Você está na página 1de 9

KETURUNAN PERTAMA

Dalam kehidupan bersuami isteri, Hawa mulailah hamil. Tak lama kemudian
lahirlah ke permukaan bumi ini turunan Adam dan Hawa yang pertama. Anak
yang pertama ini laki laki seperti Adam. Anak itu diberi nama Qabil.
Alangkah bahagianya Adam dan Hawa setelah dari pergaulannya berdua itu,
lahir seorang manusia baru, anaknya yang pertama itu, menambah anggota
masyarakat yang hanya terdiri dari dua orang menjadi tiga orang. Hawa mulai
sibuk menjaga dan mengasuh anaknya, tidak dapat lagi keluar membantu
Adam bercucuk tanam dan menggembala ternak. Adam terpaksa keluar
seorang diri dan bekerja. Setiap petang kalau dia sudah lelah, dia pulang
kembali ke gua tempat kediamannya untuk istirahat, menemui isteri dan
anaknya. Makanan yang diperdapatnya dibawanya pulang dan dimakannya
bersama sama dengan isteri dan anaknya.
Dengan begitu, kegembiraan hidup Adam dan Hawa di atas bumi tampaknya
semakin hari semakin bertambah. Kegembiraan yang bertambah itu telah
dapat menghilangkan kelelahan bekerja dan ketakutannya terhadap binatang
binatang buas.
Setelah berlalu pula kira kira setahun lamanya, kembali Hawa menjadi hamil.
Tak lama kemudian, lahirlah anaknya yang kedua, seorang wanita. Dan anak
perempuan ini dinamai Adik Qabil. Dengan kelahiran yang kedua ini, Adam
dan Hawa semakin gembira hidupnya dan semakin rajin dan tekun bekerja
mencari penghidupan.
Begitulah dari tahun ke tahun, keluarga Adam selalu bertambah tambah
dengan anak yang ketiga, seorang lelaki dinamai Habil, anak keempat
seorang perempuan, dinamai Adik Habil, kelima, keenam dan seterusnya.
Adam terpaksa bekerja lebih keras untuk mendapatkan makanan lebih
banyak karena bilangan keluarganya semakin besar.
Adam dan Hawa menjadi semakin tua, sedang anak anaknya pun semakin
besar dan meningkat dewasa. Qabil dan Habil sekarang sudah meningkat jadi
muda remaja. Akal dan fikirannya mulai timbul. Timbul perasaan wajib
menolong ibu dan bapaknya, bekerja bertani dan menggembala,
menghasilkan makanan dan minuman bagi keluarganya yang semakin besar,
turut berjuang menjaga adik adiknya dari bahaya singa dan harimau, dan
binatang-binatang buas lainnya.
Mulai tampak perbedaan alam wanita dengan lelaki. Anak anaknya yang lelaki
kebanyakan suka bekerja di luar rumah, bertani, berburu dan memelihara
binatang binatang ternak. Sedang anak anaknya yang wanita suka bekerja di
rumah, memasak makanan dan minuman serta menjaga adik adik dan
mengurus keperluan keperluan rumahtangga.
Sekalipun Qabil dan Habil dua bersaudara, sebapa dan seibu, dan sama lelaki,
sama sama dibawah asuhan seorang ibu dan seorang bapa, tinggal di dalam
dan iklim yang sama, tempat yang sama pula, namun kudrat Ilahi dan
kehendak Allahlah yang lebih menentukan segala sesuatu didalam alam yang
luas ini. Keadaan rohani dan jasmani dari Qabil dan Habil tidaklah sama,
berbeza satu dengan yang lain. Ada perbezaan besar. Qabil sekalipun lebih
tua, tetapi badannya lebih kecil dan lemah. Habil sekalipun lebih muda, tetapi
badannya lebih besar dan lebih kuat. Qabil sekalipun lebih tua dan berbadan
lemah, tetapi tabiatnya amat kasar. Sedang Habil yang berbadan kuat dan

besar, tetapi tabiatnya sangat baik dan perasaan yang sangat halus, lagi
berbudi pekerti tinggi.
Adam bermaksud akan membagi-bagikan perkerjaan kepada dua orang
anaknya yang meningkat remaja itu. Qabil dengan tabiatnya yang kasar itu
diserahi oleh Adam untuk bertani, mengolah tanah, menyangkul dan menebas
hutan belukar, kerana tanah dan hutan belukar adalah barang mati yang tak
memerlukan perasaan halus dan cinta kasih.
Ada pun Habil kerana perasaannya yang halus dan perasaan kasih sayangnya,
diserahi oleh Adam untuk memelihara binatang ternak, iaitu kambing dan
lembu yang dapat merasakan haus dan lapar, sakit dan senang, sebab itu
perlu disayang, dicintai, harus diurus oleh manusia yang mempunyai
perasaan halus dan rasa kasih sayang.
Baru saja matahari terbit di waktu pagi, maka keluarlah Adam, Qabil dan
Habil dari gua tempat kediaman mereka untuk bekerja. Qabil terus menuju ke
hutan menebas belukar, ke ladang menyangkul, menaburkan benih atau
menuai, bila tanam tanamannya sudah masak untuk dituai.
Sedang Habil menuju ke padang rumput untuk memelihara dan
menggembalakan ternaknya. Adam kadang kadang pergi berburu, mencari
ikan atau burung, untuk dimakan dagingnya sebagai lauk pauk. Atau pergi
mencari air untuk di minum dan memandikan anak anak dan isterinya. Kalau
matahari sudah hampir tenggelam, siang akan berganti dengan malam,
mereka kembalilah ke gua tempat kediaman mereka. Qabil membawa buah
buahan dan sayuran, Habil membawa susu, sedang Adam membawa burungburung dan ikan hasil buruannya. Sesudah semua buah tangan itu dimasak
oleh Hawa, mereka makanlah bersama sama dengan enaknya.
Di waktu dan sesudah makan bersama ini, timbullah fikiran pada Adam untuk
mengajar anak anaknya bersyukur kepada Allah yang telah memberi mereka
rezeki sebanyak itu.
Lihatlah kata Adam kepada anak-anaknya: "Kita ini tidak akan ada kalau tidak
diciptakan oleh Allah. Allahlah yang menciptakan diri kita masing-masing.
Diciptakan Allah pula bumi yang lebar dan luas ini untuk tempat tinggal kita.
Lihatlah, alangkah luas dan lebarnya bumi Allah yang kita tempati ini. Di
sinari oleh matahari di waktu siang dan oleh bulan dan bintang-bintang, di
waktu malam. Ditumbuhkan Allah segala macam tumbuh-tumbuhan,
dikembangkan Allah segala macam binatang binatang untuk menjadi rezeki
kita. Marilah kita menyembah kepada Allah dan mensyukuri segala nikmat
dan rahmatNya kepada kita."
Untuk menguji tentang keimanan dan kesyukuran kedua orang anaknya yang
sudah remaja itu, Adam menyuruh kedua orang anaknya yang bernama Qabil
dan Habil itu untuk pergi ke puncak sebuah gunung. Kedua dua orang
anaknya itu disuruh oleh Adam membawa sebahagian dari penghasilan
masing masing, dan meletakkan penghasilannya di puncak gunung itu, agar
dapat dimakan oleh makhluk Allah yang mana saja membutuhkannya, iaitu
makhluk makhluk Allah yang tidak pandai bercucuk tanam dan memelihara
binatang ternak. Pekerjaan ini dinamai Adam berkorban, berzakat dan
beribadat.
Pekerjaan berkorban, berzakat dan beribadat ini amat cocok dan sesuai
dengan perasaan Habil, karena dengan perasaannya yang halus dan
fikirannya yang dalam, dia dapat merasakan kebesaran Allah yang banyak
nikmat pemberianNya. Apalagi pengorbanan tersebut, akan dapat pula
menolong beberapa macam binatang-binatang yang dalam kehausan atau
kelaparan.
Adapun Qabil dalam hatinya sangat menentang pekerjaan itu. Mengorbankan

sebahagian dari hasil kerjanya yang diperdapatnya dengan penat lelah, untuk
dijadikan zakat atau ibadat terhadap Allah, dianggapnya satu pekerjaan yang
tak berguna, atau pekerjaan orang bodoh dan merugikan. Alangkah susahnya
mencari rezeki, katanya, kenapa rezeki itu dilemparkan ke puncak gunung
untuk dimakan binatang binatang yang tak ada gunanya. Iblis yang
dilontarkan Allah ke bumi, rupanya sudah mulai menjalankan peranannya,
untuk memesongkan hati manusia dari amal dan perbuatan yang baik. Habil
rupanya tak mampu digoda dan diperdayakannya. Tetapi Qabil merupakan
tanah yang subur bagi Iblis untuk menjalankan tipu dayanya.
Iblis sudah dapat memasuki salah satu kelemahan dari unsur manusia
dengan saluran kecintaan manusia kepada harta benda. Harta dan kekayaan
adalah satu alat buat Iblis untuk memperdayakan manusia. Untuk berkorban
ini, Habil memilih kambingnya yang terbaik dan tergemuk. Sesudah
disembelihnya, lalu ditaruhkannya dipuncak gunung, sebagai korban dan
tanda terimakasihnya terhadap Allah yang telah memberikan rezeki.
Qabil sekalipun dengan perasaan enggan dan terpaksa, juga melakukan
ibadat korban itu. Tetapi untuk korban ini dia memilih buah-buahan yang
tidak baik, yang sudah setengah busuk, karena hatinya memang tidak baik
dan busuk pula.
Baik Habil atau Qabil lalu meletakkan korban masing-masing di puncak
gunung, dengan harapan korban itu akan diterima oleh Allah dengan
penerimaan yang baik. Pada hari berikutnya, pergilah kedua bersaudara itu
diiringkan oleh bapaknya Adam, untuk melihat, apakah korban korban itu
sudah diterima oleh Allah atau tidak.
Ternyata bahwa korban Habil sudah tidak ada lagi, bererti sudah diterima oleh
Allah dengan baik. Tetapi korban Qabil yang terdiri atas buah-buahan yang
tak baik dan busuk itu, masih saja ada di situ bahkan sudah menjadi lebih
busuk. Itu berarti bahwa korban Qabil tidak diterima oleh Allah.
Bukan main girangnya Habil melihat yang korbannya diterima dengan baik
oleh Allah. Dia lalu bersyukur dan berterimakasih. Qabil menjadi marah dan
irihati, karena korbannya tidak diterima oleh Allah. Dengan marah dia berkata
kepada bapanya: "Korban si Habil diterima oleh Allah, karena bapa
mendoakan baginya. Korban saya tidak diterima oleh Allah, karena bapak
tidak suka mendoakan bagi saya."
Adam lalu menjawab: "Habil mengorbankan barang barang yang baik, karena
hatinya baik. Korbannya diterima oleh Allah, karena Allah suka kepada
barang-barang yang baik. Sedang engkau mengorbankan buah buahan yang
tidak baik dan busuk. Itu menunjukkan yang hatimu busuk. Korbanmu tidak
diterima oleh Allah, karena Allah tidak suka ke.pada barang-barang yang
busuk dan tidak baik."
Qabil menjadi marah dan irihati karena korbannya tidak diterima oleh Allah.
Dengan marah dia berkata kepada adiknya Habil, sekalipun Habil tidak
bersalah apa apa terhadap dirinya. Tetapi begitulah caranya Iblis menggoda
manusia tanpa alasan yang tepat pun. Iblis dapat menggoda manusia
manusia yang lemah jiwa dan batinnya, lemah imannya untuk membenci
saudaranya sendiri yang tak bersalah apa apa. Sungguh perdayaan dan tipu
muslihat Iblis itu halus dan licin sekali.
Qabil pulang ke rumahnya dengan hati yang marah dan menggerutu.
Kepalanya digeleng gelengkan tanda marah yang bersangatan. Marah kepada
saudaranya Habil yang baik dan tak bersalah apa apa terhadap dirinya. Bukan
marah terhadap dirinya sendiri yang tidak baik dan busuk itu.
Ya, begitu halusnya godaan Setan dan Iblis terhadap manusia, untuk
mengeruhkan pergaulan sesama manusia dalam kehidupan di permukaan

bumi ini. Setelah masing masing anak Adam itu meningkat dewasa, maka
anak anak lelaki mulai merasakan keperluan terhadap isteri, sedang anak
anak perempuan merasakan keperluan terhadap suami, karena memang
demikianlah sunnah yang ditetapkan Allah yang menciptakan manusia dan
semua makhluk berjiwa lainnya.
Sekalipun masyarakat manusia di masa hidupnya Adam itu baru terdiri atas
beberapa orang lelaki dan beberapa orang wanita saja, namun begitu untuk
memenuhi hasrat bersuami isteri ini agar berjalan dengan teratur, maka Allah
menetapkan beberapa aturan (syari'at) yang harus dijalankan oleh masing
masing manusia yang menjadi anggota masyarakat yang kecil itu.
Ditetapkan Allah syari'at (aturan) bagi anak anak Adam dan Hawa yang sudah
dewasa itu, iaitu aturan yang sangat sederhana sekali. Qabil anak pertama,
boleh kawin dengan Adik Habil anak keempat, sedang Habil anak ketiga boleh
kawin dengan Adik Qabil anak kedua. Jadi masing masing Qabil dan Habil
tidak boleh kawin dengan adiknya sendiri. Syari'at itu diwahyukan Allah
kepada Adam. Adam menyampaikan wahyu ini kepada isteri dan anak
anaknya yang sudah berhasrat kawin itu. Syari' at ini diterima dengan segala
ketaatan dan kepatuhan oleh Adam, Hawa dan anak anaknya.
Hanya Qabil yang tak mahu tunduk terhadap syari'at yang ditetapkan Allah
ini. Iblis mendapat peluang yang baik sekali dengan perantaraan perasaan
berahi antara lelaki dan wanita, dengan perantaraan nafsu dan keinginan
keinginan hidup manusia. Kepada Qabil dibisikkan oleh Iblis bahwa Adik Qabil
lebih cantik dari Adik Habil.
Kata Iblis kepada Qabil: "Jangan kamu mahu tunduk kepada penetapan
bapakmu yang tak adil itu. Adikmu sendiri jauh lebih cantik dari Adik Habil.
Kenapa bapak menyuruh kamu kawin dengan Adik Habil yang tak cantik,
sedang adikmu yang cantik itu disuruh berikan kepada Habil untuk menjadi
isterinya?"
Dengan bujukan Iblis ini, mulailah ketara nafsu yang tak mahu menurut
putusan dengan segala macam alasannya. Kecantikan seorang wanita telah
dapat dipergunakan oleh Iblis untuk menimbulkan perselisihan antara dua
orang lelaki yang bersaudara kandung itu. Ini bukan hanya terjadi atas diri
anak anak Adam dan Hawa dahulu kala, tetapi masih terjadi pada anak cucu
Adam dan Hawa yang hidup di abad kedua puluh, atau zaman moden
sekarang ini.
Adam dan Hawa sebagai bapak dan ibu mulai pusing memikirkan bagaimana
caranya agar dia dapat memenuhi keinginan anak anaknya dengan tidak
melanggar syari'at yang sudah ditetapkan Allah, agar tetap hidup dalam
keadaan aman tenteram dan selamat di muka bumi ini.
Bila syari'at Allah dijalankan akan terjadi perselisihan antara anak anaknya.
Bila keinginan anaknya yang diteruskan akan terjadi keengkaran terhadap
syari'at yang ditetapkan Allah. Satu kesempatan yang amat baik sekali bagi
Iblis untuk menjalankan tipudaya dan siasatnya. Perselisihan antara manusia
sesama manusia adalah jalan lempang yang amat lurus bagi Iblis untuk
sampai pada tujuannya.
Kesempatan baik ini, tidak disia-siakan Iblis. Iblis segera datang berbisik ke
telinga Qabil: "Hai, Qabil! Janganlah lekas putusasa. Ada satu cara yang amat
gampang untuk mengatasi jalan buntu antara engkau dan adikmu Habil,
untuk menyampaikan hasrat hatimu kawin dengan adikmu yang cantik itu.
Jalan satu-satunya ialah supaya kamu bunuh saja adikmu yang bernama
Habil itu."
Mula mula Qabil agak ragu ragu terhadap cara penyelesaian yang dianjurkan
Iblis itu. Iaitu dengan cara membunuh Habil, adik kandungnya sendiri,

saudara yang seibu dan sebapa dengan dia, selapik seketiduran, kadangkadang sebantal sekalang hulu.
Beberapa hari lamanya Qabil termenungmenung tidak keruan hidupnya.
Berdiri bermenung, duduk bermenung, tidur tak berasa puas, makan tak
berasa enak. Duduk termenung dan melamun adalah merupakan tanah yang
amat subur pula bagi Iblis untuk menanam siasat dan tipu dayanya terhadap
manusia. Orang yang duduk bermenung bererti fikirannya menjurus ke satu
jurusan saja. Dia lupa akan jurusan jurusan lain dalam hidupnya. Apalagi
kalau yang dimenungkan itu hal yang tak baik. Dia akan lupa akan
kemaslahatan dirinya. Apa lagi kemaslahatan ibu bapa dan keluarganya. Dia
akan lupa akibat akibat yang akan timbul dari perbuatannya itu. Di saat yang
amat kritikal dalam menungannya itu, Iblis datang langsung menemui Qabil
dengan anjuran yang lebih tegas:
"Bunuh saja, hentam saja, jangan fikir panjang lagi !"
Melihat keadaan dan tabi'at Qabil yang luarbiasa itu, Adam, Hawa, Habil
seluruh anggota anggota keluarganya menjadi gelisah. Masing-masing
mereka mencoba memberi nasihat kepada Qabil. Berkata Adam kepada Qabil:
"Jangan engkau perturutkan ajakan Setan dan Iblis. Tunduklah kepada
syari'at yang ditetapkan Allah yang telah disetujui oleh ibu bapamu sendiri."
Habil dengan hati yang lapang dan pandangan yang luas mencuba menasihati
abangnya yang sudah lupa daratan itu: "Lebih baik engkau mencari jalan
yang hak, hai saudaraku, menempuh jalan yang membawa selamat,
menjauhkan diri dari jalan yang membawa celaka dan kesengsaraan yang
berlarut larut."
"Ketahuilah, saudaraku," katanya lagi, "bahawa apa yang terjadi ini adalah
syari'at dan takdir yang sudah ditentukan Allah. Ibu dan bapak, begitupun
saya sendiri hanya semata-mata menjalankan perintah dan syari'at Allah itu.
Kita sekalian diciptakan Allah hidup di permukaan bumi ini, adalah semata
mata untuk dapat menjalankan syari'at dan untuk mengabdikan diri kita
kepada Allah yang menciptakan kita itu. Sungguh engkau akan berdosa bila
keluar dari jalan yang hak sudah ditentukan Allah. Maka lebih baik engkau
minta ampun atas dosamu itu, sebagaimana saya selalu minta ampun dan
menyerahkan nasib dan untungku seluruhnya kepada Allah yang menciptakan
seluruh alam ini."
Nasihat yang bagaimana juga baik dan benarnya, rupanya tidak berbekas
pada jiwa yang penuh nafsu yang sedang bergejolak membakar. Qabil malah
menjadi semakin galak garang. Dia segera mendekati adiknya Habil yang
masih memberi nasihat dan berkata: "Engkau jangan banyak bicara. Engkau
pasti saya bunuh."
Dengan hairan dan sabar, Habil menjawab: "Kenapa aku akan engkau
bunuh?" "Karena bapa dan Allah lebih suka kepada engkau," jawab Qabil.
"Dengan membunuh saya, keadaan tidak akan berubah, malah bapak dan
Tuhan akan semakin marah terhadap engkau," jawab Habil. "Tak peduli,
engkau pasti aku bunuh, agar senang hatiku," kata Qabil dengan garangnya.
Sekalipun Habil jauh lebih kuat badannya dari Qabil, karena budinya yang
tinggi, dia tetap bersabar diri dan berkata: "Sekali pun engkau telah
mengacungkan tangan untuk membunuhku, saya tetap tidak akan
menggerakkan tangan untuk membunuhmu. Saya takut kepada Tuhan
Semesta Alam."
Habil terus berjalan menuju tempat kediamannya, Qabil mengikutinya dari
belakang dengan hati mengkal. Setibanya di gua, masih saja dia mengkal dan
marah. Dicobanya menidurkan mata, tidak mahu tidur. Semalam malaman itu
dia tak sepicing juga dapat tidur. Dadanya berasa mengah.

Di saat itu datang lagi Iblis meniup-niup hatinya yang sudah panas itu dengan
berkata: "Bunuh Habil, bunuh Habil, bunuh Habil !"
Di waktu pagi sebagai biasa, Habil bangun dari tidurnya. Dengan perasaan
lega dia menuju ke padang rumput menggembalakan ternaknya. Qabil yang
sedang diperkuda oleh Iblis dengan sembunyi sembunyi mengikutinya dari
belakang. Maksudnya untuk membunuh Habil yang tidak ragu ragu lagi,
malah bertambah menyala nyala. Di kala matahari, bulan, bintang bintang
beredar di angkasaraya menjalankan perintah Tuhannya, di kala burung
burung berkicau bersiul berterbangan ke sana ke mari menjalankan tugasnya
masing masing sambil bertasbih mensucikan Tuhan Yang Maha Suci, Qabil
dengan mencapai dahan kayu yang amat keras dan berat memukul kepala
Habil dari belakang sekuat hatinya.
Darah bertumpah dan mengalir membasahi permukaan bumi buat pertama
kali. Habil menjerit kesakitan, badannya terhempas ke bumi dan bergeletar.
Terjadilah apa yang disangsikan para Malaikat terhadap manusia, ketika
Malaikat diberitahu Allah bahwa manusia akan diciptakan Allah untuk menjadi
Khalifah (pengatur) di atas bumi. Malaikat sangsi bahwa manusia akan
berbuat binasa di bumi dan akan menumpahkan darah. Kesangsian itu kini
untuk pertama kalinya sudah terjadi, mungkin akan disusul pula dengan
kejadian-kejadian kedua, ketiga, keempat dan sampai entah ke berapa kali
lagi; bahkan pembunuhan itu bukan hanya dilakukan oleh seorang manusia
terhadap seorang manusia saja, tetapi akan terjadi pembunuhan
pembunuhan besar, beribu-ribu manusia dengan alat alat pembunuhnya yang
terkejam dan termoden akan membunuh beribu ribu manusia lainnya,
manusia yang bersalah dan tidak bersalah, wanita atau anak anak di bawah
umur sekalipun.
Setelah melihat darah mengalir membasahi bumi, serta mendengar jeritan
Habil yang memilu dan menyayat perasaan itu, maka Iblis yang
memperkudanya itu tersenyum simpul, lalu pergi meninggalkan mangsanya,
sebagai seorang yang menang, karena siasat dan tipudayanya sudah berhasil.
Makin yakin ia akan kelebihan dirinya dan akan kelemahan atau kekurangan
Bani Adam (manusia).
Sepeninggalan Iblis itu, Qabil mulai sedar akan ketololan dirinya. Perasaan
menyesal atas perbuatan yang baru dilakukannya mulai tumbuh, muncul
dengan perlahan dari lubuk hatinya. Teringatlah ia, bahwa adiknya (Habil)
adalah seorang baik dan tidak bersalah apa apa. Mulailah dia merasakan
bahawa perbuatannya itu amat kejam. Mulai timbul kesedaran, bahawa dia
bersalah besar. Tidak ada keuntungan yang diperolehinya dari pembunuhan
ini. Dan tidak mungkin pembunuhan ini akan membawa kesenangan hatinya.
Malah sebaliknya, hatinya bertambah gundah, dia merasa rugi, kosong dari
perasaan aman dan tenteram. Apalagi setelah dilihat dengan mata kepalanya
sendiri keadaan adiknya Habil yang bergeletar ditanah menghadapi sakaratul
maut. Suara rintihannya semakin halus, akhirnya hilang lenyap. Sebaliknya
seluruh anggota badannya semakin hebat menghempas ke kiri dan ke kanan
menandakan rasa sakit yang tak terhingga. Nafasnya sesak, seakan akan
jantung dan paru parunya sudah tidak kuasa lagi menghirup udara atau
hawa. Akhirnya seluruh gerakgerinya berhenti, sekujur badannya menjadi
lemah longlai, dan dia lalu menghembuskan nafas yang terakhir.
"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun." Ya, semua manusia akan mati. Bahkan
semua makhluk berjiwa akan mengalami mati. Karena begitulah sunnah Ilahi
yang menciptakan seluruh makhluk berjiwa ini. Karena Allah sudah
menetapkan dari azal, bahwa kehidupan di dunia ini hanya buat sementara

saja, hanya sebagai singgah dalam perjalanan ke arah penghidupan yang


kekal dan abadi di akhirat. Di akhirat nanti akan diperhitungkan satu persatu
amal dan kerja setiap manusia selama hidupnya di dunia ini. Setiap amal,
buruk dan baik, kecil dan besar tidak ada yang tertinggal dan tidak kena
perhitungan itu. Semua akan mendapat balasan yang setimpal. Perbuatan
baik balasannya baik.
Perbuatan jelek atau jahat pembalasannya jahat pula. Orang yang hidupnya
teraniaya di permukaan bumi ini janganlah terlalu bersedih hati. Bersabarlah,
Tuhan sanggup membalikkan penganiayaan itu ke alamat asalnya. Dan orang
yang menganiaya, jangan terlalu bergembira dalam hidup, pasti akan
merasakan sakit dan pedihnya penganiayaan yang dia lakukan itu !
Angin sepoi mulai berhembus dan bertiup. Semua daun daun kayu bergerak
dan berdesir. Hembusan angin sepoi itu seakan akan menjamah sekujur
tubuh Habil yang sudah tak bernafas lagi itu sebagai hiburan dan tanda turut
berdukacita. Sedangkan desiran daun daun seakan akan bertasbih meratapi
dan meucapkan selamat jalan kepada jenazah Habil yang sedang pulang
kembali ke Rahmatullah.
Adapun Qabil mendengar desiran daun dihembus angin sebagai bisikan yang
mengecam dan mengutuknya: "Qabil, engkau pembunuh, engkau pembunuh,
engkau kejam, engkau kejam, bodoh, engkau bodoh."
Burung burung dan binatang binatang buas dengan berbagai bunyi, seakan
akan berkata kepadanya menyesali perbuatannya itu: "Engkau pembunuh,
engkau kejam."
Qabil mulai mengerang panjang. Dia mulai merasa takut. Badannya berasa
berat dan kakinya berasa lemah. Tiba tiba dia tersungkur jatuh di samping
jenazah adiknya Habil. Dia memanggil manggil: "Habil! Habil! Habil !"
Habil tidak menjawab, karena dia sudah menghembuskan nafas yang terakhir,
telah bercerai jiwa dengan raganya. Tinggallah Qabil termangu mangu di
samping jenazah adiknya. Tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Apakah
jenazah adiknya itu akan ditinggalkannya begitu saja sehingga biar dimakan
serigala dan burung burung?
Tak sampai hati dia meninggalkannya begitu saja. Akhirnya jenazah itu dipikul
ke bahunya dan dibawanya. Tetapi dia tidak tahu ke mana jenazah itu akan
dibawanya dan akan diapakan jenazah itu. Dia terus berjalan dan berjalan.
Akhirnya dia menjadi letih, lalu berhenti melepaskan lelah. Hatinya sedih dan
mulai berkhayal agar adiknya hidup kembali. Sesalnya bertambah tambah,
sehingga dia menjadi tak keruan dan gelisah. Mulai dia marah kepada dirinya
sendiri.
Setelah letihnya agak berkurang kembali jenazah adiknya itu dipikulnya ke
bahunya. Dia berjalan tidak bertujuan. Setelah penat, dia berhenti pula
melepaskan lelah. Begitulah berulang ulang sampai letih dan lesu, di bawah
terik panas matahari.
Tiba tiba dia melihat dua ekor burung gagak berkejar kejaran. Kedua burung
gagak itu sama menyiruk ke bawah, hinggap ditanah. Keduanya berkelahi
sehebat hebatnya, tikam menikam, pukul memukul dengan paruhnya masingmasing. Salah satu di antara kedua burung itu kena pukul yang keras sekali,
sehingga patah lehernya. Burung yang kena pukul itu bergeletar di tanah
menghempaskan diri. Tak lama kemudian burung itu mati.
Setelah mengetahui bahwa burung yang kena itu sudah mati, lalu burung
yang masih hidup menggali lubang di tanah dengan menggunakan kaki dan
paruhnya. Setelah lubang itu menjadi besar dan dalam, gagak yang hidup
menarik gagak yang mati dengan paruhnya ke dalam lubang. Lubang itu lalu
ditutupnya kembali dengan tanah. Gagak yang masih hidup lalu terbang

meninggalkan tempat itu


Melihat itu, Qabil takjub heran sekali dan berkata kepada dirinya sendiri:
"Rupanya aku ini jauh lebih bodoh dari gagak yang hitam itu." Dia lalu meniru
gagak itu. Lubang digali, lalu jenazah adiknya dimasukkan dalam lubang itu,
dikuburkan dan ditimbunnya dengan tanah.
Setelah agak lama Habil dan Qabil tidak pulang, Adam dan Hawa mulai
khuatir dan cemas. Adam lalu berangkat mencari kedua orang anaknya itu.
Alangkah terperanjatnya Adam melihat darah tertumpah di tanah membasahi
bumi. Dadanya bergoncang, hatinya berdebar, Adam berteriak sekeras
kerasnya kepada Qabil: "Qabil, apa yang engkau lakukan terhadap
saudaramu?"
Bergetar tubuh Qabil mendengar teriakan bapaknya yang luarbiasa itu. Alam
seluruhnya dirasakan turut bergetar dan benteriak kepadanya: "Hai, Qabil !
Apa yang engkau lakukan terhadap adikmu sendiri?"
Qabil terus lari dan lari, di celah gunung yang tinggi, melintasi jurang jurang
yang dalam. Dengan hati yang penuh ketakutan, badan gemetar dan jiwa
gelisah. Bukit, gunung, jurang, pohon dan binatang apa saja yang ia jumpai,
seakan akan turut mengejar dari belakang dan benteriak teriak kepadanya:
"Pembunuh, pembunuh, pembunuh."
Qabil lari dan lari tenus, tak dapat merasa ketenangan dan kesenangan buat
selama lamanya. Dunia ini baginya sejak waktu itu adalah tempat pelarian
dan ketakutan, kerana dia sendiri yang membuat dirinya diselubungi
ketakutan, sehingga menyangka musuh terhadap apa saja yang ia jumpai dan
temui. Begitu susahnya di dunia ini, belum lagi dia di akhirat nanti.... !
Adam dan Hawa kehilangan dua onang anak sekaligus. Seorang meninggal
dunia dan seorang lagi hilang tak tentu ke mana penginya. Terhadap yang
sudah meninggal, Adam dan Hawa mendoakan kepada Allah: "Ya Allah,
ampunilah dia; turunkanlah rahmatMu kepadanya di Alam Banzakh, dan
berilah ia tempat di Syurga di Alam Akhinat nanti."
Terhadap anaknya yang hilang, Adam dan Hawa tak benputusasa, mudah
mudahan dia dapat kembali dengan kesedaran dan keinsafan, dapat
menginsafi segala kesalahan dan dosa yang telah diperbuatnya, akhirnya
dapatlah ia menjadi manusia yang berguna hidupnya di dunia ini bagi ibubapa
dan adik adiknya. Terhadap anak anaknya yang lain, Adam memperingatkan
bahawa kita manusia hidup di permukaan bumi ini bukan sendirian. Di
samping kita manusia ada Setan dan Iblis yang menjadi musuh kita sampai
ke anak cucu dan keturunan kita buat selama lamanya.
Adam dan Hawa menenangkan kepada anak anaknya pengalaman hidupnya
berdua selama berada di dalam Syurga, bagaimana hebat dan halusnya
godaan Iblis. Sekalipun di kala itu, karena sama sama berada di alam Syurga.
Adam dan Hawa dapat melihat Iblis dan dapat mendengar suaranya, Adam
dan Hawa masih dapat tergoda olehnya. Apalagi sekarang setelah berada di
alam bumi, dimana kita manusia tidak dapat lagi melihat Iblis dan tak dapat
mendengar suaranya, sedangkan Iblis tetap dapat melihat kita manusia,
maka godaan Iblis dimuka bumi ini pasti jauh lebih hebat dan jauh lebih
merbahaya bagi kita manusia.
Iblis adalah musuh kita yang dapat melihat kita dan kita tidak dapat
melihatnya. Dengan begitu perjuangan kita terhadap Iblis adalah perjuangan
atau perkelahian yang tidak setaraf. Tidak ubah saperti penkelahian dua
orang manusia: yang pertama dengan mata terbuka dan yang kedua dengan
mata tertutup. Dapatlah kita pastikan, orang yang dengan mata terbuka akan
selalu menang, dan orang yang dengan mata tertutup akan selalu kalah.
Tetapi kita manusia jangan sedih. Tuhan Maha Pengasih dan Maha Adil.

Kepada kita manusia diberi Tuhan satu cara untuk membutakan mata Iblis
terhadap kita, iaitu bila kita mohon perlindungan Allah dari godaan Iblis
dengan membaca: "A'uzubillahi minasy Syaitanir Rajim." Dan kepada kita
manusia diberi kekuatan yang dinamakan iman, iaitu kepercayaan penuh
terhadap Allah. Dengan keimanan yang kukuh dan kuat, Iblis tidak sanggup
menggoda manusia. Iblis malah menjadi takut dan lari dari manusia yang
beriman itu. Iblis malah tidak berani mendekatinya.

Você também pode gostar