Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segala sesuatu yang terdapat pada kehidupan memiliki penyusun terkecil
yang membentuk sistem tertentu, termasuk pada makhluk hidup. Berdasarkan
hierarki organisasi kehidupan, sel merupakan unit terkecil yang menyusun
sistem kompleks pada makhluk hidup. Kelompok sel tertentu akan membentuk
jaringan yang kemudian membentuk organ. Organ-organ tertentu saling
bekerjasama untuk menjalankan suatu sistem organ, sehingga mampu
menopang kehidupan suatu organisme. Hal tersebut didukung dengan adanya
organisme bersel satu (uniseluler) yang mampu hidup hanya dengan satu sel,
sedangkan makhluk hidup lainnya tersusun atas banyak sel (multiseluler). Hal
ini menunjukkan bahwa sel merupakan unit struktural dan fungsional dasar
bagi organisme hidup (Campbell, et al., 2007).
Sel yang satu dapat berbeda dengan lainnya, namun tetap memiliki
persamaan karakteristik tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa sel memiliki
struktur khusus yang menjadikannya mampu menopang sistem kehidupan.
Mempelajari sel berarti mempelajari unit dasar kehidupan seluruh makhluk
hidup di dunia. Robert Hooke yang mengawali penelitian tentang sel telah
memicu berbagai penemuan-penemuan penting pada bidang biologi, bukan
hanya tentang sel tetapi juga penemuan penting lainnya, diantaranya
mikroskop.
Disisi lain, air merupakan kebutuhan vital bagi kehidupan khususnya
makhluk hidup. Sebagaian besar permukaan Bumi merupakan wilayah perairan
dan ketersediaan air tersebut digunakan makhluk hidup untuk berbagai macam
aktivitas kehidupan, termasuk oleh aktivitas dalam tubuh makhluk hidup.
Reaksi kimia pada seluruh makhluk hidup terjadi pada lingkungan aqueous
dalam sel (Postlethwait & Hopson, 2006). Oleh karena itu, sel tersusun atas 7090% air (Campbell, et al., 2007). Dengan demikian, tubuh makhluk hidup juga
sebagian besar terisi oleh molekul air.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sel dan air
merupakan dua faktor penting dalam kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan
adanya penjelasan secara rinci mengenai sel dan air, baik dalam hal karakter
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sel
Sel merupakan unit struktural dan fungsional pada makhluk hidup.
Makhluk hidup uniseluler hanya memiliki satu sel sebagai wujud
kehidupannya, sedangkan organisme multiseluler memiliki beberapa sel yang
terdiferensiasi untuk menjalankan fungsi yang berbeda pada tubuhnya.
Manusia merupakan salah satu contoh organisme multiseluler yang memiliki
sedikitnya 1014 sel yang bervariasi dalam hal ukuran, bentuk dan fungsi
khususnya (Nelson & Cox, 2004).
1. Sejarah Perkembangan Penemuan Sel
Pada tahun 1965, Robert hooke mengamati sayatan tipis gabus pohon
menggunakan mikroskop cahaya yang masih sangat sederhana. Hooke
menemukan bahwa gabus tersebut tersusun atas kotak-kotak kecil yang
banyak. Hal ini kemudian menuntunnya untuk mengamati lebih banyak
bagian pohon tersebut, diantaranya akar, batang, dan bagian tumbuhan paku.
Pengamatan tersebut menunjukkan hal serupa, yakni adanya kotak-kotak
kecil yang menyusun bagian-bagian tumbuhan tersebut (Gambar 2.1).
menunjukkan hasil pengamatannya pada sel alga Spirogyra dan sel protista
Vorticella (Gambar 2.2)
Schleiden
yang
merupakan
ahli
botani
Jerman
Gambar
2.7
Spectrin
(Protein
periferal
pada
membran)
(www.ruf.rice.edu)
Struktur membran yang tersusun atas lipid dan protein dan
berbentuk fosfolipid bilayer sangat mendukung membran sel dalam
mentransfer materi. Molekul hidrofobik dan molekul polar dapat
mendifusikan bahan dengan cepat melalui membran (Geetha, et al,
2005). Molekul-molekul polar besar yang tidak dapat ditransport
secara difusi akan membutuhkan protein sebagai pembawa, yakni
melalui transport aktif dan transport pasif. Fluiditas membran
membuat difusi lateral menjadi lebih cepat, sejalan dengan
peningkatan suhu, komposisi rantai pendek asam lemak, dan
komposisi asam lemak-cis, serta dipengaruhi oleh kolesterol yang
dapat menstabilkan fluiditas membran (Gilbert, 2000).
b. Sitoplasma
Sitoplasma merupakan area terluas dalam sel yang berisi cairan,
sitoskeleton, dan seluruh organela sel kecuali inti (nukleus). Bagian dari
sitoplasma yang menyimpan molekul-molekul dan partikel-partikel kecil
seperti ribosom disebut sebagai sitosol. Sitosol terbuat dari sekitar 20%
protein (Postlethwait & Hopson, 2006).
c. Nukleus (Inti Sel)
Nukleus merpakan pusat pengaturan sistem dalam sel. Di dalam sel
terdapat materi genetik yang sangat penting bagi kehidupan sel. Nukleus
dapat menjadi pembeda antara organisme prokariotik dan eukariotik.
Organisme prokariotik memiliki nukleus yang tidak bermembran,
sedangkan nukleus organisme eukariotik memiliki membran inti.
d. Materi Genetik
Materi genetik selalu dimiliki oleh sel. Materi genetik inilah yang
menentukan sifat-sifat makhluk hidup. Materi genetik dapat berupa DNA
atau RNA. DNA (deoxyiribose nucleic acid) merupakan materi genetik
yang berupa untaian ganda asam nukleat yang kehilangan satu atom
oksigennya. RNA (ribose nucleic acid) merupakan untaian materi genetik
yang hanya terdiri dari satu untaian. DNA dan RNA tersusun atas
polinukleutida, dimana satu nukleutida terdiri atas gula pentosa, fosfat,
dan basa nitrogen. Ada dua jenis basa nitrogen yang terdapat pada kedua
asam nukleat ini yaitu basa purin dan pirimidin. Basa purin terdiri dari
adenin (A) dan guanin (G), sedangkan basa pirimidin terdiri dari sitosin
(C), Timin (T) pada DNA), dan Urasil (U) pada RNA.
b. Ribosom
Ribosom
merupakan
organel
fungsi
membentuk
protein.
utama
Ribosom
dalam
tidak
lainnya
menempel
pada
diri
pada
membran
plasma
untuk melepaskan
Sel Prokariotik
Tidak ada
Cenderung kecil, sekitar 1
10 m
Umumnya satu molekul
DNA sirkular
Tidak terikat oleh histon
pada Eubacteria, beberapa
memilikihiston
pada
Sel Eukariotik
Ada
Cenderung
besar,
sekitar 10 100 m
Banyak molekul DNA
linear
Terikat histon
Jumlah DNA
Archaea
Cenderung
sedikit/kecil
Tidak ada
Organela
Ada
bermembran
Sitoskeleton
Tidak ada
Ada
Tabel 2.1 Perbedaan Sel Prokariotik dan Sel Eukariotik (Pierce, 2012)
berpengaruh
terhadap
kemampuan
Bumi
dalam
menyokong
kehidupan, yaitu:
a. Kohesi dan Adhesi
Kohesi merupakan gaya tarik antar molekul sejenis. Ikatan
hidrogen antar molekul air menyebabkan air berwujud cair pada suhu
ruang, dan suhu ekstrim dapat berwujud es (Nelson & Cox, 2004).
Meskipun molekul-molekul air dalam bentuk liquid saling terikat dengan
ikatan hidrogen yang mudah berubah (lemah), tetapi pada waktu tertentu
molekul-molekul air dapat saling terikat oleh ikatan hidrogen rangkap.
Dalam jumlah besar, ikatan hidrogen antar molekul air menjadi lebih
memiliki
sisi
hidrofilik
dan
sisi
hidrofobik. Air
dapat
BAB III
PENUTUP
Daftar Pustaka
Belk, C., & Borden, V. (2012). Biology: Science for Life. San Fransisco :
Benjamin Cummings.
Campbell, N. A., & Reece, J. B. (2005). Biology, sevent edition. San Fransisco:
Pearson Benjamin Cummings.
Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A.,
Minorsky, P. V., et al. (2007). Biology Eight Edition. San Fransisco:
Pearson Benjamin Cummings.
Geetha, A., Devi, R. S., Venkatesan, T. P., Subramanian, S., & Kalaiselvi, P.
(2005). Biochemistry. Chennai: Tamilnadu Texbook Corporation.
Gilbert, H. F. (2000). Basic Concepts In Biochemisty. Texas: McGraw-Hill
Companies, Inc.
Murray, R. K., Bender, D. A., Botham, K. M., Rodwell, V. W., & Weil, P. A.
(2012). Harper's Illustrated Biochemistry, Twenty-Ninth Edition. USA:
McGraw-Hill Companies, Inc.
Nelson, D. L., & Cox, M. M. (2004). Lehninger Principles of Biochemistry
Fourth Edition. W. H. Freeman.
Pierce, B. A. (2012). Genetics Fourth Edition. New York: Kate Ahr Parker.
Postlethwait, J. H., & Hopson, J. L. (2006). Modern Biology. USA: Holt, Rinehart
and Winston.
Price, G. (2006). Biology: An Illustrated Guide to Science. New York: The
Diagram House.
Tellingen, C. V. (2001). Biochemistry. Driebergen: Louis Bolk Instituut.
Truong, J. (2000). Biology. McGraw-Hill Companies, Inc.
Sumber Gambar Web:
(www.ruf.rice.edu)
(www.bio.miami.edu)