Você está na página 1de 93

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini banyak ilmu pengetahuan yang berkembang, salah satunya adalah
ilmu yang ada kaitannya dengan kebumian. Salah satu ilmu kebumian tersebut
adalah geofisika. Geofisika menggunakan prinsip dasar fisika dan dengan suatu
alat untuk mengetahui struktur bawah permukaan bumi. Banyak metode yang
yang ada di dalam geofisika, disesuaikan dengan objek yang akan dicari.
Salah satu metode geofisika adalah metode geomagnetik yang merupakan
suatu metode geofisika yang memanfaatkan pengukuran medan magnet bumi.
Metode geomagnetik tergolong dalam metode pasif dapat digunakan untuk
eksplorasi awal minyak bumi, panas bumi, dan bahkan untuk pencarian benda
arkeologi. Parameter yang diukur dalam metode geomagnetik adalah medan
magnet alami dari bumi.
Eksplorasi dengan menggunakan geomagnetik pada umumnya dilakukan
dengan tiga tahap, yaitu akuisisi data lapangan, processing, dan interpretasi. Pada
tahap akuisisi data dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan
menggunakan satu alat, base rover, dan gradien vertikal. Akuisisi data dengan
menggunakan cara looping menggunakan satu alat PPM dimana pengukuran
mulai dari base kembali ke base lagi.
Data hasil pengukuran geomagnetik dapat diolah dengan berbagai model
data. Salah satunya dengan FFT atau Fast Fourier Transform yang merupakan
model dari suatu transformasi dari data spasial atau sering disebut juga data yang
menunjukkan waktu dirubah menjadi suatu data yang menunjukkan suatu domain
frekuensi. Hasil akhir berupa sebuah data estimasi kedalaman (FFT). Selain itu
pemodelan geomagnet bermacam-macam salah satunya adalah pemodelan 3D.
Pemodelan ini dianggap lebih terlihat nyata karena bentuk dari hasilnya sesuai
dengan yang sebenarnya di alam dengan hasil perhitungan juga akurat.

1.2. Maksud Tujuan


Maksud dari acara pengenalan alat ini adalah agar

dapat memahami

tahap-tahap dari perhitungan dan mengerti pengolahan data metode geomagnetik


serta dapat membuat peta menggunakan software Oasis Montaj. Selain itu juga
untuk memahami pemodelan 3D software Oasis Montaj, Surfer, Matlab, Grablox,
Bloxer dan RockWorks15. Tujuan dari pengenalan alat ini untuk mengetahui
variasi harian dan nilai anomali medan magnet kemudian membuat peta TMI, peta
Reduce to Pole, peta Upward Regional dan peta Upward Lokal serta
mengahsilkan Grafik FFt dan membuat pemodelan sehinggan litologi akan
diketahui.
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah yang ditekankan dalam laporan ini adalah:
1. Metode yang digunakan pada saat pengambilan data dilapangan atau
akuisisi data ialah metode Base Rover.
2. Pada pengolahan data geomagnetik dalam laporan ini menggunakan
metode berbagai macam software bantuan, antara lain Software Geosoft,
Software Bloxer, Software Magblock, Software Rockwork / Software
Voxler, Software Surfer 10
3. Hasil dari pengolahan data geomagnetic yang diolah menggunakan
berbagai macam software adalah Grafik Ha Vs, Grafik Hvar Vs, Peta TMI,
Peta Reduce to Pole, Upward Regional / Low Pass Filter, Peta Residual,
Tabel Pengolahan FFT, Analisa Grafik FFT, Pemodelan 2.5 D, dan
Pemodelan 3D.
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang digunakan dalam laporan kali ini antara lain :
1. Mengapa melakukan pengukuran data geomagnetic di lokasi tersebut ?
2. Kapan pengambilan data geomagnetic dilakukan ?
3. Bagaimana proses pengambilan data dan proses pengolahan data
dilakukan ?
4. Dimana lokasi pengambilan data geomagnetic dilakukan ?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Geologi Regional
Surakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian 95 m dpl, dengan
luas 44,1 km2 (0,14 % dari luas Jawa Tengah). Surakarta berada sekitar 65 km
timurlaut Yogyakarta dan 100 km tenggara Semarang, di antara Gunung Merapi
(tinggi 3115 m) di bagian barat, dan Gunung Lawu (tinggi 2806 m) di bagian
timur. Agak jauh di selatan terbentang Pegunungan Sewu. Tanah di sekitar kota ini
subur karena dilalui oleh Bengawan Solo, sungai terpanjang di Jawa, dengan
beberapa anak sungainya. Karesidenan Surakarta diresmikan pada tanggal 16 Juni
1946, yang meliputi Kota Surakarta, Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar,
Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten
Wonogiri.
KONDISI GEOLOGI SURAKARTA DAN SEKITARNYA
Kondisi geologi di Surakarta tidak lepas dari kondisi geologi Pulau Jawa
pada umumnya. Pada Paleogen Awal, Pulau Jawa masih berada dalam bagian
batas tepi lempeng mikro Sunda sebagai hasil interaksi (tumbukan) antara
lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Ketika Kala Eosen, Pulau Jawa
bagian utara yang semula berupa daratan, menjadi tergenang oleh air laut dan
membentuk cekungan.
Pada kala Oligosen, hampir seluruh Pulau Jawa mengalami pengangkatan
menjadi geantiklin Jawa. Pada saat yang bersamaan terbentuk jalur gunung api di
Jawa bagian selatan. Pulau Jawa yang semula merupakan geantiklin berangsurangsur mengalami penurunan lagi sehingga pada Miosen Bawah terjadi genang
laut. Gunung api yang bermunculan di bagian selatan membentuk pulau-pulau
gunung api. Pada pulau - pulau tersebut terdapat endapan breksi vulkanik dan
endapan-endapan laut. Semakin jauh dari pantai terbentuk endapan gamping koral
dan gamping foraminifera.
Pada Miosen Tengah, pembentukan gamping koral terus berkembang
dengan diselingi batuan vulkanik di sepanjang Pulau Jawa bagian selatan.

Kemudian pada Miosen Atas terjadi pengangkatan. Keberadaan pegunungan Jawa


bagian selatan ini tetap bertahan sampai sekarang dengan batuan penyusun yang
didominasi oleh batugamping yang di beberapa tempat berasosiasi dengan batuan
vulkanik, dalam bentuk vulcanic neck atau terobosan batuan beku.
Kemudian pada Kala Plistosen paling tidak terjadi dua kali deformasi,
yang pertama berupa pergeseran bongkahan yang membentuk Pegunungan
Baturagung, Plopoh, Kambengan, dan Pejalan Panggung. Sedangkan yang kedua
di Kala Plistosen Tengah yang diduga merubah aliran Bengawan Solo Purba, yang
diikuti aktivitas G. Lawu dan G. Merapi, serta sesar Keduwan, akibatnya endapan
G. Lawu membendung aliran Bengawan Solo dan membentuk Danau Baturetno.
Secara umum, fisiografi Jawa Tengah bagian tenggara yang meliputi
kawasan G. Merapi, Yogyakarta, Surakarta dan Pegunungan Selatan dapat dibagi
menjadi dua zona, yaitu Zona Solo dan Zona Pegunungan Selatan (Bemmelen,
1949). Zona Solo merupakan bagian dari Zona Depresi Tengah (Central
Depression Zone) Pulau Jawa.
GEOMORFOLOGI
Bentang alam daerah Surakarta dan sekitarnya berupa perbukitan,
pedataran, dan lereng kerucut gunung api. Daerah perbukitan terletak di selatan
Surakarta yang dibentuk oleh batuan sedimen Miosen Pliosen, lereng kerucut
gunung api di sebelah barat dan timur Surakarta, dan pedataran terletak di
Surakarta dan daerah di utaranya. Uraian satuan morfologi di daerah ini adalah :
1. Satuan Padataran, tersebar di sekitar Surakarta, Klaten, Sukoharjo, sekitar
Wonogiri, dengan ketinggian 50 100 m. Satuan Pedataran dibentuk oleh
dataran aluvial sungai, berelief halus, kemiringan antara 0 5%, sungai
sejajar agak berkelok, dengan tebing sungai tidak terjal.
2. Satuan Daerah Kaki Gunung Api, tersebar di sekitar lereng G. Merapi
(Klaten, Boyolali), dan lereng G. Lawu (Karanganyar) dengan ketinggian
75 130 m. Daerah ini dibentuk oleh endapan gunung api dengan medan
agak miring, relief halus, sungai sejajar dengan tebing sungai agak terjal,

Gambar 2.1. Sketsa peta siogra sebagian Pulau Jawa dan Madura (modikasi dari
van Bemmelen, 1949)

3. Satuan Perbukitan Kars, Terletak di bagian selatan (daerah Wonogiri),


dengan ketinggian 45 400 m, dicirikan oleh lembah dan bukit terjal,
relief kasar. Satuan ini disusun oleh batuan karbonat (batugamping) yang
mudah larut oleh air, sehingga membentuk bentang alam kars yang unik.
4. Satuan Perbukitan Bergelombang landai, Satuan ini terletak di utara
Surakarta dengan ketinggian 40 100 m, dengan medan miring dan
bergelombang landai.
5. Satuan Perbukitan Terjal, Satuan ini tersebar di sekitar Wonogiri dan
Klaten bagian selatan dengan ketinggian 200 700 m. Dicirikan dengan
perbukitan kasar, terjal, bukit tajam. Penyusun satuan ini adalah breksi
vulkanik, lava andesit, dan batupasir tufan.
STRATIGRAFI
Berdasarkan peta geologi Lembar Surakarta Giritontro (Surono, dkk,
1992), batuan tertua yang tersingkap di daerah ini adalah batuan malihan (KTm)
yang diduga berumur Kapur - Paleosen Awal, terdiri dari sekis, marmer,
batusabak, batuan gunungapi malih, batuan sedimen malih. Satuan ini tersingkap
di Perbukitan Jiwo Klaten. Daerah Surakarta dan sekitarnya tersusun oleh litologi
yang secara stratigrafi dari Muda ke Tua adalah sebagai berikut :

1. Aluvium (Qa) ; Terdiri dari kerakal, kerikil, lanau, dan lempung yang
merupakan endapan sungai
2. Aluvium Tua (Qt) ; Tersusun oleh konglomerat, batupasir, lanau, dan
lempung
3. Formasi Baturetno (Qb) ; Tersusun oleh lempung hitam, lumpur, lanau,
dan pasir
4. Batuan Gunung api Merapi (Qvm) ; Tersusun oleh breksi gunung api,
lava, dan tufa
5. Batuan Gunung api Lawu (Qvl) ; Tersusun oleh breksi gunung api,
lava, dan tufa
6. Formasi Wonosari (Tmwl) ; Tersusun oleh batugamping, batugamping
napalan-tufan, batugamping-konglomerat, batupasir tufaan dan lanau
7. Formasi Kepek (Tmpk) ; Terdiri dari napal dan batugamping berlapis
8. Formasi Nampol (Tomk) ; Terdiri dari konglomerat, batupasir
konglomeratan, aglomerat, batulanau, batulempung dan tufa
9. Formasi Oyo (Tmo) ; Terdiri dari napal tufaan, tufa andesitan, dan
batugamping konglomeratan.
10. Formasi Sambipitu ; Tersusun oleh batupasir dan batulempung
11. Formasi Nglanggran (Tmmg) ; Tersusun dari breksi gunung api,
aglomerat, batulanau, batulempung dan tufa
12. Formasi Wuni (Tmw) ; Terdiri dari aglomerat dengan sisipan batupasir
tufan dan batupasir kasar
13. Formasi Semilir (Tms) ; Tersusun dari tufa, breksi batuapung dasitan,
batupasir tufaan dan serpih
14. Formasi Mandalika (Tomm) ; Tersusun dari lava dasit-andesit dan tufa
dasit
15. Formasi Gamping wungkal (Tew) ; Tersusun oleh batupasir, napal
pasiran, batulempung, dan batugamping
16. Batuan Malihan ; Tersusun oleh sekis, genes, dan marmer
17. Diorit Pendul (Tpdi) ; Tersusun oleh intrusi diorit
STRUKTUR GEOLOGI
Struktur geologi di daerah ini berupa lipatan, sinklin dan antiklin, serta
sesar yang terdapat di daerah selatan Surakarta. Antiklin dan sinklin berarah
timurlaut-baratdaya dan timur-barat, sesar atau patahan berarah utara-selatan dan
baratdaya-timurlaut.
SUMBER DAYA GEOLOGI

Bedasarkan penyelidikan terdahulu, sumber daya geologi yang ada di


daerah Surakarta adalah sumber daya air dan bahan bangunan (bahan galian
golongan C), serta yang berhubungan dengan wisata geologi.
SUMBER DAYA AIR
Berdasarkan penyelidikan terdahulu, potensi sumber daya air di daerah
Surakarta cukup besar, baik air tanah maupun air permukaan, terutama di daerah
cekungan antar gunung yang merupakan daerah pedataran. Sedangkan di daerah
selatan yang berupa daerah perbukitan potensi sumber daya air sangat kurang
terutama pada musim kemarau.
Sumber air permukaan terutama berasal dari sungai dan waduk
penampung air. Sumber air permukaan utama adalah Bengawan Solo yang
mengalir dari selatan ke utara dengan lebar rata rata 20 meter merupakan muara
hampir dari seluruh sungai di daerah ini. Anak sungai bengawan Solo berasal dari
lereng Gunung Lawu dan Gunung Merapi, serta yang terbesar adalah Kali
Dengkeng yang berasal dari selatan Surakarta. Kondisi air sungai Bengawan Solo
cukup keruh, mengandung lumpur cukup tinggi. (Dandun, 1998)
Selain sungai, sumber air permukaan adalah waduk, seperti Waduk
Cengklik, Waduk Mulur, Waduk Delingan, serta yang terbesar adalah Waduk
Gajahmungkur.Air permukaan ini sangat berguna untuk masyarakat, terutama di
musim kemarau baik untuk irigasi sawah maupun untuk kebutuhan sehari hari.
Sedangkan air tanah yang dijumpai adalah air tanah bebas (akuifer tidak tertekan)
dan air tanah tertekan yang cukup produktif, terutama di daerah padataran yang
disusun oleh endapan aluvium dan endapan gunung api muda. Apabila
dihubungkan dengan pengelolaan air tanah berbasis cekungan air tanah, maka
daerah di sekitar Surakarta masuk ke dalam Cekungan Air Tanah (CAT)
Karanganyar - Boyolali.
Untuk air tanah bebas di daerah Surakarta cukup besar, dengan kedalaman
bervariasi tergantung letak topografi dan jenis litologinya. Air tanah ini diambil
dari sumur gali dan sumur bor dangkal. Jumlah ketersediaan air pada air tanah
bebas pada cekungan ini 2910 juta m3/tahun, (Harnandi, 2006). Sedangkan air
tanah tertekan atau air tanah yang terdapat di dalam akuifer yang berupa batuan

yang relative lulus air, mempunyai kedalaman bermacam macam juga. Akuifer di
daerah ini juga bervariasi dari kedalaman 8 200 m, dengan ketebalan beragam 125 m.
Jumlah ketersediaan air pada system akuifer tertekan sebesar 256,29 juta
m3/tahun (ibid.).Di CAT ini masih terjadi penurunan kedudukan muka air tanah
dan penurunan kualitas air tanah, terutama pada system akuifer tertekan.
(Harnandi, 2006) hal ini merupakan tanda bahwa konservasi air tanah belum
terlaksana dengan baik.
SUMBER DAYA BAHAN BANGUNAN
Di sini bahan bangunan yang didapatkan adalah endapan sungai , batuan
sedimen dan hasil endapan gunung api. Di kota Surakarta sendiri hampir tidak
didapatkan bahan ini, tetapi di daerah sekitarnya cukup potensial, seperti
lempung, pasir, kerikil, kerakal, batubelah andesit, batupasir, batugamping
(Dandun, 1998).
1. Lempung umumnya lanauan merupakan pelapukan batuan gunung api,
umumnya digunakan sebagai bahan genting dan batubata. Selain itu juga
didapatkan lempung pasiran endapan aluvium tua di sekitar Klaten dan
Sukoharjo.
2. Pasir, kerikil, kerakal merupakan andapan sungai yang bersifat lepas.
Lokasinya berada di sepanjang aliran Bengawan Solo, Kali Dengkeng,
Kali Woro, dan hampir di seluruh anak sungai Bengawan Solo.
3. Batu belah andesit terutama di Kali Woro dan di sekitar Wonogiri. Bahan
ini digunakan sebagai split untuk bahan pondasi bangunan dan beton.
4. Batu belah batupasir terutama di daerah Bayat Klaten, yang digunakan
untuk mengasah peralatan dari besi.
5. Batugamping berada di daerah Wonogiri bagian selatan, dimanfaatkan
sebagai bahan pengeras jalan dan sebagai pembuatan kapur tohor.
WISATA GEOLOGI
Beberapa daerah wisata di daerah Surakarta merupakan wisata geologi
yang menonjolkan keindahan alam dan keunikan alam geologi di daerah itu.
Misalkan saja daerah lereng Merapi dengan Deles, daerah Gunung Lawu dengan

Telaga Sarangan, sekitar aliran Sungai Bangawan Solo masa kini maupun purba
serta daerah selatan Wonogiri dengan kars-nya.
2.2. Geologi Lokal
Gunung Merapi merupakan gunung api yang paling aktif di perbatasan
Yogyakarta dan Jawa Tengah, ketinggiannya saat ini sekitar 2900-an meter di atas
permukaan air laut. Pada deretan gunung api yang terletak di tengah pulau jawa,
Gunung Merapi merupakan gunung berapi yang terletak paling selatan diantara
deretan Gunung Api Ungaran, Telomoyo-Soropati, Merbabu, dan Merapi yang
membujur relatif dari utara-selatan. Menurut Van Bemmelen, 1970, rangkaian
gunung api tersebut terletak pada suatu sesar geser yang besar.
Gunung Merapi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu Merapi Tua dan Merapi
Muda. Kedua gunung merapi tersebut dapat dibedakan morfologi dan
lithologinya, karena masa pembentukannya berbeda.Gunung Merapi Tua telah
aktif semenjak akhir dari Pleistosen Akhir, sedangkan Merapi Muda aktif
semenjak tahun 1006.Untuk litologi Merapi Muda cenderung bersifat intermediet,
sedangkan litologi Merapi Tua lebih cenderung bersifat basa. Untuk
morfologinya, Merapi Muda yang terletak di sebelah barat, memiliki pola kontur
radial yang menunjukkan gunungapi stadia muda, belum menunjukkan erosi
lanjut, sedangkan untuk Merapi Tua tampak memiliki pola kontur yang
menunjukkan stadia dewasa, terlihat dari banyaknya proses erosi yang terjadi dan
terpotong oleh sesar. Sehingga Van Bemmelen (1970) dapat menyimpulkan bahwa
tubuh Merapi Tua terpotong-potong oleh sesar-sesar turun yang mengarah ke
barat, yang kemudian tertutup oleh Merapi Muda pada hanging wall-nya.Hal ini
terkait dengan pembentukan Perbukitan Gendol.Karena puncak Gunung Merapi
pada bagian utara dan timur dikelilingi oleh formasi Merapi Tua maka mulut
kubah terbuka ke arah barat daya, hal ini menyebabkan kegiatan erupsi Gunung
Merapi menuju ke arah barat daya.
Gunung Merapi terletak pada dua jalur sesar regional sesar yang
memisahkan Jawa Timur dan Jawa Tengah dan sesar yang membentuk batasan
antar Bukit Kendeng bagian barat dan subzona antara Ngawi dan Gumo. Struktur
yang terjadi salah satunya adalah lipatan. Lipatan tersebut adalah hasil longsoran

deposit Merapi dan dome yang timbul pada Pegunungan Kulon Progo bagian
barat. Kenampakan struktur antiklin antara Salam dan Muntilan membentuk
sistem yang terbentuk seperti parabola terbalik yang patahsepanjang Gunung
Merapi Tua. Arah dip rata-rata pada Gunung Gendol hampir sama dengan dip
yang ada pada sistem yang terjadi pada antiklin antara Salam dan Muntilan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa deposit dari aliran lahar yang termasuk ke
dalam Gunung Gendol telah terlipat dan menggumpal. Patahnya Gunung Merapi
Muda kemungkinan disebabkan oleh adanya pergerakan tektonik sepanjang sesar
geser besar yang terbentang pada barisan Gunung Ungaran-Merapi sampai
perbatasan lembah Progo bagian barat daya yang mengalami penurunan secara
perlahan. Hal tersebut menyebabkan bagian barat Gunungapi turun ke arah daerah
penurunan tersebut (Van Bemmelen, 1970).
Stratigrafi gunung merapi terdiri dari 2 susunan litologi karena pembentuk litologi
daerah ini terdapat 2 gunung api yang berbeda umur dan memiliki magma induk
yang berbeda, sehingga dibedakan menjadi :
1. Volkanik Merapi Tua
Untuk vulkanik merapi tua umurnya diperkirakan Pleistosen atas, litologi
penyusunnya adalah breksi aglomerat dan lelehan lava yang termasuk
andesit dan basalt, mengandung olivin volkanik Merapi Tua, berumur antara
4400 sampai 2930 tahun yang lalu.
2. Volkanik Merapi Muda
Vulkanik merapi muda berumur Pleistosen atas, litologi penyusunnya adalah
material hasil rombakan endapan Merapi Tua berupa tufa, pasir, breksi dan
breksi yang terkonsolidasi lemah.Volkanik Merapi Muda berdasarkan
metode C-14 berumur sekitar 1750 sampai 390 tahun yang lalu.

2.3. Genesa Target


Pada acara eskursi yang dilakukan di daerah Dusun Telogo Watu RT 002
RW 002

Kecamatan

Kemalang,

Klaten

dengan

menggunakan

metode

geomagnetic kali ini bertujuan untuk mengetahui persebaran magma chamber


yang berada di sekitar daerah Dusun Telogo Watu dimana daerah ini merupakan

bagian dari kaki Gunung Merapi yang diindikasikan masih terdapat persebaran
magma chamber dibawah permukaannya.
2.4. Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil
berbagai penilitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat
dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang menurut
peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan
dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus
penilitian terdahulu dijadikan acuan dalam penilitian kali ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kabupaten Sleman
Provinsi D.I Yogyakarta dengan menggunakan metode magnetik didapatkan nilai
intensitas kemagnetan sedang (-100 nT (-700) nT) hingga tinggi (500 nT 0 nT)
dan juga memiliki nilai suseptibilitas 0.2 SI nilai kemagnetan sedang hingga
tinggi sehinggga dapat kita interpretasikan sebagai zona endapan gunung merapi
muda dengan berupa tuff dan batuan piroklastik karena mengalami nilai
kemagnetannya tertinggal sehingga menghasilkan kemagnetan tidak kembali.
Lalu sedangkan didapatkan pada nilai intensitas rendah -800 nt (-1600) nT dan
juga didapatkan nilai suseptibilitasnya rendah dengan nilai 0.01 dapat kita
intepretasikan sebagai batuan yang memiliki suhu yang tinggi sehingga dapat kita
interpretasikan sebagai dapur magma dapat juga kita sebut sebagai endapan
gunung merapi tua pada daerah penelitian tersebut.

BAB III
DASAR TEORI
3.1. Metode Geomagnetik
Metode Geomagnet adalah salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat
kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan.Metode
ini didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetik di permukaan bumi
yang disebabkan adanya variasi distribusi (anomali) benda termagnetisasi di
bawah permukaan bumi.
Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet
raksasa dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan
medan magnet jauh lebih kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan
bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan magnet pada bagian bumi tertentu,
biasanya disebut anomali magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan
tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik batuan
ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga
tahap : akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari
beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik
pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data
pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi pada metode magnetik
terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan koreksi
lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan
yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya
perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi
tergantung

dari

suseptibilitas

magnetik

masing-masing

batuan.

Harga

suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena sifat
yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan semakin
besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin banyak.

Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika denga metode


gravitasi, kedua metode sama-sama berdasarkan kepada teori potensial, sehingga
keduanya sering disebut sebagai metode potensial. Namun demikian, ditinjau ari
segi besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar.
Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besaran vektor
magnetisasi, sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor
percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukkan sifat residual
kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap waktu
lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat,
laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan
minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta bisa diterapkan pada
pencarian prospek benda-benda arkeologi.
3.2. Gaya Magnetik
Dalam kemagnetan dikenal dua jenis muatan yaitu muatan posutif dan
muatan negatif. Kedua muatan ini memenuhi hukum Coloumb. Muatan atau kutub
yang berlawanan jenis akan tarik menarik sedangkan muatan sejenis akan tolak
menolak dengan gaya F. Dasar dari metode magnetik adalah gaya Cloumb antara
dua kutub magnetik ma dan m2 yang terpisah sejauh r dalam bentuk:

Gambar 3.1. Gaya Magnetik Antara 2 Partikel Bermassa ma dan m2

F=

m1 m2
r

r^

(3.1)

dengan

adalah permeabilitas magnetik. Sebagai catatan permeabilitas

magnetik di dalam ruang hampa adalah 4

x 10-7 w / A.m. F adalah gaya

Coloumb (N), m1 dan m2 kuat kutub magnet (A/m) dan r adalah jarak kedua kutub
(m).
3.3. Momen Magnetik
m=i x area

(3.2)

Keterangan :
m

= Momen Magnetik (A.m2)

= Arus Listrik (A)

Area

= Area Penampang (m2)

Magnetisasi merupakan tingkat kemampuan untuk di searahkan momenmomen dipol magnetiknya oleh medan magnetik luar. Suatu bahan yang bersifat
magnetik berada dalam pengaruh kuat medan magnet luar maka bahan tersebut
akan termagnetisasi. Besaran dari magnetisasi ini sebnading dengan momen
magnetik per volume.
M =k H

(3.3)

Keterangan :
M

= Momen Magnetik Persatuan Volume (A.m2/m3)

= Suseptibilitas

= Kuat Medan Magnet (A/m)

Magnetisasi

yang

dihasilkan

sebanding

dengan

kuat

medan

yang

memepengaruhinya yang bergantung pada nilai suseptibilitas magnetik (k)


medium tersebut.
3.4. Kuat Medan Magnetik
Kuat medan magnet adalah besarnya medan magnet pada suatu titik dalam
ruang yang timbul sebagai akibat dari sebuah kutub m yang berad sejauh r dari
titik tersebut. Kuat medan H didefinisikan gaya persatuan kutub magnet, dapat
ditulis sebagai :

Gambar 3.2. Kuat Medan Magnetik Pada Partikel bermassa m 2

H=

F m1 ^
r
m2 r 2

(3.4)

Keterangan :
H

= Kuat Medan Magnet (A/m)

= Gaya Coloumb (N)

= Permeabilitas Magnet (w/A.m)


= Jarak (m)

3.5. Intensitas Kemagnetan


Intensitas kemagnetan M adalah tingkat kemampuan menyearahnya
momen-momen magnetik dalam medan magnet luar, atau didefinisikan sebagai
momen magnet persatuan volume :
M =m/V

Keterangan :
M

= Intensitas Magnet (A/m)

= Momen Magnet (Am2)

= Volume (m3)

(3.5)

Gambar 3.3. Momen Magnetik Pada Partikel-Partikel Benda Magnetik Yang


Termagnetisasi

Secara praktis magnetisasi akibat induksi ini kebanyakan meluruskan


dipole-dipole material magnet, sehingga sering disebut sebagai polarisasi magnet.
Bila besarnya konstan dan arahnya sama, maka dikatakan benda termagnetisasi
secara uniform.
3.6. Induksi Magnetik
Sebuah penghantar dialiri arus listrik maka di sekitar kawat tersebut akan
timbul medan magnet . hal ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan
yang bernama Hans Christian Oersted (1777-1851) melalui percobaannya yang
dikenal dengan percobaan, Oersted menyimpulkan bahwa di sekitar arus listrik
terdapat medan magnet atau perpindahan muatan listrik menimbulkan medan
magnet. Benda magnet dapat dipandang sebagai sekumpulan dari sejumlah
momen-momen magnetik. Bila beda magnetik tersebut diletakkan dalam medan
luar, benda tersebut menjadi termagnetisasi karena induksi.
Arah-arah garis medan magnet atau arah induksi magnet yang ditimbulkan
oleh arus listrik tersebut adapat ditentukan dengan Kaidah Tangan Kanan. Jika
arah ibu jari menunjukkan arah arus listrik maka arah lipatan jari lainnya
menunjukkan arah medan magnet atau arah induksi magnet.

3.7. Medan Magnet Bumi


Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga
elemen medan magnet bumi, yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas
kemagnetannya. Parameter fisis tersebut meliputi :

Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen

horizontal yang dihitung dari utara menuju timur


Inklinasi(I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang
horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal

ke bawah.
Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada

bidang horizontal.
Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik
total.

Gambar 3.4. Tiga Elemen Medan Magnet Bumi

Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk


menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai
yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang
diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai-nilai IGRF tersebut diperoleh dari
hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km2 yang
dilakukan dalam waktu satu tahun.

Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian :


1. Medan magnet utama (main field)
Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata-rata hasil
pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah
dengan luas lebih dari 106 km2.
2. Medan magnet luar (external field)
Pengaruh medan magnet luar berasal dari pengaruh luar bumi yang
merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar
ultraviolet dari matahari. Karena sumber medan luar ini berhubungan
dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer,
maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat.
3. Medan magnet anomali
Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal
(crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh

batuan yang

Fe 7 S 8
mengandung mineral bermagnet seperti magnetite (

), titanomagnetite

Fe 2Ti O4
(

) dan lain-lain yang berada di kerak bumi.


Dalam survei dengan metode magnetik yang menjadi target dari

pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan


(anomali magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan
oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet
remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan yaitu
pada besar dan arah medan magnetiknya serta berkaitan dengan peristiwa
kemagnetan sebelumnya sehingga sangat rumit untuk diamati. Anomali yang
diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan
induksi, bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet
induksi maka anomalinya bertambah besar. Demikian pula sebaliknya. Dalam
survei magnetik, efek medan remanen akan diabaikan apabila anomali medan
magnetik kurang dari 25 % medan magnet utama bumi (Telford, 1976),
sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku :

HT H M H L H A
(3.6)
dengan :

HT

: medan magnet total bumi

HM

HL

HA

: medan magnet utama bumi


: medan magnet luar
: medan magnet anomali

3.8. Variasi Medan Magnet Bumi


Intensitas medan magnetik yang terukur di atas permukaan bumi senantiasa
mengalami perubahan terhadap waktu. Perubahan medan magnetik ini dapat
terjadi dalam waktu yang relatif singkat ataupun lama. Berdasarkan faktor-faktor
penyebabnya perubahan medan magnetik bumi dapat terjadi antara lain:
1. Variasi sekuler
Variasi sekuler adalah variasi medan bumi yang berasal dari variasi
medan magnetik utama bumi, sebagai akibat dari perubahan posisi kutub
magnetik bumi. Pengaruh variasi sekuler telah diantisipasi dengan cara
memperbarui dan menetapkan nilai intensitas medan magnetik utama bumi
yang dikenal dengan IGRF setiap lima tahun sekali.
2. Variasi harian
Variasi harian adalah variasi medan magnetik bumi yang sebagian
besar bersumber dari medan magnet luar. Medan magnet luar berasal dari
perputaran arus listrik di dalam lapisan ionosfer yang bersumber dari
partikel-partikel terionisasi oleh radiasi matahari sehingga menghasilkan
fluktasi arus yang dapat menjadi sumber medan magnet. Jangkauan variasi
ini hingga mencapai 30 gamma dengan perioda 24 jam. Selain itu juga
terdapat variasi yang amplitudonya berkisar 2 gamma dengan perioda 25
jam. Variasi ini diasosiasikan dengan interaksi ionosfer bulan yang dikenal
dengan variasi harian bulan (Telford, 1976).
H Var =

(Waktu di titik pengamatanWaktu base)


Hmodus loopingHmodus base
(Waktu loopingWaktu base)

3. Badai Magnetik
Badai magnetik adalah gangguan yang bersifat sementara dalam
medan magnetik bumi dengan magnetik sekitar 1000 gamma. Faktor
penyebabnya diasosiasikan dengan aurora. Meskipun periodanya acak tetapi
kejadian ini sering muncul dalam interval sekitar 27 hari, yaitu suatu
periode yang berhubungan dengan aktivitas sunspot (Telford, 1976). Badai
magnetik secara langsung dapat mengacaukan hasil pengamatan.
3.9. Koreksi Data Magnetik
Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka
dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada
setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF
dan topografi.
1. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai
medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi
matahari dalam satu hari. Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau
sesuai dengan waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik
lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi
harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara menambahkan
nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan
magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai
positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai
variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan
magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
H = Htotal Hharian

(3.8)

2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah
konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi,
medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama
tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan
dengan koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik utama
dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan
cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang
telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis
yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat
dituliskan sebagai berikut :
H = Htotal Hharian H0

(3.9)

Dimana H0 = IGRF
3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei
megnetik sangat kuat.Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak
mempunyai aturan yang jelas.Salah satu metode untuk menentukan nilai
koreksinya

adalah

dengan

membangun

suatu

model

topografi

menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat (Suryanto, 1988).


Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan
topografi harus diketahui, sehingga model topografi yang dibuat,
menghasilkan nilai anomali medan magnetik (Htop) sesuai dengan fakta.
Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreski harian dan
IGRF) dapat dituliska sebagai
H = Htotal Hharian H0 Htop

(3.10)

Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang


terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di
topogafi. Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan
sebagai dasar dalam pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang
mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta

kontur terdiri dari garis-garis kontur yang menghubungkan titik-titik yang


memiliki nilai anomali sama, yang diukur dar suatu bidang pembanding tertentu.
3.10. Pengukuran Base Rover
Dalam akuisisi dat magnetik dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
secara looping, base rover, atau gradien vertikal. Metode Geomagnetik
merupakan metode geofisika pasif, yaitu metode tanpa memberikan suaut respon
kedalam bumi atau hanya memanfaatkan medan alamiah dalam hal ini medan
magnet yang terdapat di dalam bumi. Dalam metode geomagnetik terdapat
beberapa cara survey yaitu secara satu alat dan Base-Rover. Base-Rover adalah
suatu cara survey geomagnetik dengan memanfaatkan suatu titik ikat sebagai base
( titik yang tidak bergerak ) dan titik lain yang bergerak yang disebut Rover.
Sebelum melakukan survey magnetik dengan cara ini maka perlu
ditentukan lintasan, arah lintasan, dan spasi lintasan. Pada survey geomagnetik
Base-Rover salah satu alat dari magnetik terletak pada titik base yang berfungsi
sebagai pengontrol data karena variasi harian. Pembacaan alat pada base biasanya
dilakukan dengan orde 2 (dua) menit yang bertujuan untuk mengetahui perubahan
nilai medan magnet yang tergantung perubahan waktu dan kondisi loaksi survey.
Alat pada rover bergerak sesuai dengan lintasan yang telah ditentukan dan setiap
titik dengan spasi yang telah ditentukan dilakukan pengukuran dan pembacaan
pada alat. Konsep dari pengukuran dengan konsep ini dapat dilihat pada gambar
berikut.

Gambar 3.5. Konsep Dasar Pengukuran Base-Rover

Dalam peletakan kedudukan base tidak boleh sembarangan karena harus


mencakupi seluruh lintasan rover, jika hal ini tidak dilakukan maka data rover

yang berada jauh atau diluar area base maka akan sulit diadakan kontrol data.
Misalnya terdapat beberapa lintasan maka peletakan base harus berada disekitar
lintasan tersebut. Sehingga dari data yang didapatkan akan terdapat hubungan
antara base dan rover yang akan dilakukan koreksi berdasarkan variasi harian.
3.11. Filter Pengolahan Data Magnetik
3.11.1. Reduce to Pole
Reduction To Pole (RTP) atau Reduksi ke Kutub adalah satu dari
beberapa filter yang digunakan dalam proses interpretasi data magnetik.
Pada dasarnya RTP mencoba mentranformasikan medan magnet di suatu
tempat menjadi medan magnet di kutub utara magnetik.
Filter

RTP

mengasumsikan

bahwa

pada

seluruh

lokasi

pengambilan data nilai medan magnet bumi (terutama di inklinasi dan


deklinasi) memiliki jilai yang konstan .asumsi ini dapat diterima apabila
lokasi tersebut memiliki luas area yang relatif sempit. Namun hal ini tidak
dapat diterima apabila luas daerah pengambilan data sangat luas karena
melibatkan nilai lintang dan bujur yang bervariasi, dimana harga medan
magnet bumi berubah secara bertahap.
Data anomali medan magnet total kemudian direduksi ke kutub
agar anomali medan magnet maksimum terletak tepat diatas tubuh benda
penyebab anomali. Reduksi ke kutub dilakukan dengan cara membuat
sudut inklinasi menjadi 90o dan deklinasi 0o.
3.11.2. Upward Continuation
Pemisahan Anomali Lokal dan Regional merupakan suatu proses
untuk mengubah data pengukuran medan potensila yang telah di koreksi
dalam sauatu permukaan ke beberapa permukaan medan potensial yang
lebih tinggi dari permukaan ketika melakukan pengukuran hingga beberapa
meter. Untuk penentuan ketinggian tergantung pada keinginan dalam
melihat target yang prospek sehingga dapat terlihat jelas tanpa terabung
dengan noise yang ada atau pengaruh dari benda benda dekat permukaan

yang bersifat magnet sehingga akan membuat data akan lebih agak sulit
untik dilihat prospeknya.

3.12.

Fast Fourier Transform


Transformasi Fourier adalah suatu model transformasi yang memindahkan

domain spasial atau domain waktu menjadi domain frekuensi. Transformasi


Fourier merupakan suatu proses yang banyak digunakan untuk memindahkan
domain dari suatu fungsi atau obyek ke dalam domain frekuensi. Di dalam
pengolahan citra digital, transformasi fourier digunakan untuk mengubah domain
spasial pada citra menjadi domain frekuensi. Analisa-analisa dalam domain
frekuensi banyak digunakan seperti filtering. Dengan menggunakan transformasi
fourier, sinyal atau citra dapat dilihat sebagai suatu obyek dalam domain
frekuensi.
A. Transformasi Fourier 2D
Transformasi Fourier kontinu 2D dari suatu fungsi spasial f(x,y)
didefinisikan dengan :

F ( 1 , 2 )= f ( x , y ) . e j(

1x

+ 2)

dxdy

(2.1)

Dimana F(

1 x , 2 y

adalah fungsi dalam domain frekuensi f(x,y)


1 x

adalah fungsi spasial atau citra,

dan

2 x

adalah frekuensi

radial 0 2. Transformasi fourier yang digunakan dalam pengolahan citra


digital adalah transformasi fourier 2D.
Diketahui fungsi spasial f(x,y) berikut :

Gambar 3.6. Fungsi Spasial f(x,y) FFT 2D

Transformasi Fourier dari f(x,y) diatas adalah :


1 1

j ( 1 x + 2)

F ( 1 , 2 )= f ( 1 ) . e

dxdy

1 1
1

j 1 x

e
j
e
j 2

j 1 x

e
j y
e
dx
j

1
2

dx =

sin ( 2) e j x
2
j 2
1

( 1)
sin
1
=
( 2)
sin

( 1)
2 1
sin

( 2)sin

(2.2)

FFT (Fast Fourier Transform) adalah teknik perhitungan cepat dari DFT
(Discrete Fourier Transform). Untuk pembahasan FFT ini, akan dijelaskan
FFT untuk 1D dan FFT 2D. FFT 2D adalah pengembangan dari DFT 2D.
A. FFT 2D
FFT 2D adalah DFT 2D dengan teknik perhitungan yang cepat dengan
memanfaatkan sifat periodikal dari transformasi fourier. Seperti halnya
FFT 1D, maka dengan menggunakan sifat fungsi sinus dan cosinus,
alogaritma dari FFT 2D ini adalah :
1. Hitung FFT 2D untuk n1 = 1 s/d N1/2 dan n2 = 1 s/d N2/2
menggunakan rumus DFT.
2. Untuk selanjutnya digunakan teknik konjugate 2D.
Pengolahan FFT 2D dapat menggunakan 2 software yaitu Geosoft
Oasis Montaj dan Matlab.
1. Fast Fourier Transform (FFT) Menggunakan Geosoft Oasis
Montaj
Proses analisa spektrum gelombang menggunakan proses FFT
dengan software Geosoft Oasis Montaj dalam pengolahannya
menggunakan filte Butterworth Filter.
2. Fast Fourier Transform (FFT) Menggunakan Matlab
Proses FFT menggunakan Matlab dalam pengolahannya
berfungsi sebagai informasi menentukan kedalaman pada peta
yang dihasilkan.
3.13. Pemodelan 2,5 D
a. Pemodelan ke Depan (Forward Modelling)

Jika diketahui nilai parameter model bawah permukaan tertentu


maka melalui proses pemodelan ke depan (forward modelling) dapat
dihitung data yang secara teoritik akan teramati di permukaan bumi.
Konsep tersebut digunakan untuk menginterpretasi atau menafsirkan data
geofisika. Jika respon suatu model cocok (fit) dengan data maka model
yang digunakan untuk memperoleh respon tersebut dapat dianggap
mewakili kondisi bawah permukaan tempat data diukur. Untuk itu
dilakukan proses coba-coba (trial and error) nilai parameter model hingga
diperoleh data teoritik yang cocok dengan data pengamatan.
b. Pemodelan Inversi (Inverse Modelling)
Pemodelan inversi (inverse modelling) sering dikatakan sebagai
kebalikan dari pemodelan ke depan karena dalam pemodelan inversi
parameter model diperoleh langsung dari data. Teori inversi didefinisikan
sebagai suatu kesatuan teknik atau metode matematika dan statistika untuk
memperoleh informasi yang berguna mengenai suatu sistem fisika
berdasarkan observasi terhadap sistem tersebut.
3.14.

Pemodelan 3D
Sebuah jaringan atau jaringan nilai-nilai yang model permukaan geologi

direpresentasikan sebagai permukaan (gravitasi) atau kontras kerentanan


(magnet). Output dari model ke depan didasarkan pada gravitasi dihitung atau
efek magnetik permukaan input tertentu. Output dari model yang dicari adalah
geometri yang sesuai (tetapi non-unik) permukaan dihitung dengan membalik
gravitasi masukan atau medan magnet. Metode ini dapat digunakan dalam
pencarian sumber bahan bakar fosil, khususnya minyak bumi di tanah air ini.

3.15.

Software Geosoft
Oasis Montaj merupakan salah satu software pengolah data yang umumnya

digunakan pada metode gravitasi serta geomagnetik. Dengan software ini nantinya
akan menghasilkan peta persebaran anomali dan pemodelan serta beberapa fungsi
lainnya. Prinsip penggunaan software ini hampir sama dengan software
pengolahan data pada umumnya, dibutuhkan data koordinat ( x, y) serta data

attribut yang akan dicari seperti nilai elevasi, nilai intensitas, maupun nilai-nilai
anomali lain hasil dari perhitungan dengan metode geofisika. Variasi nilai anomali
hasil pengolahan data nantinya akan disajikan dalam bentuk gradasi warna pada
peta, yang akan merepresentasikan kondisi riil suatu daerah pengukuran.
3.16.

Software Bloxer
Bloxer adalah program komputer yang di buat untuk penggambaran

interaktif, konstruksi dan pembaruan model 3 dimensi yang berbentuk balok,


yang sering di sebut dengan model voxel. Block model dari program ini sering
digunakan pada perangkat lunak GRAVBLOX (Pirttijrvi, 2010) dan MAGBLOCK
yang digunakan untuk permodelan geofisika dan interpretasi dari akusisi data
lapangan gravitasi dan statis magnetik 3-D. Model terdiri dari block yang besar,
dimana blok tersebut dibagi menjadi bagian-bagian elemen balok yang lebih
bervariasi. Setiap block-minor menggambar nilai masing masing dari
karakterisitk parameternya. Model ini memiliki bentuk yang sejajar (local or
geographical)

dengan

xyz

koordinat

sistem.isi

dari

model

tersebut

mendeskripsikan kandungan parameter petrofisis, seperti densitas, suseptibilitas


magnetik atau konduktivitas kelistrikan. Gambar di bawah ini menampilkan
contoh dari model balok regular, dimana seluruh balok minor memiliki ukuran
dan bentuk yang sama. Dengan catatan model balok harus terisi, tidak boleh
menumpuk atau memiliki space kosong.

Gambar 3. 7 Model balok dari dX.dY.dZ yang terbagi kedalam nx.ny.nz balok dengan
ukuran minor darii dx.dy.dz. Model ini memiliki bentuk yang sejajar
(local or geographical) dengan xyz koordinat sistem

Tambahan untuk format model, BLOXER bisa mengimport data dari format
kolom teks dan binary files. Ini digunakan untuk interpolasi 3-D, ekstrapolasi dan
menyelaraskan data untuk mengisi blok minor bersama nilai parameternya.
Demikian, BLOXER dapat digunakan untuk penggambaran variasi jenis data 3
dimensi. Ketika mengimport nilai data yang sudah ada bisa tetap disimpan dan
data yang baru bisa untuk dijadikan model. Maka dari itu, BLOXER bisa
digunakan untuk memperbarui model 3-D yang sudah ada dengan data yang baru.
3 bagian lapisan horizontal dan vertikal bisa divisualisasikan dalam bentuk 2-D
dan bentuk 3-D serta penyajian 3-D bisa dibuat untuk satu atau dua nilai
permukaan yang sama. Editing secara interaktif dari bentuk geometric yang
sederhana dan dari titik pada data dapat digunakan untuk mengatur nilai dari
parameter model, berat (fix/free status) dan informasi yang tidak berlanjut.
BLOXER bisa mengatur bentuk model yang tidak biasa, dimana ukuran dan
bentuk dari variasi asalkan model tersebut selalu diisi. Ini memungkinkan
permodelan bisa dilakukan pada lapisan horizontal yang tidak berundulasi dan
dekat dengan kontak vertikal dengan akurasi yang baik tanpa membutuhkan
peningkatan pertimbangan akurasi dan jumlah dari balok minor. BLOXER dan
menggunakan data topografi dan data sumur (drill-hole) untuk mengatur ukuran
vertikal dari posisi batas balok secara otomatis. Walaupun seluruh fitur ini,
kemampuan BLOXER untuk memvisualisasikan mempunyai sedikit batasan.
Maka dari itu, volume data, lapisan, dan bagian bisa diexport untuk menjadi
dalam bentuk teks untuk dilanjutkan ke progam lainya (third-party visualization
programs).
3.17.

Software Magblock
Progam Magblock menghitung total medan magnetostatik dalam bentuk

model block 3-D. Model terdiri dari block yang besar, dimana blok tersebut dibagi
menjadi bagian-bagian elemen balok yang lebih bervariasi. Setiap block-minor
menggambar nilai masing masing suseptibilitas magnet. Dalam MAGBLOX
bisa digunakan pilihan parameter berupa rasio dari induksi dan remanent
magnetisasi (Q-Ratio) dan dari inklinasi dan deklinasi dari remanensi magnetisasi.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai model blok 3-D, dapat dilihat didalam

berkas didalam progam BLOXER yang digunakan untuk menvisualisasi dan


mengatur blok model 3-D.
Progam MAGBLOX dapat digunakan baik dalam permodelan secara
forward maupun inverse (intepretation). Metode inversi akan optimial bila nilai
suseptibilitas dari setiap blok, jadi perbedaan antara pengukuran dan perhitungan
data medan magnet bisa diminimalisir. Pembagian dari nilai suseptibilitas didalam
balok hasil permodelan bisa digunakan untuk intepretasi secara geologi. Progam
MAGBLOX bisa digunakan baik dalam skala besar (Regional) maupun secara
kecil (Lokal). Untuk studi skala regional, variasi dari intensitas medan magnet
bumi dan arah dari deklinasi bisa diubah dalam bentuk derajat (degree).
3.18.

Software Rockwork / Software Vloxer


Rockworks merupakan salah satu software geological data management &

analysis begitu disebutkan dari pembuatnya. Adapun kegunaanya adalah untuk


modeling, visualisasi surface dan subsurface serta reporting. Untuk menunjang
fungsinya sebagai software modeling rockworks memiliki 2 main data windows
dan di support oleh 3 graphic display windows :

The Bore Hole Manager

The Rockworks Utillities

Rockplot 2D

Rockplot 3D

Report Work

3.19.

Software Surfer 10
Surfer adalah salah satu software yang digunakan dalam pembuatan peta,

baik peta topografi maupun peta-peta tematik lainnya. Surfer 10 mudah digunakan
dan cukup populer untuk pemodelan peta topografi. Perangkat ini kini telah
sampai pada edisi Surfer 12 seiring berkembangnya zaman.
Software ini dapat menginterpolasi data mentah X,Y, dan Z menjadi peta
topografi. Penginterpolasian data tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
metode gridding. Pada kali ini, metode yang digunakan adalah metode krigging.

Surfer 10 juga dapat membuat sayatan pada peta dengan baik. Selain itu
juga dapat membuat pemodelan 3 dimensi yang cukup baik. Selain untuk
membuat peta topografi, software ini juga bisa digunakan untuk membuat peta
medan anomali magnet dan peta lainnya.

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Daerah Dusun Telogo Watu RT 002 RW 002
Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan selama 4 hari
pada tanggal 5 Mei sampai dengan 8 Mei 2016. Kelompok 03 melakukan akuisisi
pada hari Sabtu, 7 Mei 2016. Penelitian ini dimulai pada pukul 14.00 WIB dengan
cuaca yang mendung.

Gambar 4.1. Desain Survei Akuisisi Data

4.2. Peralatan dan Perlengkapan


Mulai

Gambar 4.2. Peralatan dan Perlengkapan

Pada ekskursi geomagnetik ini sebelum mengolah data kita harus


melakukan akuisisi data. Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan:
1. PPM (Proton Precission Meter)
Alat ini terdiri dari satu rangkaian yaitu sensor, kabel, tongkat
penyangga, dan magnetometer. Alat ini berfungsi sebagai alat yang
digunakan dalam melakukan pengukuran yang dapat mengukur nilai
intensitas magnet di sekitar titik pengukuran dan nilai variasi harian daerah
tersebut.
2. Meteran
Digunakan untuk mengukur panjang lintasan maupun titik
pengukuran dari lintasan
3. Kompas
Digunakan untuk

menentukan

arah

utara

magnet

untuk

menyearahkan proton yang ada dalam sensor.


4. GPS (Global Positioning System)
Digunakan untuk menentukan titik dari pengukuran magnetic
berdasarakan nilai koordinat.
5. Tabulasi Data
Peralatan penunjang yang digunakan untuk mencatat data hasil
pengukuran.
4.3. Diagram Alir Pengambilan Data

Informasi Geologi

Studi Literatur

Studi Pendahuluan
Desain Survei
Waktu
Julian Day

Setting alat

IGRF

Penentuan lintasan
Membentangkan meteran
Azimuth

Akuisisi Data

Spasi lintasan

Pengecekan data
Penyimpanan alat
Selesai

Gambar 4.3. Diagram Alir Pengambilan Data

4.4. Pembahasan Diagram Alir Penelitian


Langkah dalam pengambilan data dengan menggunakan metode
geomagnetik kali ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan studi pendahuluan geologi regional dan lokal pada daerah yang
akan dilakukan pengukuran.
2. Kemudian membuat desain lintasan yang akan dilakukan pengukuran
didasarkan pada target yang akan dicapai dapat diketahui dari data geologi
daerah pengukuran.
3. Lalu menyiapkan alat PPM yang akan digunakan dalam proses
pengambilan data pada lintasan yang telah ditentukan. Sebelum
melakukan pengukuran, sebaiknya melakukan setting alat terlebih dahulu
pada PPM yang meliputi setting Julian Day, Waktu dan IGRF.
4. Langkah berikutnya dilakukan penentuan lintasan mulai dari nlai azimuth
serta spasi lintasan.
5. Setelah langkah di atas dilakukan kemudian dilakukan akuisisi data pada
titik pertama yang telah ditentukan koordinatnya. Setiap titik diambil tiga
kali pengukuran nilai intensitas magnetnya.
6. Kemudian menulis data yang diperoleh ke dalam lembar data atau tabulasi
data. Data yang dicatat pada lembar tabulasi meliputi nilai koordinat X dan
koordinat Y, waktu pengukuran setiap titik, dan nilai intensitas magnet
yang dihasilkan dari proses pengukuran tersebut.
7. Selanjutnya melakukan control data atau mengecek data kembali agar data
stabil.
8. Lalu melakukan pengukuran di titik selanjutnya dengan cara yang sama
pada langkah diatas. Banyaknya titik yang diambil pada lintasan kelompok
3 adalah sebanyak 56 titik dimana setiap titik dilakukan tiga kali
pengukuran.
9. Kemudian setelah selesai untuk menyimpan alat dengan memperhatikan
SOP. Langkah pengambilan data selesai dilakukan.

4.5. Diagram Alir Pengolahan Data


Mulai

Data Lapangan

Informasi Geologi

Microsoft Excel

Pengolahan Data

Peta TMI

Peta Reduce
to Pole

Peta
Upward
Regional

Surfer

Oasis Montaj

Magblox

Sayatan peta Upward Regional

Bloxe

Microsoft Excel

RockWorks

MATLAB

Model 3D

Grafik Analisa FFT

Grafik HVar
vs Waktu &
Ha vs Posisi

Peta
Upward
Lokal

Model 2.5D

Analisa & Pembahasan

Kesimpulan
Selesai

Gambar 4.4. Diagram Alir Pengolahan Data

4.6. Pembahasan Diagram Alir Data


Langkah-langkah yang ada dalam pengolahan data geomagnetik hasil dari
akuisisi di lapangan dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Pertama kali mulai adalah didapatkan data dari lapangan. Data tersebut
berupa data base, stasiun, dan looping serta posisi titik amat (X, Y), data
pembacaan PPM, waktu serta IGRF.
2. Langkah selanjutnya dihitung nilai HVar serta nilai

sebelumnya

dihitung juga nilai rata-rata dari waktu dan data pembacaan tiap base,
stasiun, dan looping.
3. Kemudian buat peta dari data X, Y dan Ha dari semua lintasan
menggunakan software Oasis Montaj sehingga menghasilkan peta TMI.
4. Lalu peta TMI di filter ke Reduction To Pole filtering dengan software
Oasis Montaj. Setelah itu peta TMI di filter lagi ke Upward Continuation
Regional dan Lokal filtering menggunakan software Oasis Montaj dengan
frekuensi yang telah ditentukan.
5. Setelah itu peta RTP dibuat sayatan yang panjang kemudian data sayatan
di simpan dalam format .csv dan dimasukkan pada surfer untuk kemudian
di simpan dalam bentuk .dat. kemudian jadikan satu folder dengan data
sayatan.
6. Lalu dimasukkan ke dalam MATLAB untuk mencari nilai bilangan real
dan imajiner yang nantinya akan dijadikan nilai X dan Y.
7. Kemudian data tersebut dimasukkan ke Microsoft Excel. Hitung data
Nomor (dimulai dari 0), Jarak (m), Intensitas, Delta X (m), FFTx1000, X
(bilangan real), Y (bilangan imajiner), X2, Y2, A (dengan rumus

), lnA, serta f =

titik pengukuran
n x Delta X

2 x2 + y 2

dan k.

8. Berikutnya dibuat grafik analisa FFT dengan sumbu y adalah nilai ln A


dan sumbu x adalah nilai k.
9. Berikutnya dilakukan pemodelan 2.5D dengan software Oasis Montaj.
10. Langkah selanjutnya dilakukan analisa serta dilakukan pembahasan
dengan macam interpretasi kualitatif dan kuantitatif dari berbagai peta
yang telah dihasilkan dan grafik serta pemodelan 2,5D.
11. Dari hasil perhitungan maupun dari hasil berbagai peta dan grafik FFT
yang telah dibuat dapat ditarik beberapa kesimpulan.
12. Pengolahan data lapangan looping selesai.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Tabel Pengolahan Data
Tabel 5.1. Pengolahan Data Kelompok 3

DO
Y

Time

Koordinat UTM
x

Z (m)

Hobs

Bln

IGRF

Hvar

12
8

14:53:
21

4453
73

91607
85

765.0
0

44740.
90

43986.
1

44887
.4

15:10:
47

4453
70

91607
55

766.0
0

44692.
90

43982.
28

15:13:
55

4453
76

91607
34

765.0
0

43685.
00

43982.
76

15:16:
24

4453
77

91607
24

764.0
0

45404.
00

43983.
81

15:21:
10

4453
70

91607
01

44787.
20

43984.
84

15:24:
30

4453
71

91606
89

44704.
47

43984.
08

-2.025

180.908

15:26:
12

4453
73

91606
64

44725.
43

43984.
04

2.0631
3

159.904

15:27:
50

4453
73

91606
45

44976.
07

43984

-2.1

90.767

15:29:
25

4453
74

91606
24

45149.
57

43984.
08

15:30:
47

4453
73

91606
06

44766.
30

43984.
17

15:32:
34

4453
72

91605
80

44587.
23

43984.
24

15:34:
00

4453
73

91605
63

44607.
60

43984.
24

15:36:
08

4453
92

91605
41

44630.
00

43984.
26

15:37:
35

4453
82

91605
24

45089.
20

43984.
5

15:38:
54

4453
89

91605
07

44766.
50

43984.
72

15:42:
13

4453
92

91604
81

44496.
40

43984.
81

15:55:
35

4453
72

91604
62

44819.
37

43983.
81

15:57:
21
15:58:
53

4453
74
4453
72

91604
43
91604
25

44519.
03
44279.
60

43983.
81
43983.
73

16:01:
27

4453
72

91604
04

44180.
50

43983.
79

16:03:
08

4453
75

91603
83

44741.
20

43983.
94

16:04:
36

4453
74

91603
65

44782.
17

43984.
01

0
3.8237
5
3.3451
2
2.2914
6
1.2690
4

2.0213
7
1.9393
7
1.8643
7
1.8643
7
1.8476
2
1.6047
5
1.3842
1
1.2923
7
2.2949
9
2.2935
-2.374
2.3104
2
2.1631
2
2.0928
7

146.500
190.676
1199.05
5
518.891
-98.931

264.188
119.161
298.302
277.936
255.552
203.405
119.516
389.708
-65.738
366.073
605.426
704.590
144.037
103.140

16:06:
44

4453
74

91603
44

44463.
40

43983.
98

16:08:
09

4453
73

91603
24

43489.
00

43983.
95

16:09:
41

4453
73

91603
06

44437.
40

43983.
84

16:11:
55

4453
76

91602
84

44442.
40

43983.
67

16:13:
45

4453
74

91602
64

44394.
30

43982.
77

16:16:
01

4453
72

91602
45

44236.
10

43981.
59

16:18:
36

4453
78

91602
23

44302.
77

43980.
53

16:23:
50

4453
73

91602
05

44788.
00

43978.
07

16:26:
20

4453
74

91601
85

44801.
90

43978.
39

16:28:
31

4453
73

91601
64

44773.
33

43978.
67

16:31:
06

4453
73

91601
44

44716.
40

43978.
53

16:33:
09

4453
73

91601
25

44809.
43

43978.
58

16:35:
20

4453
74

91601
02

44375.
90

43978.
79

16:37:
56

4453
73

91600
85

44656.
30

43980.
41

16:40:
10

4453
73

91600
65

44679.
00

43982.
12

16:41:
35

4453
73

91600
45

44682.
50

16:43:
30

4453
73

91600
22

44569.
00

16:45:
29

4453
73

91600
05

44822.
73

43982.
7

16:48:
46

4453
73

91599
82

44913.
20

43984.
82

16:50:
40

4453
72

91599
63

45044.
80

43984.
47

16:52:
20

4453
76

91599
45

44637.
23

43984.
25

43981.
86
43981.
52

2.1248
7
2.1531
2
2.2681
2
2.4356
2
3.3370
4
4.5157
1
5.5766
2
8.0358
7
7.7103
7
7.4309
6
7.5730
4
7.5216
7.3191
2
5.6916
2
3.9883
7
4.2443
7
4.5883
7
3.4047
5
1.2882
1
1.6349
6
1.8566
2

421.875
1396.24
7
447.732
442.564
489.763
646.784
579.057
-91.364
-77.790
106.636
163.427
-70.445
504.181
225.408
204.412
200.656
313.812
-61.262
27.088
159.035
248.310

16:55:
18

4453
72

91599
23

44716.
57

43984.
52

16:59:
04

4453
72

91599
05

44833.
27

43984.
92

17:01:
13

4453
72

91598
84

44702.
47

43985.
17

17:03:
56

4453
75

91598
63

44696.
90

43985.
5

17:06:
21

4453
74

91598
47

44745.
00

43984.
87

17:08:
58

4453
73

91598
23

44690.
33

43984.
41

17:10:
40

4453
73

91598
03

44676.
40

43984.
41

17:13:
21

4453
72

91597
86

44937.
83

43984.
42

17:15:
22

4453
73

91597
62

44679.
97

43984.
44

17:18:
16
17:22:
40
17:25:
30
17:27:
31
17:43:
15

4453
75
4453
80
4453
74
4453
73
4453
72

91597
44
91597
25
91597
05
91596
86
91594
46

44424.
93
44876.
80
44902.
60
44454.
00
44858.
40

43986.
45
43990.
79
43993.
15
43994.
41
43995.
77

1.5827
2
1.1888
9
0.9387
4
0.6066
2
1.2329
9
1.6943
7
1.6943
7
1.6812
6
1.6609
9
0.3438
33
4.6872
08
7.0422
92
8.3027
08
9.6674
17

169.251
-52.944
183.995
189.893
141.167
195.372
209.306
52.115
205.772
462.811
-15.287
8.158
441.703
-38.667

5.2 Grafik Ha Vs Posisi

Grafik Ha vs Posisi
800
600
400
200
0
9159000
Ha -200
-400
-600
-800
-1000
-1200

9159500

9160000

9160500

9161000

Posisi

Gambar 5.1 Grafik Ha Vs Posisi Kelompok 1

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 1. Pengambilan data oleh kelompok 1 ini dilakukan pada hari Sabtu
tanggal 07 Mei 2016 pada pukul 08.00 WIB. Dapat dilihat bahwa nilai dari posisi
terletak di sumbu X dan nilai dari Ha terletak di sumbu Y. Garis biru pada grafik
diatas menunjukkan nilai perbandingan antara nilai posisi dan nilai Ha. Nilai Ha
minimum pada grafik diatas sebesar -114,147 nT yang terletak pada posisi
9159202 dan nilai Ha maximum dari grafik diatas yaitu sebesar -348,4 nT yang
terletak pada posisi 9160792. Grafik hasil olahan kelompok 1 ini secara
keseluruhan menunjukkan nilai yang sangat berbeda di setiap titik pengukuran,
dan dari titik pengukuran satu ke titik pengukuran lainnya memiliki nilai
intensitas magnet yang tidak jauh berbeda.

Grafik Ha Vs Posisi
1500
1000
500

Ha (nT)
0
9159000

9159500

9160000

9160500

9161000

-500
-1000

Posisi

Gambar 5.2 Grafik Ha Vs Posisi Kelompok 2

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 2. Pengambilan data oleh kelompok 2 ini dilakukan pada hari Sabtu
tanggal 07 Mei 2016 pada pukul 08.00 WIB. Dapat dilihat bahwa nilai dari posisi
terletak di sumbu X dan nilai dari Ha terletak di sumbu Y. Garis biru pada grafik
diatas menunjukkan nilai perbandingan antara nilai posisi dan nilai Ha. Nilai Ha
minimum pada grafik diatas sebesar -97 nT yang terletak pada posisi 9160796 dan
nilai Ha maximum dari grafik diatas yaitu sebesar -117,353 nT yang terletak pada
posisi 9159296. Grafik hasil olahan kelompok 2 ini secara keseluruhan
menunjukkan nilai yang sangat berbeda di setiap titik pengukuran. Nilai Ha yang
terletak di tengah pengukuran atau pada koordinat 9160000 hingga 9160100
menghasilkan nilai pengukuran yang sangat jauh berbeda dengan pengukuran
dititik selanjutnya.

Grafik Ha vs Posisi
1000.000
500.000

Ha

0.000
9159000

9159500

9160000

9160500

9161000

-500.000
-1000.000
-1500.000

Posisi

Gambar 5.3 Grafik Ha Vs Posisi Kelompok 3

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 3. Dimana grafik diatas menggambarkan tentang intensitas medan
magnet disetiap titik pengukuran. Pengambilan data oleh kelompok 3 ini
dilakukan pada hari Sabtu tanggal 07 Mei 2016 pada pukul 14.00 WIB. Dapat
dilihat bahwa nilai dari posisi terletak di sumbu X dan nilai dari Ha terletak di
sumbu Y. Garis biru pada grafik diatas menunjukkan nilai perbandingan antara
nilai posisi dan nilai Ha yang dihasilkan dari proses pengukuran menggunakan
alat PPM. Nilai Ha minimum pada grafik diatas sebesar -146.500 nT yang terletak
pada posisi 9160125 dan nilai Ha maximum dari grafik diatas yaitu sebesar
-38,667 nT yang terletak pada posisi 9159725. Grafik hasil olahan kelompok 3 ini
secara keseluruhan menunjukkan nilai yang sangat berbeda di setiap titik
pengukuran. Pada pengukuran di titik pertama menuju pengukuran titik kedua
menghasilkan garis yang sangat jauh yang dikarenakan lokasi atau titik koordinat
yang memiliki jarak yang lumayan jauh.

Gambar 5.4 Grafik Ha Vs Posisi Kelompok 4

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 4. Pengambilan data oleh kelompok 4 ini dilakukan pada hari Jumat
tanggal 06 Mei 2016 pada pukul 08.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai posisi dan nilai Ha yang dihasilkan
dari proses pengukuran. Nilai Ha minimum pada grafik diatas sebesar -53.9842 nT
yang terletak pada posisi 9160100 dan nilai Ha maximum dari grafik diatas yaitu
sebesar 243,6 nT yang terletak pada posisi 9160580. Grafik hasil olahan
kelompok 4 ini secara keseluruhan menunjukkan nilai yang sangat berbeda di
setiap titik pengukuran. Pada awal pengukuran yang terletak pada koordinat
9159800 hingga 9160000 menghasilkan nilai intensitas magnet yang tidak jauh
berbeda antar titik pengukurannya. Kemudian pada koordinat 9160000 hingga
9160100 menghasilkan nilai intensitas magnet yang memiliki perbedaan yang
jauh antar setiap titik pengukurannya. Dan pada koordinat 9160200 hingga
9160300 nilai intensitasnya kembali dalam keadaan seperti awal pengukuran yang
hamper stabil atau tidak memiliki perbedaan yang terlalu jauh.

Grafik Ha vs Posisi
2000
1500
1000

Ha

500
0
9159500
-500

9160000

9160500

9161000

-1000
-1500

Posisi

Gambar 5.5 Grafik Ha Vs Posisi Kelompok 5

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 5. Pengambilan data oleh kelompok 5 ini dilakukan pada hari Jumat
tanggal 06 Mei 2016 pada pukul 08.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai posisi dan nilai Ha yang dihasilkan
dari proses pengukuran. Grafik hasil olahan kelompok 5 ini secara keseluruhan
menghasilkan nilai intensitas yang didominasi oleh nilai negative. Nilai Ha
minimum pada grafik diatas sebesar -59,2944 nT yang terletak pada posisi
9160820 dan nilai Ha maximum dari grafik diatas yaitu sebesar 12,5 nT yang
terletak pada posisi 9160796.

Grafik Ha vs Posisi
1500
1000
500
Ha

0
-500

200

400

600

800

1000

1200

-1000
-1500
Posisi

Gambar 5.6 Grafik Ha Vs Posisi Kelompok 6

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 6. Pengambilan data oleh kelompok 6 ini dilakukan pada hari Jumat
tanggal 06 Mei 2016 pada pukul 13.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai posisi dan nilai Ha yang dihasilkan
dari proses pengukuran. Grafik hasil olahan kelompok 6 ini secara keseluruhan
menghasilkan nilai intensitas yang didominasi oleh nilai negative. Tetapi pada
titik pengukuran ke 2,6,10,17,20,41, dan 45 menghasilkan nilai intensitas magnet
yang positif. Nilai Ha minimum pada grafik diatas sebesar -976,609 nT yang
terletak pada posisi 9160200 dan nilai Ha maximum dari grafik diatas yaitu
sebesar 992,7227 nT yang terletak pada posisi 9160800.

Grafik Ha Vs Posisi
400.00
200.00
0.00
9159000
Ha -200.00

9159500

9160000

9160500

9161000

-400.00
-600.00
-800.00

Posisi

Gambar 5.7 Grafik Ha Vs Posisi Kelompok 7

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 7. Pengambilan data oleh kelompok 7 ini dilakukan pada hari Minggu
tanggal 08 Mei 2016 pada pukul 08.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai posisi dan nilai Ha yang dihasilkan
dari proses pengukuran. Grafik hasil olahan kelompok 7 ini secara keseluruhan
menunjukkan nilai intensitas magnet yang jauh berbeda antar titik pengukuran
yang satu dengan pengukuran yang lain. Nilai Ha minimum pada grafik diatas
sebesar -9.70 nT yang terletak pada posisi 9159520 dan nilai Ha maximum dari
grafik diatas yaitu sebesar 328,22 nT yang terletak pada posisi 9160820.

Grafik Ha vs Posisi
600.00
400.00
200.00

Ha

0.00
9159000
-200.00

9159500

9160000

9160500

9161000

-400.00
-600.00
-800.00
-1000.00
-1200.00

Posisi

Gambar 5.8 Grafik Ha Vs Posisi Kelompok 8

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 8. Pengambilan data oleh kelompok 8 ini dilakukan pada hari Minggu
tanggal 08 Mei 2016 pada pukul 13.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai posisi dan nilai Ha yang dihasilkan
dari proses pengukuran. Grafik hasil olahan kelompok 8 ini secara keseluruhan
menghasilkan nilai intensitas yang didominasi oleh nilai negative. Tetapi pada
titik pengukuran ke 6,7,40,41,52,54,dan 68 menghasilkan nilai intensitas magnet
yang positif. Nilai Ha minimum pada grafik diatas sebesar -939,93717 nT yang
terletak pada posisi 9159294 dan nilai Ha maximum dari grafik diatas yaitu
sebesar 436,856042 nT yang terletak pada posisi 9160804.

Grafik Ha Vs Posisi
400
200
0
9159500
Ha (nT) -200

9160000

9160500

9161000

-400
-600
-800

Posisi

Gambar 5.9 Grafik Ha Vs Posisi Kelompok 9

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 9. Pengambilan data oleh kelompok 9 ini dilakukan pada hari Minggu
tanggal 08 Mei 2016 pada pukul 13.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai posisi dan nilai Ha yang dihasilkan
dari proses pengukuran. Grafik hasil olahan kelompok 9 ini secara keseluruhan
menghasilkan nilai intensitas yang didominasi oleh nilai negative. Tetapi pada
titik pengukuran ke 13,14,35,dan 48 menghasilkan nilai intensitas magnet yang
positif. Nilai Ha minimum pada grafik diatas sebesar -619,762 nT yang terletak
pada posisi 9160018 dan nilai Ha maximum dari grafik diatas yaitu sebesar
339,1666 nT yang terletak pada posisi 9160378.

Grafik Ha Vs Posisi
600
400
200

Ha

0
9159000
-200

9159500

9160000

9160500

9161000

-400
-600
-800
-1000

Posisi

Gambar 5.10 Grafik Ha Vs Posisi Kelompok 10

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 10. Dimana grafik diatas menggambarkan tentang intensitas medan
magnet disetiap titik pengukuran. Pengambilan data oleh kelompok 10 ini
dilakukan pada hari Kamis tanggal 05 Mei 2016 pada pukul 13.00 WIB. Dapat
dilihat bahwa nilai dari posisi terletak di sumbu X dan nilai dari Ha terletak di
sumbu Y. Garis biru pada grafik diatas menunjukkan nilai perbandingan antara
nilai posisi dan nilai Ha yang dihasilkan dari proses pengukuran menggunakan
alat PPM. Grafik hasil olahan kelompok 10 ini secara keseluruhan menunjukkan
nilai yang sangat berbeda di setiap titik pengukuran. Nilai Ha minimum pada
grafik diatas sebesar -842,085 nT yang terletak pada posisi 9160360 dan nilai Ha
maximum dari grafik diatas yaitu sebesar 428,396 nT yang terletak pada posisi
9160740.

Grafik Ha vs Posisi
1000
500

Ha

0
-100
-500

100

300

500

700

900

1100

1300

1500

-1000
-1500
-2000
Posisi

Gambar 5.11 Grafik Ha Vs Posisi Kelompok 11

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 11. Pengambilan data oleh kelompok 11 ini dilakukan pada hari
Minggu tanggal 08 Mei 2016 pada pukul 13.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai posisi dan nilai Ha yang dihasilkan
dari proses pengukuran. Grafik hasil olahan kelompok 11 ini secara keseluruhan
menghasilkan nilai intensitas yang didominasi oleh nilai negative. Tetapi pada
titik pengukuran ke 5,18,33, 41,43,45,67,69,74,75,dan 77 menghasilkan nilai
intensitas magnet yang positif. Nilai Ha minimum pada grafik diatas sebesar
-1824,2 nT yang terletak pada posisi 9160860 dan nilai Ha maximum dari grafik
diatas yaitu sebesar 681,6717 nT yang terletak pada posisi 9160840.

Grafik Ha vs Posisi
600.00
400.00
200.00
0.00
9160000 9160200 9160400 9160600 9160800 9161000
-200.00
Ha -400.00
-600.00
-800.00
-1000.00
-1200.00
-1400.00

Posisi

Gambar 5.12 Grafik Ha Vs Posisi Kelompok 12

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 12. Pengambilan data oleh kelompok 12 ini dilakukan pada hari Jumat
tanggal 06 Mei 2016 pada pukul 13.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai posisi dan nilai Ha yang dihasilkan
dari proses pengukuran. Grafik hasil olahan kelompok 12 ini secara keseluruhan
menghasilkan nilai intensitas yang didominasi oleh nilai negative. Tetapi pada
titik pengukuran ke 2,3,4,17,18,19,24, dan 27 menghasilkan nilai intensitas
magnet yang positif. Nilai Ha minimum pada grafik diatas sebesar -658,5 nT yang
terletak pada posisi 9160783 dan nilai Ha maximum dari grafik diatas yaitu
sebesar 335,0035 nT yang terletak pada posisi 9160223.

Ha VS Posisi
800
600
400
200
0
Ha
9159000
-200
-400
-600
-800
-1000

9159500

9160000

9160500

9161000

Posisi

Gambar 5.13 Grafik Ha Vs Posisi Kelompok 13

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 11. Pengambilan data oleh kelompok 11 ini dilakukan pada hari Kamis
tanggal 05 Mei 2016 pada pukul 08.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai posisi dan nilai Ha yang dihasilkan
dari proses pengukuran. Grafik hasil olahan kelompok 11 ini secara keseluruhan
menghasilkan nilai intensitas yang didominasi oleh nilai negative. Tetapi pada
titik pengukuran ke 5,14,16,47,52, dan 63 menghasilkan nilai intensitas magnet
yang positif. Nilai Ha minimum pada grafik diatas sebesar -950,032 nT yang
terletak pada posisi 9160798 dan nilai Ha maximum dari grafik diatas yaitu
sebesar 886,499 nT yang terletak pada posisi 9159738.

Ha vs Posisi
1000
500

Ha

0
9159000
-500

9159500

9160000

9160500

9161000

-1000
-1500
-2000

Posisi

Gambar 5.14 Grafik Ha Vs Posisi Kelompok 14

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 14. Pengambilan data oleh kelompok 14 ini dilakukan pada hari Kamis
tanggal 05 Mei 2016 pada pukul 08.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai posisi dan nilai Ha yang dihasilkan
dari proses pengukuran. Grafik hasil olahan kelompok 14 ini secara keseluruhan
menghasilkan nilai intensitas yang didominasi oleh nilai negative. Nilai Ha
minimum pada grafik diatas sebesar -1551,39 nT yang terletak pada posisi
9160517dan nilai Ha maximum dari grafik diatas yaitu sebesar 533,9125 nT yang
terletak pada posisi 9160477.

Ha Posisi
800
600
400
200
0
9159000
Ha -200
-400
-600
-800
-1000
-1200

9159500

9160000

9160500

9161000

Posisi

Gambar 5.15 Grafik Ha Vs Posisi Kelompok 15

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 15. Dimana grafik diatas menggambarkan tentang intensitas medan
magnet disetiap titik pengukuran. Pengambilan data oleh kelompok 15 ini
dilakukan pada hari Kamis tanggal 05 Mei 2016 pada pukul 13.00 WIB. Dapat
dilihat bahwa nilai dari posisi terletak di sumbu X dan nilai dari Ha terletak di
sumbu Y. Garis biru pada grafik diatas menunjukkan nilai perbandingan antara
nilai posisi dan nilai Ha yang dihasilkan dari proses pengukuran menggunakan
alat PPM. Grafik hasil olahan kelompok 15 ini secara keseluruhan menunjukkan
nilai yang sangat berbeda di setiap titik pengukuran. Nilai Ha minimum pada
grafik diatas sebesar 71,7137 nT yang terletak pada posisi 9159312 dan nilai Ha
maximum dari grafik diatas yaitu sebesar 52,8 nT yang terletak pada posisi
9160792.

4.2 Grafik Hvar Vs Waktu

Grafik Hvar vs Waktu


30
20
10
0
8:24:00 AM
-10
Hvar (nT)
-20
-30
-40
-50
-60
-70

10:48:00 AM

1:12:00 PM

3:36:00 PM

Waktu

Gambar 5.16 Grafik Hvar Vs Waktu Kelompok 1

Gambar diatas merupakan grafik Hvar Vs Waktu hasil pengolahan dari


kelompok 1. Dimana grafik diatas menggambarkan tentang variasi harian pada
waktu pengambilan data. Pengambilan data oleh kelompok 1 ini dilakukan pada
hari Sabtu tanggal 07 Mei 2016 pada pukul 08.00 WIB. Dapat dilihat bahwa nilai
dari waktu terletak di sumbu X dan nilai dari Hvar terletak di sumbu Y. Garis biru
pada grafik diatas menunjukkan nilai perbandingan antara nilai Hvar dan nilai
waktu. Nilai Hvar minimum pada grafik diatas sebesar -59,6535 nT pada saat
pengukuran pada waktu 1:24:15 dan nilai Hvar maximum dari grafik diatas yaitu
sebesar 22,37996 nT yang terletak pada posisi 9:01:23. Hasil grafik kelompok 1
dengan kelompok 2 tidak begitu mengalami perbedaan yang jauh karena
pengambilan data kedua kelompok ini dilakukan pada saat yang sama.

Hvar Vs Waktu
9:21:36
11:16:48
13:12:00
10:19:12
12:14:24
14:09:36

-1
2

-1
0

-8
0

HVar (nT)

-6
0

-4
0

-2
0

8:24:00

Waktu

Gambar 5.17 Grafik Hvar Vs Waktu Kelompok 2

Gambar diatas merupakan grafik Hvar Vs Waktu hasil pengolahan dari


kelompok 2. Dimana grafik diatas menggambarkan tentang variasi harian pada
waktu pengambilan data. Pengambilan data oleh kelompok 2 ini dilakukan pada
hari Sabtu tanggal 07 Mei 2016 pada pukul 08.00 WIB. Dapat dilihat bahwa nilai
dari waktu terletak di sumbu X dan nilai dari Hvar terletak di sumbu Y. Garis biru
pada grafik diatas menunjukkan nilai perbandingan antara nilai Hvar dan nilai
waktu. Nilai Hvar minimum pada grafik diatas sebesar -105,879 nT pada saat
pengukuran pada waktu 13:08:54 dan nilai Hvar maximum dari grafik diatas yaitu
sebesar -67,2851 nT yang terletak pada posisi 9:03:07. Grafik hasil olahan
kelompok 2 ini secara keseluruhan menunjukkan nilai yang berbeda di setiap titik
pengukuran. Dapat dilihat pada titik pengukuran pertama hingga titik pengukuran
ketiga mengalami nilai penurunan Hvar yang sangat jauh yaitu dari 0 hingga -90.
Sedangkan pada titik pengukuran keempat hingga titik pengukuran selanjutnya
menghasilkan nilai Hvar yang tidak begitu jauh dari titik pengukuran sebelumnya.

Hvar vs Waktu
15
10
5
Hvar vs Waktu
0
14:24:00

15:36:00

16:48:00

18:00:00

-5
-10

Waktu

Gambar 5.18 Grafik Hvar Vs Waktu Kelompok 3

Gambar diatas merupakan grafik Hvar Vs Waktu hasil pengolahan dari


kelompok 3. Dimana grafik diatas menggambarkan tentang intensitas medan
magnet disetiap titik pengukuran. Pengambilan data oleh kelompok 3 ini
dilakukan pada hari Sabtu tanggal 07 Mei 2016 pada pukul 14.00 WIB. Dapat
dilihat bahwa nilai dari waktu terletak di sumbu X dan nilai dari Hvar terletak di
sumbu Y. Garis biru pada grafik diatas menunjukkan nilai perbandingan antara
nilai Hvar dan nilai waktu yang dihasilkan dari proses pengukuran menggunakan
alat PPM. Nilai Hvar minimum pada grafik diatas sebesar -8,03587 nT pada saat
waktu pengukuran 16:23:50 dan nilai Hvar maximum dari grafik diatas yaitu
sebesar 9,667417 pada waktu pengukuran 17:43:15. Grafik hasil olahan kelompok
3 ini secara keseluruhan menunjukkan nilai yang sangat berbeda di setiap titik
pengukuran. Pada pengukuran di titik pertama hingga di tengah pengukuran grafik
diatas relative mengalami penurunan, kemudian pada titik di tengah pengukuran
hingga akhir pengukuran relative mengalami kenaikan. Sehingga pada proses
pengambilan data disiang hari menghasilkan nilai variasi harian yang sangat kecil
yang dapat disebabkan karena adanya noise serta cuaca yang kurang mendukung.

Hvar waktu
5
0
8:09:36 AM
-5

Hvar

10:33:36 AM

12:57:36 PM

3:21:36 PM

-10
-15
-20
-25

Waktu

Gambar 5.19 Grafik Hvar Vs Waktu Kelompok 4

Gambar diatas merupakan grafik Hvar Vs Waktu hasil pengolahan dari


kelompok 4. Pengambilan data oleh kelompok 4 ini dilakukan pada hari Jumat
tanggal 06 Mei 2016 pada pukul 08.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai waktu dan nilai Hvar yang
dihasilkan dari proses pengukuran. Nilai Hvar minimum pada grafik diatas sebesar
-20,5264 nT pada saat waktu pengukuran 11:34:34 dan nilai Hvar maximum dari
grafik diatas yaitu sebesar 0,59345 pada waktu pengukuran 8:46:11. Grafik hasil
olahan kelompok 4 ini secara keseluruhan menunjukkan nilai yang sangat berbeda
di setiap titik pengukuran. Dapat dilihat dari grafik diatas bahwa hasil pengukuran
di siang hari menghasilkan nilai variasi harian yang semakin kecil atau relative
mengalami penurunan. Hal ini dapat disebabkan karena adanya noise.

Hvar vs Waktu
0
8:24:00 AM

9:36:00 AM

10:48:00 AM

12:00:00 PM

-5
-10

Hvar
-15
-20
-25

Waktu

Gambar 5.20 Grafik Hvar Vs Waktu Kelompok 5

Gambar diatas merupakan grafik Hvar Vs Waktu hasil pengolahan dari


kelompok 5. Pengambilan data oleh kelompok 5 ini dilakukan pada hari Jumat
tanggal 06 Mei 2016 pada pukul 08.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai Hvar dan nilai Waktu yang
dihasilkan dari proses pengukuran Nilai Hvar minimum pada grafik diatas sebesar
-20,2056 nT pada saat waktu pengukuran 11:25:00 dan nilai Hvar maximum dari
grafik diatas yaitu sebesar 0 pada waktu pengukuran 8:48:00. Dapat dilihat dari
grafik diatas bahwa nilai Hvar yang dihasilkan pada pengukuran disiang hari akan
semakin memberikan nilai yang semakin kecil. Hal tersebut dapat terjadi karena
adanya noise atau cuaca yang kurang mendukung.

Hvar vs Waktu
15
10
5
Hvar
0
14:24:00
-5

15:36:00

16:48:00

18:00:00

-10
Waktu

Gambar 5.21 Grafik Hvar Vs Waktu Kelompok 6

Gambar diatas merupakan grafik Hvar Vs Waktu hasil pengolahan dari


kelompok 6. Pengambilan data oleh kelompok 6 ini dilakukan pada hari Jumat
tanggal 06 Mei 2016 pada pukul 13.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai Hvar dan nilai Waktu yang
dihasilkan dari proses pengukuran. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai
variasi harian yang dihasilkan pada siang hari menghasilkan nilai yang tidak stabil
atau relative mengalami penurunan dan menghasilkan nilai variasi harian yang
negative, tetapi pada pengukurann di waktu sore hari cenderung menghasilkan
nilai variasi harian yang relative mengalami kenaikan atau dapat dikatakan nilai
variasi harian yang dihasilkan menghasilkan nilai yang positif. Nilai Hvar
minimum pada grafik diatas sebesar -4.83583 nT pada saat waktu pengukuran
15:16:50 dan nilai Hvar maximum dari grafik diatas yaitu sebesar 11,0755 pada
waktu pengukuran 17:03:30.

HVAR VS TIME
10
0
8:24:00
-10
-20
-30
-40
-50
-60
-70
-80

9:36:00

10:48:00

12:00:00

13:12:00

Waktu

Gambar 4.22 Grafik Hvar Vs Waktu Kelompok 7

Gambar diatas merupakan grafik Hvar Vs Waktu hasil pengolahan dari


kelompok 7. Pengambilan data oleh kelompok 7 ini dilakukan pada hari Minggu
tanggal 08 Mei 2016 pada pukul 08.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai Hvar dan nilai Waktu yang
dihasilkan dari proses pengukuran. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai
variasi harian yang dihasilkan pada siang hari menghasilkan nilai yang tidak stabil
atau relative mengalami penurunan dan menghasilkan nilai variasi harian yang
negative. Nilai Hvar minimum pada grafik diatas sebesar -72,9231 nT pada saat
waktu pengukuran 12:45:57 dan nilai Hvar maximum dari grafik diatas yaitu
sebesar 3,60725 pada waktu pengukuran 10:15:45.

Hvar vs Waktu
20.00
10.00
0.00
9:36:00
-10.00

10:48:00

12:00:00

13:12:00

-20.00
-30.00
-40.00

Waktu

Gambar 4.23 Grafik Hvar Vs Waktu Kelompok 8

Gambar diatas merupakan grafik Hvar Vs Waktu hasil pengolahan dari


kelompok 8. Pengambilan data oleh kelompok 8 ini dilakukan pada hari Minggu
tanggal 08 Mei 2016 pada pukul 13.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai Hvar dan nilai Waktu yang
dihasilkan dari proses pengukuran. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai
variasi harian yang dihasilkan sangat berbeda antara titik pengukuran satu dengan
titik pengukuran yang lain. Pada waktu pagi hari menghasilkan nilai variasi harian
yang relative mengalami kenaikan, tetapi pada titik pengukuran ke 5 dan 6
menghasilkan nilai variasi harian yang mengalami penurunan secara drastic. Nilai
Hvar minimum pada grafik diatas sebesar 0 nT pada saat waktu pengukuran
9:38:05 dan nilai Hvar maximum dari grafik diatas yaitu sebesar 11,33837 pada
waktu pengukuran 10:17:00.

Hvar Vs Waktu
40
20
0
14:24:00
Hvar -20

15:36:00

16:48:00

18:00:00

-40
-60
-80
Waktu

Gambar 4.24 Grafik Hvar Vs Waktu Kelompok 9

Gambar diatas merupakan grafik Hvar Vs Waktu hasil pengolahan dari


kelompok 9. Pengambilan data oleh kelompok 9 ini dilakukan pada hari Minggu
tanggal 08 Mei 2016 pada pukul 13.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai Hvar dan nilai Waktu yang
dihasilkan dari proses pengukuran. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai
variasi harian yang dihasilkan pada siang hari menghasilkan nilai yang tidak stabil
atau relative mengalami penurunan dan menghasilkan nilai variasi harian yang
negative, tetapi pada pengukurann di waktu sore hari cenderung menghasilkan
nilai variasi harian yang relative mengalami kenaikan atau dapat dikatakan nilai
variasi harian yang dihasilkan menghasilkan nilai yang positif. Nilai Hvar
minimum pada grafik diatas sebesar -70,9708 nT pada saat waktu pengukuran
15:20:36 dan nilai Hvar maximum dari grafik diatas yaitu sebesar 19,34585 pada
waktu pengukuran 16:29:04.

hvar waktu
0
2:24:00 PM
-5

3:36:00 PM

4:48:00 PM

6:00:00 PM

7:12:00 PM

-10
-15

Hvar

-20
-25
-30
-35
-40

Posisi

Gambar 4.25 Grafik Hvar Vs Waktu Kelompok 10

Gambar diatas merupakan grafik Hvar Vs Waktu hasil pengolahan dari


kelompok 10. Dimana grafik diatas menggambarkan tentang intensitas medan
magnet disetiap titik pengukuran. Pengambilan data oleh kelompok 10 ini
dilakukan pada hari Kamis tanggal 05 Mei 2016 pada pukul 13.00 WIB. Garis
biru pada grafik diatas menunjukkan nilai perbandingan antara nilai Hvar dan
nilai Waktu yang dihasilkan dari proses pengukuran. Dari grafik diatas dapat
dilihat bahwa nilai variasi harian yang dihasilkan relative mengalami penurunan
dari siang hingga sore hari, tetapi pada pukul 05:30 nilai variasi hariannya
kembali mengalami kenaikan. Nilai Hvar minimum pada grafik diatas sebesar
-2,23425 nT pada saat waktu pengukuran 2:46:51 dan nilai Hvar maximum dari
grafik diatas yaitu sebesar -18,627 nT pada waktu pengukuran 06:31:04.

0 20

Hvar vs Waktu

Hvar

3:36:00 PM

4:48:00 PM

6:00:00 PM

-1
00 -80 -60 -40 -20

2:24:00 PM

Waktu

Gambar 4.26 Grafik Hvar Vs Waktu Kelompok 11

Gambar diatas merupakan grafik Hvar Vs Waktu hasil pengolahan dari


kelompok 11. Pengambilan data oleh kelompok 11 ini dilakukan pada hari
Minggu tanggal 08 Mei 2016 pada pukul 13.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai Hvar dan nilai Waktu yang
dihasilkan dari proses pengukuran. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai
variasi harian yang dihasilkan pada siang hari menghasilkan nilai yang tidak stabil
atau relative mengalami penurunan dan menghasilkan nilai variasi harian yang
negative, tetapi pada pengukurann di waktu sore hari cenderung menghasilkan
nilai variasi harian yang relative mengalami kenaikan atau dapat dikatakan nilai
variasi harian yang dihasilkan menghasilkan nilai yang positif. Nilai Hvar
minimum pada grafik diatas sebesar -78,6064 nT pada saat waktu pengukuran
3:20:36 dan nilai Hvar maximum dari grafik diatas yaitu sebesar 13,92183 pada
waktu pengukuran 5:17:16.

Hvar vs Waktu
12.00
10.00
8.00
6.00

Hvar

4.00
2.00
0.00
14:24:00 14:52:48 15:21:36 15:50:24 16:19:12 16:48:00 17:16:48
-2.00
-4.00
-6.00

Waktu

Gambar 4.29 Grafik Hvar Vs Waktu Kelompok 12

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 12. Pengambilan data oleh kelompok 12 ini dilakukan pada hari Jumat
tanggal 06 Mei 2016 pada pukul 13.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai Hvar dan nilai Waktu yang
dihasilkan dari proses pengukuran. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai
variasi harian yang dihasilkan relative mengalami perbedaan yang cukup jauh
antar tiap titik pengukurannya. Tetapi pada pengukuran disiang hari grafik diatas
menunjukkan nilai negative yang disebabkan karena adanya noise. Nilai Hvar
minimum pada grafik diatas sebesar -2,993 nT pada saat waktu pengukuran
8:52:37 dan nilai Hvar maximum dari grafik diatas yaitu sebesar 68,38467 nT
pada waktu pengukuran 11:23:10.

Hvar VS Waktu
80
60
40
Hvar
20
0
7:12:00
-20

8:24:00

9:36:00

10:48:00 12:00:00 13:12:00

Waktu

Gambar 4.28 Grafik Hvar Vs Waktu Kelompok 13

Gambar diatas merupakan grafik Hvar Vs Waktu hasil pengolahan dari


kelompok 11. Pengambilan data oleh kelompok 11 ini dilakukan pada hari Kamis
tanggal 05 Mei 2016 pada pukul 08.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai Hvar dan nilai Waktu yang
dihasilkan dari proses pengukuran. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai
variasi harian yang dihasilkan relative mengalami kenaikan yang tidak terlalu jauh
tetapi pada waktu tertentu terjadi perubahan nilai variasi harian yang mengalami
kenaikan secara drastis. Nilai Hvar minimum pada grafik diatas sebesar -2,993 nT
pada saat waktu pengukuran 8:52:37 dan nilai Hvar maximum dari grafik diatas
yaitu sebesar 68,38467 nT pada waktu pengukuran 11:23:10.

Hvar vs Waktu
4
2
0
8:38:24
-2

Hvar

9:07:12

9:36:00

10:04:48

10:33:36

-4
-6
-8
-10
-12

Waktu
Hvar vs Waktu

Gambar 4.29 Grafik Hvar Vs Waktu Kelompok 14

Gambar diatas merupakan grafik Hvar Vs Waktu hasil pengolahan dari


kelompok 14. Pengambilan data oleh kelompok 14 ini dilakukan pada hari Kamis
tanggal 05 Mei 2016 pada pukul 08.00 WIB. Garis biru pada grafik diatas
menunjukkan nilai perbandingan antara nilai Hvar dan nilai Waktu yang
dihasilkan dari proses pengukuran. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai
variasi harian yang dihasilkan relative mengalami ketidakstabilan disetiap waktu
pengukuran. Pada saat pukul 9:07:12 dan pada pukul 10:04:48 hingga akhir
pengukuran menghasilkan nilai yang negative yang bias disebabkan karena
adanya noise. Nilai Hvar minimum pada grafik diatas sebesar -10,5071 nT pada
saat waktu pengukuran 9:05:06 dan nilai Hvar maximum dari grafik diatas yaitu
sebesar 7,975819 nT pada waktu pengukuran 10:19:00.

Hvar Vs waktu
50
0
13:40:48

14:52:48

16:04:48

17:16:48

18:28:48

19:40:48

-50

Hvar
-100
-150
-200

Waktu

Gambar 4.30 Grafik Ha Vs Posisi Kelompok 15

Gambar diatas merupakan grafik Ha Vs Posisi hasil pengolahan dari


kelompok 15. Dimana grafik diatas menggambarkan tentang intensitas medan
magnet disetiap titik pengukuran. Pengambilan data oleh kelompok 15 ini
dilakukan pada hari Kamis tanggal 05 Mei 2016 pada pukul 13.00 WIB. Dapat
dilihat bahwa nilai dari posisi terletak di sumbu X dan nilai dari Ha terletak di
sumbu Y. Garis biru pada grafik diatas menunjukkan nilai perbandingan antara
nilai posisi dan nilai Ha yang dihasilkan dari proses pengukuran menggunakan
alat PPM. Grafik hasil olahan kelompok 15 ini secara keseluruhan menunjukkan
nilai yang sangat berbeda di setiap titik pengukuran. Nilai Ha minimum pada
grafik diatas sebesar 71,7137 nT yang terletak pada posisi 9159312 dan nilai Ha
maximum dari grafik diatas yaitu sebesar 52,8 nT yang terletak pada posisi
9160792.

5.4 Peta TMI

Gambar 5.31 Peta TMI

Gambar diatas merupakan gambar dari peta TMI (Total Magnetic


Intensity). Pembuatan TMI ini dibuat menggunakan data pengukuran yang
diambil di daerah Desa Tlogo Watu. Peta TMI tersebut menunjukkan nilai
intensitas magnetik yang terbagi dalam 6 skala warna. Warna biru memiliki range
nilai dari -539,9 nT hingga -293,1 nT, kemudian warna hijau yang memiliki nilai
intensitas magnet dari -279,2 hingga -183,9 nT. Warna kuning memiliki nilai

intensitas magnet dari -173,1 nT hingga -136,9 nT, warna orange memiliki nilai
intensitas magnet dari -126,3 nT hingga -58,3 nT, warna merah memiliki nilai
intensitas magnet dari -45,1 nT hingga 29,6 nT, dan warna ungu memiliki nilai
intensitas magnet dari 58,6 nT hingga 220,2 nT.
Dari peta diatas dapat dilihat bahwa nilai intensitas kemagnetan yang besar
terdapat dibagian Selatan peta yang ditandai dengan warna merah. Kemudian nilai
kemagnetan yang rendah tersebar dibagian barat hingga timur peta yang ditandai
dengan spot spot berwarna biru. Lintasan kelompok 3 berada pada bagian timur
laut peta yang memanjang kearah tenggara yang ditandai dengan garis warna
hitam.

5.5 Peta Reduce To Pole

Gambar 5.32 Peta RTP

Peta diatas merupakan Peta RTP yaitu peta yang sudah mengalami proses
filtering Reduce to Pole. RTP ini membuat keadaan data yang diukur pada kondisi
dipole atau dapat dikatakan sebagai dua kutub, menjadi tertarik ke arah satu kutub
yaitu pole. Proses ini dinilai meminimalisir kesalahan yang terjadi pada hasil data
pengukuran anomali magnetik pada keadaan dipole. Sebaran nilai magnetik yang
ada berdasarkan hasil filtering RTP, terlihat pada peta ini memiliki rentang nilai
dari -863,4 nT yang diwakili oleh warna biru, hingga 694,6 nT yang diwakili oleh
warna ungu. Terlihat adanya anomali magnetik yang seakan tertarik kearah satu

kutub akibat pengaruh dari hasil filtering RTP ini. Nilai kemagnetan yang rendah
berada di sebelah utara, timur laut, dan tenggara dari area penelitian. Jika
dikaitkan dengan kemungkinan yang ada nilai kemagnetan yang rendah ini dapat
diindikasikan keberadaan target yaitu seperti magma chamber yang memanjang
dari arah timur laut hingga tenggara. Nilai kemagnetan yang cukup tinggi terlihat
pada daerah bagian barat daya dan barat laut serta bagian selatan dari area survei
dengan kisaran 143,1 nT hingga 694,6 nT.
Hasil dari data kemagnetan ini akan menjadi bahan tinjauan untuk proses
penyelidikan selanjutnya. Itulah mengapa metode ini cukup baik untuk menjadi
metode awal dalam proses eksplorasi. Terlebih lagi, untuk menjadi bahan acuan
mencari persebaran material yang ada. Secara umum, proses RTP ini bukan
mempermudah jalannya proses pengolahan data, tetapi meminimalisir kesalahan
hasil data yang nntinya akan di intepretasi. Asumsi yang berlaku pada metode ini
ialah bahwa setelah dilakukan proses RTP ini, dapat di katakan bahwa letak
anomali yang ada itu tepat berada di bawah titik pengukuran yang menunjukkan
data anomali magnetik yang terlihat dari hasil pengolahan data. Sehingga proses
RTP ini meminimalisir kesalahan yang dapat terjadi ketika proses interpretasi
langsung dari peta TMI.

5.6 Peta Upward Regional

Gambar 5.33 Peta Upward Regional

Peta diatas merupakan peta Upward Continuation Regional yang


menunjukkan nilai kemagnetan yang ada di daerah penelitian secara regional
dengan menggunakan filter Upward Continuation dengan passes kelipatan 45
hingga lima kali proses Filtering sampai passes 235 menggunakan bantuan
software Geosoft Oasis Montaj. Pada proses upward ini, data peta yang digunakan
ialah peta RTP, sesuai dengan kelebihan yang telah dikemukakan pada sub bab
peta RTP sebelumnya. Pada peta pertama yaitu peta RTP memiliki rentang nilai
dari -863,4 nT yang diwakili oleh warna biru, hingga 694,6 nT yang diwakili oleh
warna ungu. Terlihat adanya anomali magnetik yang seakan tertarik kearah satu
kutub akibat pengaruh dari hasil filtering RTP ini.
Kemudian pada peta yang telah mengalami filtering dengan passes 55,
rentang nilai mengalami perubahan menjadi -299,5 nT yang diwakili oleh warna
biru, hingga 20,5 nT yang diwakili oleh warna ungu. Terlihat hilangnya closure
yang diasumsikan ada diatas permukaan namun tidak menerus hingga bawah
permukaan sehingga pada hasil upward ini, closure tersebut menghilang.
Pada peta selanjutnya yang telah mengalami filtering dengan passes 100,
rentang nilai yang berkisar dari -265,3 nT yang diwakili oleh warna biru, hingga
-18,5 nT yang diwakili oleh warna ungu. Terlihat persebaran nilai magnetik yang
ada mulai cenderung tereduksi dengan bentuk kontur yang makin stabil, serta nilai
yang semakin seragam pada tiap daerahnya.
Pada filtering ke 3 dengan passes 145, rentang nilai yang dimiliki peta
tersebut ialah berkisar dari -254,0 nT yang diwakili oleh warna biru, hingga -39

nT yang diwakili oleh warna ungu. Terlihat persebaran nilai yang ada semakin
stabil dan nilai yang tinggi semakin tereduksi seiring dengan asumsi
bertambahnya kedalaman yang ada pada tahap ini.
Kemudian pada filtering ke 4 dengan passes 190, peta memiliki rentang
nilai dari -247,1 nT yang diwakili oleh warna biru, hingga -52 nT yang diwakili
oleh warna ungu. Pada tahap ini, nilai yang ada mulai cenderung stabil dan
membentuk pola seperti pola warna pada pelangi.
Pada filtering ke 5 dengan passes 235, terlihat peta memiliki rentang nilai
dari -242,6 nT yang diwakili oleh warna biru, hingga -60,3 nT yang diwakili oleh
warna ungu. Terlihat dari hasil filtering yang ada, tidak lagi terjadi perubahan
pada peta, yang mana ini menunjukkan bahwa nilai yang ada sudah stabil dan
persebaran material yang ada pada kedalaman yang cukup dalam dibawah
permukaan adalah seperti yang ditunjukkan pada peta hasil filtering ini.
Pada dasarnya fungsi melakukan upward ini ialah untuk merubah sudut
pandang dalam pembacaan data persebaran nilai kemagnetan yang ada. Proses ini
membuat nilai persebaran yang dominan pada daerah tersebut akan terlihat,
sehingga diasumsikan bahwa material tersebut menerus ke bawah permukaan
dengan perkiraan persebaran sesuai dengan hasil filtering upward yang telah
dilakukan. Jadi dapat diketahui apakah suatu material itu hanya berupa bongkahan
atau material lepas yang ada dipermukaan, maupun suatu material bawah
permukaan yang tersingkap ke permukaan, seperti halnya intrusi dan sejenisnya.

5.7. Peta Residual

Gambar 5.34 Peta Residual

5.8. Tabel Pengolahan FFT


Tabel 5.2 Tabel Pengolahan FFT
ln A
2.202
046
0.986
875
1.590
244
0.586
19
0.200
926
1.156
913
0.226
124
0.329
399
0.198
06
0.962
03
0.964
55
0.071
203
0.596
22

0
0.000
699
0.001
399
0.002
098
0.002
797
0.003
497
0.004
196
0.004
895

0
0.004
392
0.008
783
0.013
175
0.017
566
0.021
958
0.026
35
0.030
741

0.005
594

0.035
133

0.006
294

0.039
524

0.006
993
0.007
692

0.043
916
0.048
308

0.008
392

0.052
699

0.340
023
1.047
41
1.029
8
0.556
2
1.320
31
0.912
84
0.926
83
1.288
54
1.767
63
2.680
03
2.461
2
1.217
88
1.067
28
1.565
38
-1.072
2.086
97
3.181
05
1.924

0.009
091

0.057
091

0.009
79

0.061
483

0.010
49

0.065
874

0.011
189

0.070
266

0.011
888

0.074
657

0.012
587

0.079
049

0.013
287

0.083
441

0.013
986

0.087
832

0.014
685

0.092
224

0.015
385

0.096
615

0.016
084

0.101
007

0.016
783

0.105
399

0.017
483

0.109
79

0.018
182
0.018
881

0.114
182
0.118
573

0.019
58

0.122
965

0.020
28
0.020
979

0.127
357
0.131
748

2
2.134
81
1.604
79
1.604
79
2.134
81
1.924
2
3.181
05
2.086
97
-1.072
1.565
38
1.067
28
1.217
88
2.461
2
2.680
03
1.767
63
1.288
54
0.926
83
0.912
84

0.021
678

0.136
14

0.022
378

0.140
531

0.023
077

0.144
923

0.023
776

0.149
315

0.024
476

0.153
706

0.025
175

0.158
098

0.025
874
0.026
573

0.162
49
0.166
881

0.027
273

0.171
273

0.027
972

0.175
664

0.028
671

0.180
056

0.029
371

0.184
448

0.030
07

0.188
839

0.030
769

0.193
231

0.031
469

0.197
622

0.032
168

0.202
014

0.032
867

0.206
406

1.320
31
0.556
2
1.029
8
1.047
41
0.340
023
0.596
22
0.071
203
0.964
55
0.962
03
0.198
06
0.329
399
0.226
124
1.156
913
0.200
926
0.586
19
1.590
244
0.986
875

n
m
depth
(m)

0.033
566

0.210
797

0.034
266

0.215
189

0.034
965

0.219
58

0.035
664
0.036
364

0.223
972
0.228
364

0.037
063
0.037
762

0.232
755
0.237
147

0.038
462

0.241
538

0.039
161

0.245
93

0.039
86
0.040
559
0.041
259
0.041
958
0.042
657
0.043
357
0.044
056
0.044
755

0.250
322
0.254
713
0.259
105
0.263
497
0.267
888
0.272
28
0.276
671
0.281
063

Region Residu
al
al
32
32
55.057 19.387
6.28
6.28
280.54 98.787
52
26

5.9. Analisa Grafik FFT


f(x) =

Grafik Analisa Fourier


1
0.5

ln A

0
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
-0.5
f(x) = - 19.39x + 0.44
-1

regional

-1.5

residual

Linear (regional)
Linear (regional)
Linear (residual)

-2
-2.5
-3
-3.5

Gambar 5.35 Analisa Grafik FFT

Grafik diatas menunjukkan grafik analisa dari proses FFT atau disebut
juga Fast Fourier Transform yang menunjukkann informasi tentang pemisahan
anomali regional, lokal, noise, dan hasil pengolahan yang dilakukan menggunakan
bantuan software Matlab. FFT sendiri merupakan suatu model perhitungan yang
mampu mentransformasikan data data yang bertipe spasial, dalam hal ini data x
dan y, menjadi suatu data frekuensi dalam bentuk Hz. Data yang diubah menjadi
domain frekuensi ini digunakan untuk proses pendugaan terhadap data kedalaman
dari data geomagnetik yang berhasil dihimpun. Dari proses ini nantinya menjadi
dasar dari analisa spektrum, spektrum sendiri berarti frekuensi, jadi proses ini
merupakan proses pendugaan kedalaman dari data geomagnetik menggunkan
frekuensi yang diolah dari proses FFT tersebut. Analisa regional dari grafik diatas

digambarkan oleh garis berwarna biru dan analisa lokal pada grafik digambarkan
dengan garis berwarna merah. Proses ini menghasilkan perkiraan kedalamaan
regional sebesar 280,5452 m dan kedalaman lokal sebesar 98,78726 m.

5.10. Pemodelan 2.5 D

Gambar 5.36 Peta Sayatan

Gambar 5.37 Penampang Pemodelan 2.5 D

Hasil penampang 2.5 D diatas merupakan interpretasi dari sayatan


pemodelan yang dibuat memanjang antara B - B pada peta Upward 190. Sayatan
mengarah N 55o E dengan panjang 1500 meter pada interpretasi daerah
pengukuran, dengan kedalaman penampang 280 meter yang diperoleh dari proses
perhitungan menggunakan Fast Fourier Transform (FFT). Pada proses pemodelan
diharapkan nilai error <50, dan pada data pemodelan diatas dibuat dengan skala
error 21.76. Nilai error yang digunakan diperoleh dengan melakukan pendekatan
interpretasi pada peta geologi Daerah Surakarta dan peta Upward yang digunakan
sebagai acuan, sehingga kondisi tersebut cukup representatif ditunjukkan dengan
pola grafik yang dihasilkan dan nilai kesalahan yang didapat.
Susunan litologi bawah permukaan dibuat mengacu dengan peta Geologi
Lembar Surakarta-Giritontro (Surono, et al., 1992), menunjukkan bahwa lokasi
penelitian termasuk kedalam satuan litologi Batuan Gunungapi Merapi yang
didominasi oleh material endapan gunungapi kuarter berupa breksi gunungapi,
lava dan tuff. Pada penampang 2.5 D diatas, diperoleh tiga satuan batuan sebagai
interpretasi dari kondisi litologi bawah permukaan yang mengacu pada peta
upward 190 yaitu tanah/soil, batupasir dan breksi ditambah dengan keberadaan
produk intrusional berupa batuan beku dan indikasi keberadaan heat source.
Lapisan paling atas terdapat tanah penutup/soil sebagai manifestasi dari
proses pelapukan dan erosional dipermukaan, yang memiliki estimasi nilai
suseptibilitas 170x10-6 emu yang pada penampang diestimasikan dengan nilai
21x10-6 emu. Lapisan soil digambarkan memanjang lateral disepanjang sayatan
pada bagian atas. Lapisan kedua digambarkan terdapat lapisan batupasir yang
memiliki kedalaman bervariasi. Batupasir ini dalam tabel Hunt (1995)
ditunjukkan memiliki nilai suseptibilitas 0-20.9x10-6 emu, dan pada penampang
diasumsikan dengan nilai 2x10-6 emu. Keberadaan batupasir ini sebagai
manifestasi dari erupsi laharik yang tersedimentasi pada akhir proses aliran
pengendapan.
Pada layer ketiga dari penampang ditunjukkan adanya endapan breksi
laharik, dengan dugaan dominasi fragmen andesit. Batuan andesitik yang menjadi
fragmen pada lapisan ini memberikan peningkatan pada nilai suseptibilitas batuan
akibat keberadaan mineral-mineral intermediet seperti piroksen Fe 3(Si,Al)2O6 dan

horblende Ca2(Mg/Fe)5(Al,Si)8O22. Keberadaan breksi diperkirakan berada pada


kedalaman sekitar 60 meter dibawah permukaan. Keberadaan breksi ini diduga
terjadi akibat erupsi lama dari gunungapi Merapi kuarter, mengingat sejak sepuluh
tahun terakhir proses erupsi Merapi cenderung mengarah ke selatan-tenggara,
sehingga bagian timur yang merupakan daerah penelitian lebih didominasi
endapan material-material tersier dipermukaannya. Keberadaan batuan intrusi
diduga berada pada bagian barat daya daerah pengukuran (awal sayatan), hal ini
sebagai interpretasi dari nilai intensitas yang tinggi pada peta sayatan. Nilai
suseptibilitas andesit menurut Hunt (1995) adalah 170.000x10-6 emu, yang pada
penampang diindikasikan pada 6x10-4 emu.
Keberadaan target yaitu heat source, diduga menempati timur laut lokasi
penelitian. Hal ini dikuatkan dengan nilai intensitas rendah yang ditunjukkan peta.
Keberadaan heat source diperkirakan berada pada kedalaman 250-270 meter
dibawah permukaan. Adanya heat source terkait pula dengan adanya batuan
intrusi disisi lain penampang, diindikasikan keduanya berada pada jalur yang
sama, namun pada bagian barat daya daerah telitian kondisinya telah mengalami
pendinginan. Kondisi heat source pada penampang diindikasikan memiliki nilai
suseptibilitas 1x10-6 emu.

5.11. Pemodelan 3D

Gambar 5.38 Pemodelan 3 D

Penampang 3D diatas menunjukkan target daerah penilitian X : 444383


445765 dan Y : 9159202 9160840 berupa nilai intensitas rendah yang
diindikasikan sebagai heat source. Nilai kedalaman model adalah 286 meter yang
didapat melalui perhitungan Fast Fourier Transform (FFT). Interpretasi
pemodelan dilakukan dengan melalui pendekatan nilai intensitas dari peta
Upward 190 dan difokuskan pada nilai intensitas 8x10-5 SI hingga 1x10-2 SI. Dari
pemodelan diketahui bahwa persebaran heat source berada pada timur laut daerah
telitian yang melampar hingga ke bagian barat. Dari proses pemodelan ini didapat
indikasi volume heat source sebesar 6.99x106 m3, hasil indikasi tersebut

memberikan asumsi bahwa daerah Tlogowatu dan sekitarnya memiliki cadangan


panas bumi yang potensial, hanya saja berdasarkan peta Geologi Lembar
Surakarta Giritontro (Surono, et al., 1992) tidak ditemukan adanya indikasi
patahan/zona lemah yang memberikan peluang untuk munculnya manifestasi
panas bumi dipermukaan.
Keberadaan indikasi heat source ini terkait pula dengan adanya nilai
intensitas tinggi dibagian barat daya-selatan daerah telitian yang diduga
merupakan produk intrusi yang berasal dari satu jalur magmatik yang sama
dengan heat source di bagian utara-timur laut daerah telitian. Produk intrusi
diduga merupakan batu andesit yang merupakan manifestasi dari proses
vulkanisme yang bersifat intermediet. Ada sedikit perbedaan dari estimasi lokasi
persebaran dari data pada peta upward regional terhadap data pemodelan, hal ini
mengasumsikan bahwa dalam melakukan eksplorasi suatu target tidak dapat
berpegang pada satu data saja, sehingga setiap hasil perhitungan bisa saling
melengkapi.

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil data yang didapat dari pengolahan data lapangan yang ada di daerah
Tlogo Watu, dapat ditarik kesimmpulan bahwa :
1. Peta TMI memiliki rentang nilai dari -539,9 nT hingga 220.2 nT.
2. Peta RTP memiliki rentang nilai dari dari -863,4 nT hingga 694,6 nT.
3. Peta Upward Continuation Regional yang menunjukkan nilai
kemagnetan yang ada di daerah penelitian secara regional dengan
menggunakan filter Upward Continuation dengan passes kelipatan 45
hingga lima kali proses Filtering sampai passes 235 menggunakan
bantuan software Geosoft Oasis Montaj.
4. Pada proses analisa FFT menghasilkan perkiraan kedalamaan regional
sebesar 280,5452 m dan kedalaman lokal sebesar 98,78726 m.
5. Pada penampang 2.5 D diperoleh tiga satuan batuan sebagai
interpretasi dari kondisi litologi bawah permukaan yang mengacu pada
peta upward 190 yaitu tanah/soil, batupasir dan breksi ditambah
dengan keberadaan produk intrusional berupa batuan beku dan indikasi
keberadaan heat source.
6. Dari pemodelan diketahui bahwa persebaran heat source berada pada
timur laut daerah telitian yang melampar hingga ke bagian barat.

6.2 Saran
Sebaiknya melakukan penyusunan data hasil pada saat pengolahan
menggunakan software Oasis Montaj, Magblox, Bloxer, serta Vloxer dilakukan
dengan tertata dan jelas. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan data
saat proses input untuk proses pengolahan selanjutnya. Kemudian pemahaman
yang lebih mengenai interpretasi bawah permukaan dari daerah penelitian harus
cukup tinggi dengan didukung oleh data geologi yang mantap, agar kelak di dunia
kerja akan terbiasa menghasilkan hasil interpretasi yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, S dan Staff Asisten Geomagnetik. 2016. Buku Panduan Praktikum
Geomagnetik. 2016/2017. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Yogyakarta.

Você também pode gostar