Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DAFTAR ISI
Halaman Judul.......................................................................................................1
Daftar Isi.................................................................................................................2
Daftar Tabel............................................................................................................4
Daftar Gambar.......................................................................................................5
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................6
1.1 Latar Belakang............................................................................................6
1.2 Permasalahan Penelitian.............................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................8
1.3.1 Tujuan Umum......................................................................................8
1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................8
1.5 Keaslian Penelitian.....................................................................................8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................10
2.1 Morfologi Darah Manusia, Hewan dan Cairan Bukan Darah..................10
2.1.1 Peran Darah dalam Ilmu Kedokteran Forensik.................................11
2.2 Tes Visualisasi...........................................................................................11
2.2.1 Definisi..............................................................................................11
2.2.2 Perbedaan akuades dan akuabides....................................................12
2.2.3 Prinsip Kapilaritas.............................................................................13
2.2.4 Kertas Saring.....................................................................................13
2.3 Bukti Forensik di Tempat Kejadian Perkara (TKP)..................................14
BAB III. KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP.......................17
3.1 Kerangka Teori..........................................................................................17
3.2 Kerangka Konsep......................................................................................17
3.3 Hipotesis...................................................................................................17
BAB IV. METODE PENELITIAN.....................................................................18
4.1 Ruang Lingkup Penelitian.........................................................................18
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................18
4.3 Jenis dan Rancangan Penelitian................................................................18
4.4 Populasi dan Sampel.................................................................................18
4.4.1 Populasi Target..................................................................................18
4.4.2 Populasi Terjangkau..........................................................................18
4.4.3 Sampel Penelitian..............................................................................18
4.4.3.1 Kriteria Inklusi...................................................................18
4.4.3.1 Kriteria Eksklusi.................................................................19
4.4.4 Cara Sampling...................................................................................19
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6. Gambaran makroskopis resapan dari bercak yang diduga darah 10 menit ke-2
................................................................................................................................24
Gambar 7. Gambaran makroskopis resapan dari bercak yang diduga darah 10 menit ke-3
................................................................................................................................25
Gambar 8. Gambaran makroskopis resapan dari bercak yang diduga darah 10 menit ke-4
................................................................................................................................26
Gambar 9. Gambaran makroskopis resapan dari bercak yang diduga darah 10 menit ke-5
................................................................................................................................26
Gambar 10. Gambaran makroskopis resapan dari bercak yang diduga darah setelah 2
jam..........................................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Pembunuhan merupakan kasus kejahatan yang sering terjadi dan semakin
lama
semakin
memprihatinkan.
Pembunuhan
secara
harfiah
berarti
menghilangkan nyawa orang lain dengan cara melawan hukum dan merugikan
kepentingan pihak lain.1 Hal ini dilakukan dengan berbagai cara yang sebisa
mungkin dapat mengelabui aparat kepolisian sehingga perbuatan pelaku tidak
dapat diketahui.
Menurut data kepolisian Jakarta Selatan terdapat peningkatan kasus
pembunuhan sebesar 57 % dari tahun 2014 ke 2015. Sementara persentase tingkat
penyelesaian tindak pidana menurun 6% dari 64%. Pada tahun 2014 dari 4390
kasus, tingkat penyelesaiannya mencapai 2797 kasus, sedangkan tahun 2015 kasus
yang terselesaikan hanya mencapai 2191 kasus dari 3930. 2 Menurut data
kepolisian Jawa Tengah pada tahun 2015 terdapat 53 kejadian pembunuhan. 3
Banyaknya kasus yang terjadi merupakan salah satu tugas dari pihak
kepolisian untuk melakukan penyidikan, dimana dalam mengungkap suatu kasus
diperlukan kerjasama dari berbagai pihak. Penyidik mempunyai kewenangan
mendatangkan ahli dalam proses mengumpulkan barang bukti.4 Bantuan ahli
yakni dokter forensik di lapangan atau dalam hal ini tempat kejadian perkara
dapat membantu penyidik dalam menangani kasus.
Tempat kejadian perkara merupakan bagian pokok dari pengungkapan
perkara pidana karena terdapat interaksi antara tersangka, alat bukti dan
saksi/korban pada saat terjadi peristiwa pidana. Sehingga pemeriksaan tempat
kejadian perkara merupakan hal yang sangat penting karena akan menentukan
keberhasilan dalam suatu penyelidikan.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter forensik tidak terbatas untuk luka
pada korban hidup atau mati tetapi juga dapat dilakukan pada benda atau barang
bukti untuk mengetahui adanya darah atau bercak darah. 5 Pemeriksaan bercak
darah adalah salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada
laboratorium forensik. Hal ini dikarenakan darah mudah tercecer pada semua
bentuk tindak kekerasan sehingga penyelidikan terhadap bercak darah akan sangat
berguna dalam pengungkapan tindakan kekerasan atau kejahatan. Tujuan
pemeriksaan bercak darah adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah
tersebut, membandingkan bercak darah yang ditemukan di tempat kejadian
perkara (objek tertentu, manusia ataupun pakaian) dengan darah korban atau
tersangka. 6
Sebelum dilakukan pemeriksaan DNA harus diketahui terlebih dahulu ada
tidaknya bercak darah tersebut. Pada kain berwarna gelap, bercak darah sulit
dilihat. Maka diperlukan berbagai pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya
bercak darah seperti penggunaan cahaya infrared, luminol, fluorescein.
Penggunaan cahaya infrared dinilai paling baik menilai adanya bercak darah.
Namun hal ini sulit dilakukan karena bukan merupakan alat standar karena mahal.
Pemeriksaan luminol dapat merusak komponen DNA dan terbatas digunakan
dalam lingkungan gelap. Sedangkan fluorescein memerlukan pencahayaan
tertentu dan harus di lingkungan gelap.7 Maka dari itu diperlukan adanya
pemeriksaan yang lebih mudah dilakukan dan tidak merusak komponen DNA.
Oleh sebab itu penulis ingin melakukan penelitian tentang pemeriksaan tes
visualisasi untuk mengidentifikasi bercak yang diduga darah pada kain gelap
berbahan katun dan sehingga dapat membantu identifikasi bercak yang diduga
darah di tempat kejadian perkara.
1.2
Permasalahan penelitian
Berdasarkan
latar
belakang
tersebut,
maka
dapat
dirumuskan
Tujuan penelitian
1.3.1
Tujuan umum
Membuktikan adanya bercak yang diduga darah pada kain berwarna gelap
Manfaat Penelitian
Sebagai bahan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa di bidang forensik.
Sebagai tambahan informasi dan pengetahuan bagi penyidik tentang
kegunaan tes visualisasi dalam identifikasi adanya bercak yang diduga
3)
Judul
Tahun
Metode
Subyek
Penelitian
2012
Retrosp
ective
Bercak darah
pada kain katun
warna putih
ukuran 5 cm2
Mado
Vandewoes
tyne, dkk9
2015
Retrosp
ective
Shanan
2006
Retrosp
Bercak
darah
yang
telah
dicairkan
dan
tidak dicairkan
pada
kain
berwarana putih
dan hitam
Bercak darah
Evaluation of
a
Visualization
Assay for
Blood on
Forensic
Evidence
S. Evaluation of
Hasil
Hasil positif
pada
identifikasi
bercak yang
diberi
zat
pemutih
kurang
akurat dan
kurang dapat
dipercaya
dibanding
luminol.
Pemeriksaan
visualisasi
kurang
sensitif pada
bercak darah
yang telah
dicairkan
Test
Tobe, dkk10
Six
Presumptive
Tests for
Blood, Their
Specificity,
Sensitivity,
and Effect on
High
MolecularWeight DNA
Kelly
Virkler,
dkkError:
Reference
source not
found
Analysis of
body fluids
for forensic
purposes :
From
laboratory
testing to
nondestructive
rapid
confirmatory
identification
at a crime
scene
ective
2009
pada kertas
saring
presumtif
terbaik pada
darah yaitu
dengan
Luminol,
yang
mempunyai
spesifitas
dan
sensitifitas
terbaik.
Luminol
tidak
mendegradas
i DNA.
Descript
ive
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Darah
2.1.1 Morfologi Darah Manusia, Hewan dan Cairan Bukan Darah
Darah terdiri dari komponen sel dan komponen plasma. Komponen seluler
dari darah diklasifikasikan sebagai berikut:11
a. Eritrosit
Eritrosit memiliki bentuk cakram bikonkaf dengan tepi yang lebih tebal
dibandingkan dengan bagian tengahnya, beberapa literatur mengatakan bentuknya
menyerupai donat (doughnut-shaped). Eritrosit tidak memiliki inti sel. Diameter
rata-rata eritrosit adalah 7,8 mikrometer dan tebal 2,5 mikrometer pada bagian
yang paling tebal dan 1 mikrometer atau kurang di bagian pusat. Komponen
penyusun eritrosit meliputi protein (stroma dan sitoplasma), lipid, dan
hemoglobin. Hemoglobin merupakan pigmen yang memberikan warna merah
pada eritrosit.
b. Leukosit
Leukosit memiliki inti dan tidak memiliki pigmen. Leukosit disebut juga
sel darah putih karena tidak memiliki pigmen. Leukosit memiliki ukuran lebih
besar dibandingkan eritrosit. Berdasarkan ada tidaknya granulasi yang dapat
terlihat setelah dilakukan pengecatan, leukosit diklasifikasikan ke dalam leukosit
granuler dan leukosit agranuler. Leukosit granuler, terdiri dari neutrofil, eosinofil,
dan basofil. sedangkan yang termasuk leukosit agranuler adalah monosit dan
limfosit.
c. Trombosit
Trombosit memiliki bentuk menyerupai fragmen dari sel berbentuk cakram
yang memiliki inti. Trombosit memiliki ukuran dari 2 hingga 4 mikrometer.
10
11
12
hewan, dan kemudian pemeriksaan golongan darah dan DNA untuk menentukan
identitas pemilik darah.
Tes presumtif digunakan untuk menentukan apakah terdapat bercak yang
mungkin merupakan darah. Termasuk dalam tes presumtif yaitu tes visualisasi
dengan ALS (Alternate Light Source) seperti sinar UV dan Polilight, tes dengan
prinsip chemiluminescent seperti tes Luminol dan tes Fluorescein, dan tes dengan
prinsip heme-catalytic seperti tes Benzidin, tes Phenolphthalein (Kastle Meyer)
dan tes Leucomalachite Green (LMG). Tes konfirmasi digunakan untuk
memastikan bercak yang ditemukan adalah darah. Termasuk dalam tes konfirmasi
yaitu tes mikroskopis, dan tes kristal seperti Teichman dan Takayama. Tes
presipitin digunakan untuk membedakan darah manusia dan darah hewan dengan
prinsip reaksi antigen-antibodi pada darah. Tes golongan darah dan tes DNA
digunakan untuk memastikan identitas pemilik darah yang ditemukan.14,15
2.2 Tes Visualisasi
2.2.1 Definisi
Tes visualisasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk identifikasi
darah dengan cara melihat langsung bentuk fisik dari cairan yang ditemukan,
seperti bentuk, ukuran, dan warna Pada dasarnya pemeriksaan bercak darah di
laboratorium forensik terdiri dari tes visualisasi, tes skrining presumtif, tes
konfirmasi dan tes spesifik dengan tes presipitin dan pemeriksaan identifikasi
DNA. Sebelum ditemukannya identifikasi DNA, untuk melihat adanya materi
biologis, misalnya darah, menggunakan tes visualisasi. Cahaya putih dan mata
telanjang atau mikroskop bertenaga rendah dapat digunakan untuk pemeriksaan
standar berbagai jenis pakaian, namun untuk benda (kain) berlatar gelap, material
biologis tersebut tidak dapat dilihat.16
Berbagai cairan tubuh manusia untuk bukti forensik dari korban dapat
digunakan untuk identifikasi DNA, antara lain cairan darah, semen, cairan vagina,
saliva, urin dan keringat. Darah merupakan bahan biologi yang paling sering
dijadikan barang bukti dalam sebagian besar kasus tindak kekerasan dan kematian
13
dalam investigasi forensik, maka dari itu pemeriksaan bercak darah sangat penting
dalam mengungkap tindakan kriminal.17,18 Tujuan utama pemeriksaan darah
forensik adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut dengan
membandingkan bercak darah yang ditemukan di TKP pada obyekobyek tertentu
(lantai, meja, kursi, karpet, senjata dan sebagainya), manusia dan pakaiannya
dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan.16
Potensi adanya darah pada latar belakang gelap dapat divisualisasikan oleh
sumber
cahaya
alternatif
seperti
polilight.
Darah
tidak
menunjukkan
14
amonium, NO2, CO3. Harus steril dan penggunaan diatas 10 ml harus bebas
pirogen.22
2.2.3 Prinsip Kapilaritas
Kapilaritas adalah fenomena naik atau turunnya permukaan zat cair dalam
suatu pipa kapiler (pipa dengan luas penampang yang sempit). 19 Peristiwa
kapilaritas disebabkan adanya gaya adhesi dan gaya kohesi yang menentukan
tegangan permukaan zat cair. Tegangan permukaan akan mempengaruhi besar
kenaikan atau penurunan zat cair pada pipa kapiler. Tegangan permukaan bekerja
sepanjang keliling pipa kapiler yang menarik zat cair dengan gaya. Dinding akan
mengadakan reaksi sebagai balasan atas aksi dan menarik zat cair ke atas dengan
gaya yang sama besar. Pada keadaan setimbang, komponen vertikal gaya tarik
dinding sebanding dengan berat air yang naik. Permukaan air dan permukaan air
raksa yang mengalami kenaikan atau penurunan juga merupakan akibat tegangan
permukaan.20
2.2.4 Kertas Saring
Kertas saring adalah kertas yang umum digunakan untuk memisahkan zat
padat dari cairan. Kertas saring mempunyai ukuran yang berbeda-beda dan terbuat
dari berbagai bahan. Ukuran standar pori kertas saring adalah 0,45 um dan
bahannya adalah selulosa asetat.17
Kertas saring umum yang digunakan dalam laboratorium adalah kertas
saring biasa yang terbuat dari selulosa. Kertas saring biasanya dapat menyaring
dengan cepat. Selain kertas saring biasa, terdapat kertas saring yang kualitasnya
sedikit lebih baik, yaitu kertas saring halus. Berbeda dengan kertas saring biasa
yang tipis dan permukaannya kasar, kertas saring halus sedikit lebih tebal dan
lebih halus sehingga diperlukan waktu lebih lama jika menyaring menggunakan
kertas saring jenis ini.18
Kecepatan menyaring berhubungan dengan ketebalan kertas dan kecepatan
menyaring. Kecepatan menyaring ini berkaitan dengan resistensi atau daya tahan
15
kertas terhadap zat padat. Kertas saring dengan kecepatan menyaring yang cepat
hanya dapat menahan partikel-partikel kasar, sedangkan kertas saring dengan
kecepatan menyaring yang lambat dapat menahan partikel-partikel halus.18
2.3 Bukti Forensik di Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Tempat kejadian perkara (TKP) adalah tempat ditemukannya barang bukti
dan/atau tempat terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan
menurut suatu kesaksian. Meskipun kelak terbukti bahwa di tempat tersebut tidak
pernah terjadi suatu tindak pidana, tempat tersebut tetap disebut sebagai TKP.
Diperlukan atau tidaknya kehadiran dokter di TKP oleh penyidik sangat
bergantung pada kasusnya, yang pertimbangannya dapat dilihat dari sudut
korbannya, tempat kejadiannya, kejadiannya atau tersangka pelakunya.23
Peranan dokter di TKP adalah membantu penyidik dalam mengungkap kasus
dari sudut kedokteran forensik. Pada dasarnya semua dokter dapat bertindak
sebagai pemeriksa di TKP, namun dengan perkembangan spesialisasi dalam ilmu
kedokteran, adalah lebih baik bila dokter ahli forensik atau dokter kepolisian yang
hadir.24
Dasar pemeriksaan adalah heksameter, yaitu menjawab 6 pertanyaan: apa
yang terjadi, siapa yang tersangkut, di mana dan kapan terjadi, bagaimana
terjadinya dan dengan apa melakukannya,serta kenapa terjadinya peristiwa
tersebut.23Pemeriksaan kedokteran forensik di TKP harus mengikuti ketentuan
yang berlaku umum pada penyidikan di TKP, yaitu menjaga agar tidak mengubah
keadaan TKP. Semua benda bukti yang ditemukan agar dikirim ke laboratorium
setelah sebelumnya diamankan sesuai prosedur. Selanjutnya dokter dapat
memberikan pendapatnya dan mendiskusikannya dengan penyidik untuk
memperkirakan terjadinya peristiwa dan merencanakan langkah penyelidikan
lebih lanjut.24
Bila korban masih hidup maka tindakan yang utama dan pertama bagi dokter
adalah menyelamatkan korban dengan tetap mempertahankan keutuhan TKP. Bila
korban telah mati, tugas dokter adalah menegakkan diagnosis kematian,
memperkirakan saat kematian, memperkirakan cara kematian, memperkirakan
16
sebab kematian, menemukan dan mengamankan benda bukti biologis dan medis.
Bila perlu dokter dapat melakukan anamnesa dengan saksi-saksi untuk
mendapatkan gambaran riwayat medis korban. Beberapa tindakan yang dapat
mempersulit penyidikan, seperti memegang setiap benda di TKP tanpa sarung
tangan, mengganggu bercak darah, membuat jejak baru, atau memeriksa sambil
merokok.24
Saat kematian diperkirakan pada saat itu dengan memperhatikan prinsipprinsip perubahan tubuh pasca mati. Cara kematian memang tidak selalu mudah
diperkirakan, sehingga dalam hal ini penyidik menganut asas bahwa segala
sesuatu yang diragukan harus dianggap mengarah ke adanya tindak pidana lebih
dahulu sebelum nanti dapat dibuktikan ketidak benarannya.25
Pemeriksaan dimulai dengan membuat foto dan sketsa TKP, termasuk
penjelasan mengenai letak dan posisi korban, benda bukti dan interaksi
lingkungan. Mayat yang ditemukan dibungkus dengan plastik atau kantong plastik
khusus untuk mayat setelah sebelumnya kedua tangannya di bungkus plastik
sebatas pergelangan tangan. Pemeriksaan sidik jari oleh penyidik dapat dilakukan
sebelumnya. 25
Bercak darah yang ditemukan di lantai atau di dinding diperiksa apakah darah
manusia atau darah hewan, berasal dari nadi atau vena, jatuh dengan kecepatan
(dari tubuh yang bergerak) atau jatuh bebas, kapan saat terjadi perlukaannya dan
dihubungkan dengan perkiraan bagaimana terjadinya peristiwa. 25
Barang bukti yang ditemukan dapat berupa pakaian, bercak mani, bercak
darah, rambut, obat, anak peluru, selongsong peluru, benda yang diduga senjata
diamankan dengan memperlakukannya sesuai prosedur, yaitu di pegang dengan
hati-hati serta dimasukkan kedalam kantong plastik tanpa meninggalkan jejak
sidik jari baru. 25
Barang bukti yang bersifat cair dimasukkan kedalam tabung reaksi kering.
Barang bukti yang berupa bercak kering di atas dasar keras harus dikerok dan
dimasukkan ke dalam amplop atau kantong plastik, bercak pada kain diambil
seluruhnya atau bila bendanya besar digunting dan dimasukkan kedalam amplop
atau kantong plastik. Benda-benda keras diambil seluruhnya dan dimasukkan ke
17
dalam kantong plastik. Semua benda bukti harus diberi label dengan keterangan
tentang jenis benda, lokasi penemuan, saat penemuan dan keterangan lain yang
diperlukan.25
18
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS
3.1
Kerangka Teori
Tes Visualisasi
Prinsip Kapilaritas
Kerangka Konsep
Tes Visualisasi
Hipotesis
Terdapat resapan berwarna merah yang diduga darah pada kertas saring.
18
19
\
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
Forensik dan Pemulasaraan Jenazah Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi
Semarang untuk pengadaan dan uji penelitian. Penelitian dilaksanakan selama
satu hari, pada tanggal 5 Maret 2016.
4.3
4.4.1
Populasi target
Populasi dalam penelitian ini adalah darah manusia, darah hewan dan
simulated blood.
4.4.2
Populasi terjangakau
Populasi terjangkau penelitian ini adalah darah manusia yang didapat dari
probandus yang sehat, darah hewan yang didapat dari marmot Cavia cobaya yang
sehat dan tidak ada kelainan anatomi, serta simulated blood yang berisi D&C red
cosmetic color, methyl cellulose, dan sodium benzoate.
4.4.3
Sampel penelitian
20
18
1) Darah manusia:
a) Darah yang diambil dari probandus yang sehat dan tidak memiliki
riwayat merokok aktif.
2) Darah hewan:
a) Sehat
b) Aktif dan tidak cacat
4.4.3.2 Kriteria eksklusi
1) Darah manusia:
a) Probandus menolak untuk ikut serta dalam penelitian
2) Darah hewan:
a) Marmut tidak bergerak secara aktif
4.4.4
Cara sampling
Sampel penelitian diperoleh secara purposive sampling, yaitu pengambilan
sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan peneliti saja yang menganggap
unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam sampel yang diambil.
4.4.5
Besar Sampel
Sampel yang digunakan adalah darah manusia yang sehat, darah marmut
Cavia cobaya yang sehat dan bergerak aktif, serta simulated blood.
4.5
Variabel penelitian
4.5.1
Variabel bebas
Bercak yang diduga darah pada kain gelap berbahan katun dan kain gelap
berbahan kanvas
4.5.2
Variabel terikat
Tes visualisasi
21
4.6
Definisi operasional
Variabel
Bercak
Definisi Variabel
Skala
Ordinal
pada
warna gelap
Tes visualisasi
adanya
bercak
4.7
4.7.1
Bahan
a) Darah manusia
b) Darah hewan
c) Simulated blood
d) Akuades
4.7.2
Alat
a) Spuit 3 cc
b) Alcohol swab
c) Torniquet
d) Tabung vacutainer yang berisi EDTA
e) Kertas saring Whatman No. 42
f) Pipet tetes
g) Kaca ukuran 15 cm x 15 cm
h) Kain warna gelap bahan katun
i) Kain warna gelap bahan kanvas
j) Pasir 10 kilogram
Ordinal
22
k) Gunting
l) Spidol
4.7.3 Cara Kerja
a) Mengambil darah menusia dan darah hewan secara lege artis
kemudian memasukkan darah kedalam tabung vacutainer yang sudah
berisi EDTA.
b) Mengambil masing-masing satu tetes darah manusia, darah hewan, dan
simulated blood kemudian meneteskannya pada kain gelap berbahan
katun dan kain gelap berbahan kanvas, kemudian mengeringkannya.
c) Menyusun kaca, kemudian meletakkan kertas saring yang sudah
dibasahi oleh akuades.
d) Meletakkan kain gelap berbahan katun dan kain gelap berbahan kanvas
yang sudah ditetesi darah manusia, darah hewan, dan simulated blood
di atas kertas saring.
e) Menutup dengan kertas saring yang sudah dibasahi akuades, lalu tutup
lagi dengan kaca. Terakhir, meletakkan pasir seberat 10 kilogram di
atas kaca.
f) Mengamati perubahan warna yang timbul pada kertas saring setiap 10
menit selama 2 jam. Lalu mencatat hasilnya.
23
4.8
Alur Penelitian
Mengambil sampel
darah
Tes Visualisasi
24
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian Gambaran Hasil Tes Visualisasi pada Kain Gelap dengan Bercak yang
Diduga Darah dilaksanakan di RSUP dr. Kariadi pada bulan Maret 2016. Sampel dalam
penelitian ini adalah 1 orang manusia, 1 ekor marmut Cavia Cobayam,dan satu botol
simulated blood yang masing-masing diambil darahnya sebanyak 3 cc pada manusia, 1 cc
pada marmut Cavia Cobayam dan 1 cc pada simulated blood, kemudian masing- masing
darah diteteskan pada kain gelap berbahan katun dan kain gelap berbahan kanvas,
kemudian menggunakan pipet tetes dengan ukuran yang disamakan sebanyak satu tetes.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional. Penelitian dilakukan
dengan cara masing-masing kain yang terdapat bercak berwarna merah dikeringkan
beberapa saat. Masing-masing menurut kelompoknya yaitu kain gelap berbahan katun
dan kain gelap berbahan kanvas diletakkan di antara kedua kertas saring yang
sebelumnya telah dibasahi aquadest. Kemudian kertas saring yang berisi kain tersebut
diletakkan di kaca dan ditutup dengan kaca di atasnya. Kaca kemudian diberi beban
sebesar sepuluh kilogram, dan diamati adanya resapan darah pada kertas saring tiap
sepuluh menit hingga dua jam.
Dari hasil pemeriksaan makroskopis, dari kertas saring didapatkan:
1. Terdapat resapan dari bercak yang diduga darah dari sampel darah manusia,
darah hewan dan simulated blood pada kain berbahan katun maupun kanvas di
kertas saring pada 10 menit pertama. (Gambar 5)
23
25
Gambar 5. Gambaran makroskopis resapan dari bercak yang diduga darah 10 menit
ke-1
2. Terdapat resapan dari bercak yang diduga darah pada sampel darah manusia,
darah hewan dan simulated blood pada kain berbahan katun maupun kanvas di
kertas saring yang semakin meluas pada 10 menit kedua. (Gambar 6)
Gambar 6. Gambaran makroskopis resapan dari bercak yang diduga darah 10 menit
ke-2
26
3. Terdapat resapan dari bercak yang diduga darah dari sampel darah manusia,
darah hewan dan simulated blood pada kain berbahan katun maupun kanvas di
kertas saring yang semakin meluas pada 10 menit ketiga. (Gambar 7)
Gambar 7. Gambaran makroskopis resapan dari bercak yang diduga darah 10 menit
ke-3
4. Terdapat resapan dari bercak yang diduga darah dari sampel darah manusia,
darah hewan dan simulated blood pada kain berbahan katun maupun kanvas di
kertas saring dengan luas yang menetap pada 10 menit keempat. (Gambar 8)
27
Ga
mbar 8. Gambaran makroskopis resapan dari bercak yang diduga darah 10 menit
ke-4
5. Terdapat resapan dari bercak yang diduga darah dari sampel darah manusia,
darah hewan dan simulated blood pada kain berbahan katun maupun kanvas di
kertas saring dengan luas yang menetap pada 10 menit kelima. (Gambar 9)
28
6. Terdapat resapan dari bercak yang diduga darah dari sampel darah hewan dan
simulated blood pada kain berbahan katun maupun kanvas di kertas saring
dengan luas yang menetap setelah dua jam. Resapan dari bercak yang diduga
darah dari sampel darah manusia pada kain berbahan katun di kertas saring
semakin meluas setelah dua jam. Pada pengukuran didapatkan resapan dari
bercak yang diduga darah dari sampel darah manusia pada kain berbahan katun
berukuran 6 cm dan pada bahan katun berukuran 2,5 cm. Resapan dari bercak
yang diduga darah dari sampel darah hewan pada kain berbahan katun berukuran
3 cm dan pada bahan katun berukuran 3 cm. Resapan dari bercak yang diduga
darah dari sampel simulated blood pada kain berbahan katun berukuran 3,5 cm
dan pada bahan katun berukuran 2,5 cm. (Gambar 10)
Gambar 10. Gambaran makroskopis resapan dari bercak yang diduga darah setelah dua
jam
29
BAB VI
PEMBAHASAN
Visualisasi dan interpretasi bercak darah yang sudah kering merupakan
salah satu tahap awal dari analisis pola bercak darah (Bloodstain pattern analysis)
yang mana merupakan bagian terpenting dari investigasi dan rekonstruksi tempat
kejadian perkara. Pola bercak darah tidak terpengaruh oleh tes visualisasi yang
dilakukan, seperti yang terlihat pada gambar 11. Oleh karena itu, tes visualisasi
dapat digunakan untuk memperlihatkan pola bercak darah (Bloodstain pattern)
pada kain gelap dengan cara menilai bercak darah yang meresap pada kertas
saring.
28
30
31
kehilangan bukti penting di TKP karena bercak yang tidak terlihat kasat mata
sering terlewatkan.
32
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1.
2.
7.2 Saran
Saran yang dapat peneliti sampaikan adalah perlu dilakukan tes lanjutan
yaitu tes presumtif untuk membedakan bercak tersebut mungkin darah atau bukan
darah bila didapatkan hasil positif pada tes visualisasi.
31
33
DAFTAR PUSTAKA
2016
Feb
28].
Available
from:
http://www.wirantaprawira.de/law/criminal/kuhap/index.html#babXIV_bag2
5. Sembiring E, Karmila E, Indrayana T. Gambaran kristal hemoglobin pada
darah dan bercak darah yang terpapar beberapa sampo cuci mobil
menggunakan tes Teichmann dan tes Takayama. Jom FK Volume 2 2-10-2015
6. Spalding,
Robert
P. Identification
and
characterization
Blood
and
34
and
related
physiology.
Elsevier.
in
https://www.us.elsevierhealth.com/media/us/samplechapters/9780443102929/
9780443102929.pdf
12. Charles Molnar And Jane Gair. Component of the blood. Concept of Biology1st Canadian Edition [Internet]. 2010 [cited 2016 Mar 9].
13. Colville, Thomas P dan Joanna M. Clinical anatomy and
physiology for veterinary technicians 3rd ed. Canada: Elsevier;
2015.
14. (R.E. Gaensslen, Ph.D. Forensic Analysis of Biological Evidence. in: Wecht
CH (editor), Forensic Sciences, volume 1, Release 29, June 2000, Matthew
Bender and Co. (Division of Lexis), New York.)
15. Lisa Gefrides, MS, FABC and Katie Welch, MS, FABC. Forensic Biology:
Serology and DNA in A. Mozayani and C. Noziglia (eds.), The Forensic
Laboratory Handbook Procedures and Practice. 2011. Humana Press.
16. Vandewoestyne M, Lepez T, Hoofstat DV, Deforce D (2015). Evaluation of a
Visualization Assay for Blood on Forensic Evidence. J Forensic Sci, May
2015, Vol. 60, No. 3 doi: 10.1111/1556-4029.12720 Available online at:
onlinelibrary.wiley.com
17. http://en.wikipdia.org/wiki/filter paper. 1 Maret 2016, pukul 20.00 WIB
18. Hadi
A
(2005).
Prinsip
pengelolaan
pengambilan
sampel
lingkungan.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 60-63
19. Ruwanto B (2007). Asas-asas Fisika. Jakarta : Yudistira
20. Pauliza O. 2008. Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan. Bandung :
Grafindo.
21. Sarjoni, 2003. Kamus Kimia. Jakarta: PT Rineka Cipta
22. Anonim (1979). Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
35
23. Idries AM, Budiningsih Y, Mallo JF, Atmadja DS, Dundu AE, Kristanto E, et
al. Pedoman Praktis Ilmu Kedokteran Forensik Bagi Praktisi Hukum. Jakarta:
Sagung Seto; 2009.
24. Idries AM. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan.
Jakarta: CV. Sagung Seto, 2008.
25. Dirgantara, Andi M. Peranan polisi sebagai penyidik dalam mencari bukti
pada proses penangannan TKP. Medan: Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, 2011.