Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian pcristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oieh faktor alam dan/atau faktor nonalam ulah tangan manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda serta dampak psikologis.
Letak geografis Indonesia yang berada antara lempeng Euronesia dan
lempeng Euroasia menjadikan sebagian besar wilayah Indonesia rawan
terhadap bencana alam, kondisi ini merupakan ancaman yang sulit diprediksi
dengan perhitungan kapan, dimana, bencana apa yang terjadi, berapa kekuatan
bahkan kita tidak dapat memperkirakan estimasi korban jiwa maupun harta
benda. Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard potency)
yang sangat tinggi, beberapa potensi tersebut antara lain adalah gempa bumi,
tsunami, banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor, angin ribut, kebakaran
hutan dan lahan. Terdapat 2 (dua) kelompok utama potensi bencana di wilayah
Indonesia yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan
(collateral hazard). Potensi bahaya utama (main hazard) dapat dilihat antara
lain pada peta potensi bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa
Indonesia adalah wilayah dengan zona gempa yang rawan, peta potensi
bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi
bencana banjir. Sedangkan peta potensi bencana ikutan (collateral hazard
potency) dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain bangunan yang
terbuat dari kayu, kepadatan bangunan dan kepadatan industri berbahaya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengembangan kawasan wisata dan aspek bencana ?
2. Apa tujuan dilaksanakannya analisis risiko bencana ?
3. Bagaimanakah analisis risiko bencana pada daerah pariwisata ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengembangan kawasan wisata dan aspek bencana
2. Untuk mengetahui tujuan dilaksanakannya analisis risiko bencana
3. Untuk mengetahui analisis risiko bencana pada daerah pariwisata
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengembangan Kawasan Wisata Dan Aspek Bencana
Pariwisata merupakan salah satu sector dan kegiatan yang mengalami
pertumbuhan pesat. Walaupun terdapat berbagai faktor eksternal yang kurang
menguntungkan perkembangan pariwisata, sampai saat ini pariwisata masih
Amerika
Serikat
mengunjungi
pantai
setiap
tahunnya.
Pelabuhanratu,
Pangandaran,
Bunaken,
Makasar,
Parangtritis,
Risko
Bencana
dimaknai
sebagai
sebuah
proses
Tabel: Jenis Ancaman pada Peta Risiko Bencana (Perka BNPB No 2 th 2012)
No.
1
2
3
4
5
6
Jenis Ancaman
Banjir
Gempa Bumi
Tsunami
Kebakaran Pemukiman
Kekeringan
Cuaca Ekstrim
7
No.
8
9
Jenis Ancaman
Letusan Puting beliung
Gelombang Ekstrim
10
11
12
13
Abrasi
Kebakaran Hutan dan Lahan
Kegagalan Teknologi
Konflik Sosial
Epidemi
dan
Wabah
dan
Penyakit
7
Tanah Longsor
Karena sifatnya yang kompleks, penilaian ancaman seringkali harus
diserahkan kepada para ahli yang bersangkutan. Sebagai contoh, pada bencana
gempa, penentuan kelas ancaman rendah, sedang dan tinggi sebaiknya
dilakukan oleh ahli geologi dan kegempaan. Data untuk ancaman biasanya
diperoleh dari instansi-instansi terkait atau dari perguruan-perguruan tinggi.
2. Kerentanan
Apabila terjadi bencana, maka pada suatu desa yang penduduknya padat
akan mengalami kerugian yang lebih banyak dibandingkan dengan desa lain
yang penduduknya relatif tidak padat. Kondisi ini menggambarkan apa yang
dimaksud dengan kerentanan: Kerentanan merupakan kondisi dari suatu
komunitas
atau
masyarakat
yang
mengarah
atau
menyebabkan
Komponen
Kerentanan
Penjelasan
Contoh Indikator
Kerentanan Fisik
Kepadatan rumah
Jumlah bangunan
Jumlah Fasilitas penting
Kepadatan penduduk
sosial-
kemasyarakatan
terhadap
kejadian bencana
berisiko
Kerentanan
Ekonomi
ekonomi
menghadapi
kejadian bencana
penduduk
(ibu
hamil,
dsb)
Luas lahan produktif
Keberadaan
industri
kelompok
pertokoan
Ukuran
4
Kerentanan
Lingkungan
seberapa
kuat
menghadapi
bencana
Dengan menggunakan indikator-indikator dari masing-masing komponen
seperti pada contoh di atas, dapat diketahui tingkat kerentanan pada suatu unit
analisis (misalnya desa). Apabila hasil dari semua indikator kerentanan yang
ada pada suatu desa dijumlahkan, maka dapat diperoleh ukuran seberapa
rentan desa tersebut terhadap bencana.
10
Komponen
Penjelasan
Kapasitas
Contoh Indikator
Adanya Tagana
dan
kelembagaan
analisis
dalam
hal
penanggulangan
peraturan-peraturan
dan
bencana
kebencanaan
lembaga-lembaga
yang
menanggulangi bencana
kondisi
dini
saat
kejadian
Keberadaan
kajian-
bencana
di
daerah
tersebut
dan
penerapannya
Mengukur seberapa kuat
suatu komunitas apabila
3
Pendidikan
terjadi
bencana
Kebencanaan
ada/tidaknya
pendidikan
kebencanaan
di
Pengurangan
tersebut
Mengukur
dasar
yang
melalui
daerah
Pendidikan
kebencanaan
anak-anak sekolah
Ada simulasi kejadian
bencana
faktor-faktor Adanya
diperlukan
sarana-
prasarana
mendukung
terjadinya bencana
ekonomi
tersebut
11
untuk
yang
aktivitas
di
daerah
Ada/tidaknya
fasilitas
Pembangunan
5
Kesiapsiagaan
semua lini
di
kerjasama
antar
saat
terjadi bencana.
menangani bencana
untuk komunikasi pada
saat terjadi bencana
12
yang
mengawal
masyarakat
lembaga
Semakin besar kerentanan, maka tingkat risiko yang ditimbulkan juga akan
semakin besar, karena semakin rentan suatu komunitas maka risiko timbulnya
korban jiwa dan kerugian materil juga akan semakin besar.
***
Semakin besar kapasitas, maka tingkat risiko akan semakin kecil, sebab
semakin siap sebuah komunitas dalam menghadapi bencana, maka
kemungkinan timbulnya korban jiwa maupun kerusakan materil akibat
bencana juga akan semakin kecil.
Hubungan tersebut juga dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis:
Risiko (R) = Ancaman (H) * Kerentanan (V)/Kapasitas(C)
dimana:
R : Disaster Risk
H : Hazard Threat
V : Vulnerability
C : Coping Capacity
pencegahan
atau
pemulihan
dari
bencana.
Analisis risiko dilakukan dalam beberapa tahap sesuai dengan data yang
dimiliki. Berikut adalah beberapa tahapan yang perlu dilakukan untuk
melakukan analisis risiko:
13
14
5. Multi-Risiko
Untuk mendapatkan hitungan yang lebih akurat mengenai potensi risiko di
suatu daerah, perlu dilakukan analisis multi-risiko. Analisis multi-risiko
menggabungkan hasil hitungan risiko dari berbagai kejadian bencana pada
suatu daerah sehingga diperoleh akumulasi hitungan risiko pada daerah
tersebut. Pada Perka BNPB No. 2 tahun 2012, analisis multi risiko dapat
dilakukan menggunakan pembobotan pada beberapa jenis kejadian bencana
yang diidentifikasi.
Tabel: Hitungan multi-risiko bencana (Perka BNPB No.2 tahun 2012)
15
pendekatan
Multicriteria
Decision
Analysis
(MCDA),
16
17
pada zona yang berbeda. Sebagai contoh, sebuah daerah erupsi gunung berapi
dapat dibagi menjadi tiga buah zona berdasarkan tingkat bahayanya. Pada
zona paling berbahaya diberikan bobot yang lebih tinggi, sedangkan pada zona
yang tidak terlalu berbahaya diberikan nilai bobot yang tidak terlalu tinggi
pula. Dengan melakukan analisis multikriteria secara berjenjang akan
diperoleh nilai risiko yang cukup representatif sesuai dengan bobot komponen
yang diberikan.
BAB III
18
PENUTUP
3.1 Simpulan
Mengingat tingginya tingkat kejadian bencana di Indonesia, perencanaan
yang berkelanjutan dalam penanggulangan bencana menjadi suatu kebutuhan
yang harus dipenuhi oleh tiap kabupaten/kota di Indonesia. Peta multi-risiko
bencana dapat digunakan dalam siklus penanggulangan bencana sebagai
masukan dalam kegiatan penguatan kapasitas dan pengurangan risiko bencana.
Peta multi-risiko bencana dapat dibuat menggunakan perangkat lunak bebas
dan terbuka, yang dalam tugas ini ditunjukkan dengan QGIS. Metode
penilaian menggunakan AHP diperlukan untuk mendistribusikan peran yang
sesuai dengan masing-masing indikator. Pemberian bobot perlu mengacu pada
sebuah aturan yang baku namun fleksible, sehingga memungkinkan
dilakukannya adaptasi pada parameter yang ada agar dapat disesuaikan dengan
ketersediaan data yang ada. Hasil analisis risiko dapat digunakan untuk
membantu pengambilan keputusan dan perencanaan yang berkelanjutan dalam
upaya untuk mengurangi risiko dari beberapa kejadian bencana pada suatu
daerah.
3.2 Saran
Diharapkan daerah yang merupakan kawasan rawan bencana (KRB)
melakukan analisis risiko bencana untuk mengurangi dampak kerugian yang
ditimbulkan dari bencana.
19