Você está na página 1de 2

Asal Usul Bukit La Baong

(CERITA BUKIT LA BAONG)

Judul Buku
Pengarang
Pendahuluan

:
Labaong Bukit Timbunan Tulang.
:
Soedjono Masdi Samidjo.
:
Buku karya soedjono Masdi ini menceritakan tentang legenda tentang seorang Puteri
Raja yang terbuang menjadi tutur pinutur dari generasi ke generasi. Konon di sebuah bukit ia
dikucilkan karena tubuhnya menjijikan.sang puteri itu menyatu dengan bukit itu.

Isi buku

:
La Gawa adalah seorang yang disegani di wilayahnya (Sumbawa), dia juga pemimpin
bajak laut Bintang Tiga. Para Kolonial sangat benci dengannya, begitupula dengan mertua La
Gawa sendiri (Rangga). La Gawa tidak pernah mematuhi perintah yang diberikan oleh
mertuanya karena ia tahu bahwa mertuanya hanya mengingikan jabatan tinggi di kerajaan. Suatu
hari La Gawa diusir oleh mertuanya karena ia tanpa sengaja telah memukuli istrinya sendiri. La
Gawa pun menggembara tanpa seorng istri di sampingnya (Lala Bueng). La Gawa bertekad
akan berkorban demi rakyat serta wilayah tempat tinggal istrinya.
La Gawa dating ke Port Roterdam di Makasar untuk menemui Tuan Holfner. La Gawa
disambut dengan ramah oleh para colonial, ternyata Kolonial ingin berkerja sama dengan La
Gawa untuk menaklukan Jepara. La Gawa menyetujuinya, tapi colonial harus memenuhi
persyaratan yang diajukan oleh La Gawa. Persyaratan itu adalah La Gawa meminta agar colonial
tidak mengganggu daerah Sumbawa tempat istrinya sekarang, perjanjian itu di sebut
PERJANJIAN SATU PASAL. Colonial menyetujui, asalkan Raja Jepara bisa ditaklukan oleh La
Gawa. La Gawa pun pergi ke Kerajaan Jepara. Di sana dia menyamar sebagai pedagang dari
Makasar. Pertama La Gawa disambut dengan keramahan, tapi karena keegoisan sang raja,
terjadilah pertumpuhan darah. Kejadian itu tidak diketahui oleh warga kerajaan di luar. Setelah
itu, La Gawa pun kembali ke Makasar untuk menyampaikan kabar itu. Tuan Holfner merasa
senang mendengarnya.
Disamping itu, istrinya Lala Bueng menunggu kedataangan La Gawa tapi tidak kunjung
datang juga. Melihat itu, Rangga ayahnya, sangat bersimpati melihat anaknya itu. Meskipun
telah banyak pangeran yang mempersunting Lala Bueng, tapi ia tetap setia menunggu
kedatangan suaminya. Suatu hari Lala Bueng dilamar oleh raja muda, semula Lala Bueng tidak
mau tapi setelah dipikirkan dan mendengar kabar bahwa suaminya telah meninggal, ia pun
menerima lamaran pangeran muda. Di hari pernikahannya, datanglah seorang panggeran Banjar.
Pangeran itu bernama Andi pangeran. Andi pangeran semula kelihatan bingung dengan sekitar
dan dia terpesona melihat pengantin yang bersanding dipelaminan. Melihat kebingungan
pangeran itu, seorang pejabat istana mengajak bicara Andi pangeran. Andi Pangeran terkejut
ketika mengetahui perempuan yang menikah itu adalah istri La Gawa. Andi pangeran pun
menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada La Gawa. Pejabat istana itu pun kaget, semula
ia tak percaya tapi setelah melihat kenyataan yang tengah terjadi di daerahnya sekarang, dia pun
percaya. Andi pengeran pun bicara dengan jelas bahwa LA GAWA TIDAK MATI.
Berpuluh-puluh tahun lamanya, La Gawa pun pulang ke daerah istrinya(Sumbawa). La
Gawa ragu untuk pulang, dia takut istrinya tidak dapat menerimanya lagi atau istrinya sudah

menikah. La Gawa pun memutar balik perahunya. Di tengah laut ia bertemu dengan Andi
pangeran. Semula Andi pangeran tidak mau meceritakan sebenarnya tentang keadaan istri La
Gawa sekarang, tapi akhirnya dia pun bercerita. La Gawa keliataan kecewa mendengar cerita itu.
Tapi dengan beser hati La Gawa pulang ke Sumbawa. Tidak ada yang mengenalnya, semua
terlihat asing, lalu ia pun mencari rumah paman La Kohe. La Gawa menceritakan semua yang
terjadi dan memperlihatkan piagam yang diberikan colonial untuknya. Dia tidak punya niat
untuk merebut istrinya kembali, tapi dia ingin istrinya tahu sendiri bahwa dia belum mati. La
Gawa pun menyelinap di istana dan ia melihat seorang perempuan cantik yang sedang tertawa.
Perempuan itu adalah istrinya. La Gawa pun bersiul dan menyelipkan rokok lontar berikat
berbentuk capung. Lala Bueng kaget, dia panik. Para warga istana pun panik dan segera mencari
La Gawa.
Suatu hari Lala Bueng jatuh sakit. Penyakit yang dideritanya adalah gatal-gatal. Bercah
berisi nanah memenuhi sekujur tubuhnya. Tabib tenama tidak mampu menyembuhkannya. Pada
malam hari Lala bueng pun dibawa lari keluar istana di suatu tempat. Lala bueng melarang
pengawal untuk member tahukan kepada semua orang dimana dia berada. Selain itu Lala Bueng
pun berkata, suatu saat nanti orang akan mencariku. Sedangkan dilain pihak, Rangga ayahnya
Lala Bueng gila. Dia menyesal telah menyia-nyiakan kata-kata menantunya.

Você também pode gostar