa, yakni adanya kotak-kotak
kecil yang menyusun bagian-bagian tumbuhan tersebut (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Gambaran sel yang ditemukan pada pengamatan Hooke


(Postlethwait & Hopson, 2006)
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Anton Van Leeuwenhoek.
Leeuwenhoek merupakan orang pertama yang mengamati sel hidup dengan
menggunakan mikroskop yang memiliki perbesaran 10x lebih besar
dibandingkan dengan mikroskop yang digunakan Hooke. Pada tahun 1673

menunjukkan hasil pengamatannya pada sel alga Spirogyra dan sel protista
Vorticella (Gambar 2.2)

Gambar 2.2 Hasil pengamatan Leeuwenhoek: alga Spirogyra (a); protista


Vorticella (b) (Postlethwait & Hopson, 2006)
Matthias

Schleiden

yang

merupakan

ahli

botani

Jerman

menyimpulkan bahwa seluruh tumbuhan tersusun atas banyak sel pada


tahun 1838. Pada tahun berikutnya, ahli zoologi Jerman Theodor Schwann
menyimpulkan bahwa hewan juga tersusun atas banyak sel. Hal ini
kemudian didukung oleh penelitian Rudolf Virchow yang menunjukkan
bahwa sel berasal dari sel lain sebelumnya. Penelitian-penelitian inilah yang
akhirnya menjadi awal mula munculnya perkembangan penelitian tentang
sel yang lebih mendalam.
Alexander Oparin, pada tahun 1920an mengamati larutan protein dan
polisakarida yang pada akhirnya dapat memperjelas struktur membran sel
yang terdiri atas fosfolipid bilayer (Belk & Borden, 2012). Hal ini semakin
memperjelas bagaimana sel menjadi unit struktural dan fungsional pada
makhluk hidup.

Gambar 2.3 Perkembangan penelitian tentang sel (Postlethwait & Hopson,


2006)
2. Teori Sel

Penelitian-penelitian dasar yang telah dilakukan oleh para ahli


terdahulu membentuk adanya teori sel yang menyusun makhluk hidup,
dikenal sebagai Teori Sel. Teori tersebut terdiri dari tiga hal fundamental
yaitu:
a. Seluruh organisme hidup tersusun atas satu atau lebih sel
b. Sel merupakan unit dasar struktural dan fungsioal pada organisme
c. Sel hanya berasal dari reproduksi sel sebelumnya
3. Struktur Utama Sel
Secara umum, sel memiliki karakteristik yang sama. Beberapa bagian
yang dimiliki oleh sel antara laihn:
a. Membran Plasma
Sel dibatasi oleh membran plasma yang memisahkan lingkungan
luar dan dalam sel. Oleh karena itu, membran harus didukung dengan
struktur kimia yang baik. Empat unsur pokok yang terdapat pada
membran sel adalah lipid, protein, oligosakarida, dan air (Geetha, et al.,
2005).
1) Lipid
Membran plasma mengandung lipid dengan komponen utama
berupa fosfolipid, kolesterol, dan glikololipid (Geetha, et al, 2005).
Secara umum, membran plasma tersusun atas dua lapis fosfolipid
yang memiliki struktur kepala hidrofilik (suka air) dan ekor hidrofobik
(menolak air). Bagian kepala tersebut menghadap ke bagian dalam
dan luar sel yang bersifat aqueous (Gambar 2.4). Pada beberapa
bagian membran plasma, terdapat protein yang melekat pada struktur
lipidnya yang menonjol ke lingkungan luar (ekstraseluler) atau
sitoplasma dalam sel.

Gambar 2.4 Struktur dua lapis fosfolipid pada membran sel


(Postlethwait & Hopson, 2006)

Fosfolipid merupakan penyusun utama membran sel yang


merupakan lipid dengan fosfat diester. Bagian hidrofilik tersusun atas
oksigen yang dapat bermuatan maupun netral, sedangkan bagian
hidrofobik tersusun atas rantai asam lemak yang panjang. Hal ini
memungkinkan membran plasma untuk bersentuhan langsung dengan
lingkungan ekstraseluler dan intraseluler sel yang kaya akan air.
2) Protein
Seluruh fungsi utama membran plasma dipengaruhi oleh adanya
protein dalam membran dengan prosentase sebesar 20% - 70%
(Geetha, et al, 2005). Ada dua jenis protein yang terdapat pada
membran plasma yaitu protein integral dan protein periferal. Kedua
protein tersebut berperan besar dalam sistem transpor materi melalui
membran dari dan keluar sel.
Protein integral merupakan protein membran yang tersusun
rapat melekat pada membran. Protein integral dapat berupa protein
transmembran dan lipid anchored protein. Protein transmembran
merentang sepanjang membran dengan domain pada setiap ujungnya.
Protein transmembran dapat berupa single pass maupun multipass
transmembran. Sebagian besar membran sel memiliki protein jenis ini
sebagai protein reseptor pada membran.

Gambar 2.5 Protein Single pass transmembran


(Geetha, et al, 2005)

Gambar 2.6 Protein multipass transmembran


(Geetha, et al, 2005)

Protein periferal terdapat pada permukaan membran yang dapat


dipisahkan dengan mudah dari membran. Contoh protein jenis ini
adalah spectrin pada membran sel darah merah (Gambar 2.xxx).
Spectrin berperan penting dalam menjaga stabilitas dan struktur
membran sel, serta mendukung berbagai fungsi sel seperti adhesi sell,
penyebaran sel, serta siklus sel. Mutasi pada spectrin dapat
mengakibatkan berbagai kelainan pada manusia seperti anemia,
ataksia, kanker, dan lain-lain.

Gambar

2.7

Spectrin

(Protein

periferal

pada

membran)

(www.ruf.rice.edu)
Struktur membran yang tersusun atas lipid dan protein dan
berbentuk fosfolipid bilayer sangat mendukung membran sel dalam
mentransfer materi. Molekul hidrofobik dan molekul polar dapat
mendifusikan bahan dengan cepat melalui membran (Geetha, et al,
2005). Molekul-molekul polar besar yang tidak dapat ditransport
secara difusi akan membutuhkan protein sebagai pembawa, yakni
melalui transport aktif dan transport pasif. Fluiditas membran
membuat difusi lateral menjadi lebih cepat, sejalan dengan
peningkatan suhu, komposisi rantai pendek asam lemak, dan
komposisi asam lemak-cis, serta dipengaruhi oleh kolesterol yang
dapat menstabilkan fluiditas membran (Gilbert, 2000).
b. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan area terluas dalam sel yang berisi cairan,
sitoskeleton, dan seluruh organela sel kecuali inti (nukleus). Bagian dari
sitoplasma yang menyimpan molekul-molekul dan partikel-partikel kecil

seperti ribosom disebut sebagai sitosol. Sitosol terbuat dari sekitar 20%
protein (Postlethwait & Hopson, 2006).
c. Nukleus (Inti Sel)
Nukleus merpakan pusat pengaturan sistem dalam sel. Di dalam sel
terdapat materi genetik yang sangat penting bagi kehidupan sel. Nukleus
dapat menjadi pembeda antara organisme prokariotik dan eukariotik.
Organisme prokariotik memiliki nukleus yang tidak bermembran,
sedangkan nukleus organisme eukariotik memiliki membran inti.
d. Materi Genetik
Materi genetik selalu dimiliki oleh sel. Materi genetik inilah yang
menentukan sifat-sifat makhluk hidup. Materi genetik dapat berupa DNA
atau RNA. DNA (deoxyiribose nucleic acid) merupakan materi genetik
yang berupa untaian ganda asam nukleat yang kehilangan satu atom
oksigennya. RNA (ribose nucleic acid) merupakan untaian materi genetik
yang hanya terdiri dari satu untaian. DNA dan RNA tersusun atas
polinukleutida, dimana satu nukleutida terdiri atas gula pentosa, fosfat,
dan basa nitrogen. Ada dua jenis basa nitrogen yang terdapat pada kedua
asam nukleat ini yaitu basa purin dan pirimidin. Basa purin terdiri dari
adenin (A) dan guanin (G), sedangkan basa pirimidin terdiri dari sitosin
(C), Timin (T) pada DNA), dan Urasil (U) pada RNA.

Gambar 2.8 Struktur kimia basa nitrogen (Truong, 2000)

Gambar 2.9 Ikatan antar basa-basa nitrogen pada untaian ganda


DNA (Price, 2006)
Untaian ganda pada DNA dihubungkan oleh ikatan hidrogen yang
terhubung pada basa-basa nitrogen. Basa A selalu berikatan dengan basa
T atau U dengan dua ikatan hidrogen, sedangkan basa G selalu berikatan
dengan basa C dengan tiga ikatan hidrogen. Basa nitrogen inilah yang
kemudian menjadi sumber informasi genetik pada suatu organisme yang
terekspresi melalui gen-gen pada kromosom yang terdapat didalamnya.
Untaian ganda DNA dapat terurai akibat pemanasan. DNA yang
mengalami denaturasi akan mengalami pemisahan untaian yang akan
diikuti dengan peningkatan penyerapan sinar UV dengan panjang
gelombang sebesar 260 nm. Denaturasi DNA dapat bersifat reversible
ketika DNA berada pada suhu yang lebih rendah dan mencapai kondisi
yang sesuai. Stabilitas DNA meningkat seiring dengan penurunan suhu,
peningkatan basa komposisi G-C yang memiliki tiga ikatan hidrogen, dan
peningkatan garam yang dapat terionisasi (Gilbert, 2000). RNA hanya
terdiri dari satu untaian helix dan nukleutidanya tidak kehilangan atom
oksigen. Namun, struktur helixnya kurang lebih sama dengan DNA.

Gambar 2.10 Untaian ganda DNA (Price, 2006)


Organisme eukariotik memiliki organela-organela yang tidak
dimiliki oleh organisme prokariotik. Organela tersebut antara lain:
a. Mitokondria
Mitokondria merupakan organel tipis yang mengubah energi dari
moekul organik menjadi ATP. Dengan kata lain mitokondria berperan
besar dalam proses metabolisme seluler yaitu respirasi. Mitokondria
memiliki membran fosfolipid bagian dalam dan luar seperti halnya
membran plasma sel. Struktur mitokondria memiliki banyak lipatan yang
disebut sebagai krista. Krista terdiri dari protein-protein yang membawa
energi yang dihasilkan dari reaksi kimia.

Gambar 2.11 Struktur mitokondria dalam sel


(Postlethwait & Hopson, 2006)

b. Ribosom
Ribosom

merupakan

organel

berbentuk bola, berukuran kecil dan


memiliki

fungsi

membentuk

protein.

utama
Ribosom

dalam
tidak

memiliki membran. Beberpa ribosom


ditemukan bebas berada di sitosol,
sedangkan

lainnya

menempel

pada

retikulum endoplasma. Struktur ribosom


terdiri dari subunit besar dan subunit
kecil.
Gambar 2.12 Struktur Ribosom
(Postlethwait & Hopson, 2006)
c. Retikulum Endoplasma
Retikulum endoplasma (RE) merupakan sistem saluran dan
kantong bermembran yang terdapat dalam sel. Fungsi primernya ialah
sebagai jalur utama aktivitas intraseluler. Ada dua jenis RE, yaitu RE
kasar (mengandung ribosom) dan RE halus. RE kasar memiliki fungsi
utama dalam proses sintesis protein, sedangkan RE halus berperan utama
dalam proses sintesis lipid.
d. Aparatus Golgi
Aparatus golgi merupakan kantong bermembran yang pipih yang
berfungsi sebagai tempat pengepakan bahan-bahan yang akan ditransfer
ke bagian sel atau keluar sel target. Bahan tersebut dapat berupa lipid
atau protein.

Gambar 2.13 Bentuk aparatus golgi (Postlethwait & Hopson, 2006)


e. Vesikel
Sel memiliki beberapa jenis vesikel dengan peran masing-masing.
Vesikel berukuran kecil, umumnya berbentuk kantong-kantong yang

dikelelingi oleh membran tunggal. Vesikel biasanya berpindah dan


menggabungkan

diri

pada

membran

plasma

untuk melepaskan

komposisinya keluar sel. Vesikel dapat berupa lisosom, peroksisom, dan


lain-lain.
f. Sitoskeleton
Sitoskeleton merupakan jaringan antara tube dan filament yang
terdapat pada sitosol. Jaringan keduanya memberikan bentuk pada sel.
Ada tiga macam sitoskeleton yaitu mikrotubula, mikrofilamen, dan
filamen intermediet.

Gambar 2.14 Bentuk sitoskeleton: mikrotubula, mikrofilamen, filamen


intermediet (Postlethwait & Hopson, 2006)
4. Struktur Sel Prokariotik dan Eukariotik
Klasifikasi makhluk hidup pada mulanya terdiri dari dua jenis yaitu
organisme prokariotik dan eukariotik. Organisme prokariotik merupakan
organisme uniseluler dengan struktur yang cenderung lebih sederhana,
sedangkan organisme eukariotik dapat berupa organisme uniseluler maupun
multiseluler. Organisme prokariotik lebih familiar karena tidak memiliki
membran inti yang membungkus materi genetiknya, sehingga intinya sering
disebut sebagai nucleoid. Sel jenis ini dimiliki dua kelompok bakteri yaitu
Bacteria dan Archaea. Sel eukariotik memiliki membran inti yang
membungkus materi genetiknya, serta memiliki organela-organela yang
berada di sitoplasma, sehingga ukurannya cenderung lebih besar. . Dasar
klasifikasi tersebut terletak pada struktur selnya seperti pada Tabel 2.1
berikut ini:
Pembeda
Membran Inti
Diameter sel
Genom
DNA

Sel Prokariotik
Tidak ada
Cenderung kecil, sekitar 1
10 m
Umumnya satu molekul
DNA sirkular
Tidak terikat oleh histon
pada Eubacteria, beberapa
memilikihiston
pada

Sel Eukariotik
Ada
Cenderung
besar,
sekitar 10 100 m
Banyak molekul DNA
linear
Terikat histon

Jumlah DNA

Archaea
Cenderung
sedikit/kecil
Tidak ada

lebih Cenderung lebih besar

Organela
Ada
bermembran
Sitoskeleton
Tidak ada
Ada
Tabel 2.1 Perbedaan Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik (Pierce, 2012)

Gambar 2.15 Sel prokariotik (Campbell N. A., et al., 2007)


Perbedaan utama antara sel prokariotik dan eukariotik ialah ada
tidaknya membran inti yang menyelubungi inti selnya. Eukariotik memiliki
membran inti yang menyelubungi materi genetik dan memisahkan DNA dari
penyusun sel lainnya, sedangkan prokariotik tidak. Selain itu, DNA pada
eukariotik terasosiasi dengan protein khusus yaitu protein histon yang
mengemas rapih kromosomnya. Gabungan DNA dan protein histon tersebut
disebut sebagai kromatin. Protein histon ini membatasi akses enzim dan
protein lain yang menyalin dan membaca informasi genetik pada DNA.
Beberapa Archaea juga memiliki protein histon, namun struktur
kromatinnya berbeda dengan struktur pada eukariotik.

Gambar 2.16 DNA yang terikat oleh protein histon (www.bio.miami.edu)


Sel eukariotik yang paling sering dipelajari adalah sel hewan dan
tumbuhan. Keduanya memiliki kemiripan dalam berbagai hal, namun juga
memiliki banyak perbedaan. Hal tersebut berkaitan dengan fungsinya. Sel
tumbuhan memiliki dinding sel untuk melapisi membran selnya, sehingga
bentuk sel lebih kokoh. Hal ini terkait dengan tumbuhan yang tidak dapat
berpindah tempat, sehingga struktur tubuhnya harus kokoh hingga ke
tingkat seluler. Sel tumbuhan memiliki kloroplas yang berisi klorofil, yaitu
pigmen hijau yang berfungsi mengubah energi cahaya matahari menjadi
energi kimia. Selain itu, sel tumbuhan memiliki vakuola yang berukuran
lebih besar karena sel tumbuhan harus menyimpan bahan dan hasil
fotosintesis dalam jumlah besar bila dibandingkan dengan sel hewan yang
hanya menjadi pemakai/konsumen. Sementara sel hewan tidak memiliki
organel-organel tersebut, namun memiliki sentriol yang berfungsi untuk
pergerakan.

Gambar 2. 17 Sel hewan dan


sel tumbuhan (Campbell & Reece, 2005)
B. Air dan Peranannya bagi Kehidupan
Seluruh makhluk hidup tersusun sebagian besar atas air dan hidup di
lingkungan yang didominasi oleh air. 70% berat tubuh makhluk hidup terisi
oleh air (Nelson & Cox, 2004). Tiga perempat permukaan Bumi berada
dibawah permukaan air (berupa perairan) (Campbell, et al., 2007). Hal ini
menjadikan Bumi sebagai tempat yang layak huni bagi makhluk hidup.
Sebagian besar air ditemukan dalam bentuk liquid/cair, namun juga dapat
berupa es maupun uap.
1. Struktur Molekul Air
Molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang berikatan kovalen
tunggal dengan satu atom oksigen. Ikatan kovalen merupakan ikatan kimia
dengan tekanan terkuat yang mengikat molekul-molekul secara bersama
(Murray, et al, 2012). Molekul air merupakan molekul polar dimana dua
ujung molekulnya memiliki muatan yang berbeda. Oksigen bermuatan
negatif, sedangkan hidrogen bermuatan positif. Muatan positif pada
hidrogen akan menarik muatan negatif pada oksigen yang terdapat pada
molekul air sekitarnya. Sehingga molekul air satu dan lainnya dapat saling
berikatan dengan ikatan hidrogen.

Gambar 2.18 Molekul air yang saling berikatan


(Campbell, et al., 2007)
Susunan air yang hampir tetrahedral menyebabkan air dapat
membentuk maksimal 4 ikatan hidrogen dengan molekul air tetangga.
Dalam bentuk cair, molekul air bergerak secara berkesinambungan dan
ikatan hidrogennya diuraikan dan dibentuk dengan cepat. Dalam bentuk es,
tiap molekul air bersifat tetap (dapat membentuk tetrahedral), sehingga titik
cair es tinggi. Menurut Nelson & Cox (2004), energi ikatan pada ikatan
hidrogen molekul air ketika berwujud cair ialah sebesar 4,5 kkal/mol, lebih
lemah jika dibandingkan dengan energi ikatan pada ikatan kovalen sebesar
110 kkal/mol.
2. Karakter Khusus Molekul Air
Menurut Campbell, et al. (2007), Air memiliki empat keunggulan
yang

berpengaruh

terhadap

kemampuan

Bumi

dalam

menyokong

kehidupan, yaitu:
a. Kohesi dan Adhesi
Kohesi merupakan gaya tarik antar molekul sejenis. Ikatan
hidrogen antar molekul air menyebabkan air berwujud cair pada suhu
ruang, dan suhu ekstrim dapat berwujud es (Nelson & Cox, 2004).
Meskipun molekul-molekul air dalam bentuk liquid saling terikat dengan
ikatan hidrogen yang mudah berubah (lemah), tetapi pada waktu tertentu
molekul-molekul air dapat saling terikat oleh ikatan hidrogen rangkap.
Dalam jumlah besar, ikatan hidrogen antar molekul air menjadi lebih

kuat dan kompak. Sehingga, molekul-molekul air dapat mempertahankan


komposisinya. Selain itu, air juga memiliki kemampuan melakukan
adhesi yaitu gaya tarik menarik antara dua partikel yang berbeda. Disisi
lain air juga memiliki daya kapilaritas, yaitu gaya tarik menarik antar
molekul yang menghasilkan cairan ketika dicampur dengan zat padat.
Sifat-sifat ini saling mendukung terhadap transport air dan zat terlarut
pada tumbuhan, dimana air dan zat terlarut didistribusikan pada seluruh
bagian dengan melawan arah gravitasi (Postlethwait & Hopson, 2006).
Molekul air memiliki kecenderungan yang kecil untuk
mengionisasi molekulnya menjadi ion hidrogen dan ion hidroksida.
Namun, H+ yang dihasilkan tidak akan ditemukan pada larutan karena ion
hidrogen yang terbentuk akan terhidrasi membentuk ion hydronium
dengan cepat (H3O+). Hal inilah yang juga memudahkan air untuk
berikatan dengan senyawa lain yang masuk dalam tubuh makhluk hidup.
Persamaan berikut ini menjelaskan proses ionisasi molekul air:
H2O
H+ + OHb. Pengaturan Suhu
Air berperan dalam pengaturan suhu permukaan dengan menyerap
panas dari udara yang hangat dan melepaskan panas ke udara yang
dingin. Kemampuan ini berkaitan dengan ikatan hidrogen yang dimiliki
oleh air. Pemutusan ikatan hidrogen membutuhkan energi, sedangkan
pembentukan hidrogen selalu melepaskan energi. Energi yang diserap
oleh air akan memutus ikatan hidrogen

antar molekul air, sehingga

pergerakan partikelnya lebih luas. Akibatnya suhu air meningkat. Ketika


suhu air turun, ikatan hidrogen kembali terbentuk, sehingga terjadi
pelepasan energi dalam bentuk panas.
c. Pemuaian Ketika Membeku
Jika sebagian besar zat padat memiliki bentuk yang lebih tebal
dibandingkan bentuk liquidnya, maka hal tersebut tidak berlaku untuk air.
Hal ini berkaitan dengan struktur molekul air dan ikatan hidrogen yang
dimiliki. Sudut yang dibentuk antara atom-atom hidrogennya cukup luas,
sehingga ketika air berwujud padat akan menyebabkan es yang terbentuk
memiliki banyak ruang terbuka. Akibatnya es tersebut memiliki
kepadatan yang rendah.

Gambar 2.19 Partikel es lebih renggang dibandingkan dengan air dalam


wujud cair (Postlethwait & Hopson, 2006)
Ketika area perairan membeku, maka selalu dimulai dari atas ke
bawah, bukan dari bawah ke atas. Hal tersebut karena es mengapung
dalam air. Es mengisolasi air dibawah permukaan udara yang bersuhu
rendah. Hal ini memungkinkan ikan dan organisme perairan lainnya
untuk tetap dapat bertahan hidu dibawah permukaan es (Postlethwait &
Hopson, 2006).
d. Keunggulan sebagai Pelarut
Salah satu fungsi penting air dalam tubuh makhluk hidup ialah
sebagai pelarut. Sebagain besar bahan makanan yang dibutuhkan oleh
tumbuhan sebagai organisme produsen berada dalam tanah yang basah
dalam kondisi aqueous. Sebagian besar biomolekul bersifat amfipatik
yaitu

memiliki

sisi

hidrofilik

dan

sisi

hidrofobik. Air

dapat

mendispersikan molekul amfipatik seperti sabun, sehingga dapat


membentuk misel karena muatan yang dimiliki oleh air. Kemampuan air
dalam berionisasi dapat secara fleksibel menyesuaikan dengan senyawasenyawa terlarut dalam air.

Gambar 2.20 Senyawa amfipatik dalam lingkungan aqueous


(Nelson & Cox, 2004)
Air dapat melarutkan garam NaCl dengan menghidrasi dan
menstabilkan ion Na+ dan Cl-, melemahkan interaksi elektrostatis antar
molekul tersebut dan menetralkan kecenderungannya untuk membentuk
molekul kristal. Begitupula pada biomolekul bermuatan maupun senyawa
dengan gugus fungsional seperti asam karboksil yang bermuatan negatif (
-COO-), gugus amin yang bermuatan positif (-NH3+), dan fosfat ester. Air
melarutkan senyawa tersebut dengan mengganti solute-solute ikatan
hidrogen dengan solute ikatan hidrogen, sehingga interaksi elektrostatis
di dalamnya akan terfilter. Efektifitas air sebagai pelarut juga terjadi
karena air memiliki kesatuan dielektrik yang tinggi (Nelson & Cox,
2004).

Gambar 2.21 Kemampuan air melarutkan garam NaCl


(Nelson & Cox, 2004)
Ikan air tawar dapat tetap aktif di dalam air pada suhu beku karena
konsentrasi total senyawa terlarut di dalam darah ikan cukup tinggi.

Tingginya konsentrasi senyawa terlarut dalam darah ikan menekan titik


beku darah menjadi lebih rendah dari titik beku normal air. Senyawa
terlarut dalam darah juga memberikan tekanan osmotik darah yang lebih
tinggi daripada tekanan air normal, sehingga air akan berdifusi dari
ekstraseluler ke intraseluler. Adanya ion senyawa terlarut juga dapat
menyebabkan perubahan pada struktur molekul air karena muatan positif
negatif yang terdapat pada molekul air. Hal ini menunjukkan bahwa sifat
koligatif air sangat tergantung dari senyawa terlarut di dalamnya (Nelson
& Cox, 2004).
3. Peranan Air bagi Makhluk Hidup dan Kehidupan
Sifat-sifat istimewa yang dimiliki oleh air menjadi alasan pentingnya
air pada sistem tubuh makhluk hidup. Contoh paling sederhana adalah
ketika manusia berpuasa, hal terberat yang dirasakan ialah rasa haus
(kebutuhan terhadap air) yang lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan
terhadap makanan. Hal ini juga berlaku bagi seluruh organisme lain di
Bumi. Kaktus yang hidup di daerah padang pasir dengan ketersediaan air
yang terbatas juga masih membutuhkan air, sehingga beradaptasi secara
morfologi membentuk struktur batang tebal yang mampu menyimpan air
dalam jumlah besar. Hal ini menunjukkan bahwa organisme hidup telah
beradaptasi secara efektif terhadap lingkungan cairnya dan telah
mengembangkan pemanfaatan sifat-sifat istimewa air secara alamiah
(Nelson & Cox, 2004).
Salah satu contoh spesifik pentingnya air dalam proses biomelekuler
ialah hubungan antara air dan karbohidrat pada proses fotosintesis yang
terjadi pada tumbuhan. Oksidasi air oleh cahaya matahari mengawali proses
sintesis karbohidrat pada fotosintesis. Oksigen yang dihasilkan pada proses
inilah yang menjadi kebutuhan utama bagi seluruh makhluk hidup. Hal ini
menunjukkan bahwa pemecahan molekul air yang diiringi dengan konversi
energi cahaya matahari menjadi energi biokimia merupakan salah satu
peristiwa penting bagi kelangsungan kehidupan di Bumi, sama halnya
dengan pentingnya tumbuhan bagi organisme lain di Bumi (Tellingen,
2001).
Seluruh uraian yang telah dipaparkan pada penjelasan struktur air dan
keunggulan-keunggulan sifat-sifatnya juga sangat mendukung kebutuhan

makhluk hidup untuk tetap menjalankan metabolisme dalam tubuhnya. Hal


ini menunjukkan bahwa air merupakan salah satu faktor lingkungan
terpenting yang utama dalam kehidupan.

BAB III
PENUTUP

Berdasarkan kajian pustaka yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan


bahwa:
1. Sel memiliki struktur kimia yang spesifik dan kompleks. Setiap struktur yang
ada memiliki pengaruh besar terhadap fungsinya dalam metabolisme atau
ketahanan hidup sel tersebut. Misalnya membran plasma yang memiliki
struktur fosfolipid sangat efektif untuk bersentuhan langsung dengan
lingkungan intraseluler dan ekstraseluler yang bersifat aqueous. Setiap sel
memiliki fungsi spesifik dan dapat menjadi pembeda antara makhluk hidup
satu dan lainnya.
2. Air memiliki stuktur kimia yang diperkaya dengan ikatan hidrogen. Adanya
ikatan hidrogen ini membuat air memiliki berbagai sifat istimewa yang sangat
efektif dalam berbagai proses biomolekuler. Oleh karena itu, makhluk hidup di
Bumi tidak dapat terlepas dari kebutuhan terhadap air.

Daftar Pustaka

Belk, C., & Borden, V. (2012). Biology: Science for Life. San Fransisco :
Benjamin Cummings.
Campbell, N. A., & Reece, J. B. (2005). Biology, sevent edition. San Fransisco:
Pearson Benjamin Cummings.
Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A.,
Minorsky, P. V., et al. (2007). Biology Eight Edition. San Fransisco:
Pearson Benjamin Cummings.
Geetha, A., Devi, R. S., Venkatesan, T. P., Subramanian, S., & Kalaiselvi, P.
(2005). Biochemistry. Chennai: Tamilnadu Texbook Corporation.
Gilbert, H. F. (2000). Basic Concepts In Biochemisty. Texas: McGraw-Hill
Companies, Inc.
Murray, R. K., Bender, D. A., Botham, K. M., Rodwell, V. W., & Weil, P. A.
(2012). Harper's Illustrated Biochemistry, Twenty-Ninth Edition. USA:
McGraw-Hill Companies, Inc.
Nelson, D. L., & Cox, M. M. (2004). Lehninger Principles of Biochemistry
Fourth Edition. W. H. Freeman.
Pierce, B. A. (2012). Genetics Fourth Edition. New York: Kate Ahr Parker.
Postlethwait, J. H., & Hopson, J. L. (2006). Modern Biology. USA: Holt, Rinehart
and Winston.
Price, G. (2006). Biology: An Illustrated Guide to Science. New York: The
Diagram House.
Tellingen, C. V. (2001). Biochemistry. Driebergen: Louis Bolk Instituut.
Truong, J. (2000). Biology. McGraw-Hill Companies, Inc.
Sumber Gambar Web:

(www.ruf.rice.edu)
(www.bio.miami.edu)

Você também pode gostar