Você está na página 1de 2

ADA orang yang maksiatnya lancar tapi rezekinya juga lancar, bisnisnya

sukses, pelitnya luar biasa. Bagaimana bisa? Jawabannya ada pada hadits
berikut ini:





} :








[44 : { ]
.




Dari Uqbah bin Amir, dari Rasulullah SAW: Apabila engkau melihat Allah
mengaruniakan dunia kepada seorang hamba sesuai dengan yang ia
inginkan, sementara ia tenggelam dalam kemaksiatan, maka ketahuilah
itu hanya istidraj darinya, kemudian Rasulullah SAW membaca firman:
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada
mereka Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk
mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah
diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong,
maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.


{







} :





[ 44 :]





:


.
Ibnu Abbas menjelaskan firman Allah Azza wajallah: Nanti Kami akan
menarik mereka dengan berangsur-angsur ke arah kebinasaan dengan
cara yang tidak mereka ketahui, ia berkata: Setiap kali mereka
melakukan satu kesalahan kami beri mereka nikmat yang baru dan kami
lupakan mereka untuk beristighfar.

: { ]





}



[ 182.

:

Sufyan ats Tsauriy menjelaskan firman Allah: Nanti Kami akan menarik
mereka dengan berangsur-angsur ke arah kebinasaan dengan cara yang
tidak mereka ketahui, ia berkata: Kami karuniakan nikmat kepada mereka
dan kami halangi mereka untuk bersyukur.
Kelancaran rezeki bukanlah standar sayangnya Allah kepada seseorang.
Boleh jadi kelapangan hidup itu bentuk azab yang tidak disadari. Untuk
apa banyak harta tapi batin merana, ancaman azab akhirat tidak
dipedulikan. Kalaulah standar sayangnya Allah itu dengan kemewahan
hidup dunia, Qarunlah orang yang paling disayangi Allah. Tapi akhirnya ia
binasa ditelan bumi.
Juga sebaliknya, jangan mengira orang yang banyak ujian dan cobaan
dalam hidup tanda ia dimurkai oleh Allah. Boleh jadi itu adalah musibah
untuk menghapuskan dosa dan meninggikan derajatnya di surga nanti.
Penuntut ilmu juga begitu. Jangan mengira dapat nilai bagus dan selalu
sukses adalah ukuran kasih sayang Allah kepadanya. Tapi lihatlah,
bagaimana shalatnya, puasanya, bagaimana ketaatannya untuk tunduk
pada aturan Allah, dan bagaimana usahanya untuk mengamalkan
ilmunya.

Maka berhati-hatilah, kita sedang di posisi mana?


Standar sayang atau marahnya Allah itu adalah sejauh mana kita mampu
taat kepada-Nya atau sedalam apa tenggelam dalam kemaksiatan.
[http://zulfiakmal.wordpress.com/Sumber: Ustadz Fesbukers/]

Você também pode gostar