Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini banyak ilmu pengetahuan yang berkembang, salah satunya adalah
ilmu yang ada kaitannya dengan kebumian. Salah satu ilmu kebumian tersebut
adalah geofisika. Geofisika menggunakan prinsip dasar fisika dan dengan suatu
alat untuk mengetahui struktur bawah permukaan bumi. Banyak metode yang
yang ada di dalam geofisika, disesuaikan dengan objek yang akan dicari.
Salah satu metode geofisika adalah metode geomagnetik yang merupakan
suatu metode geofisika yang memanfaatkan pengukuran medan magnet bumi.
Metode geomagnetik tergolong dalam metode pasif dapat digunakan untuk
eksplorasi awal minyak bumi, panas bumi, dan bahkan untuk pencarian benda
arkeologi. Parameter yang diukur dalam metode geomagnetik adalah medan
magnet alami dari bumi.
Eksplorasi dengan menggunakan geomagnetik pada umumnya dilakukan
dengan tiga tahap, yaitu akuisisi data lapangan, processing, dan interpretasi. Pada
tahap akuisisi data dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan
menggunakan satu alat, base rover, dan gradien vertikal. Akuisisi data dengan
menggunakan cara looping menggunakan satu alat PPM dimana pengukuran
mulai dari base kembali ke base lagi.
Data hasil pengukuran geomagnetik dapat diolah dengan berbagai model
data. Salah satunya dengan FFT atau Fast Fourier Transform yang merupakan
model dari suatu transformasi dari data spasial atau sering disebut juga data yang
menunjukkan waktu dirubah menjadi suatu data yang menunjukkan suatu domain
frekuensi. Hasil akhir berupa sebuah data estimasi kedalaman (FFT). Selain itu
pemodelan geomagnet bermacam-macam salah satunya adalah pemodelan 3D.
Pemodelan ini dianggap lebih terlihat nyata karena bentuk dari hasilnya sesuai
dengan yang sebenarnya di alam dengan hasil perhitungan juga akurat.
dapat memahami
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Geologi Regional
Surakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian 95 m dpl, dengan
luas 44,1 km2 (0,14 % dari luas Jawa Tengah). Surakarta berada sekitar 65 km
timurlaut Yogyakarta dan 100 km tenggara Semarang, di antara Gunung Merapi
(tinggi 3115 m) di bagian barat, dan Gunung Lawu (tinggi 2806 m) di bagian
timur. Agak jauh di selatan terbentang Pegunungan Sewu. Tanah di sekitar kota ini
subur karena dilalui oleh Bengawan Solo, sungai terpanjang di Jawa, dengan
beberapa anak sungainya. Karesidenan Surakarta diresmikan pada tanggal 16 Juni
1946, yang meliputi Kota Surakarta, Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar,
Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, dan Kabupaten
Wonogiri.
KONDISI GEOLOGI SURAKARTA DAN SEKITARNYA
Kondisi geologi di Surakarta tidak lepas dari kondisi geologi Pulau Jawa
pada umumnya. Pada Paleogen Awal, Pulau Jawa masih berada dalam bagian
batas tepi lempeng mikro Sunda sebagai hasil interaksi (tumbukan) antara
lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Ketika Kala Eosen, Pulau Jawa
bagian utara yang semula berupa daratan, menjadi tergenang oleh air laut dan
membentuk cekungan.
Pada kala Oligosen, hampir seluruh Pulau Jawa mengalami pengangkatan
menjadi geantiklin Jawa. Pada saat yang bersamaan terbentuk jalur gunung api di
Jawa bagian selatan. Pulau Jawa yang semula merupakan geantiklin berangsurangsur mengalami penurunan lagi sehingga pada Miosen Bawah terjadi genang
laut. Gunung api yang bermunculan di bagian selatan membentuk pulau-pulau
gunung api. Pada pulau - pulau tersebut terdapat endapan breksi vulkanik dan
endapan-endapan laut. Semakin jauh dari pantai terbentuk endapan gamping koral
dan gamping foraminifera.
Pada Miosen Tengah, pembentukan gamping koral terus berkembang
dengan diselingi batuan vulkanik di sepanjang Pulau Jawa bagian selatan.
Gambar 2.1. Sketsa peta siogra sebagian Pulau Jawa dan Madura (modikasi dari
van Bemmelen, 1949)
1. Aluvium (Qa) ; Terdiri dari kerakal, kerikil, lanau, dan lempung yang
merupakan endapan sungai
2. Aluvium Tua (Qt) ; Tersusun oleh konglomerat, batupasir, lanau, dan
lempung
3. Formasi Baturetno (Qb) ; Tersusun oleh lempung hitam, lumpur, lanau,
dan pasir
4. Batuan Gunung api Merapi (Qvm) ; Tersusun oleh breksi gunung api,
lava, dan tufa
5. Batuan Gunung api Lawu (Qvl) ; Tersusun oleh breksi gunung api,
lava, dan tufa
6. Formasi Wonosari (Tmwl) ; Tersusun oleh batugamping, batugamping
napalan-tufan, batugamping-konglomerat, batupasir tufaan dan lanau
7. Formasi Kepek (Tmpk) ; Terdiri dari napal dan batugamping berlapis
8. Formasi Nampol (Tomk) ; Terdiri dari konglomerat, batupasir
konglomeratan, aglomerat, batulanau, batulempung dan tufa
9. Formasi Oyo (Tmo) ; Terdiri dari napal tufaan, tufa andesitan, dan
batugamping konglomeratan.
10. Formasi Sambipitu ; Tersusun oleh batupasir dan batulempung
11. Formasi Nglanggran (Tmmg) ; Tersusun dari breksi gunung api,
aglomerat, batulanau, batulempung dan tufa
12. Formasi Wuni (Tmw) ; Terdiri dari aglomerat dengan sisipan batupasir
tufan dan batupasir kasar
13. Formasi Semilir (Tms) ; Tersusun dari tufa, breksi batuapung dasitan,
batupasir tufaan dan serpih
14. Formasi Mandalika (Tomm) ; Tersusun dari lava dasit-andesit dan tufa
dasit
15. Formasi Gamping wungkal (Tew) ; Tersusun oleh batupasir, napal
pasiran, batulempung, dan batugamping
16. Batuan Malihan ; Tersusun oleh sekis, genes, dan marmer
17. Diorit Pendul (Tpdi) ; Tersusun oleh intrusi diorit
STRUKTUR GEOLOGI
Struktur geologi di daerah ini berupa lipatan, sinklin dan antiklin, serta
sesar yang terdapat di daerah selatan Surakarta. Antiklin dan sinklin berarah
timurlaut-baratdaya dan timur-barat, sesar atau patahan berarah utara-selatan dan
baratdaya-timurlaut.
SUMBER DAYA GEOLOGI
yang relative lulus air, mempunyai kedalaman bermacam macam juga. Akuifer di
daerah ini juga bervariasi dari kedalaman 8 200 m, dengan ketebalan beragam 125 m.
Jumlah ketersediaan air pada system akuifer tertekan sebesar 256,29 juta
m3/tahun (ibid.).Di CAT ini masih terjadi penurunan kedudukan muka air tanah
dan penurunan kualitas air tanah, terutama pada system akuifer tertekan.
(Harnandi, 2006) hal ini merupakan tanda bahwa konservasi air tanah belum
terlaksana dengan baik.
SUMBER DAYA BAHAN BANGUNAN
Di sini bahan bangunan yang didapatkan adalah endapan sungai , batuan
sedimen dan hasil endapan gunung api. Di kota Surakarta sendiri hampir tidak
didapatkan bahan ini, tetapi di daerah sekitarnya cukup potensial, seperti
lempung, pasir, kerikil, kerakal, batubelah andesit, batupasir, batugamping
(Dandun, 1998).
1. Lempung umumnya lanauan merupakan pelapukan batuan gunung api,
umumnya digunakan sebagai bahan genting dan batubata. Selain itu juga
didapatkan lempung pasiran endapan aluvium tua di sekitar Klaten dan
Sukoharjo.
2. Pasir, kerikil, kerakal merupakan andapan sungai yang bersifat lepas.
Lokasinya berada di sepanjang aliran Bengawan Solo, Kali Dengkeng,
Kali Woro, dan hampir di seluruh anak sungai Bengawan Solo.
3. Batu belah andesit terutama di Kali Woro dan di sekitar Wonogiri. Bahan
ini digunakan sebagai split untuk bahan pondasi bangunan dan beton.
4. Batu belah batupasir terutama di daerah Bayat Klaten, yang digunakan
untuk mengasah peralatan dari besi.
5. Batugamping berada di daerah Wonogiri bagian selatan, dimanfaatkan
sebagai bahan pengeras jalan dan sebagai pembuatan kapur tohor.
WISATA GEOLOGI
Beberapa daerah wisata di daerah Surakarta merupakan wisata geologi
yang menonjolkan keindahan alam dan keunikan alam geologi di daerah itu.
Misalkan saja daerah lereng Merapi dengan Deles, daerah Gunung Lawu dengan
Telaga Sarangan, sekitar aliran Sungai Bangawan Solo masa kini maupun purba
serta daerah selatan Wonogiri dengan kars-nya.
2.2. Geologi Lokal
Gunung Merapi merupakan gunung api yang paling aktif di perbatasan
Yogyakarta dan Jawa Tengah, ketinggiannya saat ini sekitar 2900-an meter di atas
permukaan air laut. Pada deretan gunung api yang terletak di tengah pulau jawa,
Gunung Merapi merupakan gunung berapi yang terletak paling selatan diantara
deretan Gunung Api Ungaran, Telomoyo-Soropati, Merbabu, dan Merapi yang
membujur relatif dari utara-selatan. Menurut Van Bemmelen, 1970, rangkaian
gunung api tersebut terletak pada suatu sesar geser yang besar.
Gunung Merapi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu Merapi Tua dan Merapi
Muda. Kedua gunung merapi tersebut dapat dibedakan morfologi dan
lithologinya, karena masa pembentukannya berbeda.Gunung Merapi Tua telah
aktif semenjak akhir dari Pleistosen Akhir, sedangkan Merapi Muda aktif
semenjak tahun 1006.Untuk litologi Merapi Muda cenderung bersifat intermediet,
sedangkan litologi Merapi Tua lebih cenderung bersifat basa. Untuk
morfologinya, Merapi Muda yang terletak di sebelah barat, memiliki pola kontur
radial yang menunjukkan gunungapi stadia muda, belum menunjukkan erosi
lanjut, sedangkan untuk Merapi Tua tampak memiliki pola kontur yang
menunjukkan stadia dewasa, terlihat dari banyaknya proses erosi yang terjadi dan
terpotong oleh sesar. Sehingga Van Bemmelen (1970) dapat menyimpulkan bahwa
tubuh Merapi Tua terpotong-potong oleh sesar-sesar turun yang mengarah ke
barat, yang kemudian tertutup oleh Merapi Muda pada hanging wall-nya.Hal ini
terkait dengan pembentukan Perbukitan Gendol.Karena puncak Gunung Merapi
pada bagian utara dan timur dikelilingi oleh formasi Merapi Tua maka mulut
kubah terbuka ke arah barat daya, hal ini menyebabkan kegiatan erupsi Gunung
Merapi menuju ke arah barat daya.
Gunung Merapi terletak pada dua jalur sesar regional sesar yang
memisahkan Jawa Timur dan Jawa Tengah dan sesar yang membentuk batasan
antar Bukit Kendeng bagian barat dan subzona antara Ngawi dan Gumo. Struktur
yang terjadi salah satunya adalah lipatan. Lipatan tersebut adalah hasil longsoran
deposit Merapi dan dome yang timbul pada Pegunungan Kulon Progo bagian
barat. Kenampakan struktur antiklin antara Salam dan Muntilan membentuk
sistem yang terbentuk seperti parabola terbalik yang patahsepanjang Gunung
Merapi Tua. Arah dip rata-rata pada Gunung Gendol hampir sama dengan dip
yang ada pada sistem yang terjadi pada antiklin antara Salam dan Muntilan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa deposit dari aliran lahar yang termasuk ke
dalam Gunung Gendol telah terlipat dan menggumpal. Patahnya Gunung Merapi
Muda kemungkinan disebabkan oleh adanya pergerakan tektonik sepanjang sesar
geser besar yang terbentang pada barisan Gunung Ungaran-Merapi sampai
perbatasan lembah Progo bagian barat daya yang mengalami penurunan secara
perlahan. Hal tersebut menyebabkan bagian barat Gunungapi turun ke arah daerah
penurunan tersebut (Van Bemmelen, 1970).
Stratigrafi gunung merapi terdiri dari 2 susunan litologi karena pembentuk litologi
daerah ini terdapat 2 gunung api yang berbeda umur dan memiliki magma induk
yang berbeda, sehingga dibedakan menjadi :
1. Volkanik Merapi Tua
Untuk vulkanik merapi tua umurnya diperkirakan Pleistosen atas, litologi
penyusunnya adalah breksi aglomerat dan lelehan lava yang termasuk
andesit dan basalt, mengandung olivin volkanik Merapi Tua, berumur antara
4400 sampai 2930 tahun yang lalu.
2. Volkanik Merapi Muda
Vulkanik merapi muda berumur Pleistosen atas, litologi penyusunnya adalah
material hasil rombakan endapan Merapi Tua berupa tufa, pasir, breksi dan
breksi yang terkonsolidasi lemah.Volkanik Merapi Muda berdasarkan
metode C-14 berumur sekitar 1750 sampai 390 tahun yang lalu.
Kecamatan
Kemalang,
Klaten
dengan
menggunakan
metode
bagian dari kaki Gunung Merapi yang diindikasikan masih terdapat persebaran
magma chamber dibawah permukaannya.
2.4. Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil
berbagai penilitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat
dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang menurut
peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan
dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus
penilitian terdahulu dijadikan acuan dalam penilitian kali ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kabupaten Sleman
Provinsi D.I Yogyakarta dengan menggunakan metode magnetik didapatkan nilai
intensitas kemagnetan sedang (-100 nT (-700) nT) hingga tinggi (500 nT 0 nT)
dan juga memiliki nilai suseptibilitas 0.2 SI nilai kemagnetan sedang hingga
tinggi sehinggga dapat kita interpretasikan sebagai zona endapan gunung merapi
muda dengan berupa tuff dan batuan piroklastik karena mengalami nilai
kemagnetannya tertinggal sehingga menghasilkan kemagnetan tidak kembali.
Lalu sedangkan didapatkan pada nilai intensitas rendah -800 nt (-1600) nT dan
juga didapatkan nilai suseptibilitasnya rendah dengan nilai 0.01 dapat kita
intepretasikan sebagai batuan yang memiliki suhu yang tinggi sehingga dapat kita
interpretasikan sebagai dapur magma dapat juga kita sebut sebagai endapan
gunung merapi tua pada daerah penelitian tersebut.
BAB III
DASAR TEORI
3.1. Metode Geomagnetik
Metode Geomagnet adalah salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat
kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan.Metode
ini didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetik di permukaan bumi
yang disebabkan adanya variasi distribusi (anomali) benda termagnetisasi di
bawah permukaan bumi.
Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet
raksasa dimana medan magnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi menghasilkan
medan magnet jauh lebih kecil daripada medan utama magnet yang dihasilkan
bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan magnet pada bagian bumi tertentu,
biasanya disebut anomali magnetik yang dipengaruhi suseptibilitas batuan
tersebut dan remanen magnetiknya. Berdasarkan pada anomali magnetik batuan
ini, pendugaan sebaran batuan yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal.
Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga
tahap : akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari
beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik
pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data
pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi pada metode magnetik
terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan koreksi
lainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan
menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan
yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya
perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi
tergantung
dari
suseptibilitas
magnetik
masing-masing
batuan.
Harga
suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena sifat
yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan semakin
besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin banyak.
F=
m1 m2
r
r^
(3.1)
dengan
Coloumb (N), m1 dan m2 kuat kutub magnet (A/m) dan r adalah jarak kedua kutub
(m).
3.3. Momen Magnetik
m=i x area
(3.2)
Keterangan :
m
Area
Magnetisasi merupakan tingkat kemampuan untuk di searahkan momenmomen dipol magnetiknya oleh medan magnetik luar. Suatu bahan yang bersifat
magnetik berada dalam pengaruh kuat medan magnet luar maka bahan tersebut
akan termagnetisasi. Besaran dari magnetisasi ini sebnading dengan momen
magnetik per volume.
M =k H
(3.3)
Keterangan :
M
= Suseptibilitas
Magnetisasi
yang
dihasilkan
sebanding
dengan
kuat
medan
yang
H=
F m1 ^
r
m2 r 2
(3.4)
Keterangan :
H
Keterangan :
M
= Volume (m3)
(3.5)
ke bawah.
Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada
bidang horizontal.
Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik
total.
batuan yang
Fe 7 S 8
mengandung mineral bermagnet seperti magnetite (
), titanomagnetite
Fe 2Ti O4
(
HT H M H L H A
(3.6)
dengan :
HT
HM
HL
HA
3. Badai Magnetik
Badai magnetik adalah gangguan yang bersifat sementara dalam
medan magnetik bumi dengan magnetik sekitar 1000 gamma. Faktor
penyebabnya diasosiasikan dengan aurora. Meskipun periodanya acak tetapi
kejadian ini sering muncul dalam interval sekitar 27 hari, yaitu suatu
periode yang berhubungan dengan aktivitas sunspot (Telford, 1976). Badai
magnetik secara langsung dapat mengacaukan hasil pengamatan.
3.9. Koreksi Data Magnetik
Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka
dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada
setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF
dan topografi.
1. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai
medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi
matahari dalam satu hari. Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau
sesuai dengan waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik
lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi
harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara menambahkan
nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan
magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai
positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai
variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan
magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
H = Htotal Hharian
(3.8)
2. Koreksi IGRF
Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah
konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi,
medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama
tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan
dengan koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik utama
dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan
cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang
telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis
yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat
dituliskan sebagai berikut :
H = Htotal Hharian H0
(3.9)
Dimana H0 = IGRF
3. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei
megnetik sangat kuat.Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak
mempunyai aturan yang jelas.Salah satu metode untuk menentukan nilai
koreksinya
adalah
dengan
membangun
suatu
model
topografi
(3.10)
yang berada jauh atau diluar area base maka akan sulit diadakan kontrol data.
Misalnya terdapat beberapa lintasan maka peletakan base harus berada disekitar
lintasan tersebut. Sehingga dari data yang didapatkan akan terdapat hubungan
antara base dan rover yang akan dilakukan koreksi berdasarkan variasi harian.
3.11. Filter Pengolahan Data Magnetik
3.11.1. Reduce to Pole
Reduction To Pole (RTP) atau Reduksi ke Kutub adalah satu dari
beberapa filter yang digunakan dalam proses interpretasi data magnetik.
Pada dasarnya RTP mencoba mentranformasikan medan magnet di suatu
tempat menjadi medan magnet di kutub utara magnetik.
Filter
RTP
mengasumsikan
bahwa
pada
seluruh
lokasi
yang bersifat magnet sehingga akan membuat data akan lebih agak sulit
untik dilihat prospeknya.
3.12.
F ( 1 , 2 )= f ( x , y ) . e j(
1x
+ 2)
dxdy
(2.1)
Dimana F(
1 x , 2 y
dan
2 x
adalah frekuensi
j ( 1 x + 2)
F ( 1 , 2 )= f ( 1 ) . e
dxdy
1 1
1
j 1 x
e
j
e
j 2
j 1 x
e
j y
e
dx
j
1
2
dx =
sin ( 2) e j x
2
j 2
1
( 1)
sin
1
=
( 2)
sin
( 1)
2 1
sin
( 2)sin
(2.2)
FFT (Fast Fourier Transform) adalah teknik perhitungan cepat dari DFT
(Discrete Fourier Transform). Untuk pembahasan FFT ini, akan dijelaskan
FFT untuk 1D dan FFT 2D. FFT 2D adalah pengembangan dari DFT 2D.
A. FFT 2D
FFT 2D adalah DFT 2D dengan teknik perhitungan yang cepat dengan
memanfaatkan sifat periodikal dari transformasi fourier. Seperti halnya
FFT 1D, maka dengan menggunakan sifat fungsi sinus dan cosinus,
alogaritma dari FFT 2D ini adalah :
1. Hitung FFT 2D untuk n1 = 1 s/d N1/2 dan n2 = 1 s/d N2/2
menggunakan rumus DFT.
2. Untuk selanjutnya digunakan teknik konjugate 2D.
Pengolahan FFT 2D dapat menggunakan 2 software yaitu Geosoft
Oasis Montaj dan Matlab.
1. Fast Fourier Transform (FFT) Menggunakan Geosoft Oasis
Montaj
Proses analisa spektrum gelombang menggunakan proses FFT
dengan software Geosoft Oasis Montaj dalam pengolahannya
menggunakan filte Butterworth Filter.
2. Fast Fourier Transform (FFT) Menggunakan Matlab
Proses FFT menggunakan Matlab dalam pengolahannya
berfungsi sebagai informasi menentukan kedalaman pada peta
yang dihasilkan.
3.13. Pemodelan 2,5 D
a. Pemodelan ke Depan (Forward Modelling)
Pemodelan 3D
Sebuah jaringan atau jaringan nilai-nilai yang model permukaan geologi
3.15.
Software Geosoft
Oasis Montaj merupakan salah satu software pengolah data yang umumnya
digunakan pada metode gravitasi serta geomagnetik. Dengan software ini nantinya
akan menghasilkan peta persebaran anomali dan pemodelan serta beberapa fungsi
lainnya. Prinsip penggunaan software ini hampir sama dengan software
pengolahan data pada umumnya, dibutuhkan data koordinat ( x, y) serta data
attribut yang akan dicari seperti nilai elevasi, nilai intensitas, maupun nilai-nilai
anomali lain hasil dari perhitungan dengan metode geofisika. Variasi nilai anomali
hasil pengolahan data nantinya akan disajikan dalam bentuk gradasi warna pada
peta, yang akan merepresentasikan kondisi riil suatu daerah pengukuran.
3.16.
Software Bloxer
Bloxer adalah program komputer yang di buat untuk penggambaran
dengan
xyz
koordinat
sistem.isi
dari
model
tersebut
Gambar 3. 7 Model balok dari dX.dY.dZ yang terbagi kedalam nx.ny.nz balok dengan
ukuran minor darii dx.dy.dz. Model ini memiliki bentuk yang sejajar
(local or geographical) dengan xyz koordinat sistem
Tambahan untuk format model, BLOXER bisa mengimport data dari format
kolom teks dan binary files. Ini digunakan untuk interpolasi 3-D, ekstrapolasi dan
menyelaraskan data untuk mengisi blok minor bersama nilai parameternya.
Demikian, BLOXER dapat digunakan untuk penggambaran variasi jenis data 3
dimensi. Ketika mengimport nilai data yang sudah ada bisa tetap disimpan dan
data yang baru bisa untuk dijadikan model. Maka dari itu, BLOXER bisa
digunakan untuk memperbarui model 3-D yang sudah ada dengan data yang baru.
3 bagian lapisan horizontal dan vertikal bisa divisualisasikan dalam bentuk 2-D
dan bentuk 3-D serta penyajian 3-D bisa dibuat untuk satu atau dua nilai
permukaan yang sama. Editing secara interaktif dari bentuk geometric yang
sederhana dan dari titik pada data dapat digunakan untuk mengatur nilai dari
parameter model, berat (fix/free status) dan informasi yang tidak berlanjut.
BLOXER bisa mengatur bentuk model yang tidak biasa, dimana ukuran dan
bentuk dari variasi asalkan model tersebut selalu diisi. Ini memungkinkan
permodelan bisa dilakukan pada lapisan horizontal yang tidak berundulasi dan
dekat dengan kontak vertikal dengan akurasi yang baik tanpa membutuhkan
peningkatan pertimbangan akurasi dan jumlah dari balok minor. BLOXER dan
menggunakan data topografi dan data sumur (drill-hole) untuk mengatur ukuran
vertikal dari posisi batas balok secara otomatis. Walaupun seluruh fitur ini,
kemampuan BLOXER untuk memvisualisasikan mempunyai sedikit batasan.
Maka dari itu, volume data, lapisan, dan bagian bisa diexport untuk menjadi
dalam bentuk teks untuk dilanjutkan ke progam lainya (third-party visualization
programs).
3.17.
Software Magblock
Progam Magblock menghitung total medan magnetostatik dalam bentuk
model block 3-D. Model terdiri dari block yang besar, dimana blok tersebut dibagi
menjadi bagian-bagian elemen balok yang lebih bervariasi. Setiap block-minor
menggambar nilai masing masing suseptibilitas magnet. Dalam MAGBLOX
bisa digunakan pilihan parameter berupa rasio dari induksi dan remanent
magnetisasi (Q-Ratio) dan dari inklinasi dan deklinasi dari remanensi magnetisasi.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai model blok 3-D, dapat dilihat didalam
Rockplot 2D
Rockplot 3D
Report Work
3.19.
Software Surfer 10
Surfer adalah salah satu software yang digunakan dalam pembuatan peta,
baik peta topografi maupun peta-peta tematik lainnya. Surfer 10 mudah digunakan
dan cukup populer untuk pemodelan peta topografi. Perangkat ini kini telah
sampai pada edisi Surfer 12 seiring berkembangnya zaman.
Software ini dapat menginterpolasi data mentah X,Y, dan Z menjadi peta
topografi. Penginterpolasian data tersebut dapat dilakukan dengan berbagai
metode gridding. Pada kali ini, metode yang digunakan adalah metode krigging.
Surfer 10 juga dapat membuat sayatan pada peta dengan baik. Selain itu
juga dapat membuat pemodelan 3 dimensi yang cukup baik. Selain untuk
membuat peta topografi, software ini juga bisa digunakan untuk membuat peta
medan anomali magnet dan peta lainnya.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Daerah Dusun Telogo Watu RT 002 RW 002
Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan selama 4 hari
pada tanggal 5 Mei sampai dengan 8 Mei 2016. Kelompok 03 melakukan akuisisi
pada hari Sabtu, 7 Mei 2016. Penelitian ini dimulai pada pukul 14.00 WIB dengan
cuaca yang mendung.
menentukan
arah
utara
magnet
untuk
Informasi Geologi
Studi Literatur
Studi Pendahuluan
Desain Survei
Waktu
Julian Day
Setting alat
IGRF
Penentuan lintasan
Membentangkan meteran
Azimuth
Akuisisi Data
Spasi lintasan
Pengecekan data
Penyimpanan alat
Selesai
Data Lapangan
Informasi Geologi
Microsoft Excel
Pengolahan Data
Peta TMI
Peta Reduce
to Pole
Peta
Upward
Regional
Surfer
Oasis Montaj
Magblox
Bloxe
Microsoft Excel
RockWorks
MATLAB
Model 3D
Grafik HVar
vs Waktu &
Ha vs Posisi
Peta
Upward
Lokal
Model 2.5D
Kesimpulan
Selesai
1. Pertama kali mulai adalah didapatkan data dari lapangan. Data tersebut
berupa data base, stasiun, dan looping serta posisi titik amat (X, Y), data
pembacaan PPM, waktu serta IGRF.
2. Langkah selanjutnya dihitung nilai HVar serta nilai
sebelumnya
dihitung juga nilai rata-rata dari waktu dan data pembacaan tiap base,
stasiun, dan looping.
3. Kemudian buat peta dari data X, Y dan Ha dari semua lintasan
menggunakan software Oasis Montaj sehingga menghasilkan peta TMI.
4. Lalu peta TMI di filter ke Reduction To Pole filtering dengan software
Oasis Montaj. Setelah itu peta TMI di filter lagi ke Upward Continuation
Regional dan Lokal filtering menggunakan software Oasis Montaj dengan
frekuensi yang telah ditentukan.
5. Setelah itu peta RTP dibuat sayatan yang panjang kemudian data sayatan
di simpan dalam format .csv dan dimasukkan pada surfer untuk kemudian
di simpan dalam bentuk .dat. kemudian jadikan satu folder dengan data
sayatan.
6. Lalu dimasukkan ke dalam MATLAB untuk mencari nilai bilangan real
dan imajiner yang nantinya akan dijadikan nilai X dan Y.
7. Kemudian data tersebut dimasukkan ke Microsoft Excel. Hitung data
Nomor (dimulai dari 0), Jarak (m), Intensitas, Delta X (m), FFTx1000, X
(bilangan real), Y (bilangan imajiner), X2, Y2, A (dengan rumus
), lnA, serta f =
titik pengukuran
n x Delta X
2 x2 + y 2
dan k.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Tabel Pengolahan Data
Tabel 5.1. Pengolahan Data Kelompok 3
DO
Y
Time
Koordinat UTM
x
Z (m)
Hobs
Bln
IGRF
Hvar
12
8
14:53:
21
4453
73
91607
85
765.0
0
44740.
90
43986.
1
44887
.4
15:10:
47
4453
70
91607
55
766.0
0
44692.
90
43982.
28
15:13:
55
4453
76
91607
34
765.0
0
43685.
00
43982.
76
15:16:
24
4453
77
91607
24
764.0
0
45404.
00
43983.
81
15:21:
10
4453
70
91607
01
44787.
20
43984.
84
15:24:
30
4453
71
91606
89
44704.
47
43984.
08
-2.025
180.908
15:26:
12
4453
73
91606
64
44725.
43
43984.
04
2.0631
3
159.904
15:27:
50
4453
73
91606
45
44976.
07
43984
-2.1
90.767
15:29:
25
4453
74
91606
24
45149.
57
43984.
08
15:30:
47
4453
73
91606
06
44766.
30
43984.
17
15:32:
34
4453
72
91605
80
44587.
23
43984.
24
15:34:
00
4453
73
91605
63
44607.
60
43984.
24
15:36:
08
4453
92
91605
41
44630.
00
43984.
26
15:37:
35
4453
82
91605
24
45089.
20
43984.
5
15:38:
54
4453
89
91605
07
44766.
50
43984.
72
15:42:
13
4453
92
91604
81
44496.
40
43984.
81
15:55:
35
4453
72
91604
62
44819.
37
43983.
81
15:57:
21
15:58:
53
4453
74
4453
72
91604
43
91604
25
44519.
03
44279.
60
43983.
81
43983.
73
16:01:
27
4453
72
91604
04
44180.
50
43983.
79
16:03:
08
4453
75
91603
83
44741.
20
43983.
94
16:04:
36
4453
74
91603
65
44782.
17
43984.
01
0
3.8237
5
3.3451
2
2.2914
6
1.2690
4
2.0213
7
1.9393
7
1.8643
7
1.8643
7
1.8476
2
1.6047
5
1.3842
1
1.2923
7
2.2949
9
2.2935
-2.374
2.3104
2
2.1631
2
2.0928
7
146.500
190.676
1199.05
5
518.891
-98.931
264.188
119.161
298.302
277.936
255.552
203.405
119.516
389.708
-65.738
366.073
605.426
704.590
144.037
103.140
16:06:
44
4453
74
91603
44
44463.
40
43983.
98
16:08:
09
4453
73
91603
24
43489.
00
43983.
95
16:09:
41
4453
73
91603
06
44437.
40
43983.
84
16:11:
55
4453
76
91602
84
44442.
40
43983.
67
16:13:
45
4453
74
91602
64
44394.
30
43982.
77
16:16:
01
4453
72
91602
45
44236.
10
43981.
59
16:18:
36
4453
78
91602
23
44302.
77
43980.
53
16:23:
50
4453
73
91602
05
44788.
00
43978.
07
16:26:
20
4453
74
91601
85
44801.
90
43978.
39
16:28:
31
4453
73
91601
64
44773.
33
43978.
67
16:31:
06
4453
73
91601
44
44716.
40
43978.
53
16:33:
09
4453
73
91601
25
44809.
43
43978.
58
16:35:
20
4453
74
91601
02
44375.
90
43978.
79
16:37:
56
4453
73
91600
85
44656.
30
43980.
41
16:40:
10
4453
73
91600
65
44679.
00
43982.
12
16:41:
35
4453
73
91600
45
44682.
50
16:43:
30
4453
73
91600
22
44569.
00
16:45:
29
4453
73
91600
05
44822.
73
43982.
7
16:48:
46
4453
73
91599
82
44913.
20
43984.
82
16:50:
40
4453
72
91599
63
45044.
80
43984.
47
16:52:
20
4453
76
91599
45
44637.
23
43984.
25
43981.
86
43981.
52
2.1248
7
2.1531
2
2.2681
2
2.4356
2
3.3370
4
4.5157
1
5.5766
2
8.0358
7
7.7103
7
7.4309
6
7.5730
4
7.5216
7.3191
2
5.6916
2
3.9883
7
4.2443
7
4.5883
7
3.4047
5
1.2882
1
1.6349
6
1.8566
2
421.875
1396.24
7
447.732
442.564
489.763
646.784
579.057
-91.364
-77.790
106.636
163.427
-70.445
504.181
225.408
204.412
200.656
313.812
-61.262
27.088
159.035
248.310
16:55:
18
4453
72
91599
23
44716.
57
43984.
52
16:59:
04
4453
72
91599
05
44833.
27
43984.
92
17:01:
13
4453
72
91598
84
44702.
47
43985.
17
17:03:
56
4453
75
91598
63
44696.
90
43985.
5
17:06:
21
4453
74
91598
47
44745.
00
43984.
87
17:08:
58
4453
73
91598
23
44690.
33
43984.
41
17:10:
40
4453
73
91598
03
44676.
40
43984.
41
17:13:
21
4453
72
91597
86
44937.
83
43984.
42
17:15:
22
4453
73
91597
62
44679.
97
43984.
44
17:18:
16
17:22:
40
17:25:
30
17:27:
31
17:43:
15
4453
75
4453
80
4453
74
4453
73
4453
72
91597
44
91597
25
91597
05
91596
86
91594
46
44424.
93
44876.
80
44902.
60
44454.
00
44858.
40
43986.
45
43990.
79
43993.
15
43994.
41
43995.
77
1.5827
2
1.1888
9
0.9387
4
0.6066
2
1.2329
9
1.6943
7
1.6943
7
1.6812
6
1.6609
9
0.3438
33
4.6872
08
7.0422
92
8.3027
08
9.6674
17
169.251
-52.944
183.995
189.893
141.167
195.372
209.306
52.115
205.772
462.811
-15.287
8.158
441.703
-38.667
Grafik Ha vs Posisi
800
600
400
200
0
9159000
Ha -200
-400
-600
-800
-1000
-1200
9159500
9160000
9160500
9161000
Posisi
Grafik Ha Vs Posisi
1500
1000
500
Ha (nT)
0
9159000
9159500
9160000
9160500
9161000
-500
-1000
Posisi
Grafik Ha vs Posisi
1000.000
500.000
Ha
0.000
9159000
9159500
9160000
9160500
9161000
-500.000
-1000.000
-1500.000
Posisi
Grafik Ha vs Posisi
2000
1500
1000
Ha
500
0
9159500
-500
9160000
9160500
9161000
-1000
-1500
Posisi
Grafik Ha vs Posisi
1500
1000
500
Ha
0
-500
200
400
600
800
1000
1200
-1000
-1500
Posisi
Grafik Ha Vs Posisi
400.00
200.00
0.00
9159000
Ha -200.00
9159500
9160000
9160500
9161000
-400.00
-600.00
-800.00
Posisi
Grafik Ha vs Posisi
600.00
400.00
200.00
Ha
0.00
9159000
-200.00
9159500
9160000
9160500
9161000
-400.00
-600.00
-800.00
-1000.00
-1200.00
Posisi
Grafik Ha Vs Posisi
400
200
0
9159500
Ha (nT) -200
9160000
9160500
9161000
-400
-600
-800
Posisi
Grafik Ha Vs Posisi
600
400
200
Ha
0
9159000
-200
9159500
9160000
9160500
9161000
-400
-600
-800
-1000
Posisi
Grafik Ha vs Posisi
1000
500
Ha
0
-100
-500
100
300
500
700
900
1100
1300
1500
-1000
-1500
-2000
Posisi
Grafik Ha vs Posisi
600.00
400.00
200.00
0.00
9160000 9160200 9160400 9160600 9160800 9161000
-200.00
Ha -400.00
-600.00
-800.00
-1000.00
-1200.00
-1400.00
Posisi
Ha VS Posisi
800
600
400
200
0
Ha
9159000
-200
-400
-600
-800
-1000
9159500
9160000
9160500
9161000
Posisi
Ha vs Posisi
1000
500
Ha
0
9159000
-500
9159500
9160000
9160500
9161000
-1000
-1500
-2000
Posisi
Ha Posisi
800
600
400
200
0
9159000
Ha -200
-400
-600
-800
-1000
-1200
9159500
9160000
9160500
9161000
Posisi
10:48:00 AM
1:12:00 PM
3:36:00 PM
Waktu
Hvar Vs Waktu
9:21:36
11:16:48
13:12:00
10:19:12
12:14:24
14:09:36
-1
2
-1
0
-8
0
HVar (nT)
-6
0
-4
0
-2
0
8:24:00
Waktu
Hvar vs Waktu
15
10
5
Hvar vs Waktu
0
14:24:00
15:36:00
16:48:00
18:00:00
-5
-10
Waktu
Hvar waktu
5
0
8:09:36 AM
-5
Hvar
10:33:36 AM
12:57:36 PM
3:21:36 PM
-10
-15
-20
-25
Waktu
Hvar vs Waktu
0
8:24:00 AM
9:36:00 AM
10:48:00 AM
12:00:00 PM
-5
-10
Hvar
-15
-20
-25
Waktu
Hvar vs Waktu
15
10
5
Hvar
0
14:24:00
-5
15:36:00
16:48:00
18:00:00
-10
Waktu
HVAR VS TIME
10
0
8:24:00
-10
-20
-30
-40
-50
-60
-70
-80
9:36:00
10:48:00
12:00:00
13:12:00
Waktu
Hvar vs Waktu
20.00
10.00
0.00
9:36:00
-10.00
10:48:00
12:00:00
13:12:00
-20.00
-30.00
-40.00
Waktu
Hvar Vs Waktu
40
20
0
14:24:00
Hvar -20
15:36:00
16:48:00
18:00:00
-40
-60
-80
Waktu
hvar waktu
0
2:24:00 PM
-5
3:36:00 PM
4:48:00 PM
6:00:00 PM
7:12:00 PM
-10
-15
Hvar
-20
-25
-30
-35
-40
Posisi
0 20
Hvar vs Waktu
Hvar
3:36:00 PM
4:48:00 PM
6:00:00 PM
-1
00 -80 -60 -40 -20
2:24:00 PM
Waktu
Hvar vs Waktu
12.00
10.00
8.00
6.00
Hvar
4.00
2.00
0.00
14:24:00 14:52:48 15:21:36 15:50:24 16:19:12 16:48:00 17:16:48
-2.00
-4.00
-6.00
Waktu
Hvar VS Waktu
80
60
40
Hvar
20
0
7:12:00
-20
8:24:00
9:36:00
Waktu
Hvar vs Waktu
4
2
0
8:38:24
-2
Hvar
9:07:12
9:36:00
10:04:48
10:33:36
-4
-6
-8
-10
-12
Waktu
Hvar vs Waktu
Hvar Vs waktu
50
0
13:40:48
14:52:48
16:04:48
17:16:48
18:28:48
19:40:48
-50
Hvar
-100
-150
-200
Waktu
intensitas magnet dari -173,1 nT hingga -136,9 nT, warna orange memiliki nilai
intensitas magnet dari -126,3 nT hingga -58,3 nT, warna merah memiliki nilai
intensitas magnet dari -45,1 nT hingga 29,6 nT, dan warna ungu memiliki nilai
intensitas magnet dari 58,6 nT hingga 220,2 nT.
Dari peta diatas dapat dilihat bahwa nilai intensitas kemagnetan yang besar
terdapat dibagian Selatan peta yang ditandai dengan warna merah. Kemudian nilai
kemagnetan yang rendah tersebar dibagian barat hingga timur peta yang ditandai
dengan spot spot berwarna biru. Lintasan kelompok 3 berada pada bagian timur
laut peta yang memanjang kearah tenggara yang ditandai dengan garis warna
hitam.
Peta diatas merupakan Peta RTP yaitu peta yang sudah mengalami proses
filtering Reduce to Pole. RTP ini membuat keadaan data yang diukur pada kondisi
dipole atau dapat dikatakan sebagai dua kutub, menjadi tertarik ke arah satu kutub
yaitu pole. Proses ini dinilai meminimalisir kesalahan yang terjadi pada hasil data
pengukuran anomali magnetik pada keadaan dipole. Sebaran nilai magnetik yang
ada berdasarkan hasil filtering RTP, terlihat pada peta ini memiliki rentang nilai
dari -863,4 nT yang diwakili oleh warna biru, hingga 694,6 nT yang diwakili oleh
warna ungu. Terlihat adanya anomali magnetik yang seakan tertarik kearah satu
kutub akibat pengaruh dari hasil filtering RTP ini. Nilai kemagnetan yang rendah
berada di sebelah utara, timur laut, dan tenggara dari area penelitian. Jika
dikaitkan dengan kemungkinan yang ada nilai kemagnetan yang rendah ini dapat
diindikasikan keberadaan target yaitu seperti magma chamber yang memanjang
dari arah timur laut hingga tenggara. Nilai kemagnetan yang cukup tinggi terlihat
pada daerah bagian barat daya dan barat laut serta bagian selatan dari area survei
dengan kisaran 143,1 nT hingga 694,6 nT.
Hasil dari data kemagnetan ini akan menjadi bahan tinjauan untuk proses
penyelidikan selanjutnya. Itulah mengapa metode ini cukup baik untuk menjadi
metode awal dalam proses eksplorasi. Terlebih lagi, untuk menjadi bahan acuan
mencari persebaran material yang ada. Secara umum, proses RTP ini bukan
mempermudah jalannya proses pengolahan data, tetapi meminimalisir kesalahan
hasil data yang nntinya akan di intepretasi. Asumsi yang berlaku pada metode ini
ialah bahwa setelah dilakukan proses RTP ini, dapat di katakan bahwa letak
anomali yang ada itu tepat berada di bawah titik pengukuran yang menunjukkan
data anomali magnetik yang terlihat dari hasil pengolahan data. Sehingga proses
RTP ini meminimalisir kesalahan yang dapat terjadi ketika proses interpretasi
langsung dari peta TMI.
nT yang diwakili oleh warna ungu. Terlihat persebaran nilai yang ada semakin
stabil dan nilai yang tinggi semakin tereduksi seiring dengan asumsi
bertambahnya kedalaman yang ada pada tahap ini.
Kemudian pada filtering ke 4 dengan passes 190, peta memiliki rentang
nilai dari -247,1 nT yang diwakili oleh warna biru, hingga -52 nT yang diwakili
oleh warna ungu. Pada tahap ini, nilai yang ada mulai cenderung stabil dan
membentuk pola seperti pola warna pada pelangi.
Pada filtering ke 5 dengan passes 235, terlihat peta memiliki rentang nilai
dari -242,6 nT yang diwakili oleh warna biru, hingga -60,3 nT yang diwakili oleh
warna ungu. Terlihat dari hasil filtering yang ada, tidak lagi terjadi perubahan
pada peta, yang mana ini menunjukkan bahwa nilai yang ada sudah stabil dan
persebaran material yang ada pada kedalaman yang cukup dalam dibawah
permukaan adalah seperti yang ditunjukkan pada peta hasil filtering ini.
Pada dasarnya fungsi melakukan upward ini ialah untuk merubah sudut
pandang dalam pembacaan data persebaran nilai kemagnetan yang ada. Proses ini
membuat nilai persebaran yang dominan pada daerah tersebut akan terlihat,
sehingga diasumsikan bahwa material tersebut menerus ke bawah permukaan
dengan perkiraan persebaran sesuai dengan hasil filtering upward yang telah
dilakukan. Jadi dapat diketahui apakah suatu material itu hanya berupa bongkahan
atau material lepas yang ada dipermukaan, maupun suatu material bawah
permukaan yang tersingkap ke permukaan, seperti halnya intrusi dan sejenisnya.
0
0.000
699
0.001
399
0.002
098
0.002
797
0.003
497
0.004
196
0.004
895
0
0.004
392
0.008
783
0.013
175
0.017
566
0.021
958
0.026
35
0.030
741
0.005
594
0.035
133
0.006
294
0.039
524
0.006
993
0.007
692
0.043
916
0.048
308
0.008
392
0.052
699
0.340
023
1.047
41
1.029
8
0.556
2
1.320
31
0.912
84
0.926
83
1.288
54
1.767
63
2.680
03
2.461
2
1.217
88
1.067
28
1.565
38
-1.072
2.086
97
3.181
05
1.924
0.009
091
0.057
091
0.009
79
0.061
483
0.010
49
0.065
874
0.011
189
0.070
266
0.011
888
0.074
657
0.012
587
0.079
049
0.013
287
0.083
441
0.013
986
0.087
832
0.014
685
0.092
224
0.015
385
0.096
615
0.016
084
0.101
007
0.016
783
0.105
399
0.017
483
0.109
79
0.018
182
0.018
881
0.114
182
0.118
573
0.019
58
0.122
965
0.020
28
0.020
979
0.127
357
0.131
748
2
2.134
81
1.604
79
1.604
79
2.134
81
1.924
2
3.181
05
2.086
97
-1.072
1.565
38
1.067
28
1.217
88
2.461
2
2.680
03
1.767
63
1.288
54
0.926
83
0.912
84
0.021
678
0.136
14
0.022
378
0.140
531
0.023
077
0.144
923
0.023
776
0.149
315
0.024
476
0.153
706
0.025
175
0.158
098
0.025
874
0.026
573
0.162
49
0.166
881
0.027
273
0.171
273
0.027
972
0.175
664
0.028
671
0.180
056
0.029
371
0.184
448
0.030
07
0.188
839
0.030
769
0.193
231
0.031
469
0.197
622
0.032
168
0.202
014
0.032
867
0.206
406
1.320
31
0.556
2
1.029
8
1.047
41
0.340
023
0.596
22
0.071
203
0.964
55
0.962
03
0.198
06
0.329
399
0.226
124
1.156
913
0.200
926
0.586
19
1.590
244
0.986
875
n
m
depth
(m)
0.033
566
0.210
797
0.034
266
0.215
189
0.034
965
0.219
58
0.035
664
0.036
364
0.223
972
0.228
364
0.037
063
0.037
762
0.232
755
0.237
147
0.038
462
0.241
538
0.039
161
0.245
93
0.039
86
0.040
559
0.041
259
0.041
958
0.042
657
0.043
357
0.044
056
0.044
755
0.250
322
0.254
713
0.259
105
0.263
497
0.267
888
0.272
28
0.276
671
0.281
063
Region Residu
al
al
32
32
55.057 19.387
6.28
6.28
280.54 98.787
52
26
ln A
0
0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16
-0.5
f(x) = - 19.39x + 0.44
-1
regional
-1.5
residual
Linear (regional)
Linear (regional)
Linear (residual)
-2
-2.5
-3
-3.5
Grafik diatas menunjukkan grafik analisa dari proses FFT atau disebut
juga Fast Fourier Transform yang menunjukkann informasi tentang pemisahan
anomali regional, lokal, noise, dan hasil pengolahan yang dilakukan menggunakan
bantuan software Matlab. FFT sendiri merupakan suatu model perhitungan yang
mampu mentransformasikan data data yang bertipe spasial, dalam hal ini data x
dan y, menjadi suatu data frekuensi dalam bentuk Hz. Data yang diubah menjadi
domain frekuensi ini digunakan untuk proses pendugaan terhadap data kedalaman
dari data geomagnetik yang berhasil dihimpun. Dari proses ini nantinya menjadi
dasar dari analisa spektrum, spektrum sendiri berarti frekuensi, jadi proses ini
merupakan proses pendugaan kedalaman dari data geomagnetik menggunkan
frekuensi yang diolah dari proses FFT tersebut. Analisa regional dari grafik diatas
digambarkan oleh garis berwarna biru dan analisa lokal pada grafik digambarkan
dengan garis berwarna merah. Proses ini menghasilkan perkiraan kedalamaan
regional sebesar 280,5452 m dan kedalaman lokal sebesar 98,78726 m.
5.11. Pemodelan 3D
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari hasil data yang didapat dari pengolahan data lapangan yang ada di daerah
Tlogo Watu, dapat ditarik kesimmpulan bahwa :
1. Peta TMI memiliki rentang nilai dari -539,9 nT hingga 220.2 nT.
2. Peta RTP memiliki rentang nilai dari dari -863,4 nT hingga 694,6 nT.
3. Peta Upward Continuation Regional yang menunjukkan nilai
kemagnetan yang ada di daerah penelitian secara regional dengan
menggunakan filter Upward Continuation dengan passes kelipatan 45
hingga lima kali proses Filtering sampai passes 235 menggunakan
bantuan software Geosoft Oasis Montaj.
4. Pada proses analisa FFT menghasilkan perkiraan kedalamaan regional
sebesar 280,5452 m dan kedalaman lokal sebesar 98,78726 m.
5. Pada penampang 2.5 D diperoleh tiga satuan batuan sebagai
interpretasi dari kondisi litologi bawah permukaan yang mengacu pada
peta upward 190 yaitu tanah/soil, batupasir dan breksi ditambah
dengan keberadaan produk intrusional berupa batuan beku dan indikasi
keberadaan heat source.
6. Dari pemodelan diketahui bahwa persebaran heat source berada pada
timur laut daerah telitian yang melampar hingga ke bagian barat.
6.2 Saran
Sebaiknya melakukan penyusunan data hasil pada saat pengolahan
menggunakan software Oasis Montaj, Magblox, Bloxer, serta Vloxer dilakukan
dengan tertata dan jelas. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan data
saat proses input untuk proses pengolahan selanjutnya. Kemudian pemahaman
yang lebih mengenai interpretasi bawah permukaan dari daerah penelitian harus
cukup tinggi dengan didukung oleh data geologi yang mantap, agar kelak di dunia
kerja akan terbiasa menghasilkan hasil interpretasi yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, S dan Staff Asisten Geomagnetik. 2016. Buku Panduan Praktikum
Geomagnetik. 2016/2017. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional
Veteran Yogyakarta.