Você está na página 1de 21

BAB I

PENDAHULUAN
Cerebro Vaskuler Disease (CVD) atau stroke adalah setiap kelainan otak akibat
proses patologis pada sistem pembuluh darah otak. Stroke menurut World Health
Organization (WHO) adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama
24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler.1 Proses yang terjadi bisa berupa penyumbatan lumen pembuluh darah
oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding pembuluh darah dan perubahan viskositas
maupun kualitas darah sendiri.
Stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga di Amerika dan
merupakan penyebab utama disabilitas serius jangka panjang.85% stroke adalah nonhemoragik yang terdiri dari 25% akibat small vessel disease (stroke lakunar), 25% akibat
emboli dari jantung (stroke tromboemboli) dan sisanya akibat large vessel disease.1 Riset
kesehatan dasar tahun 2007 mendapatkan prevalensi stroke nasional sebesar 0.8%.
Stroke juga menjadi penyebab kematian paling tinggi yaitu mencapai 15.9% pada
kelompok umur 45 sampai 54 tahun dan meningkat jadi 26.8% pada kelompok umur 55
sampai 64 tahun.2
Pengobatan yang tepat dapat meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dan
meningkatkan tingkat pemulihan yang dapat diharapkan. Peningkatan pengobatan dari
semua jenis stroke telah menghasilkan penurunan drastis dalam tingkat kematian dalam
beberapa dekade terakhir. Rehabilitasi diperlukan untuk memperbaiki fungsi akibat
gangguan ini.3,4
Adanya permasalahan akibat gangguan motorik dan sensorik setelah penderita
stroke melewati masa kritis menyebabkan diperlukannya rehabilitasi medis agar
penderita dapat meningkatkan kemampuan fungsional yang dimilikinya semaksimal
mungkin.5
Rehabilitasi adalah semua upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari
semua keadaan yang menimbulkan disabilitas dan atau handicap serta memungkinkan
penyandang disabiliti dan atau handicap untuk berpartisipasi secara aktif dalam
lingkungan keluarga atau masyarakat.6
Rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim rehabilitasi yang terdiri dari dokter
rehabilitasi medik, fisioterapis, terapis okupasi, perawat rehabilitasi, pekerja sosial
1

medis, terapis wicara, psikolog, ortotis prostetis, dan lain-lain. Tim rehabilitasi akan
menjadi sangat efektif apabila upaya-upaya tersebut di koordinasikan dan diadakan
pertemuan secara berkala untuk membahas mengenai kemajuan dan kendala tiap pasien
serta ditunjang oleh adanya interaksi yang baik antara penderita dan keluarganya dengan
personil medik.6
Manfaat rehabilitasi pada penderita stroke bukan untuk mengubah defisit
neurologis melainkan menolong penderita untuk mencapai fungsi kemandirian
semaksimal mungkin dalam konteks lingkungannya. Jadi tujuannya adalah lebih ke arah
meningkatkan kemampuan fungsional daripada memperbaiki defisit neurologis atau
mengusahakan agar penderita dapat memanfaatkan kemampuan sisanya untuk mengisi
kehidupan secara fisik, emosional, dan sosial ekonomi dengan baik.6
Berikut ini disampaikan sebuah laporan kasus seorang penderita dengan
hemiparesis sinistra dan paresis

N.VII sentral dekstra et causa

post stroke non

hemoragik yang dirawat di bagian Rehabilitasi Medik RSUP Prof. DR. R. D. Kandou
Manado.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Stroke menurut WHO didefinisikan sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih ataupun menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler. Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler
(pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral)
yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran
darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya
pembuluh darah. 1
2. Epidemiologi
Stroke adalah penyebab kematian nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi
masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke
sekarang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang.7,8
Menurut WHO (2005), stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta jiwadi
seluruhdunia, dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita pada tahun2015
dan 7,8 jutapenderita pada tahun 2030.Berdasarkan Penelitian Misbach di Rumah Sakit
CiptoMangunkusumo tahun2000-2003, menunjukkan bahwa jumlah penderita stroke
tahun2000 sebanyak 641 orang, tahun 2001 sebanyak 722 orang, tahun 2002 sebanyak
706 orangdan tahun2003 sebanyak 522 orang. Di RSU Banyumas, terjadi peningkatan
penderitastrokeyang dirawat inap pada tahun 1997-2000. Pada tahun1997 terdapat
penderitastrokesebanyak 255 orang, tahun 1998 sebanyak 298 orang, tahun 1999
sebanyak 393orangdan tahun 2000 sebanyak 459.
Di Amerika Serikat, stroke menempati posisi ketiga sebagai penyakit utama yang
menyebabkan kematian. Posisi di atasnya dipegang penyakit jantung dan kanker.Setiap
tahun terdapat laporan 700.000 kasus stroke.Sebanyak 500.000 diantaranya kasus
serangan pertama, sedangkan 200.000 kasus lainnya berupa stroke berulang.Sebanyak
75% penderita stroke menderita lumpuh dan kehilangan pekerjaan. Di Indonesia
penyakit ini menduduki posisi ketiga setelah jantung dan kanker. Sebanyak 28,5%
3

penderita stroke meninggal dunia. Sisanya menderita kelumpuhan sebagian maupun


total. Hanya 15% saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan.9

3. Klasifikasi Stroke
A. Berdasarkan Waktu
1. TIA (Trancient Ischemic Attack)
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah
di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.

2. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)


Gangguan neurologi yang timbul dan akan menghilang secara sempurna dalam
waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.
3. Stroke in Evolution (Progressive Stroke)
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul
semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam
atau beberapa hari.
4. Completed Stroke
Gangguan neurologi yang timbul bersifat menetap atau permanen.10
B. Berdasarkan Etiologi
1. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah suatu kondisi yang terjadi terutama disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah di otak. Pembuluh darah pecah dan kemudian melepaskan
darah ke otak. Setelah pecahnya arteri, pembuluh darah tidak mampu membawa darah
dan oksigen ke otak dan menyebabkan sel mati. Alasan lain yang dapat menyebabkan
strok hemoragik adalah darah yang mengalir ke otak akibat pecahnya pembuluh darah
tersebut membentuk gumpalan di dalam otak dan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
Hal ini dapat menyebabkan kerusakan fungsi otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik
terjadi pada penderita hipertensi. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktivitas,
namun juga dapat terjadi pada saat istirahat.Kesadaran umumnya menurun dan penyebab
yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.Stroke hemoragik

terbagi menjadi intracerebral hemorrhage (ICH), subarachnoid hemorrhage (SAH), dan


cerebral venous thrombosis.
2. Stroke Non Hemoragik
Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak
tertentu.Aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada
dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat di sepanjang jalur
pembuluh darah arteri yang menuju ke otak, maka terjadi serangkaian proses patologik
pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi
dan struktur sel yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel,
selanjutnya akan berakhir dengan kematian neuron. Dapat berupa iskemia, emboli,
spasme ataupun trombus pembuluh darah otak.Umumnya terjadi setelah beristirahat
cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan
terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak. Hampir sebagian besar
pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.17
Klasifikasi Oxford Community Stroke Project (OCSP) juga dikenal sebagai
Bamford, membaginya berdasarkan gejala awal dan episode stroke yaitu total anterior
circulation infarct (TACI), partial anterior circulation infarct (PACI), lacunar infarct
(LACI), dan posterior circulation infarct (POCI).
4. Faktor Resiko
Faktor resiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat seseorang rentan
terhadap serangan stroke. Faktor resiko umumnya dibagi menjadi 2 golongan besar
yaitu: 11,12
A. Tidak dapat dimodifikasi : Umur, jenis kelamin, ras dan faktor genetik.
B. Dapat dimodifikasi

: Diabetes melitus, penyakit jantung, inaktivitas fisik

obesitas, peningkatan kolesterol dan hipertensi.


5. Manifestasi Klinik
Pada stroke hemoragik umumnya terjadi pada saat melakukan aktivitas, namun
juga dapat terjadi pada saat istirahat.Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang
paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol, serta terdapat nyeri kepala
dan terdapat muntah.Sedangkan pada stroke non hemoragik umumnya terjadi setelah
beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, tidak ada muntah
5

dan tidak terdapat nyeri kepala, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak
oleh karena hipoksia jaringan otak serta sering terdapat gangguan bicara. Hampir
sebagian besar pasien atau sebesar 83% mengalami stroke jenis ini.13
6. Diagnosis
Diagnosis klinik stroke dibuat berdasarkan batasan stroke, dilakukan pemeriksaan
klinis yang teliti, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis dan
pemeriksaan penunjang.7

7. Diagnosis Topis
Diagnosis topis dapat ditentukan dari gejala yang timbul, antara lain dengan cara
membedakan letak lesi apakah kortikal atau subkortikal (kapsula interna, ganglia basalis,
thalamus), batang otak dan medula spinalis. 19
A. Gejala klinis pada topis di kortikal
1. Afasia
2. Wajah dan lengan lebih lumpuh atau tungkai lebih lumpuh
3. Kejang
4. Gangguan sensoris kortikal
5. Deviasi mata ke daerah lesi
B. Gejala klinis pada topis subkortikal
1. Wajah, lengan dan tungkai mengalami kelumpuhan yang sama berat
2. Gangguan sensorik
3. Sikap distonik
C. Gejala klinis pada topis di batang otak
1. Hemiplegi alternans
2. Nistagmus
3. Gangguan pendengaran
4. Tanda serebelar
5. Gangguan sensorik wajah ipsilateral dan pada tubuh kontralateral
D. Gejala klinis pada topis di medulla spinalis
1. Gangguan sensorik setinggi lesi
2. Gangguan miksi dan defekasi
3. Wajah tidak kelainan
4. Brown Sequard syndrome
8. Program Rehabilitasi Medik pada Penderita Stroke
Perhatian utama rehabilitasi adalah evaluasi potensi perkembangan pasien dengan
rehabilitasi yang intensif.Tujuan dari rehabilitasi harus realistis dan fleksibel sebab status
neorologis dari pasien dan derajat kelainan biasanya berubah seiring waktu. Hal terbaik
didapatkan jika pasien dan keluarga berpartisipasi dalam mencapai tujuan rehabilitasi.12
Tim rehabilitasi medik dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu :
6

1. Dokter rehabilitasi medik sebagai ketua tim yang menyusun program rehabilitasi.

2. Perawat rehabilitasi, melakukan positioning yang benar, untuk mencegah komplikasi sarta
memperpendek masa pemulihan. Latihan buang air besar/kecil, aktivitas sehari-hari, transfer,
mobilisasi bersama fisioterapis dan terapi okupasi dilakukan di bangsal

3. Fisioterapist, memeriksa dan mengevaluasi gangguan motorik dan sensorik yang


mempengaruhi fungsi dan menyesuaikan program fisioterapi secara individu sesuai keadaan
pasien.

4. Okupational Terapist, memeriksa, mengevaluasi dan menyusun program yang


berhubungan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) misalnya cara makan, menulis,
berpakaian, membersihkan diri sendiri, dll.

5. Pekerja sosial medik, mengadakan penilaian terhadap kebutuhan penderita dan


keluarganya selama dirawat, di rumah dan di masyarakat serta sumber daya yang
dipunyainya.

6. Speech therapist (terapi wicara) yaitu mengevaluasi masalah-masalah komunikasi.

7. Psikologi, mengevaluasi keadaan psikologi penderita secara tuntas, termasuk keluarganya.

8. Ortotik prostetik, mengevaluasi dan mengadakan alat-alat bantu yang telah disesuaikan
guna memperbaiki aktivitas.

9. Penderita dan keluarga, melengkapi tim rehabilitasi. Diskusi yang memadai mengenai
penyakit dan deficit neurologic adalah penting untuk mengetahui gangguan fungsional yang
sebenarnya.

A. Fase awal
7

Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi


yang tersisa.Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaan umum memungkinkan
dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning,
latihan lingkup gerak sendi, stimulasi elektrikal dan begitu penderita sadar dimulai
penanganan masalah emosional.14
B. Fase lanjutan
Tujuannya adalah untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan
aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu penderita secara
medik telah stabil.Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau embolik, biasanya
mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke.Penderita dengan perdarahan
subarakhnoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke. Program pada fase ini
meliputi :15,16
1. Fisioterapi
a.

Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot (kekuatan 2

kebawah).
b.

Diberikan terapi panas superficial (infra red) untuk melemaskan otot.

c.

Latihan lingkup gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif tergantung

dari kekuatan otot.


d.

Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot.

e.

Latihan fasilitasi atau reedukasi otot.

f.

Latihan mobilisasi.

2. Okupasi Terapi
Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS), meskipun pemulihan fungsi neurologis pada
ekstremitas yang terkena belum tentu baik. Dengan alat bantu yang disesuaikan, AKS
dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat dikerjakan. Kemandirian
dapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat yang disesuaikan.
3. Terapi Bicara
Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini dapat
ditangani oleh speech therapist dengan cara:

a.

Latihan pernapasan ( pre speech training ) berupa latihan napas, menelan,

meniup, latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.


b.

Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan

mengucapkan kata-kata.
c.

Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi

mengucapkan kata-kata.
d.

Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga.

4. Ortotik Prostetik
Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam
membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan antara
lain: arm sling, walker, wheel chair, knee back slap, short leg brace, cock-up splint,
ankle foot orthotic (AFO), knee ankle foot orthotic (KAFO).
5. Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui
serial fase psikologis, yaitu: fase syok, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase
penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat, sedangkan
sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti pada salah satu fase, bahkan kembali
ke fase yang telah lewat.Penderita harus berada pada fase psikologis yang sesuai
untuk dapat menerima rehabilitasi.
6. Sosial Medik dan Vokasional
Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara keluarga,
keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup serta
keadaan rumah penderita.

BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas
Nama

: Tn. T.J

Umur

: 60 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Amurang

Agama

: Kristen Protestan

Pekerjaan

: Pensiunan PNS

Tanggal pemeriksaan : 26 Januari 2016


Anamnesis (autoanamnesis)
Keluhan utama
Kelemahan sisi tubuh sebelah kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Kelemahan sisi tubuh sebelah kiri dialami penderita sejak 9 bulan yang lalu (Mei
2015).Saat itu penderita merasakan adanya kelemahan pada sisi tubuh sebelah kiri
ketika baru bangun tidur di sore hari. Nyeri kepala sebelumnya (+), mual dan muntah (-),
diikuti bicara pelo (+). Penderita kemudian tidak bisa berdiri maupun duduk. Riwayat
tersedak saat makan dan minum (+). Saat ini penderita masih mengalami kelemahan sisi
tubuh sebelah kiri, bicara pelo (-), kadang-kadang tersedak saat minum. Penderita sudah
mulai terapi sejak bulan mei tahun 2015. Saat ini penderita sudah bisa berjalan, naik dan
turun tangga perlahan-lahan, menyiram bunga dengan tangan kiri, penderita sudah bisa
mengganti pakaian sendiri. Buang air kecil dan buang air besar sendiri sudah bisa.

10

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi tidak terkontrol dan kolesterol

Riwayat sakit jantung tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga


Hanya penderita yang mengalami sakit seperti ini.
Riwayat Kebiasaan

Penderita dominan menggunakan tangan kanan dalam melakukan aktivitasnya

Penderita jarang berolahraga

Penderita tidak mengkonsumsi rokok dan alkohol

Riwayat Sosial Ekonomi


Penderita adalah pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bekerja di Dinas
Perdagangan. Saat ini penderita tinggal di sebuah rumah permanen 2 lantai dengan
jumlah 15 anak tangga, kamar mandi berada di dalam rumah, dengan menggunakan
kloset duduk. Sumber penerangan menggunakan listrik (PLN), dan sumber air minum
dari mata air setempat dengan pengaliran menggunakan pipa. Untuk biaya pengobatan
penderita saat ini ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ).
Riwayat Psikologis

Penderita dan keluarga merasa cemas akan penyakit yang dialami


Penderita adalah orang yang jujur dan terbuka pada semua orang

11

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum

: Membutuhkan bantuan dalam aktivitas yang berat tapi rata-rata


mampu melakukan aktivitas yang ringan dalam kesehariannya
(Karnofsky Performance Status Scale = 60)

Kesadaran

: Compos mentis
Glasgow Coma Scale (GCS) : Eye4 Motoric6 Verbal5

Tanda Vital

: Tekanan Darah

: 130/80 mmHg (saat beristirahat/rileks)

Nadi

: 78x/menit

Respirasi

: 20x/menit

Suhu

: 36,8 0C

Kepala

: Normosefal

Mata

: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, Pupil bulat isokor


3mm/3mm, refleks cahaya +/+ Normal

Telinga

: Sekret tidak ada

Hidung

: Septum tidak ada deviasi, sekret tidak ada

Mulut

: Bibir tidak sianosis, mulut mencong ke kiri saat tersenyum

Leher

: Pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorax

: Bentuk simetris, retraksi tidak ada

Cor

: Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: batas-batas jantung normal

Auskultasi

: bunyi jantung I dan II normal, bising (-)

Pulmo

Abdomen

Ekstremitas

: Inspeksi

: pergerakan simetris

Palpasi

: stem fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi

: sonor kanan sama dengan kiri

Auskultasi

: suara pernapasan vesikuler, ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

: Inspeksi

: datar

Palpasi

: lemas, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: bising usus (+) normal

: Akral hangat, edema (-)

12

Status Neurologis
Nervus
I

II

Teknik Pemeriksaan

Hasil

Mengidentifikasikan bahan yang di hidu (kopi,

Normal

tembakau,teh)
Pemeriksaan penglihatan sentral (Visual acuity),
penglihatan perifer (visual field), refleks pupil,

VIII

pemeriksaan fundus okuli serta tes buta warna


Ptosis, Gerakan bola mata dan Pupil
Pergerakan bola mata ke bawah dalam, gerak mata ke
lateral bawah, strabismus konvergen, diplopia
Cabang ophtalmicus : Memeriksa refleks berkedip
klien dengan menyentuhkan kapas halus saat klien
melihat ke atas
Cabang maxilaris : Memeriksa kepekaan sensasi wajah,
lidah dan gigi
Cabang Mandibularis : Memeriksa pergerakan rahang
dan gigi
Pergerakan bola mata ke lateral
Pemeriksaan fungsi motorik : mengerutkan dahi,
mimik, mengangkat alis, menutup mata, moncongkan
bibir / nyengir, memperlihatkan gigi, bersiul (mulut
mencong kiri)
pemeriksaan pendengaran dan pemeriksaan fungsi

IX
X
XI

vestibuler
Inspeksi palatum untuk melihat pergeseran uvula
tes refleks muntah
Pasien angkat bahu, pemeriksa tekan bahu ke bawah

III
IV
V

VI
VII

dan raba massa otot trapezius


Putar
XII

kepala

pasien

melawan

tahanan

tangan

pemeriksa, raba massa otot sternokleido mastoideus.


Inspeksi lidah untuk melihat atrofi atau fasikulasi atau
deviasi

Normal
Normal
Normal

Normal

Normal
Parese

Normal
Parese
Parese

Normal

Normal

13

Status Neuromuskuler
Ekstremitas Superior

Status
Gerakan
Kekuatan otot
Tonus otot

Ekstremitas Inferior

Sinistra

Dekstra

Sinistra

Dekstra

Menurun

Normal

Menurun

Normal

4/4/4/4

5/5/5/5

4/4/4/4

5/5/5/5

Normal

Normal

Normal

Normal

Refleks fisiologis

Normal

Normal

Normal

Normal

Refleks patologis

(-)

(-)

(-)

(-)

Protopatik

(+)Normal

(+)Normal

(+)Normal

(+)Normal

Propioseptif

(+)Normal

(+)Normal

(+)Normal

(+)Normal

Sensibilitas :

Status Otonom : Buang air kecil biasa, buang air besar biasa
Pemeriksaan Antopometri

Lingkar lengan atas kanan

: 25 cm

Lingkar lengan atas kiri

: 24 cm

Lingkarr lengan bawah kanan: 18 cm

Lingkar lengan bawah kiri

: 17 cm

Indeks Barthel
Aktivitas

Tingkat Kemandirian

Nilai

Bladder

Kontinensia, tanpa memakai alat bantu.


Kadang-kadang ngompol.
Inkontinensia urin.

10
5
0

10

Kontinensia, supositoria memakai alat bantu.


Dibantu.
Inkontinensia alvi.

10
5
0

10

Tanpa dibantu (buka/pakai baju, bersihkan dubur tidak mengotori 10


baju), boleh berpegangan pada dinding, benda, memakai bad pan.
Dibantu hanya salah satu kegiatan diatas.
Dibantu.
5

10

Bowel/BAB

Toileting

14

Aktivitas

Tingkat Kemandirian

Kebersihan diri

Tanpa dibantu cuci muka, menyisir rambut, hias, gosok gigi, 5


termasuk persiapan alat-alat tersebut.
Dibantu.
0

Berpakaian

Tanpa dibantu/dibantu sebagian.


Dibantu.

10
5

10

Makan

Tanpa dibantu.
Memakai alat-alat makan dibantu sebagian.
Dibantu.

10
5
0

10

Transfer/
berpindah

Tanpa dibantu berpindah.


Bantuan minor secara fisik atau verbal.
Bantuan mayor secara fisik, tetapi dapat duduk tanpa dibantu.
Tidak dapat duduk / berpindah.

15
10
5
0

Mobilitas

Berjalan 16m di tempat datar, boleh dengan alat bantu kecuali 15


rolling walker, berjalan tanpa dibantu.
Menguasai alat bantunya, memakai cane.
10
Immobile.
5

10

Tanpa dibantu.
Dibantu secara fisik / verbal.
Tidak dapat.

10
5
0

Tanpa dibantu.
Dibantu.

5
0

Total

100

90

Naik
tangga

turun

Mandi

Nilai Interpretasi
0-20
25-45
50-75
80-90
100

Nilai

15

Ketergantungan Total
Ketergantungan Berat
Ketergantungan Sedang
Ketergantungan Ringan
Mandiri

Pemeriksaan Status Mini Mental State (MMSE)


Aspek

Pemeriksaan

Kognitif

Sekarang ini (tahun, musim, bulan, tanggal, hari) apa ?


Kita dimana ? (negara, propinsi, kota, rumah)

5
5

5
5

Sebutkan 3 objek. Tiap 1 objek 1 detik, pasien disuruh


mengulang nama objek tadi. Nilai satu untuk tiap nama
objek yang benar.

Registrasi

Normal = Nilai

15

Perhatian
dan
kalkulasi

Pengurangan 100 dengan 7 terus menerus. Nilai 1 untuk


tiap jawaban yang benar, hentikan setelah 5 jawaban. Atau
eja terbalik kata WAHYU. Nilai diberikan pada huruf
yang benar sebelum kesalahan, mis. UYAHW (nilai 2),
bila dieja secara terbalik benar semua UYHAW nlai (5)

Pasien disuruh menyebut lagi 3 objek diatas

pasien disuruh menyebut pensil, arloji


Pasien disuruh untuk mengulang; tanpa bila dan atau tetapi
Pasien mengikuti perintah ambil kertas itu dengan tangan
kanan Anda, lipatlah menjadi dua, letakkan di lantai
Pasien disuruh membaca dan mengikuti perintah
PEJAMKAN MATA ANDA
Pasien disuruh menulis secara spontan dibawah ini
Pasien disuruh menggambar bentuk dibawah ini

2
1

2
1

30

30

Mengenal
kembali
Bahasa

Total

Penilaian :
<24 dianggap terdapat gangguan kognitif
>24 dianggap tidak terdapat gangguan kognitif
Resume
Laki-laki 60 tahun tahun datang dengan kelemahan sisi tubuh sebelah kiri sejak 10
bulan yang lalu. Tersedak saat minum. Riwayat penyakit dahulu adalah hipertensi tidak
terkontrol dan kolesterol. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80 mmHg dalam
keadaan rileks, mulut mencong ke kiri saat tersenyum. Pada pemeriksaan nervus
cranialis didapatkan kesan paresis N. VII sentral dengan paresis N.IX dan X . Pada
pemeriksaan motorik, kekuatan otot ekstremitas superior sinistra 4/4/4/4 dan inferior
sinistra 4/4/4/4, tonus otot dan refleks fisiologis ekstremitas superior dan inferior dextra
normal. Refleks patologis ekstremitas superior sinistra negatif. Indeks Barthel : 90
(ketergantungan ringan). Pemeriksaan MMSE : 30 ( tidak ada gangguan kognitif )
Diagnosis
Diagnosis Klinis

: Hemiparese sinistra dan paresis N.VII, IX, X sentral.

Diagnosis Topis

: Kortikal

Diagnosis Etiologis

: Stroke non hemoragik


16

Diagnosis Fungsional :

Body founction and Structure : Kelemahan sisi tubuh sebelah kiri.

Activity and participation

: Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS)

berupa menaiki tangga, menyetir mobil.

Environment

Personal Factor

: Sulit untuk berjalan terlalu jauh


: Penderita merasa kurang percaya diri dan cemas

dengan penyakitnya karena tidak mau membebani keluarganya


Problem Rehabilitasi Medik
1. Kelemahan anggota gerak kiri (kekuatan otot ekstremitas superior sinistra 4/4/4/4
dan inferior sinistra 4/4/4/4)
2. Mulut mencong ke kiri saat tersenyum
3. Gangguan AKS (menaiki tangga )
4. Penderita kurang percaya diri dan merasa cemas dengan penyakitnya
Penatalaksanaan
Fisioterapi
Evaluasi :

Kelemahan anggota gerak kiri (kekuatan otot ekstremitas superior sinistra 4/4/4/4
dan inferior sinistra 4/4/4/4)

Gangguan AKS dalam hal menaiki tangga.


Program

Latihan peningkatan kekuatan otot-otot ekstremitas superior dan inferior


sinistra

Latihan lingkup gerak sendi (LGS) aktif untuk ekstremitas superior dan
inferior

Stretching ekstremitas superior dan inferior sinistra

17

Terapi Okupasi
Evaluasi :

Kelemahan anggota gerak kiri (kekuatan otot ekstremitas superior sinistra

4/4/4/4 dan inferior sinistra 4/4/4/4)


Gangguan AKS dalam hal menaiki tangga.

Program :

Pasien dilatih untuk menggerakkan semua sendi dalam batas normal.

Pasien dilatih untuk dapat meningkatkan kekuatan otot serta meningkatkan


durasi ketahanan otot.

Pasien dilatih untuk dapat melakukan dan mempertahankan fungsi tangan


dalam hal pola memegang.

Latihan peningkatan AKS dengan aktivitas ketrampilan dan memberikan


edukasi untuk aktivitas penderita sehari-hari.

Ortotik Prostetik
Evaluasi :

Kelemahan anggota gerak kiri (kekuatan otot ekstremitas superior sinistra


4/4/4/4 dan inferior sinistra 4/4/4/4).

Program

Penggunaan Wolker untuk membantu mobilisasi.

Psikologi
Evaluasi :

Kontak dan pemahaman baik.

Penderita kurang percaya diri dan keluarga merasa cemas akan


penyakitnya

Program :

Memberikan dukungan mental pada penderita dan keluarga agar penderita


tidak cemas dengan penyakit yang dideritanya

Pasien dilatih untuk memiliki identitas diri, konsep diri, kontrol diri,
kemampuan diri ang realistis.

18

Sosial Medik
Evaluasi :

Penderita sebagai pensiunan pegawai negeri sipil

Tinggal di rumah permanen dengan WC duduk

Biaya perawatan ditanggung BPJS

Biaya hidup sehari-hari cukup

Program :

Memberikan edukasi dan bimbingan kepada penderita untuk berobat dan


berlatih secara teratur.

Mengadakan evaluasi terhadap lingkungan rumah.

Terapi Wicara
Evaluasi :

Kadang-kadang tersedak saat minum.

Program :

Melatih penderita minum dengan menggunakan sedotan.

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanationam

: dubia ad bonam

19

DAFTAR PUSTAKA
1. Karema W. Diagnosis dan klasifikasi stroke; simposium stroke up date 2001.
Bagian SMF Saraf FK UNSRAT/RSUP Manado. 2001: 10-5.
2.

Runtuwene Th. Faktor risiko dan pencegahan stroke; Simposium Stroke Up Date
2001. Bagian SMF Saraf FK UNSRAT/RSUP Manado. 2001: 20 - 9.

3. Van Gijn J. Main groups of cerebral and spinal vascular disease: overview. In:
Ginsberg MD, Bogousslavsky J, eds. Cerebrovascular disease: pathophysiology,
diagnosis, and management. 1 ed. Malden: Blackwell Science; 1998:1369-1372
4. Soendoro T, On behalf of RISKESDAS team. Report on result of National Basic
Health Research (RISKESDAS) 2007. Jakarta: The National Institute of Health
Research and Develompment Ministry of Health Republic of Indonesia; 2008.
5. Mardjonjo M, Sidharta P. Neuro klinis dasar. Edisi VI. Jakarta : Dian Rakyat,
1995 ; 269-302.
6. Prawirosumarto K. Rehabilitasi fisik pada pasien stroke; REHABILTASI
MEDIK, Hasil Simposium 1987. Departemen Rehabilitasi Medik.Jakarta. 1987:
121-25.
7.

Wirawan RP. Rehabilitasi stroke dalam pelayanan kesehatan primer. SMF


Rehabilitasi Medis RS Fatmawati. Jakarta;2009.p.61-2.

8. Sutrisno, Alfred. Stroke? you must know before you get it!. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. 2007. Hal: 1-13
9. Feigin, Valery. Stroke Panduan bergambar tentang pencegahan dan pemulihan
stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer. 2006.
10. Misbach J, Wendra A. Stroke In Indonesia. A first large prospective hospital
based study of acute stroke in 28 hospitals in indonesia. Jakarta. 1996
11. Walelang Th. Faktor resiko dan pencegahan stroke. Poceeding symposium stroke
up date. Manado. Perdosi, 2001.
12. Sengkey L, Angliadi LS, Mogi TI. Ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi medik.
Manado: Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik; 2006.p.55-9
13. Kotambunan RC. Diagnosis stroke. Bagian Neurologi FK UNSRAT/SMF RSUP
Manado. Manado, 1995 ; 1-12.
14. Angliadi LS. Rehabilitasi medik pada stroke. Proceeding symposium stroke up
date. Manado. Perdosi, 2001.

20

15. Sinaki M, Dorsher PT. Rehabilitation after stroke. In : basic clinical rehabilitation
medicine. Philadelphia. Mosby, 1993 ; p. 87-8.
16. Kolb, Bryan , Whishaw, Ian Q. 1996. Fundamentals of Human Neuropsychology,
Fourth Edition. New York : W. H. Freeman and Company.
17. Harvey RL, et all. Stroke Syndromes. In: Braddom LR. Physical Medicine and
Rehabilitation. Second Volume. New York :Elsevier Saunders; 2011; p. 11801181.
18. Reding MJ, Potes E. Rehabilitation outcome following initial unilateral
hemispheric stroke. Life table analysis approach. Stroke 1988;19:1354-8
19. The Committee of National Institute of Neurological Disorder and Stroke.
National

Institute

of

Health,

Bethesda,

Maryand:

Classification

of

Cerebrovasculer Disease III. In Stroke 1990: 21;4 : 637-76.

21

Você também pode gostar