Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TESIS
MUHAMAD HASBI
1006800945
UNIVERSITAS INDONESIA
MUHAMAD HASBI
1006800945
i
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
ii
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
PERNYATAAN ORISINALITAS
Nama
: Muhamad Hasbi
NPM
: 1006800945
Tanda tangan
Tanggal
: 12 Juli 2012
iii
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
iv
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerahNya peneliti dapat menyelesaikan tesis dengan judul Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kepatuhan Penderita Diabetes Melitus Dalam Melakukan
Olahraga Di Wilayah Kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah.. Tesis ini sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Keperawatan Kekhususan
Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Selama penyusunan tesis ini, peneliti telah mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1.
2.
3.
4.
Astuti Yuni Nursasi, MN selaku Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
5.
6.
7.
Orang tua tercinta atas doa yang selalu mengiringi peneliti selama masa studi
8.
10. Seluruh responden, atas bantuan dan kesediaan mengikuti penelitian ini
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penyelesain tesis ini
v
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
Peneliti berharap semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan yang berlimpah
bagi seluruh pihak yang membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Peneliti
menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, maka peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan Ilmu Keperawatan
khususnya Keperawatan Komunitas
Peneliti
vi
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
: Muhamad Hasbi
NPM
: 1006800945
Program Studi
Kekhususan
: Keperawatan Komunitas
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis Karya
: Tesis
ini,
Universitas
Indonesia
berhak
menyimpan,
mengalih
vii
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Muhamad Hasbi
: Magister Ilmu Keperawatan
: Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Penderita Diabetes Melitus Dalam Melakukan Olahraga
di Wilayah Kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah
Kata kunci
viii
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
ABSTRACT
Name
The Study Program
Title
: Muhamad Hasbi
: Master of Nursing Science
: Analysis of Factors Associated with Adherence to
exercise in Patients with Diabetes Mellitus in
Community Health Center Area of Praya Central
Lombok
ix
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
DAFTARA ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..............................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................
ABSTRAK ..................................................................................................
ABSTRACT ................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
DAFTAR SKEMA ......................................................................................
DAFTAR TABEL .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
1.1 Latar Belakang ...........................................................................
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................
1.4.1 Manfaat bagi pelayanan keperawatan Komunitas.............
1.4.2 Manfaat bagi Pengembangan Ilmu....................................
1.4.3 Manfaat Bagi Penelitian selanjutnya .................................
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
vix
x
xiv
xv
xvi
1
1
13
14
14
14
15
15
15
15
16
16
20
21
22
23
23
23
25
26
27
27
27
27
28
28
28
x
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
30
31
32
32
33
33
33
34
34
35
35
35
37
37
38
38
38
39
40
41
42
43
46
46
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
50
51
51
52
54
55
55
55
55
xi
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
56
56
56
57
58
58
59
59
60
61
63
63
64
xii
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
64
66
67
67
68
68
71
73
74
75
75
77
77
77
77
79
80
81
82
83
90
91
92
94
94
95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
84
84
86
87
88
88
88
DAFTAR SKEMA
Hal
Skema 2.1 Kerangka Teori .............................................................................
39
41
xiv
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Hasil
uji
reliabilitas
instrument
penelitian
43
49
kepatuhan
56
Tabel 4.3
60
Tabel 4.4
61
Tabel 4.5
62
Tabel5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
63
64
Tabel 5.4
65
65
66
66
xv
67
67
68
Tabel 5.10 Analisa hubungan jenis kelamin, suku, dan pendapatan dengan
kepatuhan penderita DM melakukan olahraga di wilayah
kerja puskesmas Praya Lombak Tengah ...................................
69
70
71
72
73
74
xvi
75
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Kuesioner penelitian
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
xvii
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini
serta
Indonesia.
laporan
keduanya
menunjukan
adanya
peningkatan
jumlah
penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (PERKENI, 2011).
Tengah
Universitas Indonesia
Lombok Tengah sebesar 2.943 kasus, dan mengalami peningkatan sebesar 4,4 %
atau 3.074 kasus pada tahun 2010 (Dinkes Kota Praya, 2011). Peningkatan yang
signifikan kasus DM di Lombok Tengah terjadi di wilayah kerja puskesmas
Praya. Kasus DM di Puskesmas praya selama tiga tahun terahir terus mengalami
peningkatan, yaitu tahun 2009 sebesar 516 kasus meningkat sebesar 63 % atau
840 kasus pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 2,9 % atau
865 kasus. Penderita DM dengan komplikasi seperti hipertensi, penyakit jantung,
katarak, dan ulkus pada kaki di puskesmas Praya mencapai 5%
(Puskesmas
DM selain dikenal sebagai penyakit, juga dikenal sebagai faktor resiko. Penderita
DM dapat beresiko mengalami komplikasi baik akut yaitu hipoglikemi dan kronis
yaitu penyakit jantung, pembuluh darah, gagal ginjal, gangguan penglihatan,
impotensi, ulkus pada kaki, dan gangren (Kemenkes RI, 2008.c). Kondisi ini
menempatkan
Swanson dan Nies (1997), kondisi vulnerable merupakan kondisi dimana individu
terpapar atau tidak telindungi dari lingkungan membahayakan kesehatan baik
lingkungan fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi.
individu dengan DM
yang tidak
(2005) membuktikan
Universitas Indonesia
hidup. Hasil
penelitian yang dilakukan Pawaskar (2007) menunjukan bahwa 17% dari 792
penderita DM tipe 2 di Amerika Serikat mengalami depresi dan kondisi depresi
berakibat pada penurunan kualitas hidup penderita DM.
Munculnya beberapa komplikasi fisik seperti penyakit jantung, gangguan
penglihatan, luka gangreng, kehilangan salah bagian tubuh akibat amputasi dan
adanya gangguan psikososial menyebabkan penderita DM mengalami kondisi
ketidakmampuan (disability). Ketidakmampuan yang mungkin bisa terjadi adalah
ketidakmampuan melakukan perawatan diri (mandi, memakai baju, makan),
ketidakmampuan melakukan pergerakan (berjalan, naik tangga, dan bangun dari
tempat tidur). Penelitian eksperimen dilakukan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
mata, ginjal dan saraf. Pengendalian glukosa dalam darah dapat dilakukan
melalui diet, aktivitas fisik/olahraga dan obat. Diet dan aktivitas fisik termasuk
dalam kategori pengeloloaan nonfarmakologi, sedangkan penggunaan obat-obatan
merupakan pengelolaan farmakologi (Soegondo, Soewondo, & Subekti, 2009).
Hasil penelitian Yoga, Julianti, dan Pramono (2011) tentang hubungan antara
empat pilar
Judith (2007) mengemukakan bahwa olahraga secara teratur adalah salah satu
faktor penting dalam meningkatkan dan mempertahankan kesehatan serta
berperan penting dalam penanganan DM baik tipe 1 maupun tipe 2, khususnya
dalam mengontol gula darah. Manfaat olahraga bagi penderita DM adalah
menurunkan kadar glukosa darah, meningkatkan sensivitas insulin, menurunkan
berat badan, dan meningkatkan fungsi jantung serta menurunkan tekanan darah
(Praet & Loan, 2009).
Universitas Indonesia
menunjukan hasil bahwa program aerobic dan jalan dapat menurunkan glukosa
darah sebesar 37%.
aktivitas
fisik/olahraga meliputi: 27,7% karena faktor cuaca panas, 39,9% kesibukan, 35%
adanya penyakit penyerta. Hambatan dalam kepatuhan melakukan diet meliputi:
48,6%
DM
dalam
melakukan
aktivitas
fisik/olahraga
merupakan
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
11
pemberdayaan,
Kemitraan adalah hubungan kerja sama antara dua belah pihak atau lebih
berdasarkan keterbukaan dan saling menguntungkan (Depkes RI, 2005). Perawat
komunitas membangun dan membina jejaring kerja sama dengan pihak pihak
yang terkait dalam upaya penanggulangan DM baik level individu, keluarga, dan
masyarakat. Pihak-pihak terkait tersebut adalah profesi kesehatan lainnya seperti
dokter,
ahli
gizi;
stakeholder
seperti
Puskesmas,
Dinas
Kesehatan
menambah
pengetahuan,
menyempurnakan
sikap,
meningkatkan
Universitas Indonesia
12
Strategi
Universitas Indonesia
13
keluarga,
masyarakat,
dan
pemerintah,
sehingga
memerlukan
Universitas Indonesia
14
Olah raga bagi penderita DM merupakan salah satu bentuk pencegahan tersier
yang memberikan efek menurunkan glukosa dalam darah dan mencegah terjadi
komplikasi. Beberapa hasil penelitian telah membuktikan efektifitas olah raga
dalam pengelolaan DM, namun sebagian besar penderita DM di masyarakat
belum banyak melakukan kegiatan olah raga sebagai salah satu bentuk terapi.
Kurtz (1990 dalam Haris 2007) mengemukakan bahwa sekitar 70-80% penderita
DM tidak patuh dalam melakukan olahraga. Penelitian ini mengidentifikasi faktor
yang berhubungan dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olah raga.
Pertanyaan penelitian adalah faktor apa saja yang mempengaruhi kepatuhan
penderita DM dalam melakukan olah raga di wilayah kerja puskesmas Praya.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya berbagai faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita
DM dalam melakukan olah raga di wilayah kerja Puskesmas Praya Lombok
Tengah
1.3.2 Tujuan Khusus
Teridentifikasinya:
1.3.2.1 Faktor pemodifikasi (modifying factors): umur, jenis kelamin, pendapatan,
suku, pengetahuan, dan lama menderita penyakit pada penderita DM di
wilayah kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah
1.3.2.2 Faktor persepsi (individual perceptions): persepsi kerentanan, keseriusan,
manfaat, dan hambatan terhadap kepatuhan melakukan olahraga pada
penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah
1.3.2.3 Faktor isyarat bertindak (cues to action): dukungan keluarga terhadap
kepatuhan melakukan olahraga pada penderita DM di wilayah kerja
Puskesmas Praya Lombok Tengah
1.3.2.4 Kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga di wilayah kerja
Puskesmas Praya Lombok Tengah
1.3.2.5 Hubungan faktor pemodifikasi, persepsi individu, dan isyarat bertindak
dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olah raga di wilayah
kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah
Universitas Indonesia
15
penderita DM
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Bab ini akan mengemukakan beberapa konsep dan teori serta hasil penelitian
yang terkait dengan bidang penelitian yang akan menjadi landasan dan rujukan
dalam penelitian. Konsep dan teori tersebut meliputi: populasi DM sebagai
populasi rentan, konsep asuhan keperawatan komunitas pada populasi DM,
konsep kepatuhan dan olah raga pada populasi DM, konsep Health Belief Model
(HBM).
DM adalah
17
mengalami penurunan kesehatan fisik, psikis, dan sosial seiring dengan perjalanan
penyakit.
18
lamanya proses perjalanan penyakit yang terjadi pada individu atau lamanya
individu mengalami kondisi sakit seperti penyakit DM, kanker, dan tuberculosis
(Stanhope & Lancaster, 2004).
makanan, dan memiliki banyak stressor (de la Bara, 1998, dalam Stanhope &
Lancaster, 2004). IDF memperkirakan pada tahun 2007 prevalensi DM pada
negara berkembang seperti Asia, Timur Tengah, dan Oceania sebesar 12-20% dan
pada tahun 2025 diperkirakan 80% dari semua kasus DM akan terjadi pada
negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah (IDF, 2007).
Faktor health risk (resiko kesehatan) sebagai salah satu karakteristik populasi
rentan mengandung arti bahwa populasi rentan mengalami pengalaman yang
Universitas Indonesia
19
20
epidemiologi
dan
sarana
pelayanan
kesehatan;
peningkatan
Universitas Indonesia
21
dan
tersier
(Kemenkes
RI,
2008.a).
Pelaksanaan
kegiatan
Perawat komunitas sebagai salah satu bagian dari tenaga kesehatan mempunyai
peran penting dalam penanggulangan penyakit tidak menular seperti penyakit
DM. Peran perawat komunitas dalam penanggulangan penyakit DM dapat
ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat sebagai area intervensi
keperawatan komunitas (Allender, Rector, & Warner, 2010). Allender dan
Spradley (2005) mengemukakan bahwa hal yang utama dilakukan oleh perawat
komunitas dalam menjalankan peran pada praktek keperawatan komunitas adalah
melakukan upaya pencegahan terhadap masalah kesehatan. Pencegahan
mengandung arti melakukan antisipasi terhadap masalah kesehatan secepat
mungkin untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya ketidakmampuan dan
keparahan. Upaya pencegahan kesehatan dapat dilakukan dalam 3 tingkat
pencegahan, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier (Leavel & Clark,
1965, dalan Ervin, 2002).
upaya meningkatkan
Universitas Indonesia
22
cara
mempertahankan
perilaku
diet
sehat
dan
seimbang,
23
Upaya pencegahan tersier yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas yaitu
memberikan konseling kepada individu dan keluarga tentang cara pencegahan
kecacatan. Perawat komunitas juga dapat melaksanakan peran sebagai pemberi
perawatan kesehatan langsung, yaitu melakukan perawatan luka, mengajarkan
senam untuk penderita DM. Nies dan McEwen (2007) mengemukakan bahwa
membangun kerja sama dengan keluarga sangat penting dalam pelaksanaan
pencegahan tersier sebagai dasar promosi kesehatan.
24
25
DM meliputi diet, olah raga, obat, manajemen stres, dan kontrol teratur.
Pendidikan kesehatan pada tahap pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah
komplikasi dan memelihara stabilitas kesehatan. Perawat komunitas mendorong
kelompok penderita DM untuk melakukan follow up secara teratur, mengajarkan
tentang cara mencegah hiperglikemi berulang, menjarkan individu dan keluarga
tentang modifikasi diet untuk DM, dan mengajarkan bagaimana memelihara
stabilitas kesehatan (Allender & Spradley, 2005).
Universitas Indonesia
26
terkait masalah penyakit DM. dan kelompok dukungan (support group), yaitu
kelompok yang terdiri dari masyarakat bukan penderita DM seperti kader, tokoh
masyarakat yang peduli terhadap penyakit DM.
2.3.3 Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pengembangan pengetahuan dan keterampilan untuk
meningkatkan penguasaan seseorang dalam mengambil
keputusan untuk
mengubah hidup (Kreisberg, 1992 dalam Allender & Spradley, 2005). Hithcock,
Schubert, dan Thomas (1999) memaknai konsep pemberdayaan sebagai proses
pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformasi
kepada masyarakat meliputi: dukungan, kekuatan ide baru, dan kekuatan untuk
mandiri sehingga membentuk pengetahuan baru. Pemberdayaan, kemitraan
memiliki hubungan yang kuat dan mendasar. Kemitraan yang dijalin memiliki
prinsip yaitu bekerja sama dengan masyarakat, sehingga perawat komunitas perlu
memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul
partisipasi aktif masyarakat (Nies & McEwan, 2007).
Universitas Indonesia
27
2.3.4 Partnership
Partnership diartikan suatu kerjasama formal antara individu individu,
kelompok-kelompok,
dan
organisasi-organisasi
untuk
mencapai
tujuan
2.3.5.1 Observasi
Hithcock, Schubert, dan Thomas (1999) mengemukakan observasi merupakan
kegiatan yang dilaksanakan terus menerus selama kunjungan dan di mulai sejak
dilakukan pengkajian terhadap popolasi. Observasi terhadap populasi penderita
DM meliputi: observasi perilaku terkait perilaku beresiko seperi aktivitas fisik,
diet, interaksi dengan keluarga, tetangga, dan komunitas. Observasi diperlukan
untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada populasi penderita DM
.
2.3.5.2 Terapi Modalitas
Terapi modalitas merupakan sarana penyembuhan yang tidak disadari,
menimbulkan respon tubuh berupa energi sehingga menimbulkan efek
Universitas Indonesia
28
pengobatan
konvesional
maupun
biomedis
dengan
tujuan
maupun puasa dan munculnya gejala-gejala seperti sering kencing, cepat lapar,
rasa haus, dan penurunan berat badan (Kemenkes RI, 2008.a)
DM terdiri dari 2 jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2 (Fox & Kilvert,
2010). Diabetes tipe 1 atau yang dikenal dengan diabetes ketegantungan insulin
merupakan gangguan metabolik yang ditandai kenaikan kadar gula darah akibat
kesurakan sel beta pankreas yang menyebabkan tidak terproduksi insulin sehingga
memerlukan penambahan insulin dari luar. Sedangkan diabetes tipe 2 atau yang
dikenal dengan diabetes tidak ketergantungan insulin adalah gangguan metabolik
Universitas Indonesia
29
yang ditandai dengan kenaikan kadar gula dalam darah yang disebabkan
penurunan pengeluaran insulin oleh sel beta pangkreas (Kemenkes RI, 2008.b).
Diabetes tipe 2 merupakan jenis DM yang paling banyak ditemukan pada
penderita diabetes, yaitu hampir 90 % dari keseluruhan penderita DM (Gonder,
Frederick, Cox, & Clarke, 2002). Diabetes Melitus tipe 2 ini selalu dikaitkan
dengan umur dan obesitas. Hasil studi epidemiologi di Amerika Serikat
menunjukan bahwa hampir 11% penderita DM tipe 2 berumur 65 keatas dan 6%
berumur antara 45-64 tahun, sementara hanya 1,5% penderita DM tipe 2 berumur
antara 18-44 tahun (Harris, 1998).
Keller (2006) menjelaskan bahwa kelebihan berat berat badan dan obesitas
berperan utama terhadap peningkatnya kejadian penyakit DM. Mekanisme
patologi dari asam bebas dan tertimbunya adipose dihubungkan dengan gangguan
sensivitas insulin. Penelitian dilakukan oleh kelompok Penelitian Program
Pencegahan Penyakit Diabetes di Amerika Serikat (2002) menunjukan bahwa
penyakit DM dapat dicegah pada kelompok resiko melalui penurunan berat badan
dan meningkatkan kegiatan olah raga.
Olahraga merupakan salah satu bagian dari upaya pencegahan primer dan
sekunder penyakit DM. Olahraga sebagai pencegahan sekunder yaitu ditujukan
Universitas Indonesia
30
pada kelompok resiko tinggi penyakit DM, sedangkan untuk pencegahan sekunder
yaitu dikaitkan dengan komplikasi pada orang yang telah didiagnosa menderita
penyakit DM. Olahraga memberikan manfaat yaitu meningkatkan sensivitas
insulin, menurunkan glukosa darah dan tekanan darah, menurunkan berat badan,
meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan sirkulasi, menghilangkan stress
(American Diabetes Association, 2008). Penelitan eksperimen terhadap 15 orang
kelompok kontrol dan 15 kelompok intervensi dengan melakukan olah raga 4 kali
/minggu selama 8 minggu pada penderita DM dewasa mengurangi glycosilat
hemoglobin (HbA1C) tetapi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
penurunan berat badan (Boule, Haddad, Kenny, Wells, & Sigal 2001). Penelitian
meta-analysis dilakukan oleh Boule, Haddad, Kenny, Wells, & Sigal (2003)
menyimpulkan bahwa peningkatan intensitas olah raga dapat meningkatkan kerja
jantung dan menurunkan kadar gula dalam darah (HbA1C) pada pasien DM tipe
2. Penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Sigal et al. (2007) menyimpulkan
bahwa olah raga aerobic dan latihan resisten meningkatkan HbA1C tetapi kontrol
gula darah menjadi lebih bagus, bila kedua kegiatan tersebut digabungkan.
Kesimpulan bahwa kegiatan olah raga merupakan strategi yang tepat untuk
memodifikasi faktor resiko dalam menurunkan angka kejadian diabetes dan
munculnya komplikasi.
31
yaitu: frekuensi,
intesitas, time (durasi), dan tipe (jenis) :Frekuensi : 3 5 kali perminggu yang
dilaksanakan secara teratur; intesitasnya adalah olahraga ringan dan sedang yaitu
60% - 70% Maximum Hearth Rate (MHR); time (durasi) adalah 30 - 60 menit;
tipe yaitu olahraga endurans (aerobic) untuk meningkatkan kemampuan
kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang, dan bersepeda.
Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam melakukakn olahraga meliputi: 1) kondisi
dapat memperburuk gangguan metabolic penderita DM, yaitu beratnya penyakit
dan komplikasi seperti penyakit jantung, hipertensi, gangguan penglihatan,
gangguan fungsi ginjal, dan kelainan pada kaki; 2) gangguan pada kaki.
Mencegah gangguan pada kaki ketika melakukan aktivitas olahraga, penderita
DM harus mengenakan sepatu yang sesuai, kaki harus selalu bersih dan kering,
dan memeriksa kondisi kaki setiap sebelum dan sesudah melakukan olahraga.
32
bahwa orang yang patuh melakukan program olahraga secara teratur dibandingkan
yang tidak patuh merasakan manfaat yang lebih besar, yaitu berkaitan dengan
peningkatan kebugaran, peningkatan fungsi fisik, dan peningkatan kualitas hidup
(Belza et al. 2002; Clark, 2003).
Morey (2006)
mengemukakan bahwa
33
2.5.1.1 Umur
Beberapa laporan hasil penelitian telah menunjukan pengaruh umur terhadap
perilaku olohraga. Penelitian yang dilakukan Barnes (2000) menyimpulkan bahwa
peningkatan usia adalah salah satu faktor menurunya aktivitas kegiatan olahraga.
Di Amerika Serikat, lebih dari 60% usia lanjut tidak melaksanakan olahraga
secara teratur (U.S Departement of Health and Human Service, 2001). Faktor
yang paling berpengaruh terhadap penurunan aktivitas olahraga pada usia lanjut
adalah menurunya status kesehatan, rendahnya persepsi atau keyakinan terhadap
pentingnya olahraga bagi kesehatan, adanya penyakit kronis, keterbatasan
mobilisasi, dan kekuatiran terhadap adanya rasa nyeri (Dishmann, (1994 dalam
Dominic & Morey, 2006). Faktor lain yang berpengaruh terhadap penurunan
aktivitas olahraga usia lanjut adalah tingkat pendidikan, riwayat dalam melakukan
olahraga, dan sosial kognitif meliputi: dukungan sosial, self-efficacy, persepsi
manfaat dan hambatan yang dirasakan (Brawley, 2003)
34
aktivitas olahraga rendah. Data dari National Health Interview Survey tentang
ketidakpatuhan menjalankan olahraga antara ras yang berada di Amerika meliputi:
54 % ras Hispanik, 46% ras American Indian, 42% ras Asia, dan 36% ras kulit
putih. Faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dalam melakukan olahraga
antara ras dan etnis minoritas tersebut adalah sosial ekonomi (Dismann, 1994).
35
36
Konstruksi utama Health Belief Model (HBM) memiliki empat persepsi yaitu: 1)
persepsi keseriusan yang dirasakan (perceived seriousness), 2) persepsi
kerentanan yang dirasakan (perceived susceptibility), 3) persepsi manfaat yang
dirasakan (perceived benefits), dan 4) persepsi hambatan yang dirasakan
(perceived barriers). Masing-masing persepsi, secara individu atau dalam
kombinasi, dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kesehatan. Konstruksi
HBM selanjutnya mengalami pengembangan, yaitu isyarat untuk bertindak (cues
to action), faktor motivasi (motivating factors), dan self efficacy.
Kontruksi lain yang ada pada HBM adalah faktor pemodifikasi (modify factors),
yang memberikan kontibusi tidak langsung terhadap perilaku kesehatan individu.
Faktor pemodifikasi meliputi: demografi (umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku,
dan status sosial); variabel psikologi (kepribadian, tingkat sosial, dan peer group);
dan variabel struktur (pengetahuan tentang penyakit, lamanya menderita
Universitas Indonesia
37
resiko yang
diperoleh dari kondisi kesehatan yang dialami. Risiko individu atau kerentanan
adalah salah satu persepsi yang sangat kuat dalam mendorong orang untuk
mengadopsi perilaku sehat. Semakin besar risiko yang dirasakan, semakin besar
kemungkinan terlibat dalam perilaku untuk mengurangi risiko (Champion &
Skinner, 2008). Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa tindakan pencegahan
terhadap suatu penyakit akan timbul bila seseorang telah merasakan dirinya atau
keluarganya rentan terhadap penyakit
Universitas Indonesia
38
Persepsi manfaat yang dirasakan adalah pendapat seseorang didasari dari nilai
atau kegunaan dari suatu perilaku baru dalam mengurangi risiko berkembangnya
penyakit. Orang cenderung untuk mengadopsi sehat perilaku ketika mereka
percaya perilaku baru akan menurun kemungkinan terkena penyakit. Persepsi
manfaat yang dirasakan memainkan peran penting dalam mengadopsi perilaku
pencegahan sekunder seperti melakukan skrining.
2.6.4 Persepsi Hambatan (perceived barriers)
Persepsi hambatan (perceived barriers) merupakan kepercayaan individu tentang
konsekuensi negatif. Persepsi hambatan yang dirasakan adalah persepsi terhadap
aspek negatif yang mengahalangi/ mempengaruhi secara psikologi
individu
berperilaku sehat sesuai dengan anjuran seperti rasa sakit, biaya, pengalaman yang
tidak menyenangkan.
2.6.5 Isyarat Bertindak (cues to action)
Isyarat bertindak (cues to action) merupakan rangsangan atau kejadian yang dapat
meningkatkan motivasi seseorang melakukan perubahan perilaku kesehatan.
Rangsangan tersebut dapat berupa rangsangan internal atau eksternal. Rangsangan
internal yaitu rangsangan yang berasal dari dalam individu seperti gejala penyakit
yang dirasakan, sedangkan rangsangan eksternal berasal dari interaksi
interpersonal, misalnya media masa, pesan, nasehat, anjuran atau konsultasi
dengan petugas kesehatan
Universitas Indonesia
39
Demograafi
Biologi
Pengetahuan
dan psikologi
Sosial
Faktor Pemodifikasi
(Modifying Factors)
-
Umur
Jenis Kelamin
Suku
Pendapatan
Pengetahuan
Lama menderita
penyakit
Persepsi Individu
(Individual
Perception)
- Persepsi
Keseriusan
- Persepsi
Kerentanan
Persepsi Manfaat
- Persepsi
Hambatan
Kepatuhan
Melakukan
Olahraga
Isyarat Bertindak
(Cues to Action)
- Dukungan
Keluarga
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS,
DAN DEFINISI OPERASIONAL
Bab ini akan menguraikan tentang kerangka konsep, hasil dari rangkaian konsep
teori yang berkaitan dengan variabel penelitian, hipotesis penelitian, dan definisi
operasional. Kerangka konsep merupakan landasan berpikir untuk melakukan
suatu penelitian yang dikembangkan dari tinjauan teori. Hipotesis merupakan
pernyataan sementara yang perlu diuji apakah hipotesi diterima atau ditolak.
Definisi operasional mendefinisikan variabel penelitian ke dalam kerangka kerja
penelitian
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian merupakan panduan dalam pelaksanaan penelitian
yang diadopsi dari kerangka teori. Kerangka konsep merupakan rangkuman teori
teori yang saling terkait yang menunjukan hubungan antara variabel yang diteliti
(Sastroasmoro & Ismail, 2011). Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari
variabel independen dan variabel dependen.
Variabel independen dalam penelitian ini berasal dari struktur dari Health Belief
Model
Universitas Indonesia
41
Berdasarkan urain diatas, maka kerangka konsep peneltian ini sebagai berikut:
VARIABEL INDEPENDEN
VARIABEL DEPENDEN
Faktor Pemodifikasi
(Modifying Factors):
1.
2.
3.
4.
5.
Usia
Jenis Kelamin
Suku
Pendapatan
Pengetahuan tentang
olah raga bagi DM
6. Lama menderita DM
Patuh
7. Pengetahuan
Persepsi Individu
(Individual Perceptions)
Kepatuhan
Melakukan
Olahraga
7. Kerentanan
8. Keseriusan
9. Manfaat
10. Hambatan
Tidak
Patuh
Isyarat Bertindak
(Cues to Action) :
11. Dukungan Keluarga
Universitas Indonesia
42
3.2 Hipotesis
3.2.2 Hipotesis Kerja (Ha)
3.2.2.1 Ada hubungan antara umur dengan kepatuhan penderita DM dalam
melakukan olah raga
3.2.2.2 Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan penderita DM
dalam melakukan olah raga
3.2.2.3
Universitas Indonesia
43
Definisi
Operasional
Hasil Ukur
Skala
Ukur
Variabel Independen
Umur
Usia responden
yang dihitung
berdasarkan
waktu mulai lahir
sampai ulang
tahun terakhir
Kuesioner dengan
pertanyaan isian.
Dinyatakan dalam
tahun
Interval
Jenis
Kelamin
Gender responden
yang dibawa sejak
lahir
Kuesioner dengan
pertanyaan pilihan
Dikatagorikan
menjadi 2 (dua)
kelompok yaitu :
1.= Perempuan
2 = Laki-laki
Nominal
Suku
Karakteristik
budaya responden
yang berkaitan
dengan asal
orang tua
Kuesioner dengan
pertanyaan pilihan
Dikatagorikan
menjadi 2 yaitu :
1= Sasak
2 = bukan Sasak
Nominal
Pendapatan
Rata-rata
penghasilan
responden/
keluarga setiap
bulan yang diukur
melalui upah
minimum
regional(UMR)
Kuesioner dengan
pertanyaan pilihan
Dikatagorikan
menjadi 2 yaitu :
1 = Tinggi
( Rp 750.000.,-)
Ordinal
2= Rendah
(< Rp 750.000,-)
(Sumber : UMR
Kabupaten Lombok
Tengah)
Pengetahuan
Lama
menderita
penyakit
Kemampuan
responden dalam
menjawab
pertayaan secara
benar tentang
olahraga yang
diperuntukan bagi
penderita DM
Kuesioner dengan 10
peryataan
Waktu menderita
penyakit DM
yang dihitung dari
sejak didiagosa
DM sampai
sekarang yang
dihitung dalam
jumlah bulan
Kuesioner dengan
pertanyaan terbuka
Dikategorikan
menjadi :
1= Baik
bila cut of point
median 9
Ordinal
2 = Kurang
Bila < cut of point
median 9
Dikategorikan
menjadi 2 :
1 = Kurang dari 6
bulan
2 = lebih dari 6 bulan
Ordinal
Universitas Indonesia
44
Persepsi
kerentanan
Persepsi
keseriusan
Persepsi
manfaat
Persepsi
Hambatan
Pendapat
subyektif
responden
tentang resiko
yang bisa terjadi
dari kondisi
penyakit DM
Kuesioner dengan 10
item pernyataan
3 menggunakan
skala Likert:Sangat
Setuju (SS), Setuju
(S),Tidak setuju
(ST), dan Sangat
Tidak Setuju (STS).
Nilai pernyatan (+) :
SS = 4
S =3
TS = 2
STS = 1
Nilai Pernyataan (-) :
SS = 1
S =2
TS = 3
STS = 4
Dikategorikan
menjadi :
Pendapat
Kuesioner dengan 5
subyektif
item pertanyaan
responden tentang 3 menggunakan
keseriusan dari
skala Likert:Sangat
penyakit DM
Setuju (SS), Setuju
(S),Tidak setuju
(ST), dan Sangat
Tidak Setuju (STS).
Pernyatan (+) :
SS = 4
S =3
TS = 2
STS = 1
Pernyataan (-) :
SS = 1
S =2
TS = 3
STS = 4
Dikategorikan
menjadi :
Pendapat
Kuesioner dengan 5
subyektif
item pertanyaan
responden tentang 3 menggunakan
keuntungan yang
skala Likert:Sangat
diperoleh bila
Setuju (SS), Setuju
berolah raga
(S),Tidak setuju
(ST), dan Sangat
Tidak Setuju (STS).
Pernyatan (+) :
SS = 4
S =3
TS = 2
STS = 1
Pernyataan (-) :
SS = 1
S =2
TS = 3
STS = 4
Pendapat
Kuesioner dengan 5
subyektif
item pertanyaan
responden
4 menggunakan
terhadap kondisi
skala Likert:Sangat
yang menjadi
Setuju (SS), Setuju
halangan dalam
(S),Tidak setuju
berolah raga
(ST), dan
Sangat Tidak Setuju
(STS).
Pernyatan (+) :
SS = 4
S =3
TS = 2
STS = 1
Dikatagorikan :
Ordinal
1= Baik
bila cut of
point median 17
2 = Kurang
bila < cut of
point median 17
Ordinal
1= Baik
bila cut of
point median 31
2 = Kurang
bila < cut of
point median 31
Ordinal
Dikategorikan
menjadi :
1= Baik
bila cut of
point median 22
2= Kurang
bila < cut of
point median
22
Dikategorikan
menjadi :
ordinal
1= Baik
bila cut of
point median 26
2 = Kurang
bila < cut of
point median 26
Universitas Indonesia
45
Pernyataan (-) :
SS = 1
S =2
TS = 3
STS = 4
Dukungan
Keluarga
Bentuk tindakan
keluarga terhadap
responden dalam
melakukan olah
raga
Kuesioner
menggunakan
skala Likert:
1. tidak pernah
2. kadang-kadang
3. sering
4. selalu
Dikategorikan
menjadi :
Ordinal
1= Baik
bila cut of
point median 13
2 = Kurang
bila < cut of
point median 13
Variabel Dependen
Kepatuhan
Olah raga
Pendapat
subyektif
responden
tentang aktifitas
jasmani yang
dilakukan
responden
mencakup :
- Jenis : jalan kaki,
jogging,
bersepeda, dan
berenang
- Frekuensi : 3 kali
seminggu
- Durasi : 20 -30
menit setiap kali
olahraga
(Kemenkes RI,
2008.d)
Kuesioner dengan
menggunakan
pertanyaan pilihan
ganda
Dikatagorikan
menjadi 2 (dua)
yaitu:
1 = Patuh
kriteria :
- melakukan
olahraga sesuai
jenis yang
dianjurkan (jalan,
lari, bersepeda,
dan berenang)
- Frekuensi : 3
- Durasi : 20 -30
menit.
Nominal
1 = Tidak patuh
kriteria:
- Olahrga sesuai
jenis yang
dianjurkan, durasi
20 -30 menit,
frekuensi < 3 kali
perminggu
- Olahrga sesuai
jenis yang
dianjurkan, durasi
< 20 -30 menit,
frekuensi 3 kali
- Tidak berolahraga
sesuai jenis yang
dianjurkan. durasi
< 20- 30 menit,
frekuensi < 3 kali
perminggu
Universitas Indonesia
BAB 4
METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang desain penelitian, populasi, sampel dan metode
sampling, tempat penelitian, waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan
data, uji coba alat pengumpul data, prosedur pengumpulan data, dan rencana
analisis data.
4.1 Rancangan penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian menggunakan
desain deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian analitik
adalah penelitian yang bertujuan mencari hubungan antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Polit dan Back (2012)
menjelaskan penelitian cross sectional adalah penelitian yang meneliti suatu
kejadian pada suatu waktu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktorfaktor yang berpengaruh pada kepatuhan penderita diabetes melitus
dalam
46
Universitas Indonesia
47
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai karakteristik yang sama
dengan populasi sehingga dapat mewakili populasi tersebut. Sampel juga dapat
diartikan sebagai bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga
dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro & Ismael, 2011). Sampel
dalam penelitian ini adalah sebagian dari seluruh penderita diabetes melitus yang
berada
Tenggara Barat
4.2.2.1 Besar Sampel
Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan cara rule of thumb,
yaitu pengambilan jumlah sampel minimal berdasarkan jumlah seluruh variabel
independen. Dharma (2011) merekomendasikan estimasi besar sampel untuk
penelitian analisa multivariat menggunakan
thumb. Perhitungan sampel dengan cara ini yaitu jumlah sampel minimal yang
diperlukan berkisar antara 5 sampai 50 kali banyak dari jumlah variabel
independen. Angka yang disarankan adalah 10 kali lebih banyak dari jumlah
variabel independen (Dharma, 2011). Rumus perhitungan dengan cara rule of
thumb adalah :
n = 5 50 x jumlah variabel independen
Ket : - n
= besar sampel
Universitas Indonesia
48
tehnik
kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah (Sastroasmoro &
Ismael, 2011). Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah sebagian dari
penderita diabetes melitus yang berada di wilayah kerja Puskesmas Praya Lombok
Tengah yang tersebar dalam 9 yaitu keluran Panji, Leneng, Renteng, Praya,
Praya, Prapen, Tiwu Galih, Gerunung, Gonjak, dan Semayan. Sampel dalam
penelitian ini adalah 122 orang yang tersebar pada 9 kelurahan sesuai dengan
proporsi jumlah penderita diabetes melitus tiap kelurahan. Rumus menentukan
jumlah sampel secara proposional untuk setiap kelurahan sebagai berikut :
Perhitungan dan distribusi sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1.
Universitas Indonesia
49
Tabel 4.1
Perhitungan Jumlah Sampel Secara Proposional di Wilayah Kerja Puskesmas
Praya Tahun 2011
(n = 865)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama Kelurahan
Panji
Leneng
Renteng
Praya
Prapen
Tiwu Galih
Gerunung
Gonjak
Semayan
Jumlah
Populasi (orang)
43
104
61
156
164
138
69
61
69
865
kasus diabetes
melitus dari tahun 2009 sampai 2010 mengalami peningkatan sebesar 63%.
Penderita DM dengan komplikasi sebesar 5% komplikasi meliputi: hipertensi,
penyakit jantung, gangren, dermatitis, katarak, dan neuropati. Hasil studi
pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Praya tentang kepatuhan penderita
diabetes melitus melakukan olah raga menunjukan bahwa 7 (70%) dari 10
penderita DM yang berobat di puskesmas Praya mengatakan
tidak pernah
50
Februari sampai pertengahan Mei, pengambilan data mulai bulan Mei mingggu ke
empat sampai Juni minggu ke dua, dan tahap penyusunan laporan pada minggu
ke ketiga dan ke empat bulan Juni 2012.
4.5 Etika Penelitian
Polit, Beck dan Hugler (2001) memberikan definisi etika penelitian adalah
kesediaan atau tidak terlibat dalam penelitian, menjaga kerahasiaan baik identitas
maupun informasi yang diberikan oleh responden, dan menjaga responden dari
ketidaknyamanan baik fisik maupun psikologis. Prinsip etika penelitian yang
diterapkan pada penelitian yaitu prinsip manfaat (beneficence), menghargai hak
asasi manusia (respect for human dignity), dan hak memperoleh prinsip keadilan
(right to justice).
Dinas kesehatan Lombok Tengah dan Puskesmas Praya sebagai tempat penelitian.
Peneliti juga melakukan koordinasi untuk pelaksanaan penelitian dengan kepala
puskesmas, penanggungjawab program penyakit tidak menular di puskesmas
Praya, dan perawat puskesmas yang membantu dalam pengumpulan data. Prinsip
etik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
4.5.1.1 Prinsip manfaat (beneficence)
Prinsip
manfaat
(beneficence)
berarti
bahwa
setiap
penelitian
harus
51
4.5.1.2 Prinsip mengharagai harkat dan martabat (respect for human dignity)
Prinsip ini adalah prinsip menghargai hak dan martabat responden untuk
menentukan nasib sendiri. Respect for human dignity meliputi: (1) Hak untuk
terlibat atau tidak terlibat dalam sebuah penelitian (right to self determination),
yaitu responden mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi
responden atau tidak, tanpa ada sanksi apapun. (2) Hak untuk mendapatkan
jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full disclosure), yaitu peneliti
memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu
yang terjadi kepada responden. (3) Responden mendapat informasi secara lengkap
tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan (Jaji, 2009).
Pada penelitian ini, responden yang menjadi subyek penelitian diberi informasi
tentang maksud dan tujuan penelitian sebelum menyatakan kesediaan menjadi
responden. Setiap responden diberi hak penuh untuk menyetujui atau menolak
menjadi responden dengan cara menandatangani informed concent (terlampir).
Universitas Indonesia
52
diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan
bersifat rahasia (confidentiality). Penelitian ini, Peneliti menjaga kerahasiaan
informasi yang diberikan responden dengan tidak menampilkan nama dan alamat
asal responden dalam kuesioner, peneliti hanya menggunakan kode responden.
Peneliti juga memperlakukan semua responden sama, yaitu semua responden
diberikan penjelasan tentang manfaat, tujuan, dan prosedur penelitian. Peneliti
juga menetapkan responden berdasarkan proporsi untuk setiap kelurahan yang
telah ditentukan atau dihitung sebelumnya, dengan tujuan responden mempunyai
hak yang sama untuk diikutkan dalam penelitian.
peryataan favourrable
dan
peryataan unfavourrable.
Nilai
Universitas Indonesia
53
4.6.2 Kuesioner B
Kuesioner B yaitu kuesioner variabel persepsi individu, terdiri dari: persepsi
kerentanan terdiri 6 peryataan (favourrable dan unfavourrable) dengan
menggunakan skala likert, dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak
setuju, dan sangat tidak setuju. Hasil uji kenormalan terhadap data kerentanan
menggunakan uji Kolmogorof Smirnov diperoleh hasil p= 0.000, artinya variabel
kerentanan tidak berdistribusi normal (p value < 0.005), sehingga hasil ukur
untuk kerentanan adalah 1 = baik bila cut of point score median dan 2 =
kurang bila cut of point score median. Persepsi keseriusan terdiri dari 10
pernyataan (favourrable dan unfavourrable) dengan menggunakan skala likert,
dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Hasil uji kenormalan terhadap data keseriusan menggunakan uji Kolmogorof
Smirnov diperoleh hasil p= 0.000, artinya variabel keseriusan tidak berdistribusi
normal (p value < 0.005), sehingga hasil ukur untuk keseriusan adalah 1 = baik
bila cut of point score median dan 2 = kurang bila cut of point score median.
Persepsi manfaat terdiri 7 peryataaan. Hasil uji kenormalan terhadap data manfaat
menggunakan uji Kolmogorof Smirnov diperoleh hasil p= 0.000, artinya variabel
manfaat tidak berdistribusi normal (p value < 0.005), sehingga hasil ukur untuk
manfaat adalah 1 = baik bila cut of point score median dan 2 = kurang bila
cut of point score median. Persepsi hambatan terdiri 9 pernyataan. Hasil uji
kenormalan terhadap persepsi hambatan menggunakan uji Kolmogorof Smirnov
diperoleh hasil p= 0.000, artinya variabel manfaat tidak berdistribusi normal (p
value < 0.005), sehingga hasil ukur untuk keseriusan adalah 1 = baik bila cut of
point score median dan 2 = kurang bila cut of point score median.
4.6.3 Kuesioner C
Kuesioner C merupakan kuesioner dukungan keluarga yang diukur dengan skala
likert 1-4 yang terdiri dari 6 peryataan (favourrable dan unfavourrable) dengan
pilihan jawaban selalu, sering. kadang-kadang, dan tidak pernah. Pernyatan
favourrable diberikan nilai 4 untuk jawaban selalu, 3 untuk jawaban sering, 2
untuk jawaban kadang-kadang , dan nilai 1 untuk untuk jawaban tidak pernah.
Pernyataan unfavourrable diberi nilai 4 untuk jawaban tidak pernah, 3 untuk
Universitas Indonesia
54
jawaban kadang, 2 untuk jawaban sering, dan nilai 1 untuk jawaban selalu. Hasil
uji kenormalan terhadap data dukungan keluarga menggunakan uji Kolmogorof
Smirnov diperoleh hasil p= 0.000, artinya variabel dukungan keluarga tidak
berdistribusi normal (p value < 0.005), sehingga hasil ukur untuk dukungan
keluarga adalah 1 = baik bila cut of point score median dan 2 = kurang bila
cut of point score median.
4.6.4 Kuesioner D
Kuesioner D merupakan kuesioner kepatuhan melakukan olahraga. Kuesioner ini
beisikan tentang olahraga. Kuesioner terdiri dari 3 pertanyaan multiple choice
bertingkat. Hasil ukur dari kuesioner kepatuahan melakukan olah raga adalah
berbentuk 2 kategori, yaitu 1 = patuh dengan kriteria melakukan olahraga jalan
kaki/ jogging/ bersepeda / renang dengan frekuensi
menit dan 2 = tidak patuh dengan kategori berolahraga jalan kaki, jogging,
bersepeda, berenang, durasi 20 -30 menit, tapi frekuensi < 3 kali perminggu;
Olahrga jalan kaki/ jogging/ bersepeda /berenang, durasi <
20 -30 menit,
instrumen yang diambil dari populasi yang sama dengan responden penelitian,
maka diasumsikan memiliki karakteristik yang sama. Berdasarkan pernyataan
diatas maka uji coba kuesioner penelitian ini dilakukan pada penderita diabetes
melitus di wilayah kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah yang mempunyai
karakteristik yang sama.
Universitas Indonesia
55
Uji validitas pada penelitian ini dilakukan pada variabel pengetahuan, persepsi
(kerentanan, keseriusan, manfaat, hambatan), dan variabel dukungan keluarga.
Hasil uji validitas sebagai berikut :
56
Hasil item peryataan yang valid diambil sebagai item peryataan yang digunakan
sebagai kuesioner dalam penelitian, sedangkan item peryataan yang tidak valid
dihilangkan dengan pertimbangan bahwa item peryataan yang valid sudah
mewakili sebagai alat ukur
Variabel Penelitian
1
2
3
4
5
Pengetahuan
Persepsi kerentanan
Persepsi keseriusan
Persepsi manfaat
Persepsi hambatan
Dukungan keluarga
Universitas Indonesia
57
4.8.1.2 Peneliti
peneliti
Universitas Indonesia
58
persepsi,
dukungan keluarga.
4.9.1.2 Memberikan Kode (coding)
Coding merupakan proses pengkodean data variabel penelitian dengan tujuan
mempercepat entry data dan memudahkan peneliti memasukan data. Peneliti
melakukan pengkodean meliputi: variabel jenis kelamin diberi kode 1 untuk
perempuan dan 2 untuk laki-laki; suku diberi kode 1 untuk suku Sasak dan 2
Universitas Indonesia
59
untuk suku bukan sasak; pendapatan diberi kode 1 untuk pendapatan tinggi dan 2
untuk pendapatan rendah; pengetahuan diberi kode 1 untuk pengetahuan baik, dan
kode 2 untuk pengetahuan kurang; lama menderita penyakit diberi kode 1 untuk
kurang dari 6 bukan dan kode 2 untuk lebih dari 6 bulan; persepsi kerentanan,
keseriusan, manfaat dan persepsi hambatan diberi kode 1 untuk persepsi baik dan
kode 2 untuk persepsi kurang; dukungan keluarga diberi kode 1 untuk baik dan
kode 2 untuk kurang; Kepatuhan olahraga diberi kode 1 untuk patuh dan kode 2
untuk tidak patuh
Universitas Indonesia
60
Tabel 4.3
Daftar Uraian Variabel dan hasil analisis univariat
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Variabel
Umur
Jenis kelamin
Suku
Pendapatan
Pengetahuan
Lama menderita penyakit
Persepsi Kerentanan
Persepsi Keseriusan
Persepsi Manfaat
Persepsi Hambatan
Dukungan keluarga
Kepatuhan olahraga
Hasil Analisis
Median
Frekuensi, Proporsi
Frekuensi, Proporsi
Frekuensi, Proporsi
Frekuensi, Proporsi
Frekuensi, Proporsi
Frekuensi, Proporsi
Frekuensi, Proporsi
Frekuensi, Proporsi
Frekuensi, Proporsi
Frekuensi, Proporsi
Frekuensi, Proporsi
Universitas Indonesia
61
Tabel 4.4
Analisis Bivariat dan Uji Statistik Antara Dua Variabel
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Variabel
Dependen
Umur
Kepatuhan
berolah raga
Jenis kelamin
Kepatuhan
berolah raga
Suku
Kepatuhan
berolah raga
Pendapatan
Kepatuhan
berolah raga
Pengetahuan
Kepatuhan
berolah raga
Lama
menderita Kepatuhan
penyakit
berolah raga
Persepsi Kerentanan
Kepatuhan
berolah raga
Variabel Independen
Uji statistik
t test independen
Chi square
Chi square
Chi square
Chi square
Chi square
Chi square
8.
Persepsi Keseriusan
Kepatuhan
berolah raga
Chi square
9.
Persepsi Manfaat
Chi square
10.
Persepsi Hambatan
11.
Dukungan keluarga
Kepatuhan
berolah raga
Kepatuhan
berolah raga
Kepatuhan
berolah raga
Chi square
Chi square
Universitas Indonesia
62
Variabel Independen
1.
2.
3.
4.
5.
Jenis kelamin
Pengetahuan
Persepsi Manfaat
Persepsi Hambatan
Dukungan keluarga
Variabel
Dependen
Kepatuhan
berolah raga
Uji statistik
Regresi logistik
berganda
Universitas Indonesia
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini menguraikan tentang gambaran faktor pemodifikasi (umur,
jenis kelamin, suku, pendapatan, lama menderita sakit, dan pengetahuan),
persepsi (kerentanan, keseriusan, manfaat, dan hambatan), isyarat bertindak
(dukungan keluarga) dan kepatuhan penderita DM melakukan olahraga. Hasil
penelitian juga menjelaskan hubungan antara variabel umur, jenis kelamin, suku,
pendapatan, lama menderita sakit, persepsi kerentanan, keseriusan, manfaat,
persepsi hambatan, dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan melakukan
olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya. Hasil penelitian
dianalisis secara univariat, bivariat, dan multivariat yang disajikan dalam bentuk
tabel. Tabel penyajian hasil dan interpretasi sebagai berikut:
Tabel 5.1
Hasil uji kenormalan variabel pengetahuan, kerentanan, keseriusan, manfaat,
hambatan, dan dukungan keluarga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas
Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
Variabel
p value
Pengetahuan
122
0.000
Kerentanan
122
0.000
Keseriusan
122
0.000
Manfaat
122
0.000
Hambatan
122
0.004
Dukungan Keluarga
122
0.000
63
6
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
64
Mean
Minimum - Maksimum
95%CI
Umur
57.70
33 ; 72
(56.45 58.94)
Tabel 5.2 menunjukan bahwa rata rata penderita DM berumur 57.70 tahun,
umur termuda 33 tahun dan tertua 72 tahun. Hasil estimasi interval dapat
disimpulkan 95% diyakini rata-rata umur penderita DM di wilayah kerja
puskesmas Praya adalah diantara 56.45 sampai dengan 58.94.
Universitas Indonesia
65
Tabel 5.3
Distribusi Penderita DM berdasarkan jenis kelamin, suku, dan pendapatan di
wilayah kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
Variabel
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Frekuensi
Persentase (%)
55
67
45.1
54.9
73
49
59.8
40.2
74
48
60.7
39.3
122
100
Suku
Sasak
Bukan Sasak
Pendapatan
Tinggi
Rendah
Total
Tabel 5.3 menunjukan bahwa jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebesar
54.9%, dengan distriribusi suku memperlihatkan lebih dari separuh berasal dari
suku Sasak yaitu sebanyak 59.8%. Hasil analisa juga menujukan bahwa sebagian
besar (60.7%) penderita DM mempunyai pendapatan tinggi
Tabel 5.4
Distribusi Penderita DM berdasarkan lama menderita sakit dan pengetahuan di
wilayah kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
Variabel
Lama menderita sakit
< 6 bulan
6 bulan
Pengetahuan
Baik
Kurang
Total
Frekuensi
Persentase (%)
54
68
44.3
55.7
65
57
122
53.3
46.7
100
Universitas Indonesia
66
Frekuensi
Persentase (%)
66
56
54.1
45.9
63
59
51.6
48.4
122
100
Kerentanan
Baik
Kurang
Keseriusan
Baik
Kurang
Total
Frekuensi
Persentase (%)
Manfaat
Baik
Kurang
65
57
53.3
46.7
Hambatan
Baik
Kurang
66
56
54.1
45.9
122
100
Total
Hasil analisa yang terlihat pada tabel 5.6 menunjukan bahwa persepsi manfaat
penderita DM terbanyak adalah baik sebesar 53.3%, dan separuh lebih (54%)
responden memiliki persepsi hambatan baik.
Universitas Indonesia
67
Frekuensi
Persentase (%)
61
61
50.0
50.0
122
100
Tabel 5.8
Distribusi kepatuhan penderita DM melakukan olahraga responden di wilayah
kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
Variabel
Kepatuhan Olahraga
Patuh
Tidak Patuh
Total
Frekuensi
Persentase (%)
52
70
42.6
57.4
122
100
Universitas Indonesia
68
berikut:
Mean
Minimum Maksimum
p value
Patuh
57.67
- 2.574 ; 2.492
0.974
Tidak patuh
57.71
Variabel
Umur
Tabel 5.9 menunjukan bahwa umur rata-rata penderita DM yang patuh melakukan
olahraga adalah 57.67 tahun, sedangkan umur yang tidak rata-rata 57.71 tahun .
Hasil uji statistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara umur penderita
DM dengan kepatuhan melakukan olahraga ( p : 0.974).
Universitas Indonesia
69
Tabel 5.10
Analisa hubungan jenis kelamin, suku, dan pendapatan dengan
kepatuhan olahraga penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya
Lombok Tengah bulan Juni 2012 (n=122)
Total
Kepatuhan
Variabel
Patuh
n
Tidak
patuh
n
OR
(95%CI)
p value
Jenis Kelamin
Perempuan
30 54.5 25 45.5 55
100 2.455
Laki-laki
22 32.8 45 67.2 67
100
Sasak
33 45.2 40 54.8 73
100 1.303
Bukan sasak
19 38.8 30 61.2 49
100
Tinggi
32 43.2 42 56.8 74
100
Rendah
20 41.7 28 58.3 48
100
(1.176 ;
5.124)
0.026*
(0.624 ;
2.721
0.605
0.511 ;
2.225
1.000
Suku
Pendapatan
Universitas Indonesia
70
Tabel 5.11
Analisa hubungan lama menderita sakit, dan pengetahuan dengan kepatuhan
olahraga penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya Lombok Tengah bulan
Juni 2012 (n=122)
Total
Kepatuhan
Variabel
Patuh
n
Tidak
patuh
n
OR
(95%CI)
p value
Lama menderita
sakit
< 6 bulan
26 48.1 28 51.9 54
100 1.500
6 bulan
26 38.2 42 61.8 68
100
Baik
35 53.8 30 46.2 65
100 2.745
Kurang
17 29.8 40 70.2 57
100
(0.727 ;
3.094)
0.360
(1.299 ;
5.801)
0.013*
Pengetahuan
Tabel 5.11 menunjukan bahwa proporsi penderita DM yang menderita sakit lebih
dari 6 bulan lebih besar (61.8%) dibandingkan penderita DM yang sakit kurang
dari 6 bulan (51.9%) untuk tidak patuh melakukan olahraga. Hasil uji Chi Square
diperoleh hasil p= 0.360, artinya tidak ada hubungan bermakna antara lama
menderita sakit dengan kepatuhan melakukan olahraga. Tabel 5.11 juga
menunjukan bahwa proporsi penderita dengan pengetahuan kurang lebih banyak
(70.2%) tidak patuh melakukan olahraga dibandingkan penderita DM dengan
pengetahuan baik (46.2%). Hasil uji Chi Square diperoleh hasil p= 0.013, artinya
Universitas Indonesia
71
Patuh
n
Total
Tidak
patuh
n
OR
(95%CI) p value
Kerentanan
Baik
Kurang
(0.547 ;
2.312)
0.892
(0.435 ;
1.829)
0.897
Keseriusan
Baik
Kurang
Universitas Indonesia
72
Tabel 5.13
Analisa hubungan persepsi manfaat dan hambatan dengan kepatuhan melakukan
olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya Lombok Tengah
bulan Juni 2012 (n=122)
Kepatuhan
Variabel
Patuh
n
Total
Tidak
patuh
n
OR
(95%CI) p value
Manfaat
Baik
Kurang
(0.165 ;
0.016*
0.729)
Hambatan
Baik
Kurang
(1.622 ;
0.002*
7.498)
Universitas Indonesia
73
Kepatuhan
Variabel
Patuh
n
Tidak
patuh
n
OR
(95%CI)
p value
(2.174 ;
10.281)
0.000*
Dukungan
Keluarga
Baik
37 60.7 24 39.3 61
100 4.728
Kurang
15 24.6 46 75.4 61
100
Universitas Indonesia
74
Universitas Indonesia
75
Tabel 5.12 menunjukan bahwa variabel yang dapat masuk seleksi pada tahap uji
mulivariat meliputi jenis kelamin, pengetahuan, persepsi manfaat, persepsi
hambatan, dan dukungan keluarga. Sedangkan variabel yang tidak bisa ikut pada
tahap uji multivariat adalah variabel umur, suku pendapatan, lama menderita sakit,
persepsi kerentanan, dan persepsi keseriusan, disebabkan karena lima 6 variabel
tersebut mempunyai nilai p value lebih besar dari variabel nilai p value
pembanding (p value > 0.25)
5.4.2
Hasil analisis uji regreresi logistic berganda dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut
ini
Tabel 5.16
Hasil analisis multivariat jenis kelamin, pengetahuan, persepsi manfaat, persepsi
hambatan, dan dukungan keluarga dengan kepatuhan melakukan olahraga
penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya, Juni 2012 (n=122)
Variabel
OR
95%CI
Jenis kelamin
0.002
5.117
1.799 14.55
Pengetahuan
0.033
2.853
1.067- 7487
Persepsi manfaat
0.000
0.120
0.040 0.357
Persepsi hambatan
0.001
5.805
2.03616.552
Dukungan keluarga
0.000
10.047
3.425-29.468
Konstanta
- 6.468
Tabel 5.13 menunjukan bahwa semua variabel mempunyai nilai p value kurang
dai 0,05, (p value < 0.05), sehingga semua variabel
tersebut merupakan
Universitas Indonesia
76
Universitas Indonesia
BAB 6
PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai hasil penelitian didapat dan membandingkan dengan
literatur serta hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, serta
bagian akhir bab ini juga menyajikan keterbatasan dan implikasi penelitian untuk
keperawatan.
melakukan
olahraga
Hasil analisis univariat menunjukan bahwa rerata umur responden adalah 57
tahun, atau termasuk kategori usia dewasa pertengahan (Berman & Sneyder
2012).
bahwa umur merupakan salah satu faktor resiko terjadinya masalah kesehatan
seperti penyakit DM.
pertambahan umur (Suyono, 2009). Hal ini didukung oleh data dari National
Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) Amerika Serikat tahun
2010, menunjukan bahwa penderita DM di Amerika Serikat lebih banyak berada
pada umur 60 tahun keatas (26.9%) dibandingkan dengan yang berumur 20 tahun
lebih (11.3%). Rochmah, (2006) menjelaskan bahwa prevalensi penyakit DM
lebih banyak didapatkan pada usia dewasa, dimana pada usia dewasa (30 tahun)
kadar glukosa darah mengalami kenaikan 1 2 mg/ tahun pada saat puasa dan
akan naik sekitar 5,6 13 mg pada 2 jam setelah makan. Penderita DM di
Indonesia kebanyakan berumur antara 45 sampai 64 tahun (Suyono, 2009).
Berdasarkan laporan tahunan puskesmas Praya tahun 2010 bahwa penderita DM
yang berobat di Puskesmas Praya pada tahun 2010, sebagian besar berada pada
kelompok umur 55 59 tahun
77
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
78
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa rerata umur responden yang patuh
melakukan olahraga adalah 57.67 tahun, sedangkan rerata umur yang tidak patuh
adalah 57.71 tahun. Hal ini menunjukan bahwa rerata umur responden baik yang
patuh maupun tidak patuh melakukan olahraga adalah sama, yaitu 57 tahun,
dimana umur tersebut termasuk kategori dewasa pertengahan (Berman & Sneyder
2012),
dengan hasil
Umur dewasa pertengahan (57 tahun ) merupakan usia pra lansia, dimana fungsi
dan integrasi mulai mengalami penurunan, kemampuan untuk mobilisasi dan
aktivitas sudah mulai kurang, dan muncul beberapa penyakit yang menyebabkan
status kesehatan menurun (Berman & Sneyder 2012). Kondisi ini mengakibatkan
penurunan motivasi dalam melakukan kegiatan olahraga. Rendahnya status
kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penuranan aktivitas
usia lanjut (Rhodes, Martin, Taunton, Donnelly, & Elliot, 1999).
Hal ini di
dukung oleh hasil penelitian Brawley, Rajeski, dan King (2003), mengemukakan
faktor yang mempengaruhi penurunan aktivitas pada orang usia lanjut adalah
kehadiran penyakit kronis, keterbatasan gerak, dan kekuatiran terhadap
munculnya nyeri.
Universitas Indonesia
79
umur dengan aktivitas fisik pada penderita DM di Iran. Jenis kelamin secara
konsisten berpengaruh terhadap kegiatan olahraga, dimana laki-laki mempunyai
tingkat aktivitas olahraga lebih besar dibandingkan perempuan (Dominic &
Morey, 2006), tetapi hasil penelitian ini menunjukan bahwa laki-laki lebih tidak
patuh dibandingkan perempuan.
Universitas Indonesia
80
bersama yang dalam aplikasinya antara lain tercermin dalam wujud kerja sama
atau gotong royong. Kondisi ini menyebabkan kaum laki-laki suku Sasak jarang
melakukan aktivitas olahraga. Kemungkinan faktor lain adalah jenis olah raga
yang dilakukan oleh penderita DM di puskesmas praya adalah olahraga yang lebih
banyak mengarah pada jenis olahraga kebugaran seperti senam, dimana olahraga
jenis ini banyak disenangi oleh kaum perempuan. Hasil wawancara dengan
penanggungjawab program penyakit tidak menular puskesmas praya mengatakan
bahwa olahraga yang biasa dilakukan oleh penderita DM di puskesmas praya
adalah olahraga senam DM.
turunnya faktor
resiko terjadinya diabetes pada individu. Hal ini didukung oleh hasil penelitian
Holmes, et al, (2012) menunjukan bahwa ras /suku merupakan faktor penyebab
dominan terhadap angka kejadian DM di Amerika Serikat, dimana ras African
Americans (ras kulit hitam) lebih dominan menderita penyakit DM dibandingkan
ras kulit putih. Hasil penelitian ini menunjukan proporsi terbanyak penderita DM
pada suku Sasak disebabkan karena 90% penderita DM di puskesmas Praya
adalah berasal suku Sasak (Puskesmas Praya, 2010).
Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa penderita DM dari suku Sasak lebih
patuh melakukan olahraga (45.2%) dibandingkan suku lain (38.8). Suku minoritas
yang mengalami penyakit kronis mempunyai perilaku aktivitas rendah.
Dibandingan suku mayoritas. Hasil analisa statisrik juga menunjukan bahwa tidak
ada hubungan bermakna antara suku dengan kepatuhan penderita DM dalam
melakukan olahraga (p value 0.605). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
hasil penelitian Barnes, Moris, dan Kaufusi (2004) mengatakan ada perbedaan
perilaku kepatuhan antara pasien DM suku Tongan
Universitas Indonesia
81
Selandia Baru, dimana suku Tongan memiki perilaku kontrol kesehatan yang
rendah dibandingakan pasien dari suku Eropa.
Hasil analisa bivariat menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan
dengan kepatuhan penderita DM dalam melakukan olahraga (p value 1.000). Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian Suhadi, (2011) menyatakan tidak ada
hubungan antara usia dengan kepatuhan penderita hipertensi usia usia lanjut
dalam melakukan perawatan hipertensi di wilayah puskesmas Serondol Semarang.
Tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Hanson dan Chen,
(2007) mengatakan ada hubungan antara pendapatan dengan perilaku kesehatan,
dimana pendapatan berhubungan denagan
Universitas Indonesia
82
Kemungkinan faktor penyebab dari perbedaan hasil dengan penelitian ini adalah
faktor dukungan keluraga.
hanya (50%)
melakukan Olahraga
Faktor lain adalah durasi menderita DM. Penderita DM yang mengalami sakit lama
mengalami kejenuhan dan beresiko terjadinya komplikasi. Diabetes Melitus (DM) selain
dikenal sebagai penyakit, juga dikenal sebagai faktor resiko. Penderita dengan durasi
menderita penyakit DM lebih dari 6 bulan mengalami kecendrungan komplikasi baik
akut yaitu hipoglikemi dan kronis yaitu penyakit jantung, pembuluh darah, gagal ginjal,
Universitas Indonesia
83
gangguan penglihatan, impotensi, ulkus pada kaki, dan gangren (Kemenkes RI, 2008.c).
Hal ini didukung oleh penelitian Manderson, Kokanovic, Klimidis
(2005)
6.1.1.5
bahwa pengetahuan yang luas akan lebih baik jika seseorang berada di perkotaan
dibandingkan di pedesaan. Kondisi responden yang sebagian besar tinggal di kota
Praya, yaitu ibukota Kabupaten Lombok Tengah memungkin responden mudah
memperoleh dan mengakses informasi tentang penyakit DM yang bisa
meningkatkan pengetahuan.
Universitas Indonesia
84
dewasa . Pada usia dewasa biasanya mempunyai pengalaman yang banyak dalam
kehidupan, lebih banyak mendampatkan informasi, memahami suatu obyek lebih
cepat, dan mengaplikasi sesuatu dalam bentuk perilaku lebih mudah.
Universitas Indonesia
85
kelompok rentan dapat di jelaskan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor
resource limitation (keterbatasan sumber) yaitu ketidakadekuatnya sumber sosial
dan ekonomi
Universitas Indonesia
86
faktor
dukungan
6.1.2.2
disebabkan
(2011)
mengemukakan
persepsi
sehat
sakit
yang
terjadi
Universitas Indonesia
87
adalah pada area 2, yaitu tentang konsep sehat dalam konteks masyarakat.
Masyarakat menganggap sehat adalah orang yang dapat bekerja atau menjalankan
pekerjaannya sehari-hari. Sedangkan sakit, suatu kondisi
dirasakan oleh
seseorang, dimana individu tidak bisa bangkit dari tempat tidur, dan tidak dapat
menjalankan aktivitas sehari-hari.
Universitas Indonesia
88
puskesmas praya itu menganggap hambatan untuk melakukan olahraga itu adalah
kecil. Penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara
persepsi hambatan dengan kepatuhan (p value : 0.002 ). Hal ini sesuai dengan
penelitian Trost, Owen, Bauman dan Salis, (2002) bahwa persepsi hambatan
mempunyai hubungan yang kuat tehadap kepatuhan dalam olahraga. Hasil
penelitian sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Davila, (2010) tentang
kepatuhan kepatuhan penderita DM usia dewasa di Puerto Rico. Rosenstock,
(2004 dalam Champion & Skinner, 2008) mengemukakan bahwa indivividu
dalam mengadopsi perilaku baru, individu membutuhkan
kepercayaan akan
besarnya manfaat yang diperoleh, dan kepercayaan akan adanya hambatan yang
menghalangi adopsi perilaku.
penderita DM
Universitas Indonesia
89
Hasil
Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (2010) bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah kelas sosial ekonomi. Kelas
sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan. Dalam keluarga kelas
menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada,
sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau
otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat
Universitas Indonesia
90
dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan
kelas sosial bawah. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar penderita
DM mempunyai pendapatan tinggi. Hal ini bisa berarti keluarga mempunyai
berada pada tingkat dukungan afeksi atau keterlibatan yang tinggi terhadap
anggota keluarga lain
.
6.1.4 Faktor Dominan yang Mempengaruhi Kepatuhan Penderita DM dalam
Melakukan Olahraga
Hasil
uji
dalam
Kurt Lewin (1951 dalam Azwar, 2011) merumuskan suatu model hubungan
perilaku yang mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik individu dan
lingkungan. Karakteristik individu meliputi motif, nilai-nilai, dan sikap interaksi
satu sama lain dan berinteraksi pula dengan faktor lingkungan. Faktor lingkungan
memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku.
Menurut Root & Dooley (1985) dalam Kuncoro (2002) ada 2 sumber dukungan
keluarga yaitu natural dan artifisal. Dukungan keluarga yang natural diterima
seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupan secara spontan dngan orang
yang berbeda disekitarnya. (anak, istri, suami). Sedangkan dukungan keluarga
Universitas Indonesia
91
Universitas Indonesia
92
pada penelitian ini lebih didominasi oleh variabel persepsi, Sedangkan untuk
mendiskripkan hasil
temuan diperlukan
pekerjaan, pendidikan yang tidak ada dalam komponen HBM. Kondisi ini
menyulitkan peneliti dalam menjastifikasi hasil penelitian.
Hasil penelitian ini, juga dapat memberikan implikasi pada instansi kesehatan,
yaitu Dinas kesehatan dan Puskesmas, dalam upaya mengatasi dan meningkatkan
Universitas Indonesia
93
kesehatan masyarakat. Hasil penelitian ini bagi Dinas Kesehatan dapat dijadikan
bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan kebijakan pelayanan
kesehatan masyarakat
seperti
pelayanan
kesehatan
di
masyarakat
dapat
meningkatkan
dan
Temuan hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pengembangan penelitian
selanjutnya terutama penelitian yang berkaitan jenis dukungan keluarga yang
berperan dalam kepatuhan penderita penyakit kronis , khususnya DM
dan
Universitas Indonesia
BAB 7
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini disampaikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran rekomendasi
penelitian
7.1 Simpulan
Mengacu pada hasil penelitian, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
7.1.1 Faktor pemodifikasi (modifying factors) penderita DM di wilayah kerja
puskesmas Praya adalah sebagai berikut:
Rata-rata umur penderita DM adalah 57.70 tahun. Jenis Kelamin terbanyak
adalah laki-laki, sebagian besar berasal dari suku Sasak. berpenghasilan
tinggi,
dukungan keluarga
kurang
7.1.4 Kepatuhan penderita DM melakukan olahraga terbanyak
adalah tidak
patuh
7.1.5 Tidak ada hubungan antara umur dengan kepatuhan dalam melakukan
olahraga penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya
7.1.6 Ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepatuhan dalam melakukan
olahraga penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya (p value =
0.026 ; OR: 1.500) .
7.1.7 Tidak ada hubungan antara suku dengan dengan kepatuhan melakukan
olahraga pada penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya
94
Analisis faktor..., Muhamad Hasbi, FIK UI, 2012
95
7.2 Saran
Terkait dengan simpulan hasil penelitian, beberapa hal yang dapat disarankan
demi keperluan pengembangan dari hasil penelitian ini adalah :
7.2.1 Instansi Kesehatan
7.2.1.1 Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah
Dinas kesehatan diharapkan mengeluarkan kebijakan tentang pembentukan
kelompok-kelompok dukungan sosial di setiap puskesmas seperti kelompok
penderita DM, kelompok penderita hipertensi. Puskesmas diberi tanggungjawab
Universitas Indonesia
96
hendaknya melibatkan
mengembangkan strategi
Universitas Indonesia
97
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Aday, L. A. (2001). At risk in America (2nd ed.). San Francisco: John Wiley &
Sons.
Allender J.A, Rector C,Warner K . (2010). Community Health Nursing; Prmoting
and Protecting the Public's Health, 7th Edition. Philadelphia:Lippincott
Williams & Wilkins
Alwan. (2009). Global strategies for the Prevention od Diabetes and Other
Noncommunicable diseases, Wold Health Organization: United State of
America
American Diabetes Association (2008). Standards of medical care in diabetes2008. Diabetes Care, 31, S12-S54.
American Diabetes Association (2010). Standards of Medical Care in Diabetes2010. Diabetes Care, 33, S11-S61.
Ammann G. (2010). Adherence. http://www.performanceforsport.com.diakses
tanggal 29 April 2012.
Anderson, E. T., & McFarlane, J. (2010). Community as partner : theory and
practice in nursing. Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott
Williams & Wilkins.
Andrus, M., Leggett-Frazier, N. & Pfeifer, M. A. (2003). Chronic complications
of diabetes: an overview. In M. J. Frank (Ed.), A core curriculum for
diabetes education, diabetes and complications (pp. 45-64). Chicago:
American Association of Diabetes Educator.
Arikunto, S. (2001). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar S., (2011). Sikap Manusia; Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta;
Pustaka Pelajar.
Barnes L, Moris M, Kaufusi M. (2004). Illness belief and adherence in Diabetes
Mellitus: comparison between Tongan and European patient
Barnes P.M, Schoenborn C.A.(2003).Physical Activity Among Adults: United
States 2000. Advance Data From Vital and Health Statistics; no. 333.
Hyattsville, MD: National Center for Health Statistics
Choi B.C.K., Shi F. (2001) Risk faktor for diabetes melitus by age and sex: results
of the national population health survey. Diabetologia: 44:1221-1231
Clark DO, Stump TE, Damush TM. (2003). Outcomes of an exercise program for
older women recruited through primary care. J Aging Health.;15(3):567
585.
Crespo C.J. Encouraging physical activity in minorities: eliminating disparities
(2010). The Physician and Sportsmedicine.;28(10):3651.
Darmono. (2005). Pengaturan Pola Hidup Penderita Diabetes Untuk Mencegah
Komplikasi Kerusakan Organ Organ Tubuh. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro.
Davila N. (2010). Physical Activity in Poerto Rico Adults with Type 2 Diabetes
Melitus. United State of America.
Departemen Pendidikan Nasional, (2008), Kamus Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka: Jakarta
Depdagri. (2012). Usia Pensiun PNS. www:depdagri.go.id. diperoleh tanggal 2
Juli 2012.
Dharma, K.K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan
Melaksanakan Dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info
Media.
Diabetes Prevention Program Research Group (2002). Reduction in the incidence
of type 2 diabetes with lifestyle intervention or metformin. New England
Journal of Medicine, 346(6), 393-403.
Diabetes. http://EzineArticle.com, Diperoleh Tanggal 15 maret 2012.
DiMatteo, M.R. (20004). Variations in patients adherence to medical
recommendation: A quantative revew of 50 years of research. Medical Care,
42 (3), 200 -209
Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah. (2011). Profil Kesehatan Dinas
kesehatan Kabupaten Lombok Tengah. Praya: Dinas Kesehatan Kabupaten
Lombok Tengah
Dishman R.K, Sallis J.F.(1994.)Determinants and interventions for physical
activity and exercise. In: Bouchard C, Shephard RJ, Stephens T, eds.
Physical Activity, Fitness and Health: International Proceedings and
Consensus Statement. Champaign, IL: Human Kinetics;:214238
Dominick, & Morey. (2006). Adherence to Physical Activity. Jossey-Bass: San
Francisco.
Paluska SA, Schwenk TL.( 2000). Physical activity and mental health: current
concepts. Sports Med.;29(3):167180.
Pereira M.G., Cross L.B., Almaida P., Machado. (2008) Impact of Family
Environment and Support on Adherence, Metabolic Control and Quality of
Life in Adolencets with Diabetes. International Journal of Behavior
Madicene. 15:187-193
PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 di Indonesia 2011. Jakarta: PERKENI
Permana H. (2009). Komplikasi Kronik dan Penyakit Penyerta pada Diabetesi.
Bandung: Padjadjaran University Medical School
Polit, D. F., & Beck, C. T. (2012). Nursing Research: Generating and Assessing
Evidence for Nursing Practice. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Praet, S.F.E., Loan, L.J.C.V. (2009). Exercise Therapy in Type 2 Diabetes. Acta
Diabetol Journal, 46: 263-278
Puskesmas Praya. (2011). Laporan Tahunan Kesakitan Puskesmas Praya. Praya:
Puskesmas Praya
Qiu, et al. (2012). Improving Patients Adherence to Phycal Activity in Diabetes
Mellitus: A Review. Diabetes Metabolik Journal, 36:1-5
Rhodes RE, Martin AD, Tautonton J F. Donnely M. Elliot J. ( 1999). Factors
associatedwith exercise adherence among older adults; An Individual
perpective. Sport Med. 6: 110- 134.
Rimmer J.H, Nicola T, Riley B, Creviston T. (2002).Exercise training for African
Americans with disabilities residing in difficult social environments. Am J
Prev Med.;23(4):290295.
Rochmah W. (2006). Diabetes Melitus Pada Usia Lanjut. Jakarta: Depertemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sallis J.F, Haskell W.L, Fortmann S.P, Vranizan KM, Taylor C.B, Solomon D.
S.(1996) Predictors of adoption and maintenance of physical activity in a
community sample. Prev Med ;15:331341
Sastroasmoro, S., & Ismael, S. (2011). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis
(4 ed.). Jakarta: Sagung Seto.
Serour, M., Alqhennaei, H., Al-Saqabi, S., Mustafa, A.R., Ben-Nakhi, A. (2007).
Cultural factors and Patiens Adherence to Lifestyle Measures. British
Journal of General Practice, 57: 291-295
Trost SG, Owen N, Bauman AE, Sallis JF, Brown W. (2002). Correlates of
adults participation in physical activity: review and update. Med Sci
Sports Exerc.;34(12):
U.S. Department of Health and Human Services (2003). Physical Activity and
Health: A Report to the Surgeon General. Atlanta, GA: U.S. Department
of Health and Human Services.
U.S. Department of Health and Human Services (2008). Physical Activity
Guidelines for Americans
Wahyudi H. (2011). Hubungan pengetahuan dan motivasi dengan kepatuhan
pelaksanaan diet pasien Diabetes melitus. http://www. pasca uns.ac.id.
diaperoleh tanggal 1 Juli 2012
Waspadji S. (2009). Diabetes melitus: Mekanisme Dasar dan Pengelolaan yang
Rasional. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Watkins. D., Edwards J., Gastrell. (2003).Community Health Nursing:
Frameworks for Practice. Elsevier Science Ltd: Toronto
Yoga, Yulianti, Pramono.(2011). Hubungan antara 4 (empat) Pilar Pengelolaaan
Diabetes Melitus dengan Keberhasilan Pengelolaan Diabetes melitus Tipe
2. Universitas Diponegoro. Semarang.
Lampiran 1
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
KUISIONER PENELITIAN
Judul Tesis:
ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN
PENDERITA DIABETES MELITUS DALAM MELAKUKAN OLAHRAGA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PRAYA KABUPATEN LOMBOK TENGAH
KUESIONER A
FAKTOR PEMODIFIKASI
Nomor Responden
A. Data Demografi
Petunjuk pengisian : Isilah pertanyaan dibawah ini dengan menuliskan jawaban dan
memberikan tanda centang () pada kotak jawaban yang telah disediakan
Identitas Responden
1. Umur : .. tahun
2. Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
3. Suku :
Sasak
Bukan Sasak
Rp 750.000,-
6 Bulan
A. Pengetahuan
Petunjuk : Bacalah setiap pertanyaan dan beri tanda centang () disebelah kanan
pernyataan sesuai dengan pendapat anda
No
1.
Pernyataan
Olahraga dapat menurunkan gula darah
2.
3.
4
5
Ya
Tidak
KUESIONER B
PERSEPSI INDIVIDU
Petunjuk : Bacalah setiap pertanyaan dan beri tanda centang () disebelah kanan
pernyataan sesuai dengan pendapat anda.Tidak ada jawaban yang salah atau benar
I
No
1
2
3
4
5
Pernyataan
Sangat
setuju
Setuju
Tidak
setuju
Sangat
tidak
setuju
II.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pernyataan
Sangat
setuju
Setuju
Tidak
setuju
Sangat
tidak
setuju
Sangat
setuju
Setuju
Tidak
setuju
Sangat
tidak
setuju
III
Pernyataan
No
1
3
4
5
6
7
saya
Olahraga membuat saya tidak bisa
tidur
Olahraga membuat jiwa saya sehat
Olahraga menurunkan gula darah
saya
IV
No
Sangat
setuju
Pernyataan
3
4
5
6
7
8
9
Setuju
Tidak
setuju
Sangat
tidak
setuju
KUESIONER C
DUKUNGAN KELUARGA
Petunjuk :
No
Pernyataan
2.
3
4
5
6
Selalu
Sering
Kadangkadang
Tidak
pernah
KUESIONER D
KEPATUHAN MELAKUKAN OLAH RAGA
Petunjuk : Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda silang (X) pada
jawaban yang sesuai dengan kondisi /keadaan anda saat ini.
1.
Apakah anda melakukan aktivitas jasmani seperti jalan, lari, bersepeda, berenang
dalam seminggu ?
a. Ya
b. Tidak
2.
Bila Ya, Berapa kali anda melakukan aktivitas jasmani tersebut dalam seminggu :
a. Lebih dari atau sama dengan 3 (tiga) kali seminggu
b. Kurang dari tiga kali seminggu
3. Bila ya, Berapa lama waktu yang anda butuhkan dalam setiap melakukan aktivitas
jasmani :
a. 20 - 30 menit
b. Kurang dari 20 menit
Lampiran 2
No Tlp : 08175759473
NPM : 1006800945
Mengingat hasil penelitian ini penting bagi kemajuan keilmuan keperawatan, khususnya
keperawatan komunitas maka peneliti sangat mengharapkan jawaban yang sejur-jujurnya
demi keabsahan data yang diperoleh. Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan
menimbulkan dampak yang negatif bagi siapapun. Peneliti akan tetap menjunjung tinggi
harkat dan martabat responden, mempertahankan kerahasiaan data yang diperoleh mulai
dari proses pengumpulan, pengolahan, sampai penyajian data.
Peneliti mengucapkan terimakasih atas partisipasi dan kesediaannya menjadi responden
penelitian.
Mataram , Mei 2012
Peneliti
Muhamad Hasbi
Lampiran 3
Setelah membaca penjelasan penelitian, saya mengetahui tujuan dan manfaat dari
penelitian yang berjudul Analisis faktor yang mempengaruhi kepatuhan penderita
diabetes melitus dalam melakukan olahraga di wilayah kerja puskesmas Praya
Kabupaten Lombok Tengah
Saya mengerti bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi harkat dan martabat
saya sebagai responden. Saya telah memahami bahwa penelitian ini tidak akan
menimbulkan akibat yang merugikan bagi saya. Dengan ini saya bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini. Persetujuan ini saya tanda tangani tanpa ada paksaan
dari siapapun dan saya menyatakan berpartisipasi dalam penelitian ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Praya,
Saksi
Mei 2012
Responden
(.)
(................................ )
Peneliti
()