Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
JENIS AMBULANCE
Hard Ware
TRANSPORTASI
GAWAT DARURAT
A
B
C
1
2
3
4
5
D
1
2
3
4
Jenis kendaraan
Warna cat kendaraan
Perlengkapan kendaraan
Pendingin ruangan
Sirine (1-2 nada)
Lampu rotator warna biru
Sabuk pengaman pengemudi
Sabuk pengaman petugas
Isi dan luas ruangan kendaraan
Penempatan alat medis
Almari obat
Lampu penerangan
Sumber listrik 12volt DC (stop
kontak)
Lampu ruangan
7
E
F
1
Tambahan
Perlengkapan petugas (APD)
Kualifikasi petugas
Dokter
Paramedis
Non medis
Perlengkapan medis
Pemeriksaan Umum
Tensimeter, stethoscope, thermometer
G
1
1
1
2
dan senter
Airway
Tongue Spatel metal
Magil forceps
Portable suction, suction electric
Chateter suction
OPA (Gudel)
NPA
LMA
ETT
Laringoscope Dewasa
Mandrein/ Stylet
Ky Jelly
NGT
Breathing
Tabung O2, regulator & humidifier
(statis)
Tabung O2 portable dan Regulator
portable
Roda 4
PUTIH / KUNING
Roda 4
PUTIH / KUNING
1 stretcher
1 stretcher
1 petugas duduk
1 petugas duduk
Cukup terang
Cukup terang
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
1
2
3
4
H
1
2
II
A
1
2
B
1
2
C
1
2
3
4
5
6
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN AMBULANCE
A. TATA TERTIB AMBULANCE
1. Pada saat menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan lampu rotator
2. Pada saat mengangkut pasien hanya boleh mengunakan lampu rotator
3. Semua peraturan lalulintas harus di taati
4. Kecepatan maksimum 40 km / jam di jalan biasa dan 80 km / jam di jalan bebas hambatan
5. Petugas membuat laporan keadaan penderita selama transportasi, yang disebut dengan lembar
catatan penderita yang mencakup identitas pasien waktu dan keadaan penderita
6. Petugas memakai seragam dengan identitas yang jelas
7. Setelah selesai melakukan transportasi harus langsung menuju Rumah Sakit.
8. Penggunaan ambulance harus sesuai fungsi dari masing-masing ambulance
a. Ambulance transport
Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan khusus / tindakan
daruratnuntuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak akan timbul kegawatan
selama dalam perjalanan.
b. Ambulance gawat darurat
Pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah di stabilkan ke tempat pelayanan
devinitive. Pasien memerlukan pengawasan medic khusus dan memungkinkan tindakan
resusitasi dalam perjalanan rujukan
9. Penggunaan ambulance untuk transportasi diluar ketentuan tsb seperti antar jemput dokter,
atau perawat dan lain-lain harus mendapat persetujuan Direktur utama.
10. Tariff pelayanan mengacu pada tariff pelayanan ambulance yang dikelauarkan oleh rumah
sakit.
B. PERSIAPAN PEMERIKSAAN AMBULANCE
1. Mesin mati
- Periksa seluruh bodi ambulance
- Periksa roda / ban tekanan
- Periksa sepion dan jendela, pastikan spion bersih dan berada di posisi yang tepat
- Periksa fungsi setiap pintu dan kunsi
2. Mesin Hidup
Nyalakan mesin dan keluarkan ambulance dari ruang penyimpanan dan pemeriksaan sebagai
berikut :
- Tes fungsi indicator di dashboard
- Periksa meteran yang terletakdi dashboard
- Tes fungsi rem
- Tes fungsi rem tangan
- Tes fungsi stir
- Periksa fungsi wifer
- Tes fungsi lampu
- Periksa fungsi pendingin baik di komponen pasien
- Periksa perlengkapan komonikasi
Untuk memudahkan pemeriksaan dapat juga menggunakan akronim ( EWAGON )
a. Enggine
:
Periksa mesin baik / tidak
b. Water
:
Periksa air radiator, wiper, air cadangan
radiator, air accu sesuai dengan petunjuk pemakaian.
c. Air :
Periksa tekanan udara ban cukup atau tidak, AC
dan blower berfungsi baik atau tidak
d. Gas : Periksa bahan bakar minyak (solar / premium) sesuai
petunjuk pemakaianatau tidak
e. Oil : Periksa indicator oli mesin dan minyak rem sesuai
f.
petunjuk pemakaian
Noise : Dengarkan suara mesin normal atau tidak
g. Elektrikal system
: Periksa dan lihat lampu dekat, lampu
jauh, sign hazard, rotator, sirine, lampu kabin depan dan
belakang, dan lampu-lampu indicator menyala atau tidak dan
pecah atau tidak.
h. Body
: Periksa seluruh bodi mobil bersih dan mulus,
i.
j.
k. Sabuk pengaman
Pemeriksaan
dan
coba
sabuk
rasa kantuk
10. Mempunyai sertifikat paramedic level 1 (basic) atau BHD
b. Operasional Ambulance
1. Setiap hari ambulance yang disiapkan untuk operasional berjumlah 4 buah
2. Penentuan layak tidaknya ambulance untuk operasional ditentukan oleh coordinator
sopir ambulance dan penanggung jawab medis ambulance dengan memperhatikan
c.
d.
tepat.
Penggunaan Alat Peringatan (Warning Device)
Alat peringatan bukanlah segalanya, penelitian membuktikan bahwa pengemudi
lain tidak melihat rotator atau mendengar sirene sampai jarak antara 15-30meter.
e. Sirine
1. Sirine adalah alat peringatan audio
2. Gunakan sirine dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirine hanya digunakan saat
respon gawat darurat. Suara sirine dapat menambah rasa takut dan cemas pasien.
Jika terlalu sering digunakan, pengemudi lain cendrung tidak member jalan karena
dianggap sebagai penyalahgunaan.
3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Adanya bangunan, pepohonan,
semak belukar dan radio tape dapat menghalangi bunyi sirine
4. Selalu waspada terhadap maneuver aneh pengemudi lain yang menjadi panic
karena suara sirine.
5. Jangan membunyikan sirine secara tiba-tiba di dekat kendaraan lain, gunakan
f.
klakson.
6. Jangan gunakan sirine untuk menakut-nakuti orang.
Lampu rotator
1. Berdasarkan UU No 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan angkatan jalan pasal 59
ayat 5
2. Lampu isyarat-isyarat yang digunakan oleh ambulance adalah berwarna merah
3. Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus dinyalakan pada respon
gawat darurat.
Kecepatan dan keselamatan
1. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya tabrakan
2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang untuk berhenti
3. Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan sabuk pengaman saat
g.
ambulance berjalan.
h. Kendaraan Pengiring dan Forwarder
1. Keadaan iring-iringan kendaraan meningkatkan risiko kecelakaan karena jarak
yang terlalu dekat, berhenti mendadak dan respon pengemudi lain
2. System EMS tidak merekomendasikan iring-iringan ambulance dengan kendaraan
i.
j.
di buat.
2. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk segera mencari jalur alternative
Posisi Parkir di Lokasi Kejadian / Bencana
1. Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat termasuk menentukan area
bahaya dan jalur evakuasi
2. Ambulance di parkir sekurangnya 30meter dari lokasi kejadian Jika ada tanda
bahaya seperti nyala api atau kebocoran cairan dan asap. Jika tidak ada tanda
bahaya ambulance di parkir sekurangnya 15 meter .
3. Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya di tambah penggajal roda
4. Jika anda kendaraan penolong yang pertama datang parkir di belakang lokasi
kejadian
(dari
arah
datang).
Sehingga
lampu
peringatan
kita
dapat
5. Jika lokasi kejadian telah di amankan, parkirlah di depan lokasi kejadian untuk
mencegah ambulance anda tertabrak arus lalulintas dari belakang.
6. Ambulance sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika terpaksa harus ada orang
lain yang memandu, karena pengemudi ambulance memiliki keterbatasan
pandangan kea rah belakang.
k. Memindahkan pasien ke ambulance
1. Pasien harus sudah di periksa kondisinya, dilakukan prosedur penanganan gawat
darurat jika dibutuhkan, di stabilisasi dan kemudian baru di pindahkan ke
ambulance.
2. Pada kasus tertentu yang tidak mungkin intervensi di tempat, seperti lokasi yang
berbahaya, atau pasien memerlukan prioritas tinggi, maka pemindahan dapat
dilakukan terlebih dahulu.
3. Jika curiga cedera spinal, stabilisasi harus segera dilakukan. Cervical collar harus
l.
kondisi pasien
6. Langkah-langkah sebelum transportasi pasien
a. Penilaian awal
1. Pastikan keselamatan diri sendiri dan lingkungan, gunakan sarung tangan, pakaian
pelindung, kaca mata
2. Jumlah pasien
Minta bantuan jika diperlukan
3. Mekanisme cedera
Curigai cedera / penyakit yang spesifik
4. Dapatkan kesan umum tentang umur, jenis kelamin, berat badan, posisi, cidera minor
dan mayor yang kelihatan.
5. Dapatkan informasi mengenai data-data korban, riwayat penyakit
b. Tingkat kesadaran
1. A = Alert
2. V = Verbal
3. P = Pain
4. U = Unresponsive
c. Primeri Survey
1. Airway
Pastikan dan amankan saluran nafas
Jika tidak ada respons, bebaskan jalan nafas
Imobilisasi tulang leher jika trauma
2. Breathing
Periksa pernafasan : lihat, dengar, dan rasakan
Jika bernafas perhatikan frekuensi dan dalamnya pernafasan
Jika tidak bernafas segera lakukan pernafasan buatan
Berikan oksigen
3. Circulation
Periksa arteri karotis
Periksa perdarahan
Hentikan perdarahan
Lakukan RJP
4. Disability
GCS
Pupil
5. Exsposure
Periksa bagian belakang dengan tehnik log roll
Cegah hipotermi
6. Five Intervention
Perencanaan laboratorium
Perencanaan rontgn
Pasang catheter
Pasang NGT
Pasang heart monitor
7. Give comport
Intervensi nyeri
Intervensi mual, muntah
d. Secondary survey
1. History / anamnesa dengan SAMPLE
2. Head to toe / pemeriksaan fisik
3. Vital sign
7. TRANSPRORTASI
a. Penentuan Tujuan
1. Pasien kritis dapat dapat dipindahkan ke rumah sakit lain dengan fasilitas gawat
darurat terdekat
2. Termasuk dalam kategori diatas adalah :
Henti nafas atau henti jantung
Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi
Kejang berulang atau sedang terjadi
Trauma mayor
Amputasi
Pasien luka bakar
Persalinan iminen
Sempat infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun dengan nyeri dada
hebat.
3. Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi pilihannya atau
berdasarkan keputusan DPJP
4. Gunakan rute dan kecepatan yang sesuai menuju RS tujuan. Pilih rute alternative
yang sesuai jika rute normal tidak memungkinkan pasang sabuk pengaman. Gunakan
sirine dan lampu sesuai kondisi.
5. Jika pasien memburuk selama perjalanan dan kemungkinan hidup menuju RS yang
dituju meragukan maka pasien dapat di transport ke IGD rumah sakit yang mampu
melakukan pertolongan sesuai kondisi pasien.
b. Modus berangkat
1. Sebelum transportasi,pastikan hal-hal berikut
a) Kondisi vital meliputi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi, pastikan ikatan pada
alat pengangkut / stretcher tidak menyebabkan pasien kesulitan bernafas jika
pasien tidak sadar,pastikan pasien mendapatkan pertukaran udara yang cukup.
b) Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulance
2. Persiapkan jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan sirkulasi dengan
meletakkan spine board pendek atau papan RJP di bawah matras
3. Longgarkan pakaian yang ketat
4. Periksa posisi balut dan bidai
5. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien. Mereka harus di
tempatkan di kabin pengemudi dan memakai sabuk pengaman dengan baik agar tidak
mempengarugi peruses perawatan pasien.
6. Naikkan barang pribadi seperti dompet, koper,dan tas serta pastikan barang-barang
tersebut aman di ambulance jika memungkinkan, beritahu petugas keamanan tentang
hal ini.
c. Selama perjalanan
1. Lengkapi riwayat penyakit dan secondary survey
2. Lanjutkan perawatan kegawat daruratan yang dibutuhkan
3. Catat dan monitoring vital sign secara terus menerus
4. Lakukan monitoring dan observasi berkelanjutan yang berfokus pada airway,
breathing, circulation dan tingkat kesadaran.
5. Jika terjadi kondisi perburukan pada salah satu atau lebih komponen ABCD lakukan
ulang primary survey dan laukan resusitasi
6. Yakinkan alat yang anda perlukan terjangkau dan siapkan alat yang mungkin anda
perlukan sesuai kondisi pasien
7. Pertahankan komonikasi dengan pasien untuk memeriksa respon pasien
8. Jika pasien gelisah
a. Perbaiki ABCD
b. Lakukan restrain jika pasien membahayakan diri sendiri dan orang lain.
f.
belum di gunakan
Bersihkan sampah kotoran non medis
Gunakan pengharum ruangan untuk menetralkan bau yang ada
3. Bersihkan dan desinfeksi peralatan medis
Bersihkan dan lakukan prosedur disinfeksi pada barang non disposable
Ganti barang-barang sekali pakai (disposable) dengan cadangan
4. Mengecek fungsi stretcher ambulance
Penolakan perawatan
1. Pasien / keluarga harus sudah dijelaskan tentang kondisi penyakit, tindakan / transper
yang harus dilakukan dan resikonya
dilakukan
2. Inform consen harus di dokumentasikan dengan benar
3. Jika orang tua atau wali menolak sedangkan kondisi cidera / penyakit bersifat
mengancam jiwa, maka perawatan dan transportasi dapat dilakukan tanpa persetujuan
mereka. Tujuan transportasi harus di sampaikan, situasi ini harus dicatat dengan baik
4. Jika orang tua wali menolak tindakan dan kondisinya tidak mengancam jiwa maka
harus dijelaskan dan di yakinkan tentang kemungkinan yang akan terjadi, jika tetap
menolak bantuan perawat dan transportasi harus di hentikan dan kejadian ini harus di
dokumentasikan.
g. Pasien dengan gangguan emosional
1. DPJP bertanggung jawab untuk menentukan keamanan petugas ambulance dan
transper pasien.
2. Petugas ambulance dapat memutuskan untuk menunda tindakan sampai ada jamianan
keamanan
3. jika pasien gangguan jiwa itu cukup sadar dan memutuskan untuk meminta
pertolongan serta DPJP melihat bahwa tindakan cukup aman dilakukan, transportasi
dapat dilakukan tanpa jaminan keamanan
h. Kematian yang belum di pastikan
1. Jika timbul kondisi kematian yang belum di tetapkan, tindakan resusitasi harus tetap
dilakukan
2. Jika kematian sudah ditetapkan, kejadian harus dicatat dengan baik, ter masuk waktu,
i.
BAB IV
DOKUMENTASI PELAYANAN AMBULANCE
1. Buku Operasional Kendaraan
2. Buku Pemeliharaan kendaraan
3. Buku pemakaian dan operand an alat medis
4. Form monitoring pasien dalam ambulance