Você está na página 1de 20

Fitur Khusus Radiologi Emergensi : Artikel Tinjauan

Kesalahan pada pencitraan pasien dalam pengaturan emergensi


1

ANTONIO PINTO, MD, PhD, 2ALFONSO REGINELLI, MD, PhD, 3FABIO PINTO, MD,

GIUSEPPE LO RE, MD, 4FEDERICO MIDIRI, MD, 1CARLO MUZJ, MD, 1LUIGIA

ROMANO, MD dan 5LUCA BRUNESE, MD


1

Department of Radiology, Cardarelli Hospital, Naples, Italy

Department of Clinical and Experimental Medicine and Surgery F MagrassiA. Lanzara,

Second University of Naples, Naples, Italy


3

Department of Diagnostic Imaging, Marcianise Hospital, ASL Caserta (CE), Caserta, Italy

Section of Radiological Sciences, DIBIMED, University of Palermo, Palermo, Italy

Department of Health Science, University of Molise, Campobasso, Italy

ABSTRAK
Perawatan darurat dan trauma menghasilkan "badai yang sempurna" untuk kesalahan radiologi:
pasien yang tidak kooperatif, riwayat yang tidak memadai, keputusan yang kritis-waktu, kerja
rangkap dan sering personil junior yang bekerja diluar jam kerja di departemen emergensi yang
sibuk. Penyebab utama dari kesalahan diagnostik di departemen emergensi adalah kegagalan
untuk menginterpretasikan radiografi dengan tepat, dan mayoritas diagnosis radiografi yang
terlewatkan adalah fraktur. Diagnosa yang terlewatkan berpotensi memiliki konsekuensi penting
bagi pasien, dokter dan ahli radiologi. Ahli radiologi memainkan peran penting dalam penilaian
diagnostik pasien politrauma dan pasien dengan keadaan kraniothorakoabdominal non-traumatik

darurat, dan elemen kunci untuk mengurangi kesalahan dalam pengaturan emergensi adalah
pengetahuan, pengalaman dan aplikasi yang benar dari protokol pencitraan. Artikel ini bertujuan
untuk menyoroti definisi dan klasifikasi kesalahan dalam radiologi, penyebab kesalahan dalam
radiologi darurat dan spektrum kesalahan diagnostik dalam radiografi, ultrasonografi serta CT
dalam pengaturan emergensi.
PENDAHULUAN
Kesalahan dalam kedokteran telah menjadi berita yang menarik dalam beberapa tahun terakhir,
dan tindakan hukum terhadap dokter tersangka malpraktek merupakan masalah yang meningkat
di semua negara-negara industri dan di semua bidang kedokteran. Radiologi tidaklah kebal
terhadap fenomena ini dan menyajikan sejumlah fitur khas terkait dengan kedua karakteristik
yang melekat pada disiplin dan perkembangan terbaru.1,2 Bahkan, diagnosis radiologi
sepenuhnya tergantung pada persepsi visual dan identifikasi karakteristik tertentu pada radiograf.
Ahli radiologi memainkan peran penting dalam penilaian diagnostik pasien dalam pengaturan
emergensi. Pengaturan ruang gawat emergensi menyajikan skenario yang cocok untuk klaim
malpraktek, seperti diagnosis yang cepat dan manajemen pasien yang tak pernah berinteraksi
sebelumnya dan yang, cukup sering, mungkin tidak kooperatif dan/atau di bawah pengaruh obatobatan atau alkohol, dan menghasilkan lingkungan dengan risiko penting.3
Fraktur di beberapa lokasi anatomi yang rumit sangat sulit untuk dideteksi pada radiografi polos
tapi, secara keseluruhan, tetap menjadi modalitas pencitraan utama yang digunakan di
departemen emergensi (UGD).4 Misinterpretasi fraktur dapat menentukan pengobatan yang
tertunda dan hasil yang buruk untuk pasien yang dirawat di UGD.5 Hal ini juga merupakan salah
satu faktor yang paling sering menyebabkan tuntutan hukum medis.6

Tinjauan ini bertujuan untuk menyoroti: (1) definisi dan klasifikasi kesalahan dalam radiologi,
(2) penyebab kesalahan dalam radiologi emergensi, dan (3) spektrum kesalahan diagnostik dalam
radiografi, ultrasonografi dan CT dalam pengaturan emergensi.
DEFINISI DAN KLASIFIKASI KESALAHAN DALAM RADIOLOGI
Kesalahan merupakan penyimpangan dari norma yang biasa, terlepas dari apakah itu
menghasilkan kerusakan atau tidak. Sebuah kesalahan diagnostik telah didefinisikan sebagai
diagnosis yang terlewatkan, salah atau terlambat seperti yang ditemukan oleh tes atau temuan
kemudian yang meyakinkan.7 Kesalahan dapat dikategorikan sesuai dengan pendekatan yang
berbeda, dan kami memiliki sistem untuk memudahkan identifikasinya sehingga langkah
tersebut dapat digunakan untuk mengurangi insidensinya. Biasanya, ada empat penyebab utama
mengapa ahli radiologi dituntut secara hukum: (1) kesalahan pengamat, (2) kesalahan dalam
interpretasi, (3) kegagalan untuk menyarankan prosedur berikutnya yang tepat dan (4) kegagalan
untuk berkomunikasi secara tepat waktu dan sesuai secara klinis.8
Kesalahan pengamat
Kundel et al9 melaporkan tiga variasi kesalahan pengamat berikut: kesalahan pemindaian,
kesalahan pengenalan dan kesalahan pengambilan keputusan. Kegagalan ahli radiologi untuk
menentukan regio lesi adalah kesalahan pemindaian. Kesalahan pengenalan termasuk terpaku
pada regio lesi tapi gagal untuk mendeteksi lesi. Kesalahan pengambilan keputusan adalah
interpretasi yang tidak pantas dari lesi sebagai temuan yang normal.
Tipe lain dari kesalahan pengamat yang dapat berkontribusi untuk lesi yang terlewatkan adalah
kesalahan kepuasan pencarian (SOS).10 Sebuah kesalahan SOS adalah konsekuensi dari perhatian
ahli radiologi yang dialihkan dari tumor oleh temuan yang menonjol tapi tidak berhubungan.

Kegagalan diagnosis abnormalitas selama evaluasi radiografi termasuk dalam faktor psikofisiologis persepsi visual.11,12 Ini sering untuk pekerjaan persepsi visual dan signifikan pada
profesi lain (mis. supir profesional, pengendali lalu lintas udara) dimana observasi merupakan
bagian penting dari kegiatan profesional.8
Kesalahan dalam interpretasi
Kesalahan interpretasi terjadi pada tahap interpretasi membaca film dan biasanya terdiri dari
sebuah diagnosis yang salah yang diberikan kepada temuan yang abnormal (atau, jarang, untuk
temuan normal).
Kesalahan interpretasi dalam radiologi secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori:
kognitif dan persepsi. Kesalahan kognitif adalah langka dan mungkin karena kurangnya
pengetahuan atau penilaian yang keliru, misalnya, dan merupakan minoritas. Kesalahan persepsi,
di mana suatu abnormalitas tidak terlihat, menyumbang hingga 80% kesalahan radiologis.
Dalam sebuah tinjauan terbaru dari klaim malpraktek di Amerika Serikat, radiologi merupakan
spesialisasi keenam yang paling sering yang terlibat; 13 kurang lebih, tiga dari empat tuntutan
terhadap

ahli

radiologi

diagnostik

menyebutkan

kesalahan

dalam

interpretasi

yang

mengakibatkan diagnosis yang terlewatkan.14


Ada banyak penjelasan mengapa ahli radiologi membuat kesalahan dalam menginterpretasi
abnormalitas. Ergonomik dan cahaya ruangan yang buruk, gangguan telepon berulang, bekerja
dengan residen yang kurang berpengalaman, tidak adanya riwayat klinis dan faktor lainnya
merupakan sumber penting dari kesalahan, terutama dalam pengaturan emergensi.
Kegagalan untuk menyarankan prosedur berikutnya yang sesuai

Ahli radiologi harus menjamin bahwa saran atau rekomendasi mereka untuk prosedur radiologis
tambahan adalah sesuai dan akan menambahkan informasi yang signifikan untuk menjelaskan,
mengkonfirmasi atau mengecualikan kesan awal.15,16 Terutama dalam pengaturan emergensi,
radiolog dapat merekomendasikan prosedur pencitraan tambahan (terutama CT) yang
mengungkapkan cedera tersembunyi pada pemeriksaan radiografi konvensional (Gambar 1). Ahli
radiologi lebih sepenuhnya memahami keterbatasan radiografi untuk diagnosis tertentu dan dapat
menunjukkan perlunya pencitraan yang lebih canggih, seperti CT, untuk diagnosis yang benar
dalam kerangka waktu yang tepat.17

Gambar 1. Radiografi panggul anteroposterior (a): tidak ada fraktur. Ahli radiologi
merekomendasikan

kebutuhan

pemeriksaan

CT.

Selanjutnya

mengungkapkan fraktur asetabuler kolumna kiri anterior (panah).

CT

(irisan

aksial,

b)

Kegagalan

untuk

berkomunikasi

secara tepat waktu dan sesuai secara


klinis
Selain laporan tertulis akhir, ahli
radiologi bertanggung jawab untuk
mengkomunikasikan

temuan

ini

langsung ke dokter yang merujuk.18


Dokumentasi harus mencakup tanggal, waktu, nama orang yang disampaikan dan apa yang
dibicarakan.8 Seorang ahli radiologi yang menafsirkan pemeriksaan pencitraan dan menulis
laporan hasil mengontrol apa yang terjadi pada mereka selanjutnya.
PENYEBAB KESALAHAN DALAM RADIOLOGI DARURAT

Penyebab kesalahan dalam radiologi emergensi adalah multifaktorial dan sering bersamaan. 11,19
Faktor teknis seperti kualitas gambar dan pandangan yang diperoleh, jumlah informasi klinis
(Gambar 2), tidak adanya pencitraan sebelumnya, suasana ruang baca, tingkat kewaspadaan
interpreter, kesalahan kecepatan, kegagalan persepsi, kurangnya pengetahuan, kesalahan dalam
interpretasi (Gambar 3), SOS, kesalahan karena kerja rangkap, peningkatan beban kerja,
meningkatnya ekspektasi kualitas, salah penilaian dan faktor lain yang kurang dipahami yang
tampaknya melekat pada "sifat manusia" semuanya dapat memainkan peran penting.20-23
Gambar 2. Radiografi abdominal
polos: diagnosis benda asing yang
tertelan yang terlewatkan (panah).
Klinisi tidak melaporkan riwayat yang
memadai.
Gambar 3. Radiograf lateral crosstable abdomen (a). Bukti gambar
translusen (panah) tidak dengan tepat
diinterpretasikan

sebagai

pneumoperitoneum.
pemeriksaan

Selanjutnya

multidetector

CT

(rekonstruksi sagital, b) menunjukkan


adanya impaksi fekal dan tidak adanya
udara intraperitoneal bebas. Fraktur korpus T12.

Diagnosa
Fraktur di beberapa situs anatomi sangatlah
menantang pada radiografi polos yang tetap
merupakan modalitas pencitraan utama yang
digunakan di UGD. Faktor penyebab yang
berkontribusi terhadap fraktur yang terlewatkan
pada radiografi adalah kurangnya informasi klinis
yang relevan, radiografi yang tidak pantas atau tidak cukup dilakukan, fraktur ganda dan
osteoporosis yang parah.
Di UGD, pasien dengan politrauma merupakan katalis untuk beberapa kesalahan serta
komplikasi serius karena berbagai alasan: riwayat yang tidak memadai, keputusan yang cepat
untuk menyelamatkan jiwa, tingkat keparahan dan kompleksitas cedera atau karena kondisi
medis pasien yang sudah ada, tugas rangkap bersamaan dan pendekatan multidisiplin. Selain itu,

mayoritas dokter yang bekerja di sebuah pusat trauma Level 1 mencakup staf medis junior,
sering masih kurang berpengalaman dalam pengelolaan pasien politrauma.3,24-26
KESALAHAN DALAM RADIOGRAFI DI PENGATURAN EMERGENSI
Radiografi tradisional sebagai prosedur pertama dan luas digunakan untuk mengevaluasi bagian
kerangka apendikularis dari bagian skeletal dan torso dibatasi oleh resolusi intrinsiknya yang
rendah. Radiografi polos masih merupakan alat pencitraan utama dalam UGD untuk mendeteksi
fraktur tulang pada pasien trauma; dua pandangan pencitraan tegak lurus adalah persyaratan
terendah untuk memvisualisasikan situs trauma, bahkan jika pencitraan di kedua bidang mungkin
tidak menunjukkan fraktur.27 Kegagalan untuk mengidentifikasi fraktur (Gambar 4) adalah
kesalahan diagnosis yang paling sering, yang dapat menjelaskan 41-80% dari kesalahan
diagnostik di UGD.4-6,28

Gambar 4. Fraktur platea lateral yang terlewatkan pada pandangan anteroposterior radiografi
lutut (panah).

Diagnosis cedera tulang yang terlewatkan atau


terlambat,

terutama

yang

dari

kerangka

apendikularis secara statistik memperhitungkan


kebanyakan klaim malpraktek dalam pengaturan radiografi.29
Fraktur skapula yang terisolasi biasanya terlewatkan dalam interpretasi dari kedua radiografi
dada dan CT toraks.30
Cedera ini penting karena menunjukkan kemungkinan benturan dinding dada yang signifikan
dan dapat menjadi penyebab nyeri dan keterbatasan gerak korset bahu.
Penyebab kesalahan lain yang sering dalam radiologi tradisional mencakup evaluasi fraktur
kosta, yang biasanya dapat dikenali hanya beberapa hari setelah kejadian traumatis; cedera pada
tulang sternum juga sering diremehkan.31

Kompleksitas anatomi pergelangan tangan biasanya menyebabkan misdiagnosis, terutama pada


pasien dengan dislokasi semilunar karpal dan tulang skafoid, yang keduanya dapat menentukan
disabilitas serta komplikasi neurologis. Di sisi lain, fraktur tulang skafoid dikaitkan dengan 6070% semua cedera karpal dan merupakan bentuk yang paling umum dari fraktur pergelangan
tangan.32-37 Tidak mengherankan, diperkirakan bahwa sampai 40% fraktur skafoid terlewatkan
pada presentasi pertama;38 kegagalan untuk mendiagnosa dan mengimobilisasi cedera skafoid
dapat menyebabkan osteoarthritis, malunion, non-union dan nekrosis avaskular, dan memang,
non-union terjadi pada 5-12% kasus.39,40
Sebuah skenario berulang dalam UGD adalah nyeri pinggul setelah jatuh atau tabrakan
kendaraan bermotor. Evaluasi sendi panggul dimulai dengan radiografi yang memadai yang
mencakup radiografi panggul anteroposterior (AP) disertai pandangan pinggul AP dan kaki
katak. Bahkan dengan pemeriksaan yang cermat, insidensi fraktur pinggul yang tersembunyi
secara radiografis berkisar 4% sampai 9% pada pasien dengan nyeri setelah trauma; 41-43 pada
kenyataannya, memvisualisasikan fraktur cukup sulit karena struktur tulang yang tumpang
tindih.
Fraktur pada bayi dan anak-anak berbeda dibandingkan dengan fraktur yang melibatkan orang
dewasa. Beberapa fraktur sangat kecil dan sulit untuk dideteksi pada radiografi. Perhatian khusus
harus diberikan untuk "Fraktur yang tidak lengkap", yaitu fraktur garis rambut (fraktur balita)
dan fraktur avulsi halus. Dalam UGD, cedera yang lebih sering terdeteksi pada pasien anak
termasuk fraktur segmen berikut: falang tangan, tulang metatarsal, radius distal, tibia dan falang
kaki.44 Selain itu, fraktur greenstick pergelangan tangan nondisplaced, fraktur skafoid, tengkorak,
zygoma dan kaput radial dapat dilewatkan pada radiografi polos.45 Lesi vertebra traumatik

mewakili sekitar 10% dari semua misdiagnosis; khususnya, di persimpangan kranioservikal (4050%) dan pada transisi servikal-dorsal lebih sering terlibat.46
Penilaian radiografi standar dari vertebra servikal termasuk setidaknya tiga proyeksi berikut:
tampilan anteroposterior, lateral silang dan odontoid mulut terbuka. 47 Namun, radiografi standar
tidak cukup untuk identifikasi 50% dari fraktur yang terdeteksi. 48 The American College of
Radiologists merekomendasikan multidetector CT (MDCT) dengan rekonstruksi multiplanar
sebagai prosedur pilihan pada pasien dengan trauma vertebra yang dicurigai, menggantikan
radiografi standar untuk pasien dengan kerangka klinis mencurigakan sesuai dengan kriteria
National Emergency X-Radiography Utilization Study atau Canadian C-Spine Rule.49
Fraktur vertebra torakalis dapat dengan mudah terlewatkan ketika menafsirkan radiografi dada
frontal pada pasien trauma tumpul akut. Radiografi dada masuk dalam pengaturan trauma akut
sering terganggu oleh gerak pasien, garis penyokong, dan radiasi yang menyebar.30
Kurangnya pendeteksian fraktur vertebra lumbar (Gambar 5) lebih mungkin pada pasien yang
kelebihan berat badan. Frekuensi cedera vertebra yang belum dikenal tampaknya lebih tinggi
ketika ada cedera visera berongga, diikuti oleh yang

dari mesenterium, organ padat dan

pembuluh besar;50 apalagi, fraktur prosesus transversus dapat diidentifikasi dengan radiologi
tradisional hanya dalam 60% kasus.51

Gambar 5. Radiografi lateral: diagnosis yang


terlewatkan dari depresi halus endplate superior L1
(panah).

Dalam pengaturan emergensi, diagnosis tumor paru-paru yang halus di film dada polos (Gambar
6) masih menjadi tantangan yang mengerikan. Perangkap interpretasi terkait dengan struktur
yang tumpang tindih dan untuk ukuran kecil dan konspikuitas khas yang rendah dari beberapa
lesi telah dilaporkan.52-55 Meskipun kesulitan untuk memberikan diagnosis yang benar, kanker
paru-paru yang terlewatkan mewakili penyebab tersering kedua klaim malpraktek terhadap ahli

radiologi.56 Kanker paru-paru yang tidak terdeteksi pada film polos dada memiliki karakteristik
sebagai berikut: (a) paling nodul neoplastik yang terlewatkan kecil, tetapi mereka tidak biasanya
sangat kecil (diameter median, 16-20 mm); (b) kanker yang terlewatkan sering berada di lobus
pulmonal atas; (c) sering terdapat lesi yang mengganggu serta struktur yang menindih, dan (d)
kualitas gambar umumnya rendah.52,56,57

Gambar 6. Kanker paru-paru yang terlewatkan


(panah) pada radiografi dada (a). Pemeriksaan CT
aksial pasien yang sama memperjelas lesi yang
dilewatkan (b).

Selain itu, nodul kanker paru-paru sering dilewatkan pada radiografi dada oleh ahli radiologi
dalam praktek klinis, terutama dalam pengaturan emergensi, di mana film polos dada tunggal
sering dilakukan pada supinasi dekubitus.
KESALAHAN DALAM ULTRASONOGRAFI DI PENGATURAN EMERGENSI
Ultrasonografi merupakan alat diagnostik yang penting untuk evaluasi peningkatan jumlah
kondisi abdominal non-traumatik akut atau sebagai evaluasi pertama pasien trauma. Pencitraan
ultrasonografi dapat dijalankan di samping tempat tidur. Fitur-fitur lainnya dari teknik ini adalah
sifat non-invasif, keselamatan dan mengurangi biaya, yang membenarkan pemanfaatannya
sebagai prosedur diagnostik lini pertama dalam beberapa skenario klinis.
Penyebab kesalahan dalam ultrasonografi emergensi adalah multifaktorial dan, seperti dalam
teknik pencitraan diagnostik lainnya,58-61 sering terlihat pada waktu yang sama dan termasuk
kurangnya perhatian pada riwayat dan pemeriksaan klinis, pengetahuan yang rendah terhadap
peralatan teknis, kerja probe yang tidak pantas, optimalisasi gambar yang tidak benar,
komunikasi yang buruk dengan pasien, kurangnya persepsi, kurangnya pengetahuan tentang
diagnosis diferensial, everestimasi keterampilan seseorang dan kegagalan untuk menunjukkan
pemeriksaan ultrasonografi atau teknik pencitraan lebih lanjut, seperti CT atau MRI.62-65
Dalam manajemen pasien politrauma, kesalahan dapat meningkatkan angka mortalitas dan
morbiditas, dan lebih sering, kesalahan dalam radiologi terjadi selama pencitraan tradisional,
yaitu radiografi polos dan pemeriksaan ultrasonografi, karena resolusinya yang rendah dan/atau
lapang pandang yang terbatas. Ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang bergantung pada
operator, oleh karena itu sangat penting bahwa operator terlatih dalam radiologi emergensi agar
dapat melaksanakan kemampuan diagnostik teknik ini.62 Sebagai langkah pertama dalam

pemindaian ultrasonografi yang benar, ahli sonogram harus menyadari mekanisme cedera, gejala
pasien dan temuan klinis.66,67
Selanjutnya, operator harus mempertimbangkan pasien dalam hal konstitusi fisik (pada pasien
obesitas, ketebalan lemak subkutan dapat mengurangi kemampuan diagnostik ultrasonografi
karena redaman suara yang lebar) dan adanya kondisi yang dapat membatasi pemeriksaan,
seperti dekubitus, bekas luka, meminta prosedur pencitraan diagnostik yang lebih komprehensif
(multidetector row CT).63
KESALAHAN DALAM CT DI PENGATURAN EMERGENSI
Penggunaan yang benar dari prosedur diagnostik canggih, yang dalam kebanyakan keadaan
darurat non-traumatik thorakoabdominal dan pada pasien politrauma hampir secara eksklusif
melibatkan penggunaan MDCT kontras, dapat secara nyata mengurangi jumlah kesalahan
diagnostik terkait dengan penggunaan prosedur tradisional. Hal ini disebabkan sensitivitas dan
akurasi intrinsik yang tinggi untuk MDCT dalam penilaian pasien dalam pengaturan emergensi. 68
Informasi penting yang diperoleh dari studi MDCT kontras yang dilakukan dengan benar
menyumbang untuk nilai "standar emas" dari teknik ini dalam penilaian trauma mayor. Namun,
penggunaan MDCT kontras tidak kebal terhadap kemungkinan kesalahan.69,70
Karena salah satu penyebab utama kematian pada pasien politrauma adalah pneumotoraks
monolateral atau bilateral besar, sangat penting bagi ahli radiologi untuk secara cermat
mengevaluasi pandangan CT dari studi MDCT kontras. Situasi umum lain yang dapat
menghasilkan kesalahan adalah aliran bahan kontras intravena yang tidak memadai. Karena itu,
akses kateter yang memadai dan laju aliran kontras intravena 3,5 ml s -1 atau lebih tinggi harus
ditetapkan, kondisi tersebut akan membantu untuk identifikasi cedera vaskular yang benar.

Bahkan, pada pasien politrauma, karakterisasi cedera seperti tersebut yang benar sangat penting;
situs ekstravasasi kontras vaskuler (blush) harus diidentifikasi dan sifat ekstravasasi harus
ditandai, yang mungkin menggunakan peralatan MDCT baru. 71 Sebuah studi CT multifase yang
benar akan membedakan semua situs dari perdarahan arteri aktif pada fase kontras awal dari
karakteristik perdarahan vena yang lambat pada akhir portal dan fase, yang memungkinkan
identifikasi dan karakterisasi pseudoaneurisme dan fistula arterovenosa, yang tidak boleh
dipandang sebelah mata.46,72-75
Cedera diafragma tidaklah sering dan mewakili 5% dari cedera yang dilewatkan, setengahnya
tidak dikenali dalam 24 jam pertama setelah peristiwa traumatis.76 Diagnosis diafragma yang
terluka sangat sulit,77 mengakibatkan keterlambatan diagnosis, dan beberapa studi 77,78 telah
melaporkan bahwa sensitivitas pemeriksaan CT untuk diagnosis fraktur diafragma relatif rendah
(50-73%).
Pada trauma abdomen, penyebab signifikan dari kesalahan adalah adanya artefak respirasi pada
gambar. Ini secara khas diidentifikasi, tampak sebagai marjin tidak jelas dari struktur vaskular
yang dipindai terkait dengan pita-pita hyperechoic dekat organ parenkim dan visera berongga
yang berdekatan.
Selain itu, tampilan pencarian CT perlu ditinjau secara rutin sebagai bagian dari interpretasi CT,
untuk menghindari kesalahan diagnosis temuan patologis yang signifikan (Gambar 7).79

Gambar 7. Pemeriksaan CT otak. Misdiagnosis fraktur korpus C2 pada tampilan pencarian CT


(panah).
Dalam evaluasi pasien dengan nyeri dada atau perut akut non-traumatik, kesalahan diagnostik di
pemeriksaan CT dapat timbul dari penggunaan protokol CT yang tak memadai; Selain itu,
struktur anatomi normal atau varian anatomi dapat menjadi potensi perangkap dimana mereka
dapat meniru entitas patologis.
Parameter teknis CT scan (regio tujuan, penggunaan agen kontras dan waktu pemindaian)
berbeda sesuai dengan penyakit klinis yang dicurigai, dan jika dilakukan di bawah kondisi yang
tidak pantas, gambar CT tidak akan memberikan informasi yang sesuai untuk diagnosis. Dengan
demikian, untuk menghindari kehilangan temuan CT yang positif, selain pembacaan yang
cermat, ahli radiologi perlu untuk mendapatkan informasi pasien tersebut dari dokter.80-82
CARA MENGURANGI KESALAHAN DALAM RADIOLOGI EMERGENSI
Masalah misdiagnosis tidak dapat diselesaikan tanpa edukasi, tetapi tidak bisa juga diselesaikan
dengan edukasi saja.83

Dalam pengaturan emergensi, kesalahan diagnostik dapat dikurangi dengan peningkatan baik
pengetahuan maupun sistem. Elemen kunci adalah komunikasi riwayat klinis pasien,
perbandingan prosedur pencitraan saat ini dengan penyelidikan radiologi sebelumnya dan pilihan
prosedur radiologi awal dan selanjutnya yang benar.22 Sistem organisasi yang lebih baik muncul
dari perbaikan kondisi kerja dan waktu yang tersedia untuk pelaporan, perubahan peralatan untuk
mencegah kesalahan yang tak disengaja, pelaporan ganda dan dalam komunikasi yang baik
antara dokter dan radiologis.22
Belajar dari kesalahan membutuhkan tinjauan serius dari praktek kita sendiri dan dari perubahan
untuk meningkatkan tingkat kinerja. Tinjauan rekan adalah penting untuk mengevaluasi kinerja
ahli radiologi dan untuk meningkatkan akurasi diagnostik.
Dalam rangka untuk mengurangi kemungkinan kesalahan diagnosis, kami sarankan untuk
menjadi bagian dari program pendidikan dan pertemuan morbiditas, serta untuk melakukan
proses analisis akar penyebab yang komprehensif dan berharga.
RINGKASAN
UGD menghadapi peningkatan jumlah masalah diagnostik, dengan beberapa konsekuensi
medikolegal. Radiografi tetap menjadi andalan untuk penilaian fraktur, dan penilaiannya tetaplah
menantang. Pada radiografi polos, kesalahan dalam mendiagnosis fraktur dapat terjadi karena
secara radiologi tak terlihat atau samar-samar; memang, beberapa fraktur yang halus dan tak
berpindah dapat tersembunyi secara radiologis. Dengan demikian, pada pasien dengan radiografi
polos yang negatif dan kecurigaan klinis fraktur tersembunyi yang tinggi, kesalahan diagnostik
dapat timbul jika ahli radiologi tidak menyoroti kebutuhan pemeriksaan lain yang lebih sesuai
dalam laporannya.

Ahli radiologi memainkan peran penting dalam penilaian diagnostik pasien politrauma, dan
elemen kunci untuk mengurangi kesalahan dalam pengaturan emergensi adalah pengetahuan,
pengalaman dan aplikasi protokol pencitraan yang benar.
Penting untuk mendorong budaya keselamatan dalam departemen radiologi, dimana di hadapan
kesalahan diagnostik yang dilakukan oleh seorang rekan, kita membahas hal ini bersama-sama
dengan staf medis departemen secara konstruktif.

Você também pode gostar